PENGARUH PIJAT OKSITOSIN DAN MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI
PADA IBU POST PARTUM DI BPM DEMAK
Susiwati *), Wagiyo **), Elisa ***)
*) Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**) Dosen Jurusan Keperawatan Maternitas Poltekes Kemenkes Semarang
***) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka kematian ibu setelah melahirkan akibat perdarahan, berdasarkan penyebab terjadinya perdarahan adalah atonia uteri (50-60%), retensio plasenta (16,17%), sisa plasenta (23,24%), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,6%). Pada kejadian tersebut dapat diatasi dengan beberapa teknik, salah satunya yaitu pijat oksitosin dan mobilisasi dini. Pijat oksitosin dapat meningkatkan kontraksi secara alami yang dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin sehingga dapat mempercepat proses involusi uterus. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran perbedaan penurunan tinggi fundus uteri antara yang diberi dan tidak diberi pijat oksitosin dan mobilisasi dini. Observasi dilakukan pada hari ke-9 dengan desain penelitian eksperimen dengan rancangan post test only control group. Dengan teknik sampling purposive sampling sebanyak 38 responden. Teknik pengambilan data dengan metode observasi langsung. Data analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan hasil sig (2-tiled) 0,001 pada tingkat kepercayaan 0,05. Sehingga p value < 0,05 artinya Ho ditolak, berarti ada perbedaan penurunan tinggi fundus uteri antara yang diberi dan tidak diberi pijat oksitosin dan mobilisasi dini sebesar 0,74 cm.
Kata Kunci: Masa nifas, involusi uterus, pijat oksitosin, dan mobilisasi dini ABSTRACT
The background of the research is the of mortalyti number of mothers after giving birth because of bleeding, according to the occurring of atonia uteri (50-60%), retention of placenta (16,17%), waste of placenta (23,24%), birth canal laceration (4-5%), blood disorder (0,5-0,6%). In those cases can be overcome by several techniques, one of them is oxytosin massage and early mobility. Oxytosin massage can increase contraction naturally which can stimulate oxytosin hormone excretion so it can accelerate uterus involution process. The purpose of this study is to obtain a describtion of the difference of the decrease fundus uteri heigh between the given and not of oxytosin massage and early mobility. This observation is complete on the 9 day by using experiment research design with post test only control group. Using purposive sampling is for 38 respondents. Date rate taken by direct observation. Analysis data uses Mann-Whitney test. The result is sig (2-tiled) 0,001 on the belief level 0,05. Therefore p <0,005 meaing ho was refused, means there is a difference in decreasing fundus uteri height between the given and not given oxytosin massage and early mobility as 0,74 cm.
Keyward : puerperal, uterus involution, oxytosin massage, early mobility
PENDAHULUAN
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2010, hlm.1). Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis meliputi perubahan fisik, involusi uterus serta pengeluaran lokia, laktasi, dan perubahan sistem tubuh (Maryunani, 2009, hlm.1)
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia meliputi perdarahan (28%), preeklamsi/
eklamsi (24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri (5%) dan lain–lain (11%).
Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah kehamilan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, dimana penyebab utamanya adalah perdarahan pasca persalinan. Berdasarkan penyebab terjadi perdarahan adalah atonia uteri (50-60%), retensio plasenta (16-17%), sisa plasenta (23- 24%), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%). Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi, terlalu regang dan besar, kelainan pada uterus seperti mioma uteri dan solusio plasenta (Kemenkes RI. 2012)
Pada ibu nifas involusi uterus merupakan proses yang sangat penting karena itu memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum hamil. Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi.
Selain uterus, vagina, ligamen uterus, dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU) pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak
teraba di simpisis pubis (Bahiyatun, 2009, hlm.60).
Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur TFU, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lokia. Kecepatan involusi uterus dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia ibu, menyusui dini, menyusui eksklusif, senam nifas, dan jumlah anak yang dilahirkan (paritas), mobilisasi dini.
Mobilisasi dini atau aktivitas segera dilakukan setelah beristirahat beberapa jam dan beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalinan normal).
Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lochea dalam rahim, mempercepat involusi alat kandungan ,meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat normalisasi dalam keadaan semula. Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa letih dan sakit (Manuaba, 2008, hlm.150).
