Loyalitas pelanggan dan perilaku berpindah dapat dipengaruhi oleh sejauh mana pelanggan merasa puas terhadap produk/jasa yang diberikan perusahaan. Temuan penelitian dari Mohsan, et al. 2011) menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan dan niat untuk beralih. Hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh negatif signifikan terhadap niat berpindah pelanggan.
Survei ini mengkaji kualitas layanan, loyalitas pelanggan, dan niat pelanggan untuk beralih ke kepuasan pelanggan di PT. Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan dan dampaknya terhadap loyalitas pelanggan dan niat berpindah. Hipotesis pertama (H1) dari penelitian ini adalah kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan yang diterima.
Hipotesis kedua (H2) penelitian ini yaitu kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan diterima. Sarfraz Khan, Zeeshan Shaukat dan Numan Aslam (2011) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan loyalitas pelanggan. Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif signifikan terhadap niat pelanggan untuk beralih diterima.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Farzan Mohsan, dkk. 2011) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh negatif signifikan terhadap niat pelanggan untuk beralih.
PENGARUH OVERCONFIDENCE, EXPERIENCE, EMOTION TERHADAP RISK PERCEPTION DAN RISK ATTITUDE PADA INVESTOR PASAR MODAL
DI SURABAYA
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama: pertama untuk menyelidiki pengaruh terlalu percaya diri, pengalaman dan emosi pada persepsi risiko dan sikap risiko dan kedua untuk menyelidiki hubungan antara persepsi risiko dan sikap risiko. Dapat dijelaskan bahwa investor dengan tingkat overconfidence tinggi memiliki persepsi risiko yang rendah. Hubungan antara terlalu percaya diri, pengalaman dan emosi dengan persepsi risiko dan sikap berisiko dapat digambarkan dalam kerangka pada Gambar 1.
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory karena bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara faktor internal dengan persepsi risiko dan sikap risiko. Persepsi risiko adalah persepsi investor terhadap risiko yang akan dihadapinya ketika berinvestasi pada aset keuangan yang dipilih. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tipikal responden dalam penelitian ini adalah investor yang selalu menggunakan emosinya dalam mengambil keputusan investasi.
Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa responden dalam penelitian ini adalah investor yang cenderung memiliki persepsi risiko yang tinggi. Kemudian berdasarkan tanggapan responden terhadap variabel sikap risiko menunjukkan bahwa investor dalam penelitian ini cenderung menjadi pencari risiko. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat nilai estimasi koefisien jalur overconfidence pada persepsi risiko dan sikap risiko adalah 0,165 dan 0,095.
Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa hubungan antara terlalu percaya diri dengan persepsi risiko dan sikap terhadap risiko adalah positif (searah). Selain itu, nilai koefisien estimasi jalur emosional pada persepsi risiko dan sikap risiko adalah -0,032 dan 0,224. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa hubungan antara persepsi risiko dan sikap risiko bersifat positif (searah).
Lebih lanjut, hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa overconfidence memiliki hubungan yang positif atau searah, namun tidak signifikan terhadap persepsi risiko. Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah pengalaman memiliki hubungan negatif dengan persepsi risiko. Hasil selanjutnya dalam penelitian ini adalah belum terbukti bahwa terlalu percaya diri, pengalaman dan emosi berpengaruh langsung terhadap sikap berisiko.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang terbukti dari persepsi risiko terhadap sikap risiko. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi ulang model persepsi risiko dan sikap risiko dengan determinan yang berbeda, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
RELIGIUSITAS DAN PERSEPSI RISIKO DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PERSPEKTIF GENDER
Selain mempertimbangkan aspek religiositas, pengusaha juga dipengaruhi oleh risiko yang akan dihadapinya dalam mengambil keputusan investasi. Keputusan investasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kewirausahaan dalam memulai dan menjalankan usaha. Penelitian ini akan mengkaji apakah variabel agama (religiusitas) yang tergabung dalam prinsip transaksi syariah dan persepsi risiko dapat memperjelas perilaku pengusaha muslim laki-laki dan perempuan di Sidoarjo dalam pengambilan keputusan investasi pada aset riil.
Jeffrey Inman dan Vikas Mittal (2008) menguji apakah gender dapat menjadi moderator dalam aktivitas pengambilan keputusan yang berisiko. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa persepsi risiko mempengaruhi pengambilan keputusan investasi, antara lain Nurul Badriyah (2010). Dalam menentukan investasi, laki-laki dan perempuan memiliki persepsi pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi.
Kerangka penelitian ini (Gambar 1) disusun untuk mengetahui pengaruh religiusitas (keagamaan) yang tercermin dalam prinsip transaksi syariah dan pengaruh persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan investasi bagi pengusaha muslim di Kabupaten Sidoarjo. H3: Terdapat pengaruh religiusitas (prinsip transaksi syariah) terhadap pengambilan keputusan investasi wirausaha melalui jenis kelamin sebagai variabel moderasi. Pengambilan keputusan investasi adalah membuat pilihan antara dua atau lebih alternatif keputusan investasi yang diinginkan.
Jawaban responden menunjukkan bahwa jarang sekali responden mengambil keputusan investasi tanpa permasalahan dan pertimbangan yang jelas mengenai manfaat, risiko dan keuntungan berinvestasi pada aset riil. Dengan demikian, hasil hipotesis penelitian ditolak atau dengan kata lain persepsi risiko tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan tentang investasi wirausaha. Pada tahap ini gender diuji sebagai moderator hubungan antara religiusitas dan pengambilan keputusan investasi.
Seperti hipotesis ketiga, hipotesis keempat ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan investasi. Berdasarkan analisis MRA (Moderate Regression Analysis) yang telah dilakukan, jenis kelamin dalam hal ini merupakan variabel moderasi potensial (Moderator Homologize) untuk pengaruh religiusitas dan persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan investasi. Berbeda dengan hasil penelitian He et al. 2011), yang membuktikan bahwa gender memoderasi keputusan investasi.
Baik pengusaha Muslim pria maupun wanita tidak menyukai risiko tinggi saat membuat keputusan investasi. Hasil analisis menunjukkan secara deskriptif dan statistik bahwa religiositas (prinsip transaksi syariah) dan persepsi risiko tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi.