• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bahan Tanam dan Napthalene Acetic Acid (NAA) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Bahan Tanam dan Napthalene Acetic Acid (NAA) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Bahan Tanam dan Napthalene Acetic Acid (NAA) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

The Effect of Planting Material and Napthalene Acetic Acid (NAA) on The Growth and Production of The Kastuba Plant (Euphorbia pulcherrima)

Novita Agustiarini*)dan Sitawati*)

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

Korespondensi :nagustiarini@gmail.com,sitawati.fp@ub.ac.id Diterima 19 Mei 2021 / Disetujui 03 Agustus 2021

ABSTRAK

Tanaman kastuba merupakan salah satu tanaman hias yang populer di Indonesia. Salah satu kendala di kebun produksi tanaman kastuba adalah terbatasnya ketersediaan bibit. Bahan stek yang diambil dari bagian pucuk, tengah, dan bawah menyebabkan pengakaran yang tidak serempak. Hormon auksin eksogen perlu ditambahkan untuk merangsang pengakaran pada stek sehingga waktu panen menjadi lebih cepat dan tingkat keberhasilan >80%. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh asal bahan tanam dan NAA pada pertumbuhan dan produksi tanaman kastuba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019-April 2020 di PT Condido Agro, Pasuruan, Jawa Timur. Alat yang digunakan yaitu pot, kertas label, meteran, paranet, penggaris, alat tulis, silet, LAM, dan kamera. Bahan yang digunakan yaitu stek batang kastuba 24 cm dari pucuk, savanna, arang sekam, pupuk kendang, NAA, dithane M-45 dan air. Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama bahan stek (B) yaitu B1 (0 – ≤8 cm), B2 (>8 – ≤16 cm), dan B3 (>16 - ≤24 cm). Faktor kedua lama perendaman pada NAA (P) yaitu P1 (1 menit), P2 (15 menit), dan P3 (30 menit).

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian perlakuan B2P1 mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kastuba paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan mampu meningkatkan persentase keberhasilan stek, jumlah akar, panjang akar, tinggi tanaman dan luas daun.

Kata kunci : Bahan Tanam, Kastuba, Lama Perendaman, NAA ABSTRACT

The kastuba plant is one of the most popular ornamental plants in Indonesia. One of the obstacles in the kastuba plant production garden is the limited availability of seeds. The cutting material taken from the shoot, middle, and base causes inconsistent rooting. It is necessary to add an exogenous auxin hormone to stimulate rooting in the cuttings so that the harvest time is faster and success rate is more than 80%. The aim of this research was to study the effect of planting material and NAA on the growth and production of the kastuba plant. This research was conducted in Desember 2019-April 2020 at PT Condido Agro, Pasuruan, East Java. The tools used were pots, label paper, tape measure, paranet, ruler, stationery, razor blade, LAM and camera. The materials used were 24 cm of the shoot cuttings from the shoot, savanna, husk charcoal, fertilizer, NAA, dithane M-45, and water. The study was arranged in Factorial Randomized Block Design with two factors that were repeated 3 times. The first factor of cutting material (B) is B1 (0 – ≤8 cm), B2 (>8 – ≤16 cm), dan B3 (>16 - ≤24 cm). The second factor was the duration of

(2)

immersion in NAA (P), namely P1 (1 minute), P2 (15 minutes), P3 (30 minutes). The observed data were analyzed using analysis of variance (F test) and continued with the Honestly Significant Difference (HSD) test with an error level of 5%. The results of B2P1 treatment showed that the growth and production of kastuba plants was the highest compared to other treatments and was able to increase the percentage of successful cuttings, number of roots, root length, plant height and leaf area.

Keywords : Immersion Time, Kastuba, NAA, Planting Material

PENDAHULUAN

Tanaman kastuba merupakan salah satu tanaman hias yang populer di Indonesia.

