• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Naungan dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Iler (Plentranthus scutellarioides (L.) R. Br.)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Naungan dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Iler (Plentranthus scutellarioides (L.) R. Br.) "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Naungan dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Iler (Plentranthus scutellarioides (L.) R. Br.)

Effect of Shade and Urea Fertilizer on the Growth and Yield of Iler Plants (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br.)

Windy Diyah Mawardy dan Anna Satyana Karyawati*

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia

Korespondensi: [email protected]

Diterima 21 Agustus 2020 / Disetujui 4 Januari 2021

ABSTRAK

Tanaman Iler merupakan salah satu tanaman obat yang terdapat di Indonesia. Iler memiliki berbagai macam khasiat karena mengandung senyawa antioksidan. Iler termasuk kedalam keluarga Lamiaceae, dimana dibagi menjadi dua yaitu sun lover dan toleran terhadap naungan. Sehingga untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil dibutuhkan rekayasa naungan berupa paranet. Perbedaan kerapatan naungan dapat mempengaruhi pertumbuhan, serta pada intensitas tertentu dapat menimbulkan cekaman dan mempengaruhi mempengaruhi pembentukan metabolit sekunder. Pupuk urea mengandung unsur nitrogen yang penting bagi tanaman sebagai penyusun asam amino, protein dan komponen lainnya. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh naungan dan pupuk urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman iler. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi pada bulan Februari – Mei 2020. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi. Petak utama adalah kerapatan naungan terdiri dari naungan 0% (N0), naungan 25% (N1), naungan 50% (N2). Anak petak adalah dosis pupuk urea yang terdiri dari 0 kg ha-1 (P0), 45 kg ha-1 (P1), 90 kg ha-1 (P2) dan 135 kg ha-1 (P3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat naungan maka akan menurunkan jumlah daun, luas daun, jumlah cabang dan waktu panen semakin lama, namun akan meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah ruas batang tanaman. Dosis pupuk urea yang semakin tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah cabang, jumlah ruas batang dan berat kering tanaman. Pemberian naungan 25% dan dosis pupuk urea 135 kg ha-1 mampu meningkatkan berat kering tanaman iler yang dapat digunakan sebagai simplisia tanaman obat dan memberikan respon warna daun yang lebih gelap sebagai indikator kandungan antosiani tanaman.

Kata Kunci: Iler, Naungan, Pupuk Urea, Antosianin, Warna Daun ABSTRACT

Iler plant is one of the medicinal plants found in Indonesia. Iler has various kinds of properties because it contains antioxidant compounds. Iler belongs to the Lamiaceae family, which is divided into two, namely sun lover and shade tolerance. Thus, to determine the growth and yield response required shade engineering in the form of paranet. The difference in shade density can affect growth, and at certain intensities it can cause stress and affect the formation of secondary metabolites. Urea contains

(2)

nitrogen which is important for plants as a constituent of amino acids, proteins, and other components.

The research aimed to study the effect of shade and urea fertilizer on the growth and yield of iler plants.

This research was conducted in Glenmore Subdistrict, Banyuwangi Regency in February - May 2020.

The study used a split plot design. The main plot was shade density consisting of 0% shade (N0), 25%

shade (N1), 50% shade (N2). The subplots were urea fertilizer doses consisting of 0 kg ha-1 (P0), 45 kg ha-1 (P1), 90 kg ha-1 (P2) and 135 kg ha-1 (P3). The results showed that the higher the level of shade, the longer the number of leaves, the area of the leaves, the number of branches and the harvest time were increased, but it would increase the plant height and the number of plant stems. The higher dose of urea fertilizer can increase plant height, leaf number, leaf area, number of branches, number of stem segments and plant dry weight. Giving 25% shade and a dose of 135 kg ha-1 of urea fertilizer can increase the dry weight of the iler plant which can be used as a medicinal plant simplicial and provides a darker leaf color response as an indicator of plant anthropogenic content.

