• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOMEN RAMADHAN DAN IDUL FITRI TERHADAP KOMODITAS UTAMA INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN DI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH MOMEN RAMADHAN DAN IDUL FITRI TERHADAP KOMODITAS UTAMA INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN DI "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOMEN RAMADHAN DAN IDUL FITRI TERHADAP KOMODITAS UTAMA INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN DI

INDONESIA TAHUN 2014-2019

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh:

Nabila Haliza Rahmadia 165020500111002

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH MOMEN RAMADHAN DAN IDUL FITRI TERHADAP KOMODITAS UTAMA INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

DI INDONESIA TAHUN 2014-2019 Yang disusun oleh :

Nama : Nabila Haliza Rahmadia

NIM : 165020500111002

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 Juni 2020

Malang, 26 Juni 2020 Dosen Pembimbing,

Eddy Suprapto , SE., ME.

NIP.195807091986031002NIP.

(3)

PENGARUH MOMEN RAMADHAN DAN IDUL FITRI TERHADAP KOMODITAS UTAMA INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

DI INDONESIA TAHUN 2014-2019 Nabila Haliza Rahmadia

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh momen Ramadhan dan Idul Fitri terhadap komoditas utama inflasi menurut kelompok pengeluaran tahun 2014-2019.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia. Teknik Analisa data yang digunakan adalah uji beda independent t test dan mann whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri berpengaruh signifikan terhadap inflasi komoditas kelompok bahan makanan, sandang, dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan momen Ramadhan dan Idul Fitri tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kesehatan, dan pendidikan, rekreasi, dan olahraga.

Kata Kunci: Pengaruh, Ramadhan dan Idul Fitri, Inflasi Kelompok Pengeluaran

A.PENDAHULUAN

Ramadhan adalah adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam, dan dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia dengan puasa (saum). Dan Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah, yang menggambarkan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Kedua momen hari besar tersebut sangatlah penting bagi umat muslim terkhusus di Indonesia, karena menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, tertera

(4)

bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim, presentasenya sebesar 87,18% atau sebanyak 207.176.162 jiwa dari 237.641.326 penduduk Indonesia.

Pada momen Ramadhan dan Idul Fitri permintaan cenderung meningkat dikarenakan adanya kenaikan pendapatan disposable (THR) dan hal ini mengakibatkan perilaku konsumsi masyarakat meningkat. Berdasarkan riset Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau yang biasa disingkat APRINDO tahun 2018 mengemukakan bahwa kenaikan konsumsi masyarakat pada momen Ramadhan dan Idul Fitri mencapai 20-30% dari bulan sebelumnya.

Adanya tradisi mudik memungkinkan permintaan konsumsi masyarakat akan sarana transportasi meningkat. Tirto.id, 2018 menyebutkan angkutan udara atau pesawat merupakan salah satu moda favorit masyarakat dalam menjalankan tradisi mudik pada periode Ramadan dan Lebaran. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengumumkan bahwa salah satu pemicu inflasi momen Ramadhan dan Idul Fitri di tahun 2019 adalah kenaikan tarif udara yang memberi andil sebesar 0.10% (BPS, 2019).

Santoso et al., 2013 dalam papernya yang berjudul Pengaruh Hari Besar Pada Komoditas Utama Inflasi di Indonesia, mempelajari pengaruh hari besar Ramadhan terhadap bahan makanan pokok dan menyebutkan bahwa Ramadhan dan Idul Fitri berpengaruh secara signifikan pada inflasi pada tiga komoditas, yakni komoditas daging ayam, daging sapi, dan telur ayam. Setiap tahunnya pada momen ini permintaan masyarakat selalu meningkat yang mengakibatkan adanya kenaikan harga bahan makanan pokok itu sendiri.

Hal ini dikonfirmasi dengan adanya data Laju Inflasi Indeks Harga Konsumen Secara Umum 2014 - 2019 (bulanan):

Sumber : BPS (diolah)

-1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Laju Inflasi Indeks Harga Konsumen Secara Umum

2014 - 2019 (bulanan)

(5)

Setiap bulan ke tujuh saat momen Ramadhan dan Idul fitri berlangsung inflasi selalu mengalami peningkatan dari tahun 2014 hingga tahun 2019. Kenaikan harga-harga secara umum dalam waktu dan tempat tertentu disebut juga inflasi (Nopirin, 2000). Menurut teori, Inflasi dapat terjadi karena adanya tekanan dari sisi penawaran (cost push inflation) dan permintaan (demand pull inflation). Dalam hal ini, demand pull inflation dapat terjadi akibat adanya permintaan terhadap barang dan jasa yang melebihi dari ketersediannya, atau dalam konteks makroekonomi permintaan agregat (aggregate demand) lebih besar dari kapasitas output dalam perekonomian.

Beberapa penelitian terdahulu seringkali terfokus kepada satu atau sebagian kelompok komoditas saja, seperti penelitian Santoso et al., (2013) yang terfokus kepada komoditas bahan makanan. Kedua penelitian penelitian Berlian et al. (2014) terfokus kepada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan dalam (Akmal &

Abbasi, 2010) meneliti keseluruhan komoditas inflasi akan tetapi terbagi menjadi 2 bagian CPI food dan CPI non food.

Inflasi musiman yang terjadi dapat mengakibatkan pendapatan riil masyarakat menurun.

Dalam mengatasi inflasi musiman ini Bank Indonesia melakukan serangkaian kebijakan dengan berkolaborasi bersama pemerintah pusat, daerah dan seluruh elemen masyarakat.

Kebijakan meliputi penyediaan stok bahan makanan dan pengendalian harga, menetapkan HET (harga eceran tertinggi) untuk sejumlah komoditas pangan, dan pemberian izin impor untuk beras dan daging guna mencukupi ketersediaan pasokan.

Pemerintah dalam hal ini selalu terfokus pada kestabilan harga bahan makanan pokok.

Dari tahun ke tahun kebijakan ini terus berlangsung akan tetapi gejala inflasi musiman masih terasa, terbukti jika dilihat puncak laju inflasi dari tahun ke tahun sebagian besar jatuh pada momen Ramadhan dan Idul Fitri. Menelaah data-data diatas, ada kemungkinan komoditas bahan makanan tidak lagi menjadi satu-satunya penyumbang inflasi terbesar pada momen Ramadhan dan Idul Fitri. Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut yang terfokus memilah dari keseluruhan komoditas dalam kelompok pengeluaran manakah yang secara umum terpengaruh harganya oleh momen Ramadhan dan Idul Fitri dan mana yang tidak terpengaruh.

(6)

B.TINJAUAN PUSTAKA Inflasi

Mankiw, (2007) menyebutkan bahwa inflasi adalah seluruh kenaikan harga output dalam perekonomian. Bank Indonesia (2009) mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. Secara garis besar teori yang membahas tentang inflasi dapat dibagi dalam tiga kelompok dengan masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses terjadinya inflasi yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Struktural.

Teori kuantitas pada dasarnya merupakan suatu hipotesa tentang faktor yang menyebabkan perubahan tingkat harga, yaitu kenaikan jumlah uang beredar merupakan faktor penentu atau faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat harga. Teori Fisher ini dapat dirumuskan sebagai berikut: M .V = P . T Dimana M = jumlah uang yang beredar, V = kecepatan peredaran uang, P= harga barang dan jasa dan T = jumlah tranksaksi barang (Trade).

Dengan demikian penyebab utama timbulnya inflasi atau kenaikan harga menurut teori kuantitas Irving Fisher yakni karena kenaikan atau pertumbuhan jumlah uang beredar.

Ekonom aliran Keynesian tidak sepenuhnya sependapat dengan teori tersebut. Ekonom Keynesian menyatakan bahwa teori kuantitas tidak valid karena dalam kondisi kapasitas ekonomi yang belum penuh, ekspansi (pertambahan) uang beredar justru akan menambah output. Pendekatan Keynes juga menyatakan elastisitas dan perputaran uang sangat sulit diprediksi dan banyak dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat serta perubahan barang yang merupakan substitusi uang (financial assets). Ketiga, Teori Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya, dimana ditandai dengan permintaan masyarakat akan barang-barang melebihi jumlah barang-barang yang tersedia,

Kaum struktural mengidentifikasi ada beberapa kendala atau hambatan yang menjadi penyebab kenaikan harga atau inflasi di negara-negara yang sedang berkembang, yaitu:

a. Kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis b. Kendala devisa

c. Kendala fiscal

Faktor Pembentuk Inflasi

Inflasi dapat timbul karena tiga hal yaitu adanya tekanan dari sisi supply (cost push), tekanan dari sisi permintaan (demand pull)

(7)

Jenis - Jenis Inflasi

Menurut Bank Indonesia (2018) Inflasi dapat dibedakan dari penyebab terjadinya.

Berikut adalah jenis-jenis inflasi berdasarkan faktor penyebabnya.

1. Inflasi inti (core inflation) 2. Inflasi non-inti

Inflasi non-inti ialah inflasi di luar inflasi inti yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental yang terdiri atas (1) inflasi volatile food, (2) inflasi administered prices, dan (3) inflasi IHK.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen merupakan indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk memberikan gambaran tentang laju inflasi suatu daerah/wilayah. Menurut Bank Indonesia (2018) inflasi yang diukur IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran yaitu:

Tabel 2. 1 Kelompok IHK Pengeluaran No Kelompok Sub Kelompok

1 Bahan Makanan Padi-padian, umbi-umbian, dan hasil hasilnya, daging dan hasil- hasilnya, ikan segar,ikan diawetkan, telur, susu dan hasilnya, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bumbu-bumbuan, lemak dan minyak, bahan makanan lainnya.

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

Makanan jadi, minuman non alcohol, tembakau dan minuman beralkohol.

3 Perumahan Biaya tempat tinggal, bahan bakar, penerangan, air, perlengkapan rumah tangga, penyelenggaraan rumah

4 Sandang Sandang laki-laki, sandang wanita, sandang anak-anak, barang pribadi dan sandang lainnya

5 Kesehatan Jasa kesehatan,obat-obatan, jasa perawatan jasmani dan kosmetik 6 Pendidikan,

rekreasi dan olahraga

Jasa pendidikan, kursus-kursus / pelatihan, perlengkapan / peralatan, pendidikan, rekreasi, olahraga

(8)

7 Transportasi, komunikasi dan jasa keungan.

Transportasi, komunikasi, pengiriman, sarana dan penunjang transportasi, jasa keuangan

Sumber : Bank Indonesia, 2018 (Diolah)

Perhitungan Inflasi

Perhitungan IHK dapat dirumuskan sebagai berikut:

= ( )

( ( ) . )

. ………..….………(2)

Dimana : = Indeks Harga Konsumen pada bulan ke-n, = harga pada bulan ke-n, − 1 = harga pada bulan ke n-1, ( ) . = nilai konsumsi pada bulan ke n-1, dan

. = nilai konsumsi pada bulan dasar.

Setelah diperoleh IHK, maka inflasi dapat diketahui, perhitungan inflasi dengan laju inflasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

= × 100% ………..….………(3)

Dimana : = inflasi pada bulan ke-1, = indeks harga konsumen padp[a bulan ke- n, = indeks harga konsumen pada bulan sebelumnya.

Inflasi dalam Perspektif Islam

Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa infasi merupakan sebuah fenomena alam yang menimpa kehidupan masyarakat. Serta mengklasifikasikan inflasi berdasarkan faktor penyebabnya kedalam dua hal, yaitu inflasi yang disebabkan oleh faktor alamiah dan inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia.

Hari Besar Ramadhan dan Idul Fitri

Hari besar adalah hari yang dirayakan untuk memperingati suatu peristiwa penting. Hari besar biasa ditandai dengan perayaan-perayaan bagi kelompok yang bersangkutan dan identik dengan adanya libur panjang dari kantor maupun sekolah secara umum (KBBI, 2019).

(9)

C.METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif sebagai jenis penelitian yang sesuai dan mendukung untuk mencapai tujuan penelitian.

Lokasi penelitian

Lokasi penelitian di Indonesia dari tahun 2019-2020

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan, yang dikumpulkan dari bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian jurnal-jurnal, karya ilmiah, website, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia.

Metode Analisis data

Teknik Analisa data yang digunakan adalah uji beda independent t test dan mann whitney.

1. Independent T Test

Metode yang digunakan untuk melihat pengaruh momen Ramadhan dan Idul Fitri terhadap Inflasi adalah metode Independent t-test yakni uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara dua kelompok bebas yang berskala data interval atau rasio. Dalam penelitian ini uji T-test Independent untuk mengidentifikasi perbedaan inflasi per komoditas saat momen ramadhan dan idul fitri dengan inflasi non ramadhan dan idul fitri (Bulan Ramadhan dan idul fitri = 1, Bulan Ramadhan dan idul fitri = 0). Uji independent t test ada dua asumsi yang harus terpenuhi yakni, normalitas dan homogenitas.

2. Uji Mann Whitney

Uji mann whitney atau lebih dikenal dengan u-test atau juga disebut Mann-Whitney- Wilcoxon (MWW). Uji Mann-Whitney ini digunakan sebagai alternatif lain dari uji T parametrik bila anggapan yang diperlukan bagi uji t tidak dijumpai. Teknik ini dipakai untuk mengetest signifikansi perbedaan antara dua populasi, dengan menggunakan sampel random yang ditarik dari populasi yang sama. Uji ini berfungsi sebagai alternatif penggunaan uji-t bila mana persyaratan- persyaratan parametriknya tidak terpenuhi.

(10)

D.HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis dan Administrasi di Indonesia

Indonesia disebut juga dengan Republik Indonesia (RI) atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Demografi Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia.

Mayoritas penduduk Indonesia beragama islam, dengan presentase sebesar 87,18% atau sebanyak 207.176.162 jiwa dari 237.641.326 seluruh penduduk Indonesia (BPS, 2010). Jumlah ini terbilang cukup besar dibandingkan penganut agama lain.

Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yaitu data Inflasi per komoditas pengeluaran yang merupakan data runtun waktu perbulan selama tahun 2014 sampai dengan tahun 2019. Angka indeks (indikator) yang umum dipakai untuk menghitung inflasi di Indonesia adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi IHK di Indonesia dihitung dengan menggunakan berbagai survei dan sensus, di antaranya, Sensus Ekonomi untuk penetapan kerangka sampel pasar/toko/outlet; Survei Biaya Hidup untuk menetapkan basket komoditas;

dan Sensus Penduduk serta Survei Sosial Ekonomi Nasional untuk menetapkan jumlah rumah tangga

IHK disajikan dengan menggunakan tahun dasar 2012=100 (Survei Biaya Hidup 2012) dan mencakup 82 kota yang terdiri dari 33 ibu kota propinsi dan 49 kota-kota besar di seluruh Indonesia. Menurut Utari (2016) dalam jurnal seri kebanksentralan Bank Indonesia 82 kota di Indonesia yang menjadi basis penghitungan inflasi nasional. Inflasi Indonesia sebagian besar merupakan kontribusi inflasi daerah dengan bobot yang mencapai 80,77 % (di luar Jakarta).

BPS menentukan besarnya bobot penimbang kota berdasarkan proporsi jumlah rumah tangga ekonomi tipikal yang ada di daerah tersebut terhadap nasional. Pembobotan IHK per kawasan yang mengindikasikan bahwa bobot penimbang kota terbesar adalah di Jawa sebesar 64,08%, diikuti oleh kawasan Sumatera sebesar 18,46%, Kalimantan 5,95%, Sulawesi 5,59%, Bali Nusra 4,12% dan Papua 1,8%.

Untuk memperhitungkan besarnya konsumsi masyarakat atas setiap jenis barang dan jasa yang termasuk dalam angka indeks tersebut, pemerintah melakukan survei biaya hidup

(11)

dari waktu ke waktu. Sejak Februari 2014, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2012 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di 82 kota sampel, baik di pasar tradisional maupun modern. Tabel 3- 2 mempresentasikan bobot untuk masing-masing kelompok barang dalam IHK.

Tabel 4. 1

Struktur Pengelompokan Bobot IHK

Bobot Kelompok/Sub Kelompok Tahun Dasar 2012 (2012=100)

Bahan Makanan 18,85

Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 16,19

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 25,37

Sandang 7,25

Kesehatan 4,73

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 8,46

Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 19,15 Sumber : Bank Indonesia & BPS (diolah)

Analisis Data

1. Uji Normalitas (Independent T Test)

Berdasarkan Uji Shapiro Francia yang dilakukan dengan Stata untuk mengetahui normalitas data, maka hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4. 2Hasil Uji Normalitas Shapiro Francia Inflasi 7 Kelompok Pengeluaran Periode = 0

Variabel Obs Prob>z Keterangan

Y1 60 0.03333 Tidak Berdistribusi Normal

Y2 60 0.09375 Berdistribusi Normal

Y3 60 0.14327 Berdistribusi Normal

Y4 60 0.85692 Berdistribusi Normal

Y5 60 0.00071 Tidak Berdistribusi Normal

Y6 60 0.73172 Berdistribusi Normal

Y7 60 0.00838 Tidak Berdistribusi Normal

(12)

Periode = 1

Variabel Obs Prob>z Keterangan

Y1 60 0.64049 Berdistribusi Normal

Y2 60 0.02476 Tidak Berdistribusi Normal

Y3 60 0.06285 Berdistribusi Normal

Y4 60 0.08067 Berdistribusi Normal

Y5 60 0.05074 Berdistribusi Normal

Y6 60 0.02092 Tidak Berdistribusi Normal

Y7 60 0.50038 Berdistribusi Normal

Keterangan : Y1 = bahan makanan, Y2 = makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, Y3 = perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Y4 = sandang, Y5 = kesehatan, Y6 = pendidikan, rekreasi, dan olahraga, Y7 = transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

Dari hasil uji normality test Shapiro-Francia diatas dapat diambil kesimpulan bahwa 2 variabel inflasi kelompok pengeluaran meliputi kelompok Kesehatan; Pendidikan berdistribusi secara normal, dengan probabilitas diatas tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan 5 variabel inflasi kelompok pengeluaran meliputi kelompok bahan makanan; makanan jadi; perumahan;

Sandang; Transportasi tidak berdistribusi secara normal, dengan probabilitas dibawah tingkat signifikansi 0,05.

2. Uji Homogenitas (Independent T Test)

Berdasarkan Uji Variance yang dilakukan dengan Stata untuk mengetahui homogenitas data, maka hasilnya sebagai berikut:

Variable Obs 2*Pr(F > f) Keterangan

Y1 72 0.0165 Tidak Homogen

Y2 72 0.4499 Homogen

Y3 72 0.4446 Homogen

Y4 72 0.3864 Homogen

Y5 72 0.0147 Tidak Homogen

Y6 72 0.6677 Homogen

Y7 72 0.1906 Homogen

(13)

Keterangan : Y1 = bahan makanan, Y2 = makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, Y3 = perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Y4 = sandang, Y5 = kesehatan, Y6 = pendidikan, rekreasi, dan olahraga, Y7 = transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

Dari hasil di atas dapat diketahui nilai Probabilitas Y2, Y3, Y4, Y6, Y7 lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam tidak terdapat perbedaan variance yang bermakna antara kedua variabel, artinya telah memenuhi asumsi homogenitas. Sebaliknya diketahui nilai Probabilitas Y1 & Y5 kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan variance yang bermakna antara kedua variabel, artinya tidak memenuhi asumsi homogenitas.

3. Uji Independent T Test

Berikut merupakan output dari uji independent t test:

Variabel Group Obs Mean Pr(|T| > |t|) Keterangan

Y3

0 60 .228

0.6213

Tidak Berbeda Signifikan

1 12 .265

Y4

0 60 .2623333

0.0110

Berbeda Signifikan

1 12 .4933333

Keterangan : Y1 = bahan makanan, Y2 = makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, Y3 = perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Y4 = sandang, Y5 = kesehatan, Y6 = pendidikan, rekreasi, dan olahraga, Y7 = transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

Dari hasil perhitungan data diatas variabel Y3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Pr (T < t) <

0 yaitu sebesar 0,6213 lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Sedangkan variabel Y4 diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas yaitu sebesar 0,0110, maka dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok sandang saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Kedua, mean/rata-rata inflasi kelompok sandang saat momen Ramadhan dan Idul Fitri sebesar 0.4933333 dimana lebih besar dari mean inflasi kelompok bahan makanan saat non Ramadhan dan Idul Fitri yang hanya sebesar 0.2623333

(14)

4. Uji Mann Whitney

Berikut merupakan output dari uji Mann Whitney bagi beberapa variabel yang belum memenuhi asumsi normalitas:

Variabel Group Obs Mean Pr(|T| > |t|) Keterangan

Y1

0 60 32.81

.001

Berbeda Signifikan

1 12 54.96

Y2

0 60 35.12

.210

Tidak Berbeda Signifikan

1 12 43.42

Y5

0 60 36.25

.964

Tidak Berbeda Signifikan

1 12 36.25

Y6

0 60 35.79

.521

Tidak Berbeda Signifikan

1 12 40.04

Y7

0 60 33.74

.012

Berbeda Signifikan

1 12 50.29

Keterangan : Y1 = bahan makanan, Y2 = makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, Y3 = perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Y4 = sandang, Y5 = kesehatan, Y6 = pendidikan, rekreasi, dan olahraga, Y7 = transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

Dari hasil perhitungan data diatas variabel Y1 dan Y7 nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara antara inflasi kelompok bahan makanan dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Kedua, mean/rata-rata inflasi kelompok Y1 & Y7 saat momen Ramadhan dan Idul Fitri sebesar lebih besar dari mean inflasi kelompok bahan makanan saat non Ramadhan dan Idul Fitri. Sedangkan nilai probabilitas Y2, Y5, dan Y6 lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok Y2, Y5, dan Y7 saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri.

(15)

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data dan analisis yang telah disajikan, terkait Pengaruh Momen Ramadhan dan Idul Fitri Terhadap Komoditas Utama Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran di Indonesia Tahun 2014- 2019. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka interpertasi secara rinci mengenai hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Dalam uji mann whitney variabel hari besar (Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri) terhadap Inflasi kelompok Bahan Makanan, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig yaitu sebesar 0,001, maka dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok bahan makanan saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Kedua, mean/rata-rata inflasi kelompok bahan makanan saat momen Ramadhan dan Idul Fitri sebesar 54.96 dimana lebih besar dari mean inflasi kelompok bahan makanan saat non Ramadhan dan Idul Fitri yang hanya sebesar 32.81, maka dapat disimpulkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri berpengaruh signifikan terhadap inflasi kelompok bahan makanan (H1 diterima dan H0 ditolak).

Adanya tradisi buka bersama, sahur, takjil, bahkan jajanan khas hari raya memicu peningkatan kebutuhan masyarakat akan kelompok bahan makanan saat momen Ramadhan dan Idul Fitri. Dalam Survey Ramadhan Road to Purchase, Jakpat (2016) mengemukakan kebutuhan bahan makanan masyarakat secara umum meningkat saat Ramadhan dan Idul Fitri, dikarenakan sebesar 82% masyarakat cenderung memilih memasak sendiri. Selain itu Santoso et al., 2013 dalam papernya yang berjudul Pengaruh Hari Besar Pada Komoditas Utama Inflasi di Indonesia, menyebutkan bahwa Ramadhan dan Idul Fitri berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi pada tiga komoditas, yakni daging ayam, daging sapi, dan telur ayam.

Adanya momen hari besar Ramadhan dan Idul Fitri ditandai dengan adanya disposable income (tunjangan hari raya) meningkatkan animo masyarakat untuk berbelanja komoditas bahan makanan hingga melebihi bulan-bulan sebelumnya. Permintaan yang tinggi dan tidak dibarengi dengan penawaran akan menimbulkan inflasi dorongan permintaan (demand pull inflation).

(16)

2. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Dan Tembakau

Dalam uji mann whitney variabel hari besar (Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri) terhadap Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Dan Tembakau, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig sebesar 0,210 lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Maka dapat disimpulkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (H0 diterima dan H1 ditolak).

Berdasarkan riset Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau yang biasa disingkat APRINDO tahun 2018 mengemukakan bahwa kenaikan konsumsi masyarakat akan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Dan Tembakau pada momen Ramadhan dan Idul Fitri mencapai 20-30% dari bulan sebelumnya (APRINDO, 2018). Akan tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh momen Ramadhan dan Idul Fitri terhadap Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Dan Tembakau. Hal ini dapat terjadi, menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menjelang Ramadhan dan Idul Fitri produsen akan meningkatkan produkttivitasnya dan menambah stok produk untuk memenuhi permintaan konsumsi masyarakat pada momen Ramadhan dan Idul Fitri. Sebagai contoh PT. Mayora, stok pada semua outlet terpenuhi maksimal 15 hari menjelang Ramadhan, selain itu PT mayora meningkatkan produktivitasnya mencapai 15% dibanding hari-hari biasanya.

Peningkatan permintaan masyarakat akan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Dan Tembakau dan dibarengi dengan terpenuhinya penawaran di pasar tidak akan mendorong terjadinya inflasi.

3. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Dalam uji independent t test variabel hari besar (Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri) terhadap Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar menunjukkan bahwa nilai probabilitas Pr (T < t) < 0 yaitu sebesar 0,6213 lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Maka dapat disimpulkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (H0 diterima dan H1 ditolak).