Tujuan dilakukannya mobilisasi dini pada ibu nifas agar ibu merasa lebih sehat dan kuat, yaitu melakukan pergerakan otot–otot perut dan panggul akan kembali normal dan otot perut ibu menjadi kuat kembali, dan dapat mengurangi rasa sakit pada ibu, sehingga faal usus dan kandung kencing lebih baik. Bergerak juga akan merangsang gerak peristaltik usus kembali normal, aktivitas ini membantu mempercepat organ–organ tubuh bekerja seperti semula. Melakukan mobilisasi dini memungkinkan ibu memulihkan kondisinya dan ibu bisa segera merawat anaknya. Selain itu perubahan yang terjadi pada ibu pasca persalinan akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus (involusi uterus) dengan penuruan Tinggi Fundus Uteri (TFU), mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan (Fefendi, 2008, hlm.46)
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan dengan dilakukan pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang.
Manfaat pijat oksitosin untuk memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin yang penting untuk meningkatkan kontraksi rahim pascasalin, sehingga mengurangi resiko perdarakan pada ibu (Depkes RI, 2007).
Penelitian Mahdiyah ( 2012) yang berjudul
“Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu post partum di BLUD RS H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin”. Diketahui bahwa responden yang melakukan mobilisasi dini dengan terjadinya penurunan tinggi fundus uteri sebanyak 34 responden (70.8%). Hasil analisis menunjukan nilai P = 0.000 berati ada hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini dengan terjadinya penurunann fundus uteri 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin dan mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan karateristik berdasarkan umur responden, paritas dan menyusui eksklusif.
b. Menggambarkan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum yang dilakukan pijat oksitosin dan mobilisasi dini
c. Menggambarkan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum yang tidak dilakukan pijat oksitosin dan mobilisasi dini
d. Menganalisis pengaruh tinggi fundus uteri antara ibu post partum yang dilakukan dan yang tidak dilakukan pijat oksitosin dan mobilisasi dini
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan post test only control group. Dalam model rancangan ini, kelompok eksperimen dan kontrol di bentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat dianggap setara.
Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan pijat oksitosin dan mobilisasi dini.
Setelah perlakuan diberikan dalam jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran variabel terikat pada kedua kelompok, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya (Swarjana, 2012, hlm.69) Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu pasca partum yang yang melahirkan normal di BPM (Bidan Praktik Mandiri) Tlogoweru Demak. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 38 responden, dengan perincian 19 responden kelompok eksperimen dan 19 responden kelompok kontrol. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metline untuk mengukur tinggi fundus uteri, lembar observasi mengenai data tinggi fundus uteri, seperangkat alat tulis, form informed consent sebagai bukti ketersediaan menjadi responden. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan analisis Shapiro wilk dengan hasil p value 0,000 yang berarti data berdistribusi tidak normal. maka uji bivariat digunakan uji Mann-Whitney. Berdasarkan uji statiistik dengan menggunakan uji Mann- Whitney didapatkan hasil nilai sig (2-tiled) sebesar < 0,05 sehingga ada pengaruh signifikan penurunan TFU pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
HASIL PENELITIAN 1. Usia Responden
Distribusi karateristik responden berdasarkan umur ibu post partum dirangkum dalam tabel berikut ini:
38
Tabel 5.1
Distribusi karateristik responden berdasarkan umur tahun 2016 (n = 38)
Variabel Mean
Median SD Min-
Malk 95%Cl Umur
Kelompok Eksperime n
23.32 21.00
5.089 18-35 20.86- 25.77
Umur Kelompok Kontrol
26.05 25.00
3.659 21-35 21.29- 27.82
Berdasarkan tabel 5.1 hasil analisis umur rsponden pada kelompok eksperimen didapatkan rata-rata umur ibu adalah 23.32 tahun (95% CI:20.85-25.77), median 21.00 tahun dengan standar deviasi 5.089 tahun.
Umur termuda 18 tahun dan umur tertua 35 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata umur ibu adalah 20.85 tahun sampai dengan 25.77. Sedangkan hasil analisis pada kelompok kontrol didapatkan rata- rata umur ibu adalah 26.05 tahun (95% CI:
24.29-27.82), median 25.00 tahun dengan standar deviasi 3.659 tahun. Umur termuda 21 tahun dan umur tertua 35 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata umur ibu adalah 24.29 tahun sampai dengan 27.82.
2. Paritas dan Menyusui
Distribusi karateristik responden berdasarkan status paritas dan menyusui dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi karateristik responden berdasarkan paritas dan menyusui tahun 2016 (n = 38)
Variabel n
Primigavida (ASI)
Multigravida (PASI)
f % f %
Paritas kelompok ekperimen
19 12 63.2 7 36,8
Paritas kelompok kontrol
19 12 63.2 7 36,8
Menyusui kelompok eksperimen
19 13 68.4 6 31.6
Menyusui kelompok kontrol
19 14 73.3 5 26.3
Berdasarkan tabel 5.2 Dari hasil analisis paritas pada kelompok eksperimen menunjukkan Primigavida sebesar 12 responden (63.2%) dan Multigravida sebesar 7 responden (36.8 %). Sedangkan hasil analisis pada kelompok kontrol menunjukkan Primigavida sebesar 12 responden (63.2%) dan Multigravida sebesar 7 responden (36.8
%).
Hasil analisis menyusui pada kelompok eksperimen menunjukkan menyusui dengan ASI sebesar 13 responden (68.4%) dan menyusui dengan PASI sebesar 6 responden (31.6 %). Sedangkan hasil analisis pada kelompok kontrol menunjukkan menyusui dengan ASI sebesar 14 responden (73.7%) dan menyusui dengan PASI sebesar 5 responden (26.3 %).
3. Penurunan TFU hari ke-9 Tabel 5.3
Distribusi karateristik responden berdasarkan penurunan TFU tahun 2016 (n = 38)
Variabel Mean Median
SD Min- Mak
95%
CI Penurunan
TFU Hari Ke- 9 kelompok Eksperimen
9.42 10.00
0.692 8-10 9.09- 9.75
Penurunan TFU Hari Ke-
9 Kelompok Kontrol
8.68 9.00
0.478 8-9 8.45- 8.91
Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis TFU pada kelompok eksperimen didapatkan rata-rata penurunan TFU ibu adalah 9.42 cm (95% CI:
9.09-9.75), median 10.00 cm dengan standar deviasi 0.692. TFU terendah 8 dan tertinggi 10. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata penuerunan TFU adalah 9.23 sampai dengan 9.82. Sedangkan hasil analisis pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata penurunan TFU adalah 9.00 (95% CI: 8.45-8.91), median 8.68, dengan standar deviasi 0.478. Penurunan TFU terendah 8 dan tertinggi 9. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata penurunan TFU adalah 8.45 sampai dengan 8.91.
ANALISA BIVARIAT 1. Uji Normalitas Data
Hasil uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4
Hasil uji normalitas data (n=38) variabel Shapiro-Wilk
Statistik Df Sig.
Penurunan TFU hari ke-
9 kelomok eksperimen
0,751 19 0,000
Penurunan TFU hari ke-
9 kelomok kontrol
0,591 19 0,000
Berdasakan tabel 5.4 uji normalitas data dari 19 responden yang diberikan intervensi didapatkan nilai statistik 0.751 dan sig 0.000, sedangkan 19 responden yang tidak diberikan intervensi didapatkan nilai statistik 0.591 dan sig 0.000. nilai sig dari kedua variabel tersebut <0,05 yang berarti kedua variabel tersebut berdistribusi tidak nomal.
2. Uji Mann-Whitney
Mengetahui hasil data uji normalitas memiliki nilai p ≤ 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data kedua kelompok tidak normal, maka uji bivariat digunakan uji Mann-Whitney.
Hasil perhitungan uji Mann-Whitney sebagai berikut:
Tabel 5.5
Selisih TFU hari ke-9 pada responden yang dilakukan pijat oksitosin &
mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan (n=38)
variabel Mean rank Sign.
Selisih TFU H-
9
Intervensi kontrol
24.92 14.08
0,001
Hasil tabel 5.5 Berdasarkan uji statiistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan hasil nilai sig (2-tiled) sebesar <
0,05 yaitu terdapat perbedaan penurunan TFU yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pijat oksitosin dan mobilisasi dini terhadap penurunan TFU pada ibu postpartum.
PEMBAHASAN
1. Karateristik Demografi Responden a. Usia Ibu
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karateristik usia responden dari 19 responden pada kelompok eksperimen menunjukkan rata-rata usia ibu yaitu 20.86- 25.77 tahun. Sedangkan 19 responden pada
kelompok kontrol meunjukkan rata-rata usia ibu yaitu 24.29-27.82 tahun. Kehamilan paling ideal bagi seorang wanita adalah saat usia berada pada rentang 20-35 tahun.