Keywords : Iler, Shade, Urea Fertilizer, Anthocyanin, Color Leaf

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki keaneragaman hayati yang tinggi. Salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia adalah tanaman obat. Obat herbal telah digunakan secara Internasional.

Menurut WHO, 65% dari penduduk negara maju telah menggunakan obat herbal (Jumiarni dan Komalasari, 2017).

Salah satu tanaman obat yang terdapat banyak di Indonesia adalah tanaman Iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br.).

Tanaman Iler masih hanya dianggap sebatas tanaman hias oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Pemanfaatannya sebagai tanaman obat masih belum banyak diketahui. Khasiat dari tanaman iler menurut Wijaya et al. (2019) dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit bronkitis, wasir, antioksidan dan TBC karena mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid.

Selain itu menurut Pakadang dan Sesilia (2015), daun iler memiliki berbagai macam khasiat yaitu sebagai obat hepatitis, menurunkan demam, batuk, influenza, penetralisir racun, antiseptik dan lain sebagainya.

Keluarga Lamiaceae berdasarkan beberapa penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sunlover dan toleran terhadap naungan (Peer dan Langenheim, 1999), Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman dibutuhkan pemberian naungan

dengan menggunakan paranet. Perbedaan kerapatan naungan dapat mempengaruhi pertumbuhan, serta pada intensitas cahaya tertentu dapat menimbulkan cekaman dan mempengaruhi pembentukan metabolit sekunder termasuk flavonoid (Chikmawati et al., 2013). Kandungan antioksidan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal oleh genetik tanaman dan faktor eksternal dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, pH, suhu, kelembaban, nutrisi dalam tanah dan ketinggian tempat (Sholekah, 2017).

Hasil penelitian Juhaeti (2009) tanaman pule tumbuh dengan baik sampai tingkat naungan 50%, bobot segar, bobot kering total tanaman dan panjang akar pada naungan 50% menunjukkan angka tertinggi.

Tanaman yang tumbuh di lingkungan yang kurang optimum dapat menunjukkan penurunan produksi dan pertumbuhan.

Sehingga, perlu dilakukan penambahan unsur hara yang dapat membantu pertumbuhan tanaman. Salah satunya adalah dengan pemberian pupuk urea.

Pupuk urea mengandung unsur nitrogen yang penting bagi tanaman karena berperan dalam penyusun asam amino, protein dan berbagai komponen lainnya. Namun, nitrogen yang berlebihan dapat memberikan pengaruh yang buruk pada tanaman diantaranya menipisnya dinding sel sehingga mudah diserang hama dan tidak tahan

(3)

terhadap cuaca ekstrim seperti saat musim hujan atau kemarau.

Produktivitas tanaman obat meliputi simplisia dan bahan aktifnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya dan ketersediaan hara. Oleh karena itu, supaya produktivitas iler meningkat perlu dilakukan penelitian tentang tingkat naungan dan dosis pupuk urea.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi pada bulan Februari – Mei 2020. Secara Geografis daerah ini terletak pada ketinggian ± 3.000 mdpl dan suhu rata-rata 24.8o C – 28,2o C.

Peralatan yang digunakan antara lain cangkul, bambu, gembor, penggaris atau meteran, alat tulis, papan perlakuan, tugal, lux meter, termohigrometer, gunting, Munsel Color Chart dan sabit. Bahan yang digunakan untuk budidaya dan pengamatan adalah tanah, sekam, pupuk kandang, polibag 30 cm x 30 cm, bibit iler, paranet kerapatan 25% dan 50%, Urea, SP-35, KCl, dan HVS.

Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi dengan 3 kali ulangan. Petak utamanya adalah kerapatan naungan yang terdiri dari 3 taraf yaitu, N0 = tanpa naungan, N1 = Naungan 25%, N3 = Naungan 50%. Anak petaknya adalah dosis pupuk urea yang terdiri dari 4 taraf, yaitu P0 = 0 kg ha-1, P1 = 45 kg ha-1, P2 = 90 kg ha-1 dan 135 kg ha-1 . Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf α = 0,05 untuk menguji ada atau tidak pengaruh nyata dari perlakuan.

Apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan tingkat signifikansi 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian naungan dan dosis pupuk urea tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Akan tetapi, pemberian berbagai dosis pupuk urea memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman iler pada umur pengamatan 4 hingga 8 MST dan tingkat naungan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman iler pada umur pengamatan 7 dan 8 MST. Secara keseluruhan, naungan 50% memberikan hasil yang berbeda nyata pada umur 2 dan 3 MST. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keadaan tanaman yang ternaungi sehingga menyebabkan etiolasi. Hormon auksin yang berada di pucuk tanaman bekerja lebih aktif pada tanaman yang ternaungi sehingga menyebabkan bertambahnya panjang tanaman atau etiolasi (Nurkhasanah, 2013).

Pupuk urea 135 kg ha mampu meningkatkan tinggi tanaman secara signifikan pada umur pengamatan 4, 6 dan 7 MST. Hal ini dapat dikarenakan pola pelepasan nitrogen menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman yang lambat atau slow release (Kottegoda et al., 2017). Pamungkas dan Supijatno (2017) menyatakan bahwa pupuk urea diperlukan tanaman untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar.

Jumlah Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian naungan dan dosis pupuk urea memberikan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah daun tanaman iler pada umur pengamatan 4 hingga 8 MST (Tabel 1). Secara umum, tingkat naungan yang semakin tinggi jumlah daun dapat ditingkatkan dengan penambahan dosis pupuk urea. Perlakuan tanpa naungan dan dosis pupuk urea 135 kg ha-1 menghasilkan jumlah daun paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

(4)

Intensitas cahaya yang rendah akan menjadikan pertumbuhan daun melebar sebagai bentuk adaptasi, tetapi lapisan epidermisnya tipis dan jumlah jaringan palidasenya sedikit (Lukitasari, 2012).

Sedangkan, pada daun dengan naungan yang lebih rendah maka akan secara efektif mengurangi luas daun yang dihasilkan per unit tanaman namun jumlah daun yang dihasilkan lebih banyak (Semchenko et al., 2012). Unsur nitrogen dalam urea diserap dalam bentuk NH4+ atau NO3-. Amonium dan nitrat kemudian diubah menjadi amino, amida dan protein yang sebagian besar prosesnya terjadi di daun (Fahmi, 2010).

Ketersediaan cahaya dan unsur nitrogen yang cukup akan meningkatkan produksi fotosintat (Yuliawati, 2014).

Jumlah Cabang

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian naungan dan berbagai dosis pupuk urea memberikan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah cabang tanaman iler pada umur pengamatan 2 dan 3 MST (Tabel 2). Secara umum, perlakuan tanpa naungan dan dosis pupuk urea 135 kg ha-1 menghasilkan jumlah cabang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Jumlah cabang memiliki kaitan dengan jumlah daun. Artinya, semakin banyak jumlah cabang maka jumlah nodus yang terbentuk juga meningkat, sehingga dapat mempengaruhi jumlah daun yang dihasilkan (Irvantia et al., 2014).

Luas Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian berbagai tingkat kerapatan naungan dan berbagai dosis pupuk urea memberikan pengaruh nyata pada luas daun tanaman iler pada umur pengamatan 6 hingga 8 MST (Tabel 3).

Secara keseluruhan, luas daun paling lebar terdapat pada perlakuan tanpa naungan dan dosis pupuk urea 135 kg ha-1. Jumlah daun memiliki kaitan dengan luas daun yang

dihasilkan. Semakin banyak jumlah daun, maka luas daun akan semakin lebar.

Pemberian pupuk urea berfungsi untuk memacu pertumbuhan tanaman (Santoso et al., 2006). Daun adalah tempat terjadinya proses metabolisme yang akan menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pembelahan sel terhambat dan akiatnya pertumbuhan tanaman terhambat (Hanudin, 2012).