(17)

Kelompok komoditas ini adalah kelompok administered price yakni harga komoditi yang diatur pemerintah (air, listrik, dan BBM). Harga-harga kelompok komoditas ini tidaklah diperungaruhi oleh pasar akan tetapi ditentukan pemerintah. Maka dari itu jarang ditemukan inflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar.

4. Inflasi Kelompok Sandang

Dalam uji independent t test variabel hari besar (Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri) terhadap Inflasi kelompok Sandang menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,0110, maka dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok sandang saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Kedua, mean/rata-rata inflasi kelompok sandang saat momen Ramadhan dan Idul Fitri sebesar 0.4933333 dimana lebih besar dari mean inflasi kelompok bahan makanan saat non Ramadhan dan Idul Fitri yang hanya sebesar 0.2623333, maka dapat disimpulkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri berpengaruh signifikan terhadap inflasi kelompok sandang (H1 diterima dan H0 ditolak).

Google Indonesia (2015) memaparkan bahwa di bulan Ramadhan minat masyarakat berbelanja online pada produk pakaian meningkat hingga 29 persen dibanding hari-hari biasa. Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa pertumbuhan IKM pakaian muslim di musim Ramadhan diperkirakan mencapai 20%. Hal ini menyebabkan adanya inflasi pada kelompok sandang.

5. Inflasi kelompok Kesehatan

Dalam uji Mann Whitney variabel hari besar (Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri) terhadap Inflasi kelompok kesehatan, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,964, maka dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Maka dapat disimpulkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi kelompok Kesehatan (H0 diterima dan H1 ditolak).

Adanya kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi kelompok komoditas lain lebih banyak (bahan makanan, makanan jadi, sandang, dan transportasi) menjadikan inflasi kelompok kesehatan cenderung stagnan. Saat momen Ramadhan dan Idul Fitri masyarakat terpusat untuk memenuhi kebutuhan yang dianggap lebih mendesak.

(18)

6. Inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Dalam uji independent t test variabel hari besar (Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri) terhadap Inflasi kelompok kesehatan, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,521, maka dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Maka dapat disimpulkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (H0 diterima dan H1 ditolak).

Sama halnya dengan kelompok kesehatan, adanya kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi kelompok komoditas lain lebih banyak (bahan makanan, makanan jadi, sandang, dan transportasi) menjadikan inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga cenderung stagnan. Pada momen Ramadhan dan Idul Fitri pelajar/mahasiswa tidak aktif belajar (liburan sekolah) hal ini juga mengisyaratkan bahwasannya kebutuhan masyarakat akan kelompok ini cenderung sedikit.

7. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Dalam uji mann whitney Variabel hari besar (Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri) terhadap Inflasi kelompok Sandang, menunjukkan bahwa nilai probabilitas Pr (T < t) <

0 yaitu sebesar 0,012, maka dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan saat momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan non Ramadhan dan Idul Fitri. Kedua, mean/rata-rata inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan saat momen Ramadhan dan Idul Fitri sebesar 50.29 dimana lebih besar dari mean inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan saat non Ramadhan dan Idul Fitri yang hanya sebesar 33.74, maka dapat disimpulkan bahwa momen Ramadhan dan Idul Fitri berpengaruh signifikan terhadap inflasi kelompok sandang (H1 diterima dan H0 ditolak).

Adanya tradisi mudik setiap momen Idul Fitri memaksa masyarakat untuk menggunakan roda transportasi umum seperti kereta api, bis, kapal laut, serta pesawat terbang. Tirto.id, 2018 menyebutkan angkutan udara atau pesawat merupakan salah satu moda favorit masyarakat dalam menjalankan tradisi mudik pada periode Ramadan dan Lebaran. Pada H-8 hingga H+7 Lebaran di tahun 2018 (7-23 Juni 2018), misalnya, penumpang pesawat

(19)

di 36 bandara tercatat sebanyak 5,94 juta penumpang. Angka tersebut meningkat 5,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebanyak 5,63 juta penumpang. Hal ini terkonfirmasi, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) salah satu pemicu inflasi momen Ramadhan dan Idul Fitri beberapa tahun terakhir adalah kenaikan tarif udara. Permintaan yang cukup besar saat momen Ramadhan dan Idul Fitri cenerung dimanfaatkan oleh maskapai pesawat terbang untuk menaikkan tarif udara, oleh karena itu inflasi terjadi pada kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.