Karena pada usia tersebut alat repoduksi sudah matang dan siap untuk berepoduksi (Ririh, 2012, ¶1).
Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ahmad (2011) tentang Gambaran Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Hari Pertama Sampai Hari Ketiga Pada Ibu Post Partum Yang Menyusui Dini Di Rsia Pertiwi Makassar menunjukkan dari 56 responden didapatkan hasil uniariat sebanyak 29 orang ibu post partum yang memiliki penurunan TFU cepat pada usia dewasa awal (20-27 tahun). Hal ini menunjukan usia antara 20–35 tahun merupakan usia paling baik untuk masa reproduksi.
Pada wanita usia diatas 35 tahun elastisitas uterus mulai berkurang sehingga dapat memperlambat proses involusi uteri.
Sedangkan pada usia remaja (<20 tahun), organ reproduksi wanita belum matang sempurna dan dari segi psikologi juga masih belum siap (Ambarwati dan Wulandari, 2010, hlm.92). Perubahan uterus yang terjadi pada ibu postpartum salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2012, hlm.34) b. Paritas
Hasil penelitian berdasakan karateristik paritas pada kelompok eksperimen, didapatkan 12 responden primigravida (63.2%) dan 7 responden multigravida (36.8%). Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan 12 responden primigravida (63.2%) dan 7 responden multigravida (36.8%). Peneliti dalam hal ini tidak membedakan antara kelompok primigravida atau multigravida.
Pada kelompok primigravida fisiologi otot- otot rahim tingkat elastisitasnya masih dalam keadaan baik dan belum pernah mengalami peregangan dari persalinan sebelumnya yang dapat mempengaruhi proses involusi uterus.
Sedangkan pada kelompok multigravida kecepatan involusi uterus cenderung menurun karena otot uterus pada multigravida lebih lemas tonus ototnya dan sudah sering teregang sehingga memerlukan waktu yang lama untuk proses involusi uterus (Reeder, Martin & Korniak, 2011, hlm.46)
c. Menyusui eksklusif
Hasil penelitian berdasakan karateristik menyusui eksklusif pada kelompok eksperimen didapatkan 13 responden dengan memberikan ASI (68.4%) dan 6 responden dengan memberikan PASI (31.6%).
Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan 14 responden memberikan ASI (73.7%) dan 5 responden memberikan PASI (26.3%)
Hasil penelitian diatas tentang karateristik menyusui eksklusif sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyantika (2011) dengan judul Pengaruh Frekuensi Pemberian ASI Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Patum Di Desa Petirejo Temanggung sebanyak 30 responden didapatkan adanya pengaruh secara signifikan pemberian ASI dengan penurunan tinggi fundus uteri.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ambarwati dan Wulandari (2008) bahwa menyusui merupakan rangsangan psikis dan juga merupakan erefleks daeri mata ibu ke otak yang mengakibatkan pengeluaran oksitosin, sehingga uterus akan berkontaksi lebih baik dan pengeluaran lochea lebih lancar, oleh sebab itu ibu yang menyusui involusi uterus lebih cepat dari yang tidak menyusui.
d. TFU pada kelompok eksperimen yang diberi pijat oksitosin dan mobilisasi dini.
Hasil yang dilakukan pada kelompok eksperimen menunjukkan setelah diberi pijat oksitosin dan mobilisasi dini rata-rata penurunan TFU hari ke-9 adalah 9.42 cm.
Periode pasca partum adalah masa setelah partus selesai, masa 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut inolusi uterus (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2012, hlm.492- 493)
Hal ini didukung oleh penelitian Khasanah (2010) dengan judul Pengaruh Menyusui Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum Normal Di Rumah Bersalin Permata Ibu Perembun sebanyak 30 responden (95%) ibu post partum yang menyusui mengalami penurunan tinggi fundus uteri lebih cepat.
Proses involusi uterus disertai dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU) pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di simpisis pubis (Bahiyatun, 2009, hlm.60)
e. TFU pada kelompok kontrol tanpa diberi pijat oksitosin dan mobilisasi dini
Hasil yang dilakukan pada kelompok kontrol rata-rata penurunan TFU hari ke-9 adalah 8.68 cm. Pada kelompok kontrol proses involusi uterus terjadi secara alami karena fundus akan turun 1 cm setiap hari.
