• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan dosis dan konsentrasi yang dianjurkan untuk diterapkan pada tanaman. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh pemberian pupuk cair Nasa dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) di tanah Ultisol Simalingkar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dan pupuk organik NASA terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) di tanah Ultisol Simalingkar.

Diduga pengaruh pemberian pupuk organik cair NASA terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Diduga ada interaksi antara pupuk cair NASA dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.). Untuk mendapatkan kombinasi terbaik pupuk cair Nasa dan kotoran ayam untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).

Kandungan pupuk organik cair (POC) secara bertahap akan memperbaiki konsistensi (kelembaban) tanah keras dan akan cepat melarutkan SP-36. Pupuk organik cair akan merangsang perbanyakan senyawa untuk meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Pupuk organik cair terutama diaplikasikan melalui daun atau disebut pupuk daun cair yang mengandung.

Pupuk Organik Cair Nasa merupakan pupuk organik cair yang merupakan hasil penemuan yang luar biasa dalam dunia pertanian.

Pupuk Kandang Ayam

Penyerapan unsur hara yang cepat pada kotoran ayam diperlukan untuk pertumbuhan bawang merah, seperti pertumbuhan tinggi dan jumlah daun per tanaman. benjolan bawang merah. Berdasarkan penelitian Bolly YY dan Jeksen J, (2021), perlakuan pemberian pupuk pada tanaman mentimun dengan dosis 60 ton/ha dapat meningkatkan produksi tanaman mentimun hingga 19,98 ton/ha. Kotoran ayam merupakan sumber unsur hara makro dan mikro yang baik serta mampu meningkatkan kesuburan tanah dan menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah serta meningkatkan aktivitas mikroba sehingga lebih cepat terurai (Odoemena, 2006).

Penelitian Sari et al., (2016) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis berbeda berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan hasil produksi kembang kol. Pemberian dosis pupuk kandang ayam dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah masam. Jenis pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan.

Hewan yang kotorannya sering dijadikan pupuk kandang adalah hewan yang dapat dipelihara seperti sapi, kambing dan ayam. Pupuk kandang merupakan produk yang berasal dari limbah ternak, dalam hal ini kotoran hewan. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kondisi pemeliharaan, lama atau baru pupuk kandang dan tempat pemeliharaan.

Manfaat penggunaan pupuk kandang telah dikenal selama berabad-abad untuk pertumbuhan tanaman, baik tanaman pangan, hias maupun perkebunan. Penggunaan kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang kekurangan bahan organik dan dapat menyuburkan tanaman. Unsur hara mikro yang tidak terdapat pada pupuk lain tersedia pada pupuk kandang seperti Mn, Co dan lain-lain (Sutanto, 2010).

Kotoran ayam banyak mengandung jerami dan memiliki rasio C/N yang tinggi sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk terurai (Novizan, 2005). Kotoran ayam dapat memperbaiki sifat fisik tanah yang dibenahinya, antara lain melonggarkan struktur tanah, menggelapkan warna tanah, meningkatkan daya ikat air dan meningkatkan aerasi tanah. Penggunaan kotoran ayam di dalam tanah dengan ultrasol secara tidak langsung dapat memberikan sumber energi bagi mikroorganisme di dalam tanah, sehingga mikroorganisme berkembang biak dengan baik dan dapat menguraikan bahan organik, membantu meningkatkan aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air tanaman, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan mampu menyerap unsur hara secara optimal untuk pertumbuhan tanaman (Wulandari, 2011).

Tanah Ultisol

Sedangkan sifat kimia mampu meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, C organik dan unsur hara serta sifat biologi dapat memperbaiki kondisi kehidupan mikroorganisme tanah. Tanah Ultisol yang terbuat dari batu granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya memiliki tekstur kasar seperti lempung berpasir, sedangkan Ultisol yang terbuat dari batu gamping, batuan andesitik juga cenderung memiliki tekstur halus seperti lempung dan lempung halus (Prasetyo, et al., 2005). ). Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang persebarannya cukup luas, mencapai 2.000 ha atau setara dengan 25% luas daratan Indonesia.

Tanah ultisol memiliki tingkat perkembangan yang cukup maju, ditandai dengan penampang tanah yang dalam, peningkatan fraksi liat dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam dan kejenuhan basa rendah. Secara umum tanah utisol berpotensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik, tanah ini juga miskin unsur hara terutama unsur hara P dan kation yang dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na dan K, kadar Al tinggi, KTK rendah dan peka terhadap erosi (Sri Diningsih dan Mulyadi, 1993). Menurut Rismunandar (1993), bahaya erosi yang terjadi pada tanah ultisol dapat diatasi dengan terlebih dahulu menampung air hujan melalui dedaunan.

Cara yang dapat dilakukan agar tanah dengan ultrasol selalu terlindungi dari erosi adalah: mengatur pola olah tanah agar tanah. Untuk meningkatkan produksi bawang merah, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memperluas areal tanam di dataran rendah dan menggunakan bahan organik. Perluasan areal tanam di dataran rendah merupakan salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan areal produktif di dataran tinggi.

Selain penggunaan bahan organik, salah satu teknik budidaya yang tepat dan ramah lingkungan di dataran rendah khususnya ultisol. Dimana kandungan nutrisi pada ultisol rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berlangsung cepat.