E.KEIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Momen Ramadhan dan Idul Fitri berpengaruh signifikan terhadap inflasi beberapa komoditas utama menurut kelompok pengeluaran, diantaranya kelompok bahan makanan, sandang, dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

2. Sedangkan untuk komoditas lain seperti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kesehatan, dan pendidikan, rekreasi, dan olahraga tidak memiliki pengaruh atau kenaikan secara signifikan terhadap momen Ramadhan dan Idul Fitri, yang artinya momen Ramadhan dan Idul Fitri tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi beberapa komoditas tersebut.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan mengenai pengaruh momen Ramadhan dan Idul Fitri terhadap komoditas utama inflasi menurut kelompok pengeluaran di Indonesia tahun 2014-2019 adalah:

1. Diharapkan intansi pemerintah yang terkait dapat memaksimalkan pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan agar inflasi musiman dapat ditekan (khususnya pada kelompok bahan makanan).

2. Ditemukan adanya pengaruh momen Ramadhan dan Idul Fitri terhadap komoditas sandang dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, maka dari itu perlu adanya kebijakan baru untuk mengontrol dan mengawasi 2 kelompok inflasi tersebut agar tingkat inflasi tetap stabil.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Widarjono. 2016. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. UPP STIM YKPN.

Akmal, M., & Abbasi, M. U. 2010. Ramadan Effect on Price Movements : Evidence from Pakistan. In State Bank of Pakistan (No. 32; Nomor 32).

APRINDO. 2018. Aprindo Prediksi Sektor Retail Tumbuh Sampai 35 Persen Menjelang Lebaran 2018. https://www.aprindo.id/aprindo-prediksi-sektor-retail-tumbuh- sampai-35-persen-menjelang-lebaran-2018/

Arini, P. S., & Bendesa, I. komang G. 2012. Pengaruh Hari Raya Galungan pada Seasonal Adjustment IHK dan Penentuan Komoditas Utama yang Mempengaruhi Inflasi di Provinsi Bali: Analisis ARIMA. 5 no.2(672), 79–86.

Badan Pusat Statistik. 2019. Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran 2006 - 2019.

https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/29/901/inflasi-indonesia-menurut- kelompok-komoditi-2006-2019.html

Bank Indonesia. 2018. Pengenalan Inflasi.

https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx

Berlian, A. L., Wilandari, Y., & Yasin, H. 2014. Peramalan Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Makanan Jadi , Minuman , Rokok dan Tembakau Menggunakan Model Variasi Kalender. 3, 547–556.

Boediono. (2013. Ekonomi Makro. BPFE UGM.

BPS. (2010). Sensus Penduduk Indonesia 2010.

Edgmand, M. R. (1987). Makroekonomi. Teori dan Kebijakan. Binarupa Aksara.

KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id/haribesar Kerlinger, F. N. (2002). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gajah Mada University Press.

Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi (6 ed.). Erlangga.

(21)

Mishkin, F. S. (2007). The Economics of Money, Banking, and Financial Markets (Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan). Salemba Empat.

Nanga, M. (2005). Makro Ekonomi Teori, Masalah, dan Kebijakan. Raja Grafindo Persada.

Nopirin. (2000). Ekonomi Moneter Buku I. BPFE UGM.

Partogi, A. (2017). Pengaruh Hari Besar Keagamaan Nasional (Idul Fitri dan Natal) terhadap Laju Inflasi di Indonesia Periode 2004-2016: Pendekatan Error Correction Model.

Universitas Diponegoro Semarang, 3.

Santoso, W., Suselo, S. L., Nurhemi, & R, G. S. (2013). Pengaruh Hari Besar pada Komoditas Utama Inflasi di Indonesia. Bank Indonesia, 58.

Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al Misbah. Lentera Hati.

Sugiyono, P. D. (2016). metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. In Alfabeta.

Alfabeta.

Sukirno, S. (2013). Makroekonomi. Rajawali Pers.

Tirto.id. (2018). Periksa Data Kapan Puncak Arus Mudik dan Balik? https://tirto.id/kapan- puncak-arus-mudik-dan-balik-cLSe

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji ANOVA dua arah menunjukkan bahwa hari dan kelompok berpengaruh signifikan terhadap penyembuhan luka diabetes, kelompok perlakuan yang memiliki efek

: Para Ketua Jurusan Dari : Direktur Perihal : Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri l444Hijriah Mengacu kepada pengumuman Nomor: Bll077tPLllKP.15.0012023