PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Polusi Udara
Mengukur tingkat udara baik/buruk dapat diukur dengan menggunakan skala Indeks Standar Polutan (PSI) dan Indeks Kualitas Udara (AQI). Manusia dapat terus-menerus menghirup polutan dalam jumlah tertentu yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Partikel dengan diameter 2,5 hingga 10 mikrometer (PM10), disebut partikulat, biasanya hanya terhirup dari lubang hidung ke tenggorokan.
Beberapa senyawa merupakan polutan yang sering menyebabkan penyakit pada sistem pernapasan dan kardiovaskular: partikulat, ozon, nitrogen dioksida, timbal, dioksin, hidrokarbon aromatik polisiklik, senyawa organik volatil (VOC) dan karbon monoksida (CO).
Pembakaran dan Dampak Bagi Kesehatan
Beberapa senyawa lain yang menjadi pencemar yang sering menimbulkan penyakit pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler : 1.15. Karbon monoksida merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari pembakaran arang, kegiatan industri, asap, rokok, kendaraan bermotor. Dioksin adalah bahan kimia yang berasal dari proses industri atau proses alam, seperti kebakaran hutan, letusan gunung berapi, yang kemudian akan terakumulasi dalam persediaan makanan seperti daging dan ikan.
Hidrokarbon polisiklik aromatik dari pembakaran organik tidak sempurna, dari pembakaran bahan bakar, pembakaran kayu, mesin motor.
Pengaruh Polusi Udara Terhadap Saluran Napas
Sistem Pernapasan
- Anatomi
- Fisiologi Pernapasan
- Volume dan Kapasitas Paru
Pernapasan, atau ventilasi, adalah proses masuk dan keluarnya udara yang melibatkan berbagai struktur organ pernapasan antara alveoli paru-paru dan tekanan atmosfer. Masuk dan keluarnya udara disebabkan oleh perubahan tekanan selama ventilasi, setidaknya ada tiga tekanan yang berbeda selama ventilasi. Ketiga, tekanan intrapleural adalah tekanan yang ada antara lapisan pleura visceral dan lapisan pleura parietal.
Udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, sehingga proses inspirasi dan ekspirasi diatur dengan peningkatan dan penurunan antara tekanan atmosfer dan tekanan intrapulmoner. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat dihirup setelah napas tidal normal, sekitar 3000 ml. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat dihembuskan setelah ekspirasi volume tidal normal, sekitar 1100 ml.
Volume residu adalah volume yang tersisa di paru-paru setelah ekspirasi maksimal, kira-kira 1200 ml. Kapasitas inspirasi adalah jumlah dari volume tidal udara ditambah volume cadangan inspirasi, kira-kira 3500 ml. Kapasitas residu fungsional adalah penjumlahan dari volume cadangan ekspirasi udara ditambah volume residu, kira-kira 2300 ml.
Kapasitas vital adalah jumlah akumulasi volume cadangan inspirasi ditambah volume cadangan tidal dan ekspirasi, kira-kira 4600 ml. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat dihirup ke dalam paru-paru selama inspirasi kuat, dihitung dengan menjumlahkan kapasitas vital ditambah volume residu, kira-kira 5800 ml.
Arus Puncak Ekspirasi
Peak Flow Meter
Faktor yang Mempengaruhi Arus Puncak Ekspirasi
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Hipotesis
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh paparan asap dengan peak expiratory flow pada pedagang sate di kota Medan dengan menggunakan peak flow meter. Berikut distribusi frekuensi Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) pedagang sate di kota Medan. Penelitian ini memerlukan analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh paparan asap terhadap puncak hembusan nafas pedagang sate di Kota Medan.