Jumlah Ruas Batang

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian berbagai tingkat naungan dan berbagai dosis pupuk urea memberikan pengaruh nyata pada jumlah ruas batang tanaman iler saat umur 4 hingga 8 MST (Tabel 4). Dosis pupuk urea 135 kg ha-1 mampu meningkatkan jumlah ruas batang pada tingkat naungan 25% dan 50%

pada umur pengamatan 4 hingga 8 MST.

Semakin tinggi tanaman maka ruas daun akan semakin meningkat.

Bobot Kering Tanaman Iler

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi antara pemberian naungan dan dosis pupuk urea berpengaruh nyata pada variabel bobot kering tanaman iller (Tabel 5).

Semakin tinggi kerapatan naungan maka berat kering akan semakin menurun. Pada tingkat naungan 0%, 25% dan 50% dosis pupuk urea 0 kg ha-1 dan 45 kg ha-1 tidak dapat meningkatkan berat kering secara signifikan. Dosis pupuk urea 90 kg ha-1 dan 135 kg ha-1 tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap berat kering tanaman pada tingkat naungan 0% dan 25%

namun memberikan hasil yang berbeda signifikan dengan dosis pupuk urea 0 kg ha-1 dan 45 kg ha-1 pada tingkat naungan 0%, 25% dan 50%. Hasil bobot kering tanaman iler berupa simplisia lebih banyak digunakan sebagai bahan untuk produksi obat tradisional. Sehingga, hasil panen bobot kering penting untuk diutamakan dalam

(5)

produksi tanaman iler. Besarnya cahaya yang tertangkap pada fotosintesis menunjukkan biomassa dan besarnya biomassa yang terkandung dalam jaringan tanaman (Yuliawati, 2014). Selain

mencerminkan penyerapan cahaya matahari bobot kering juga mencerminkan efisiensi penyerapan hara yang dilakukan oleh tanaman (Kastono et al., 2005).

Tabel 1. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Iler (helai) Akibat Perlakuan Naungan dan Dosis Pupuk Urea yang Berbeda pada Umur Pengamatan 4 hingga 8 MST.

Kerapatan

Naungan (%) Jumlah Daun pada Umur 4 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 36,54 a 43,77 abc 55,99 cd 83,86 e

25% 43,35 ab 46,10 abcd 51,94 bcd 59,39 d

50% 37,11 a 40,02 ab 48,68 abcd 51,64 bcd

BNT 14,22

KK (%) 16,62

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Daun pada Umur 5 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 38,10 a 52,73 bcd 62,02 d 85,67 f

25% 47,04 abc 51,91 abcd 59,01 cd 77,01 e

50% 43,75 ab 45,21 abc 53,57 bcd 52,67 bcd

BNT 14,21

KK (%) 14,87

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Daun pada Umur 6 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 40,71 a 56,10 bc 64,03 c 90,88 e

25% 49,96 abc 55,68 abc 64,01 c 83,76 e

50% 48,63 ab 49,46 abc 57,41 bc 58,77 bc

BNT 15,12

KK (%) 14,7

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Daun pada Umur 7 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 55,83 ab 71,03 c 78,93 c 120,90 d

25% 50,40 a 66,72 bc 75,03 c 112,88 d

50% 47,24 a 48,35 a 65,04 bc 72,23 c

BNT 14,27

KK (%) 11,55

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Daun Pada Umur 8 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 60,73 ab 76,24 c 84,22 c 129,08 d

25% 55,35 a 71,89 bc 79,95 c 118,04 d

50% 52,40 a 49,86 a 70,54 bc 77,04 c

BNT 15,34

KK (%) 11,6

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama, serta pada umur yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; MST = Minggu Setelah Tanam; BNT = Beda Nyata Terkecil KK= Koefisien Keragaman

(6)

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Iler Akibat Perlakuan Naungan dan Dosis Pupuk Urea yang Berbeda pada Umur Pengamatan 2 dan 3 MST

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Cabang pada Umur 2 (MST)

Dosis Urea (kg ha-1)

0 45 90 135

0% 1,83 bc 2,08 c 2,92 d 4,00 e

25% 1,50 abc 1,33 ab 2,17 c 2,25 c

50% 1,17 a 1,42 ab 1,92 bc 2,17 c

BNT 0,62

KK (%) 17,46

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Cabang pada Umur 3 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 3,33 cd 3,92 de 4,75 e 6,17 f

25% 3,25 bcd 3,50 cd 2,17 a 5,83 f

50% 2,33 ab 2,92 abc 3,17 abcd 4,67 e

BNT 0,95

KK (%) 14,41

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama, serta pada umur yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; MST = Minggu Setelah Tanam; BNT = Beda Nyata Terkecil KK= Koefisien Keragaman

Tabel 3. Rata-rata Luas Daun Tanaman Iler (cm2) Akibat Perlakuan Naungan dan Dosis Pupuk Urea yang Berbeda pada Umur Pengamatan 6 dan 8 MST

Kerapatan Naungan (%)

Luas Daun pada Umur 6 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 1062,75 a 1359,07 ab 1592,75 ab 3336,96 c

25% 1401,98 ab 1438,37 ab 1564,77 ab 1982,33 b

50% 1083,36 a 1258,80 ab 1653,00 ab 1615,65 ab

BNT 750,12

KK (%) 27,17

Kerapatan Naungan (%)

Luas Daun pada Umur 7 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 1551,08 ab 1989,22 ab 2463,48 ab 5841,92 d

25% 1450,28 a 1915,59 ab 2202,03 ab 4878,33 c

50% 1359,57 a 1341,40 a 1908,84 ab 1808,43 ab

BNT 962,83

KK (%) 23,46

Kerapatan Naungan (%)

Luas Daun pada Umur 8 (MST)

Dosis Urea (kg ha-1)

0 45 90 135

0% 2061,25 a 2374,75 a 2805,18 a 7623,17 c

25% 1640,92 a 2273,14 a 2310,76 a 5475,84 b

50% 1525,09 a 1491,70 a 2132,56 a 1959,43 a

BNT 14833,37

KK (%) 28,84

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama, serta pada umur yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; MST = Minggu Setelah Tanam; BNT = Beda Nyata Terkecil KK= Koefisien Keragaman

(7)

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Ruas Batang Tanaman Iler (ruas) Akibat Perlakuan Naungan dan Dosis Pupuk Urea yang Berbeda pada Umur Pengamatan 4 hingga 8 MST

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Ruas pada Umur 4 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 9,08 a 9,50 ab 11,50 c 11,50 c

25% 9,67 ab 9,75 abc 10,92 bc 14,25 d

50% 9,58 ab 9,67 ab 10,08 abc 15,08 d

BNT 1,8

KK (%) 9,64

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Ruas pada Umur 5 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 11,50 a 11,83 a 12,08 a 12,08 a

25% 11,25 a 12,17 a 11,42 a 16,50 b

50% 13,00 a 11,42 a 12,83 a 17,50 b

BNT 2,34

KK (%) 10,64

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Ruas pada Umur 6 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 11,83 ab 12,25 ab 12,42 ab 12,42 ab

25% 11,58 a 12,42 ab 11,75 ab 16,83 c

50% 13,25 ab 11,83 ab 14,17 b 17,92 c

BNT 2,5

KK (%) 11,02

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Ruas pada Umur 7 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 12,17 a 12,50 a 12,58 a 12,67 a

25% 11,83 a 12,67 a 12,00 a 17,17 b

50% 13,50 a 12,08 a 14,42 a 18,67 b

BNT 2,8

KK (%) 12,09

Kerapatan Naungan (%)

Jumlah Ruas pada Umur 8 (MST)

Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 12,08 a 13,33 a 12,75 a 13,17 a

25% 12,25 a 13,33 a 12,50 a 17,92 b

50% 14,33 a 12,42 a 14,75 a 19,25 b

BNT 2,94

KK (%) 12,25

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama, serta pada umur yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; MST = Minggu Setelah Tanam; BNT = Beda Nyata Terkecil KK= Koefisien Keragaman