Kastuba (Euphorbia pulcherrima) juga dikenal sebagai poinsettia, memiliki ciri khas warna daun yang spesifik. Pada penelitian, jenis tanaman kastuba yang digunakan daunnya dapat berubah warna menjadi merah. Banyak perusahaan tanaman hias yang mengusahakan tanaman kastuba di Indonesia, salah satunya adalah PT Condido Agro. Salah satu kendala yang dialami di kebun produksi tanaman kastuba adalah terbatasnya ketersediaan bibit. Bahan stek yang digunakan berasal dari bagian pucuk pada tanaman indukan. Tanaman indukan yang pucuknya telah digunakan sebagai bahan stek tidak dapat digunakan kembali pada hari setelahnya. Bahan stek yang diambil dari bagian pucuk, tengah, dan bawah menyebabkan pengakaran yang tidak serempak, hal ini menyebabkan waktu panen menjadi tertunda sehingga kurang efektif dalam waktu produksi.

Pada penelitian Ramtin et al. (2011), penggunaan stek pangkal dengan IBA 1000 mg L-1 menunjukkan jumlah dan ukuran braktea paling tinggi dibandingkan stek atas dan stek tengah pada produksi tanaman kastuba. Sitompul (2016) menyebutkan bahwa keragaman pertumbuhan pada tanaman sangat ditentukan dari keadaan bahan tanam yang dikembangbiakkan dari bagian vegetatif. Bagian stek yang berasal dari bagian yang berbeda memiliki kualitas yang berbeda dikarenakan perbedaan masa perkembangan disamping kedudukannya yang berbeda, misalnya pada penyebaran

hormon auksin dan sitokinin. Pemberian auksin secara eksogen pada stek dapat meningkatkan jumlah auksin endogen yang sudah ada pada stek sehingga proses inisiasi akar dapat terjadi. Senyawa yang termasuk dalam kelompok auksin adalah Napthalene Acetic Acid (NAA). Pengaturan lama perendaman stek dalam larutan NAA diduga memberikan pengaruh positif dan mempercepat laju pertumbuhan pada setiap bagian stek sehingga pemanenan tanaman kastuba menjadi lebih efektif dan efisien.

Pada penelitian Djamhuri (2011), perendaman selama 15 menit pada 100 ppm NAA telah mampu meningkatkan persentase berakar dan persentase bobot kering akar dibandingkan dengan kontrol pada stek pucuk meranti tembaga.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh asal bahan tanam dan NAA pada tanaman kastuba serta respon tiap bagian stek terhadap NAA pada pertumbuhan dan produksi tanaman kastuba. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh asal bahan tanam dan NAA pada tanaman kastuba, serta terdapat respon pada setiap bagian stek tanaman kastuba terhadap NAA pada pertumbuhan dan produksi tanaman kastuba.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2019-April 2020 di PT Condido Agro yang terletak di Jln. Km-2 Nongkojajar, Kecamatan Tutur, Pasuruan, Jawa Timur.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pot, kertas label, gembor, meteran, paranet, penggaris, alat tulis, gunting, silet, LAM, dan kamera. Bahan yang digunakan pada

(3)

penelitian ini yaitu stek batang kastuba ukuran 24 cm dari pucuk, savanna, arang sekam, pupuk kandang, NAA, dithane M-45, dan air.

Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF), yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama bahan stek (B) yaitu B1 (0 – ≤8 cm dari titik apikal), B2 (>8 – ≤16 cm dari titik apikal), dan B3 (>16 -

≤24 cm dari titik apikal). Faktor kedua lama perendaman pada NAA (P) yaitu P1 (1 menit), P2 (15 menit), dan P3 (30 menit). Dari kedua faktor didapatkan 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Dari kombinasi tersebut didapatkan 27 petak percobaan.

Pengamatan dilakukan pada masa pembibitan dan produksi setiap 14 hari sekali sampai waktu panen.

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) dengan taraf kesalahan 5%. Apabila berbeda nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Komponen Pembibitan

Bahan stek yang berasal dari batang bagian atas, tengah, dan bawah menunjukkan pengakaran yang beragam.

Upaya untuk meningkatkan pengakaran pada stek batang adalah dengan menggunakan NAA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon tiap bagian stek tanaman kastuba pada masa pembibitan terhadap lama perendaman NAA cukup baik karena menunjukkan adanya interaksi pada persentase keberhasilan stek, jumlah akar, dan panjang akar (Gambar 1&2). Stek tengah dan bawah dengan lama perendaman 1 dan 15 menit menunjukkan persentase keberhasilan stek paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Stek tengah dan pangkal memiliki jaringan tanaman yang lebih dewasa dibandingkan stek atas.

Gambar 1. Histogram persentase keberhasilan stek akibat bahan tanam dan

lama perendaman NAA.

Apriani dan Suhartanto (2015) menyatakan bahwa bagian pucuk biasanya mengandung C/N lebih rendah dibandingkan bagian stek bawah, namun stek bawah biasanya berdinding lebih tebal sehingga pengakaran lebih mudah terjadi pada stek pucuk. Karbohidrat digunakan stek sebagai energi cadangan makanan untuk memulai pertumbuhan. Oleh karena itu, penggunaan stek tengah dan bawah menunjukkan persentase keberhasilan stek lebih tinggi dibandingkan stek atas namun pengakaran pada stek atas lebih tinggi dibandingkan stek dibawahnya. Penambahan larutan NAA dapat semakin meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Supardi dan Seda (2010) menyatakan bahwa penggunaan auksin pada stek dengan waktu perendaman yang semakin lama maka akan semakin banyak unsur yang diserap oleh stek.

Harahap et al. (2019) menyatakan bahwa pembentukan akar dan tunas dipengaruhi oleh rasio auksin dan sitokinin. Pada saat jumlah auksin lebih tinggi dibandingkan jumlah sitokinin maka organogenesis akan cenderung mengarah pada pembentukan akar. Namun sebaliknya apabila pada saat jumlah sitokinin lebih tinggi dibandingkan jumlah auksin maka lebih mengarah pada pembentukan tunas. Auksin

60 65 70 75 80 85 90 95

1 15 30

Persentase Keberhasilan Stek (%)

Lama Perendaman NAA (menit) B1 (Atas) B2 (Tengah) B3 (Bawah)

c

bc d

d

a

d d

c bc

(4)

(a) (b)

Gambar 2. Histogram komponen pembibitan tanaman kastuba akibat bahan tanam dan lama perendaman NAA: (a) jumlah akar; (b) panjang akar.

dapat mengaktivasi hidrolisis polisakarida dan akan menghasilkan gula aktif yang dapat digunakan pada pembelahan sel dan pembentukan primordia akar menjadi akar.

Pada Gambar 2, rerata jumlah akar dan panjang akar dengan lama perendaman NAA 30 menit menunjukkan nilai paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga dikarenakan stek telah menerima cukup auksin dan jumlah auksin di dalam sel dan di luar sel sama. Penelitian Hafizah (2014) pada stek mawar dengan pengaturan lama perendaman stek di dalam urine sapi menunjukkan bahwa semakin lama stek direndaman tidak merubah keadaan karena kandungan hormon yang diperlukan stek

mawar sudah cukup. Semakin lama perendaman maka akan semakin lama pula stek tersebut kontak dengan larutan urine sapi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada tanaman. Hasil yang didapatkan adalah pemberian waktu perendaman yang terlalu lama pada stek dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pengakaran pada stek tanaman.

Pengamatan Komponen Produksi

Pengamatan pada komponen produksi merupakan pengamatan yang dilakukan mulai dari stek ditanam hingga hasil akhir dari proses pertumbuhan tanaman dan tanaman kastuba siap dipanen. Pertumbuhan ini

Gambar 3. Tanaman kastuba tampak samping dan tampak atas pada umur 15 mst.

2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6

1 15 30

Jumlah Akar (helai tan-1)

Lama Perendaman NAA (menit)

B1 (Atas) B2 (Tengah) B3 (Bawah)

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

1 15 30

Panjang Akar (cm tan-1)

Lama Perendaman NAA (menit) B1 (Atas) B2 (Tengah) B3 (Bawah)

c bc bc bc b

a c

c

a

c bc bc bc b

a

bc bc

a

B1P1 B1P2 B1P3 B2P1 B2P2 B2P3 B3P1 B3P2 B3P3

(5)

ditandai dengan bertambahnya ukuran dan dinyatakan dalam bentuk kuantitatif.

Parameter yang diukur dalam komponen produksi meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, saat muncul tunas, panjang tunas, jumlah cabang, saat muncul bunga, saat muncul braktea, dan jumlah braktea.

Penelitian yang telah dilakukan pada parameter tinggi tanaman dan luas daun menunjukkan adanya interaksi nyata antara bahan tanam dan lama perendaman NAA.

Nilai rata-rata tinggi tanaman kastuba pada umur 15 mst disajikan pada Gambar 4.

Penggunaan stek tengah menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan bagian stek lainnya. Serta dengan perlakuan lama perendaman NAA yang semakin lama menunjukkan tinggi tanaman yang semakin rendah pada setiap bagian stek (Gambar 3).

Teknik budidaya pemangkasan pucuk (pinching) diterapkan pada tanaman kastuba agar cabang-cabang lateral dapat tumbuh dan tidak ada dominansi apikal pada ujung batang sehingga tanaman menjadi lebih rimbun. Tinggi tanaman kastuba diukur pada cabang lateral tertinggi yang dapat mewakili tinggi tanaman tersebut. Pane et al. (2013) menyatakan bahwa cabang pada tanaman dapat diatur dengan penerapan pemangkasan pucuk. Hormon auksin pada tunas pucuk akan sangat tinggi dan tunas terus tumbuh apabila pucuknya tidak dipangkas. Tinggi tanaman pada standar panen yang diterapkan di PT Condido Agro setinggi 35-40 cm. Pada umur yang sama, penggunaan stek atas dan tengah dengan lama perendaman 1 dan 15 menit menunjukkan tinggi panen yang sesuai dengan standar panen tanaman kastuba.

Gambar 4. Histogram tinggi tanaman kastuba akibat bahan tanam dan NAA.

Daun menjadi organ penting dalam menangkap cahaya dan berlangsungnya proses fotosintesis. Wijiyanti et al. (2019) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah daun dari suatu tanaman maka luas daunnya juga semakin lebar. Rerata luas daun akibat interaksi bahan tanam dan NAA disajikan pada Gambar 5. Pengaturan lama perendaman stek dalam larutan NAA yang semakin lama menunjukkan luas daun yang semakin rendah. Hal tersebut diduga bahwa tanaman kastuba telah menerima cukup auksin dengan lama perendaman selama 1 dan 15 menit sehingga luas daun yang dihasilkan cukup lebar. Menurut Pamungkas et al. (2009), aktivitas pembelahan sel dapat menjadi terhambat dikarenakan pemberian konsentrasi yang terlalu tinggi pada zat pengatur tumbuh. Auksin dapat meningkatkan pertumbuhan pada waktu tertentu hingga mencapai titik optimal, lalu kemudian akan mengalami penurunan dikarenakan mikroorganisme dapat memecah auksin.

10 15 20 25 30 35 40 45 50

1 15 30

Tinggi Tanaman (cm tan-1)

Lama Perendaman NAA (menit) B1 (Atas) B2 (Tengah) B3 (Bawah)

e d

a f

d b

e c

a

(6)

Gambar 5. Histogram luas daun tanaman kastuba akibat bahan tanam dan NAA.

Pengamatan jumlah braktea pada akhir pengamatan tanaman kastuba menunjukkan tidak adanya interaksi antara bahan tanam dan NAA (Gambar 6). Braktea dihitung per tiap tangkai yang daunnya telah berubah warna menjadi merah. Fase vegetatif yang berlangsung lebih cepat pada tanaman akan berdampak pada waktu peralihan tanaman memasuki fase generatif. Hal tersebut dijelaskan oleh Wardiana dan Pranowo (2014) bahwa fase generatif dan waktu panen pada tumbuhan cenderung mengikuti kecepatan berlangsungnya fase vegetatif.

Gambar 6. Histogram jumlah braktea tanaman kastuba akibat bahan tanam dan

NAA.

Peralihan fase vegetatif memasuki fase generatif pada tanaman kastuba dimulai saat diberlakukan penyinaran normal dan

berkembang setelah penyinaran yang diberikan <12 jam. Penggelapan >12 jam dapat memacu munculnya bunga.