Berdasarkan uraian hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa: “ada pengaruh paparan asap terhadap nilai arus ekspirasi maksimum pedagang sate di Kota Medan Tahun 2022”. Terdapat pengaruh Paparan Asap dengan Nilai Arus Ekspirasi Puncak pada Penjual Sate di Kota Medan Tahun 2022. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Paparan Asap dengan Nilai Arus Ekspirasi Puncak Pada Penjual Sate di Kota Medan Tahun 2022” .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh paparan asap terhadap nilai arus puncak ekspirasi pedagang sosis di kota Medan. Untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh paparan asap terhadap nilai arus peluruhan puncak pada pedagang sate di Kota Medan Tahun 2022”. PENGARUH SAMBUNGAN ASAP DENGAN NILAI EXCELLENT DECAY LIQUID TERHADAP PENJUAL NEGARA DI KOTA MEDAN TAHUN 2022.
Kesimpulan: Paparan asap berpengaruh signifikan terhadap nilai arus puncak ekspirasi penjual sate. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan asap terhadap nilai arus puncak ekspirasi pedagang sate di Kota Medan tahun 2022.
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional
Jenis Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian
- Waktu penelitian
Lokasi Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
- Populasi Penelitan
- Sampel penelitian
- Besar Sampel
Teknik Pengumpulan Data
- Alat Penelitian
- Cara Pengukuran
- Pengambilan Data
Tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan dengan peak flow meter pada volume ekspirasi maksimum dan ulangi tiga kali, hasil tertinggi dicatat sebagai aliran ekspirasi puncak. Sampel diberikan informed consent sebagai tanda keikutsertaan - Sampel akan diwawancarai untuk mengetahui lama bekerja.
Pengelolahan Data dan Analisa Data
- Analisa Data
Tahapan Penelitian
Berikut karakteristik sosiodemografi dari 35 pedagang sate di Medan yang menjadi subyek penelitian ini. Berikut distribusi frekuensi paparan asap rokok yang diukur dengan jam kerja penjual sate. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh penjual sate yang memiliki skor APE pada kategori Sedang.
Ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan gangguan pernapasan, sehingga dapat dinyatakan bahwa usia bukan merupakan faktor penentu nilai puncak ekspirasi bagi penjual yang ramah. Berdasarkan masa kerja pedagang sate di Kota Medan diketahui bahwa sebagian besar responden (40%) memiliki masa kerja 9-10 tahun, yaitu 37,1%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa paparan asap mempengaruhi nilai puncak ekspirasi pedagang sosis di Kota Medan tahun 2022. Hal ini dibuktikan dengan pengujian menggunakan korelasi Chi-Square diperoleh nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,004 (p < 0,05).
Subyek penelitian ini didominasi oleh 40% pedagang sate di Medan dengan masa kerja 9-10 tahun, kemudian 37,1% pedagang sate memiliki masa kerja 5-6 tahun, dan terdapat 22,9% pedagang sate di Kota Medan. penjual sate di Medan dengan masa kerja 7-8 tahun. Subjek penelitian ini didominasi oleh 40% penjual sate dengan skor APE sedang dan 48,6% penjual sate lainnya dengan skor APE baik. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan korelasi chi-squre untuk mengetahui pengaruh paparan asap terhadap nilai arus ekspirasi maksimum pedagang sate di kota Medan tahun 2022.
Karakteristik Responden Berikut adalah karakteristik sosiodemografi dari 35 pedagang sate di Medan yang menjadi subyek penelitian ini. Berdasarkan karakteristik responden didominasi oleh 40% penjual sate dengan masa kerja 9-10 tahun dan 40% penjual sate dengan skor APE sedang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lima kecamatan di Kota Medan, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Polonia Medan dan Kecamatan Medan Johor. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang sate yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia menjadi subjek penelitian dengan mengisi informed consent yang telah diberikan.
Hasil analisis data
- Karakteristik Responden
- Masa Kerja (Paparan Asap)
- Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE)
- Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel usia penjual sate termuda adalah 30 tahun, sedangkan usia penjual sate tertua adalah 55 tahun, dan rata-rata usia penjual sate adalah 38,5 tahun, maka berdasarkan tinggi badan responden tertinggi adalah 170 cm, tinggi badan terpendek adalah 160 cm, dan tinggi rata-rata penjual sosis adalah 163,5 cm. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa responden dalam penelitian ini terpapar asap saat berjualan barbeque selama 9-10 tahun. Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 35 responden sebagian besar memiliki nilai APE dalam kategori baik, sedangkan responden lainnya memiliki nilai APE dalam kategori sedang.