Meskipun tidak diberi perlakuan kelompok kontrol akan mengalami penurunan.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tianastia (2014) dengan judul Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Patum di ERSUP DR. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi lebih turun dibandingkan dengan kelompok kontrol
2. Pengaruh pijat oksitosin dan mobilisasi dini terhadap penurunan TFU pada ibu postpatum di BPM demak
Hasil analisis bivariat dengan menggnakan uji Mann-Whitney didapatkan hasil penurunan tinggi fundus uteri hari ke-9 pada kelompok intervensi dan kontrol memiliki p=0,001 sehingga dari hasil tersebut terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol maka dapat disimpulkan bahwa ibu postpartum yang dilakukan pijat oksitosin dan mobilisasi dini mengalami percepatan penurunan tinggi fundus uteri dibanding yang tidak dilakukan pijat oksitosin dan mobilisasi dini.
Hasil penelitian diatas didukung olek penelitian yang dilakukan Fauziah (2014) dengan judul Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Pospartum Primigravida Di Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Menunjukkan bahwa terdapat percepatan penurunan TFU yang bermakna pada kelompok intervensi (p=0.000).
Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Peroses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat konteraksi otot-otot polos (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2012, hlm.492-493) Proses involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/ endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang ditantai
dengan warna dan jumlah lochea (Saleha, 2009, hlm.54)
Untuk membantu proses involusi uterus salah satunya dapat dilakukan dengan pijat oksitosin dan mobilisasi dini. Manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi sumbatan ASI.
Merangsang pelepasan hormon oksitosin yang penting untuk meningkatkan kontraksi rahim pascasalin, sehingga mengurangi resiko perdarahan pada ibu. Manfaat mobilisasi dini yaitu dengan bergerak, otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula
(Manuaba, 2008, hlm.150)
SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pijat oksitosin dan mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum di BPM Demak, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-Rata umur responden pada kelompok eksperimen adalah 23.32 tahun sedangkan rata-rata pada kelompok kontrol adalah 26.05 tahun. Pada paritas didominasi oleh kelompok primigravida sebesar 12 responden (63.2%). Dan menyusui pada kelompok eksperimen sebesar 13 responden (68.4%) dengan memberikan ASI, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 14 responden (73.7%) dengan memberikan ASI
2. Penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi setelah dilakukan pijat oksitosin dan mobilisasi dini yaitu hari ke-9 rata-rata 9.42 cm.
3. Penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol hari ke-9 rata-rata 8,68 cm.
4. Terdapat perbedaan 0.74 cm antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dengan nilai p value 0,001 (<0,05) sehingga ada perbedaan signifikan penurunan TFU pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. (2011). Gambaran Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Hari Pertama Sampai Hari Ketiga Pada Ibu Post Partum Yang Menyusui Dini Di Rsia Pertiwi Makassar. http://id.portalgaruda.org.
Diakses minggu, 3 April 2016 08.35 WIB
Ambarwati, E.R., & Wulandari, D.
(2010). Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta : Mitra Cendekia Press Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Bobak., Lodermilk., & Jensen. (2012).
Buku Ajar Keperawatan
Maternitas,Edisi 4. Jakarta: EGC Fauziah, H.W. (2014). Pengaruh Pijat
Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Primigravida Di Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. http://id.portalgaruda.org.
Diakses Senin, 4 April 2016 13.00 WIB
Fefendi, (2008). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (20012). Profil kesehatan indonesia tahun 2011. Jakarta:
departemen kesehatan indonesia
Khasanah, D.W. (2010). Pengaruh Menyusui Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum Normal Di Rumah Bersalin Permata Ibu Perembun.
http://id.portalgaruda.org. Diakses Rabu, 30 Maret 2016 14.00 WIB Manuaba, (2008). Buku Ajar Patologi
Obstetri – Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC
Maryunani, A. (2009). Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta: TIM Riyantika, (2011). Pengaruh Frekuensi
Pemberian ASI Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Patum Di Desa Petirejo Temanggung.
http://id.portalgaruda.org. Diakses jum’at, 1 April 2016 16.25 WIB Tianastia, N. (2014). Pengaruh Senam Nifas
Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Patum di ERSUP
DR. M. Djamil.
http://id.portalgaruda.org. Diakses Sabtu, 9 April 2016 10.25 WIB