Penggelapan yang serempak membuat waktu muncul bunga juga serempak dan tidak berbeda nyata. Braktea akan muncul setelah bunga pada tanaman kastuba telah muncul.

Menurut Ramtin et al. (2011), braktea akan berwarna sempurna setelah cyathium pada tanaman kastuba diproduksi.

SIMPULAN

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perlakuan bahan stek tengah dan lama perendaman NAA 1 menit menunjukkan pertumbuhan dan produksi hasil paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan mampu meningkatkan persentase keberhasilan stek, jumlah akar, panjang akar, tinggi tanaman dan luas daun tanaman kastuba. Pengakaran pada stek bawah muncul tidak serempak pada beberapa bibit sehingga waktu penanaman menjadi lebih lambat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada Dr. Ir.

Sitawati, MS., sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan dengan sabar dan telaten dalam membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi. Serta kepada PT Condido Agro atas fasilitas yang diberikan selama kegiatan penelitian, dan semua pihak yang telah membantu.

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, P. dan M.R. Suhartanto. 2015.

Peningkatan mutu bibit torbangun (Plectranthus amboinicus Spreng.) dengan pemilihan asal stek dan pemberian auksin. Jurnal Hortikultura Indonesia. 6(2): 109–115.

Djamhuri, E. 2011. Pemanfaatan air kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan stek pucuk meranti tembaga (Shorea

1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700

1 15 30

Luas Daun (cm2tan-1)

Lama Perendaman NAA (menit) B1 (Atas) B2 (Tengah) B3 (Bawah)

3 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4

1 15 30

Jumlah Braktea (tangkai tan-1)

Lama Perendaman NAA (menit) B1 (Atas) B2 (Tengah) B3 (Bawah)

e

c

a g

d

b f

cd

ab

(7)

leprosula). Jurnal Silvikultur Tropika.

2(1): 5–8.

Hafizah, N. 2014. Pertumbuhan stek mawar (Rosa damascene Mill.) pada waktu perendaman dalam larutan urine sapi.

Ziraa’ah. 39(3): 129–135.

Harahap, F., A. Hasanah, H. Insani, N.K.

Harahap, M.D. Pinem, S. Edi, H.

Sipatuhar, dan R. Silaban. 2019. Kultur jaringan nanas. Media Sahabat Cendekia, Surabaya.

Pamungkas, F.T., S. Darmanti, dan B.

Raharjo. 2009. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam supernatan kultur Bacillussp.2 DUCC- BR-K1.3 terhadap pertumbuhan stek horisontal batang jarak pagar (Jatropha curcasL.). Jurnal Sains & Matematika.

17(3): 131–140.

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/s m/article/view/3277.

Pane, S.I., L. Mawarni dan T. Irmansyah.

2013. Respon pertumbuhan kedelai terhadap pemangkasan dan pemberian kompos TKKS pada lahan ternaungi.

Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(2):

393–401.

Ramtin, A., A. Khalighi, E. Hadavi, and J.

Hekmati. 2011. Effect of different IBA concentrations and types of cuttings on rooting and flowering Poinsettia pulcherrima L.. International Journal of AgriScience. 1(5): 303–310.

Sitompul, S.M. 2016. Analisis pertumbuhan tanaman. UB Press, Malang

Supardi, P.N. dan S. Seda. 2010. Pengaruh waktu perendaman stek batang vanili dalam zat pengatur tumbuh Rootone-F terhadap pertumbuhan vanili (Vanilla planifolia Andrews). Agrica. 3(2): 86–

98.

Wardiana, E. dan D. Pranowo. 2014. Seleksi karakter vegetatif dan generatif kopi arabika melalui penggunaan analisis lintasan bertahap dan model

persamaan struktural. Jurnal Littri.

20(2): 77–86.

Wijiyanti, P., E.D. Hastuti, S. Haryanti. 2019.

Pengaruh masa inkubasi pupuk dari air cucian beras terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi.

4(10): 21–28.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh perlakuan media tanam M terhadap persentase berkecambah % Media Tanam M Rata-rata m1 m2 m3 m4 m5 56,00 b 62,00 b 46,00 a 58,00 b 74,00 c Keterangan : Nilai yang diikuti