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji korelasi kontinjensi yang diolah dengan menggunakan SPSS 26 sebagai berikut. Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa dari 13 orang pedagang sate yang terpapar asap rokok selama 5-6 tahun masa kerjanya, sebagian besar pedagang sate memiliki nilai APE yang baik, sedangkan 2 (15,4%) responden lainnya memiliki nilai APE sedang. nilai, dan 8 penjual sate. Sebagian besar yang terpapar asap rokok selama masa kerjanya 7-8 tahun yaitu 5 orang (62,5%) responden memiliki nilai APE sedang dan 3 orang lainnya (37,5%) memiliki nilai APE baik. Kemudian tabel diatas menunjukkan nilai signifikansi (P-Value) lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,004, sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak.
Pembahasan
- Karakteristik Responden
- Pengaruh Paparan Asap dengan Nilai Arus Puncak Ekspirasi pada
2019) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak searah antara masa kerja dengan nilai APE.34 Dapat disimpulkan bahwa semakin lama pekerja terpapar asap saat bekerja maka nilai APE pekerja tersebut akan semakin menurun. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas subjek yang memiliki masa kerja terlama memiliki skor APE paling rendah, sehingga dapat dinyatakan bahwa pekerja yang terpapar asap rokok selama masa kerjanya ≥ 5 tahun berisiko lebih besar untuk mengalami masalah lama. dibandingkan pekerja yang memiliki masa kerja ≥ 5 tahun, bekerja < 5 tahun. Hubungan antara kadar debu total dan masa kerja dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Brigjen Sudiarto Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bersifat analitik dengan desain cross sectional dengan pengukuran satu kali untuk pedagang sate di beberapa kecamatan di Kota Medan seperti Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Johor, Medan Kota. Kelurahan, Kecamatan Medan dan Kecamatan Medan Polonia. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dengan melakukan pengujian dengan peak flow meter (PFM) sebanyak tiga kali dan mengambil skor PFM tertinggi serta wawancara untuk mengetahui masa kerja penjual sate. Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa dari 13 orang pedagang sate yang terpapar asap rokok selama 5-6 tahun masa kerjanya, sebagian besar pedagang sate memiliki skor APE baik, sedangkan 2 (15,4%) responden lainnya memiliki skor APE sedang. Skor APE, dan 8 penjual sate terpapar asap dari waktu ke waktu.
Hasil survey ini menunjukkan usia penjual sate termuda adalah 30 tahun, kemudian usia penjual sate tertua adalah 55 tahun, sedangkan rata-rata usia penjual sate di Medan adalah 38,5 tahun. Diperoleh odds ratio sebesar 2.206 yang berarti bahwa karyawan dengan masa kerja yang lebih pendek memiliki risiko 2.206 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan dengan karyawan dengan masa kerja yang lebih lama. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khaliza (2019) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak searah antara masa kerja dengan nilai APE.11 Dapat disimpulkan bahwa semakin lama karyawan terpapar asap rokok selama bekerja, maka APE nilai karyawan ini akan menurun.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar subjek yang memiliki masa kerja terlama memiliki nilai APE paling rendah, sehingga dapat dinyatakan bahwa pekerja yang terpapar asap rokok selama masa kerjanya ≥ 5 tahun akan lebih berisiko terkena penyakit paru-paru. mengalami gangguan. Peneliti menyarankan kepada penjual sate untuk mengurangi efek asap pembakaran sate, sebaiknya penjual sate menjual satenya dengan alat pelindung diri seperti masker.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitis dengan desain penelitian cross-sectional. Analisis data menggunakan Chi Square Hasil: Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap paparan asap dengan nilai aliran ekspirasi maksimum (p=0,004). Peak flow meter adalah alat yang sederhana dan mudah digunakan untuk mengukur nilai Peak Expiratory Flow (APE).