Tempat dan Waktu Penelitian

Alat dan Bahan

Metode Penelitian .1 Rancangan Percobaan

Metode Analisa Data

Yijk = Hasil pengamatan faktor konsentrasi pupuk organik cair Nasa taraf ke-i dan faktor takaran kotoran ayam taraf j pada pengulangan ke-k. αi = Jumlah pupuk organik cair Nasa pada taraf ke-i βj = Jumlah kotoran ayam pada taraf j. αβ)ij = Besarnya interaksi pupuk organik cair NASA taraf i dan kotoran ayam pada taraf j. Hasil varians berpengaruh nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji jangkauan Duncan pada taraf uji α = 0,05 dan α = 0 , 01 untuk membandingkan perlakuan dan kombinasi perlakuan (Malau, 2005).

Pelaksanaan Penelitian .1 Pemilihan Varietas Bibit

  • Persiapan Umbi Bibit Bawang Merah
  • Pengolahan Lahan
  • Pemberian Pupuk Dasar
  • Penanaman
  • Aplikasi Perlakuan
  • Pemeliharaan Tanaman 1. Penyiraman dan Penyulaman

Dalam budidaya bawang merah diperlukan berbagai jenis unsur hara untuk menunjang pertumbuhannya, baik pupuk organik maupun anorganik. Dosis pupuk yang dianjurkan untuk bawang merah adalah 200 kg N/ha, 90 kg P2O5 dan 75 kg K2O/ha. Berdasarkan rekomendasi di atas maka perhitungan pupuk dasar bawang merah bekas berupa pupuk tunggal yaitu pupuk urea (46%) dengan perhitungan sebagai berikut: Kandungan unsur N pada kotoran ayam rata-rata sama dengan dari 2. %.

Pupuk tunggal yang digunakan sebagai pupuk dasar untuk memenuhi kekurangan unsur hara N adalah pupuk Urea (46%). Kotoran ayam yang diberikan adalah kotoran ayam yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak panas, dan bentuknya menyerupai tanah. Pupuk Urea diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis anjuran 1,84 ton N/ha atau setara dengan 184 gram/m2.

Kotoran siap pakai ditandai dengan warna hitam, tidak berbau, tidak panas, dan memiliki bentuk tersendiri. Bawang merah tidak membutuhkan banyak hujan, karena umbi mudah membusuk, tetapi bawang merah membutuhkan banyak air selama pertumbuhan. Oleh karena itu, jika matahari sore bersinar, tanaman bawang merah harus disiram secara intensif sejak tanam hingga menjelang panen.

Gulma perlu dicabut karena akan bersaing dengan bawang merah untuk mendapatkan air, unsur hara, sinar matahari, bahkan gulma sering dijadikan sarang hama dan penyakit. Dengan menumbuk, kita ingin menutupi bagian sekitar akar sekaligus menggemburkan tanah di sekitar akar bawang merah, agar bawang merah tetap kokoh dan tidak mudah busuk. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah adalah ulat bulu (Spodoptera), thrips, bercak merah (Trotol), (Colletotrichum), busuk umbi (Fusarium), Sclerotum busuk putih, Stemphyluim busuk daun dan virus.

Pada umumnya tindakan pengendalian dilakukan pada minggu kedua setelah tanam dan pada minggu kedelapan dengan selang waktu 2-3 hari untuk mencegah serangan pada seluruh tanaman bawang merah. Bawang merah yang dipanen terlihat bila ditandai dengan 60% leher batang lunak, batang mati dan daun menguning. Bawang merah yang telah dipanen diikat pada batangnya agar lebih mudah digantung, kemudian dijemur di rak hingga benar-benar kering (1-2 minggu), kemudian dilanjutkan dengan proses pengelompokan sesuai dengan umbinya.

Parameter Penelitian

  • Tinggi tanaman
  • Jumlah daun
  • Jumlah umbi per rumpun
  • Bobot basah umbi
  • Bobot kering umbi
  • Produksi umbi per petak
  • Produksi umbi per hektar

Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh petani untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi. Pengendalian hama dan penyakit yang tidak memadai 2-3 jenis pestisida, dosis yang tidak tepat, nozzle yang tidak standar dapat menyebabkan masalah serius bagi kesehatan, lingkungan dan lain-lain. Untuk mencegah penggunaan pestisida yang berlebihan, jangan mencampur beberapa jenis pestisida, gunakan pestisida sesuai dosis yang dianjurkan, gunakan sprayer standar.

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun, jumlah umbi per rumpun, berat segar umbi (gram), berat kering umbi (gram), produksi umbi per petak dan produksi umbi per hektar. Pengukuran tinggi tanaman pada bawang merah dimulai dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi (titik tumbuh tanaman). Pengukuran dilakukan terhadap 5 sampel rumpun tanaman sebagai batas pengukuran tinggi tanaman, dibuat ajir dan diberi tanda pada pangkal akar sebagai batas awal pengukuran yang dimulai dari 2 MST sampai 6 MST.

Pengukuran berat basah per tanaman diukur dengan menimbang hasil umbi bawang merah dibagi dengan jumlah tanaman per petak. Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menimbang hasil umbi setelah pemotongan daun yang sebelumnya dibersihkan dari tanah yang menempel. Produksi umbi per petak dilakukan dengan cara membersihkan umbi bawang merah dari kotoran yang menempel pada umbi, kemudian ditimbang dari 9 rumpun tanaman per petak (semua tanaman dalam petak kecuali tanaman pinggir), penimbangan dilakukan pada saat panen dengan menggunakan ' neraca analitik.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pengaruh kombinasi konsentrasi pupuk organik cair dan klon terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rami (Boehmeria nivea L. Gaud) pada variabel pengamatan