Tabel 5. Rata-rata Bobot Kering Tanaman Iler (kg) Akibat Perlakuan Naungan dan Dosis Pupuk Urea

Kerapatan Naungan (%)

Berat Kering Tanaman Iler (gram) Dosis Urea (kg/ha-1)

0 45 90 135

0% 23,00 ab 24,00 ab 34,00 cd 39,33 d

25% 19,33 a 21,00 ab 31,67 c 35,00 cd

50% 20,33 ab 22,67 ab 23,33 ab 25,33 b

BNT 5,62

KK (%) 12,33

(8)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; MST = Minggu Setekah Tanam; BNT = Beda Nyata Terkecil;

KK= Koefisien Keragaman

Gambar 1. Warna Daun Tanaman Iler Akibat Perlakuan Naungan dan Dosis Pupuk Urea

Keterangan : N0P0 = Naungan 0% dan tanpa pemupukan urea ; N0P1 = Naungan 0% dan pupuk urea 45 kg ha-1 ; N0P2 = Naungan 0% dan pupuk urea 90 kg ha-1 ; N0P3 = Naungan 0% dan pupuk urea 135 kg ha-1 ; N1P0 = Naungan 25% dan tanpa pupuk urea ; N1P1 = Naungan 25% + pupuk urea 45 kg ha-1 ; N1P2 = Naungan 25% dan pupuk urea 90 kg ha-1 ; N1P3 = Naungan 25% dan pupuk urea 135 kg ha-1 ; N2P0 = Naungan 50% dan tanpa pupuk urea ; N2P1 = Naungan 50%

dan pupuk urea 45 kg ha-1 ; N2P2 = Naungan 50% + pupuk urea 90 kg ha-1 ; N2P3 = Naungan 50% + pupuk urea 135 kg ha-1

Warna Daun

Warna daun dinyatakan dengan tiga satuan yaitu hue, value dan chroma (Gambar 1). Semakin rendah nilai hue, value dan chroma maka mengindikasikan bahwa warna daun tanaman iler semakin gelap.

Semakin gelap warna daun maka kandungan antosianin pada daun semakin tinggi. Antosianin pada tanaman iler memiliki sifat antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

Tanaman obat mengandung antosianin yang memberikan warna pada daun (Maulid dan Lily, 2016). Antosianin bertugas untuk memberikan warna merah, ungu dan biru pada tanaman (Konczak dan Zhang, 2004).

Perlakuan naungan 25% dan dosis pupuk urea 135 kg ha-1 warna daun cenderung lebih gelap daripada perlakuan lainnya.

Menurut Feild et al., (2001) warna merah

merupakan indikator yang menunjukkan kandungan antosianin. Tumbuhan yang berwarna merah tua merupakan ciri-ciri kondisi warna daun yang maksimal (Shamir, 2015). Berdasarkan hasil penelitian dari Felicia dan Yussraini (2018) terhadap tanaman teh menghasilkan bahwa semakin gelap warna maka kandungan senyawa flavonoidnya akan semakin tinggi. Pendapat lain oleh Ramlah (2017) menyatakan bahwa kadar flavonoid tertinggi dilihat dari intensitas warna yang dihasilkan, warna yang lebih pekat menunjukkan kadar flavonoid yang tertinggi dan aktivitas antioksidan yang tinggi pula. Nitrogen yang terkandung dalam urea yang berperan sebagai makronutrien esensial memiliki peran sebagai penyusun protein. Asam amino sebagai penyusun protein merupakan perkursor dalam pembentukan senyawa metabolit sekunder

(9)

(Hanudin, 2012). Hasil penelitian dari Lai et al., (2016) menunjukkan bahwa nilai chroma dan hue yang jauh lebih rendah pada daun teh menghasilkan warna merah hingga ungu dan nilai hue yang lebih tinggi menghasilkan warna kuning hingga hijau. Artinya, nilai chroma dan hue yang lebih rendah menunjukkan warna ungu yang lebih gelap.

Warna ungu gelap memiliki keterkaitan dengan pigmen delphinidin, yang merupakan ekstrak antosianin larutan pertama kali yang mengalami hidrolisis asam.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, diantaranya :

1. Persentase naungan yang semakin tinggi akan menurunkan jumlah daun, luas daun, jumlah cabang dan waktu panen akan semakin lama, namun akan meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah ruas batang tanaman.

2. Semakin tinggi dosis urea yang diberikan maka dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah cabang, jumlah ruas batang dan berat kering tanaman.

3. Pemberian naungan 25% dan dosis pupuk urea 135 kg ha-1 mampu meningkatkan berat kering tanaman iler yang dapat digunakan sebagai simplisia tanaman obat dan memberikan respon warna daun yang lebih gelap sebagai indikator kandungan antosianin tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Chikmawati, T., P. D. Sopyati dan Miftahudin. 2013. Pertumbuhan dan analisis kualitatif tanin, saponin dan flavonoid dari Selaginella plana, S.

willdenovii dan S. Mayeri pada tiga naungan berbeda. J. Bioslogos 3(1): 1 - 9 Fahmi, A., Syamsudin, S.N.H. Utami dan B.

Radjagukguk. 2010. Pengaruh interaksi hara nitrogen dan fosfor terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea Mays

L.) pada tanah Regosol dan Latosol.

Berita Biologi 10(3): 297-304

Feild T.S., D.W. Lee and N.M. Holbrook.

2001. Why leaves turn red in autumn. The role pof anthocyanins in senescing leaves of red-osier dogwood. Plant Physiol. 127 : 566–574

Felicia, N., W. R. Widarta dan N. L. A.

Yusasrini. 2018. Pengaruh Ketuaan Daun dan Metode Pengolahan Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Sensoris Teh Herbal Bubuk Daun Alpukat (Persea americana Mill). Universitas Udayana Press

Hanudin E., H. Wismarini, T. Hertiana and B.H. Sunarminto. 2012. Effect of shading, nitrogen and magnesium fertilizer on phyllanthin and total flavonoid yield of Phyllanthus niruri in Indonesia soil. J.

Med. Plant Res 6(30): 4586–4592

Irvantia W., Indriyanto dan M. Riniarti. 2014.

Pengaruh jumlah ruas cabang terhadap pertumbuhan stek bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea). J. Sylva Lestari 2(1): 59–66

Juhaeti, T. 2009. Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan bibit pulai (Alstonia scholaris (L.) R. Br). Berita Biologi 9(6): 767–771

Jumiarni, W. O., dan O. Komalasari. 2017.

Eksplorasi jenis dan pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat suku muna di permukiman Kota Wuna. Trad.

Med. J., 22(1)

Kastono, D., H. Sawitri dan Siswandono.

2005. Pengaruh nomor ruas setek dan dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil kumis kucing. Ilmu Pertanian 12(1)

Konczak, I. And W. Zhang. 2004.

Anthocyanins-more than colours. J.

Biomedicine and Biotechnology: 239–240 Kottegoda N., C. Sandaruwan, G.

Priyadarshana, A. Siriwaedhana, U. A.

Rathnayake, D. Madushanka, A. R.

Kumarasinghe, D. Dahanayake, V.

Karunaratne and G.A.J. Amaratunga.

2017. Urea-Hydoxyapatite Nanohybrids

(10)

for Slow Reease of Nitrogen. ACS Nano Press

Lai, Y.S., S. Li, Q. Tang, H.X. Li, S.X. Chen, P.W. Li, J.Y. Xu, Y. Xu and X. Guo. 2016.

The dark-purple tea cultivar ziyan accumulates a large amount of delphindin-related anthocyanins. J.

Agricultural and Food Chemistry 40(30):

1–8

Lukitasari, M. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max). PKM Maulid, R.R. dan A. N. Laily. 2016. Kadar

Total Pigmen Klorofil dan Senyawa Antosianin Ekstrak Kastuba (Euphorbia pulcgerrrima) Berdasarkan Umur Daun.

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Press

Nurkhasanah, N., K. P. Wicaksono dan E.

Widaryanto. 2013. Studi pemberian air dan tingkat naungan terhadap pertumbuhan bibit tanaman cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.). J. Protan 1(14):

325–332

Pakadang dan Sesilia, R. 2015. Pengaruh perbedaan varietas daun miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) sebagai antibakteri terhadap Steptococcus pneumonia. Media Farmasi 15(23): 113–

117

Pamungkas, M. A. dan Supijatno. 2017.

Pengaruh pemupukan nitrogen terhadap tinggi dan percabangan tanaman teh (Camelia Sinensis (L.) O. Kuntze) untuk pembentukan bidang petik. Bul. Agronomi 5(2): 234–241

Peer, W. A., W. R. Briggs, and J. H.

Langenheim. 1999. Shade-avoidance responses in two common coastal redwood forest species, Sequoia sempervirens (Taxodiaceae) and Satureja douglasii (Lamiaceae), occuring in various lights quality environments. J. Bot. 86(5):

640-645

Ramlah. 2017. Penentuan Suhu dan Waktu Optimum Penyeduhan Daun Teh Hijau

(Camellia sintesis L.) P+2 Terhadap Kandungan Antioksidan Kafein, Tanin dan Katekin. Universitas Islam Negeri Alaussin Makassar. Press

Santoso, B., B. W. Wardani dan R.

Prayudyaningsih. 2006. Efektivitas Pemupukan urea terhadap pertumbuhan, produksi daun, dan kandungan protein daun murbei. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 3(1): 1–8

Semchenko, M., M. Lepik, L. Gotzenberger and K. Zobel. 2012. Positive effect of shade on plant growth: amelioration of stress or active regulation of growth rate.

J. Ecol. 100: 459–466

Shamir, M.O. and A.L. Nissim. 2015.

Temperature effects on the leaf pigmentation of Cotinus coggygria ‘Royal Purple’. J. Horticultural Science 72(3):

425–432

Sholekah, F. F. 2017. Perbedaan ketinggian tempat terhadap kandungan flavonoid dan beta karoten buah karika (Carica pubescens) daerah Dieng Wonosobo. J.

Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Yogyakarta

Wijaya, W. D., Yunus, A., Parjanto., Widyastuti, Y. 2019. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Aksesi Tanaman Iler (Coleus atropurpureus (L) Benth) dengan Perlakuan Cekaman Kekeringan. Seminar Nasional. Tawangmangu

Yuliawati, A. Rahayu dan N. Rochman.

2014. Pengaruh Naungan dan Berbagai Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Vegetatif Alfalfa (Medicago sativa L.). J. Pertanian 5(1): 2087–4936

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian pupuk urea pada tanaman pegagan tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan terhadap luas

KESIMPULAN Perlakuan pemberian berbagai dosis pupuk hijau paitan tidak memberikan pengaruh pada pupuk urea 300 kg ha -1 sehingga tidak memberikan interaksi yang nyata

Pemberian dosis pupuk urea yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman umur 7 HSPT dikarenakan tanaman masih muda dan

1424 Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk Urea dan varietas serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap berat

Berdasarkan hasil sidik ragam bahwa interaksi pemberian berbagai dosis pupuk urea dengan urin sapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa

1) Dosis pupuk urea 300 kg ha -1 (P 3 ) dan umur bibit 14 hari (U 1 ) menunjukkan perbedaan nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, luas daun,

Berat segar dan kering daun serta batang menunjukkan adanya beda nyata pada perlakuan tingkat naungan dan dosis pupuk urea.. Tingkat naungan 25% dan 50% memberikan

Naungan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun dan lilit batang, tetapi berpengaruh tidak nyata pada parameter luas daun dan berat kering dan dosis pupuk