• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PASIFISME DALAM BERUBAHNYA KONSTITUSI JEPANG

N/A
N/A
zainal ichwan

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH PASIFISME DALAM BERUBAHNYA KONSTITUSI JEPANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PASIFISME DALAM BERUBAHNYA KONSTITUSI JEPANG

Dosen Pengampu

Dr. Iwan Rachmad Soetijono, S.H., M.H.

Disusun oleh:

1. Zainal Ichwan (220910101054)

2. Bernardinus Doni Migo Segu (220910101072) 3. Daffa Abyan (220910101084) 4. Alya Latifa Rahmadanti (220910101143) 5. Muhammad Fahrial Firdaus (220910101051)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada 3 Mei 1947, Jepang ditekan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menerapkan konstitusi baru yang menghapus kekuasaan kaisar. Konstitusi baru ini memberikan hak pilih universal, melucuti Kaisar Hirohito dari semua kekuasaan kecuali simbolis, dan melarang hak Jepang untuk berperang. Sebelumnya, Kaisar Hirohito secara resmi dianggap sebagai penguasa mutlak Jepang dan tokoh kuasi- ilahi. Namun, konstitusi baru ini mengubah peran kaisar menjadi hanya sekadar simbol, sementara kekuasaannya dilucuti. Dokumen konstitusi baru ini sebagian besar merupakan karya Komandan Tertinggi Sekutu Douglas MacArthur dan staf pendudukannya, yang telah menyiapkan rancangan itu pada bulan Februari 1946 setelah upaya negara Jepang tidak dapat diterima. Pasal 9 dari konstitusi baru tersebut juga melarang Jepang untuk berperang lagi. Pada tahun 1949, MacArthur menyerahkan banyak wewenangnya kepada pemerintah Jepang, dan pada September 1951 Amerika Serikat mengakhiri pendudukan Jepang. Konstitusi baru ini juga menetapkan prinsip dasar yang menegaskan sikap cinta damai negara Jepang.

B. RUMUSAN MASALAH

Dengan adanya latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dapat kami temukan adalah sebagai berikut :

“Bagaimana prinsip dasar cinta damai yang tertanam dalam konstitusi tersebut membentuk identitas dan perilaku politik Jepang pascaperang?”

(3)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN A. LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini kami menggunakan Teori Pasifisme sebagai landasan teori yang mana teori Pasifisme adalah pandangan atau paham yang menentang terjadinya peperangan dan mengadvokasi cinta terhadap perdamaian (Gischa, 2022). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pasifisme diartikan sebagai aliran yang menentang perang. Asal-usul kata pasifisme dapat ditelusuri dari dua kata bahasa Latin, yaitu 'paci' yang artinya perdamaian, dan 'ficus' yang berarti membuat. Sementara penambahan akhiran '-isme' menunjukkan bahwa pasifisme adalah suatu paham atau ideologi yang menekankan penolakan terhadap perang.

B. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini kami menggunakan Study Pustaka dalam meneliti literatur dan kajian-kajian terdahulu yang juga meneliti mengenai Pasifisme dan kaitannya dengan Perubahan Konstitusi Jepang.

BAB III PEMBAHASAN

Pasca Perang Dunia II, Jepang mengalami transformasi mendalam yang melibatkan perubahan signifikan dalam struktur politik, ekonomi, dan sosialnya.

Salah satu nilai sentral yang menjadi pijakan perubahan ini adalah pasifisme, yang tercermin dengan jelas dalam Konstitusi Jepang tahun 1947. Artikel 9 dari konstitusi tersebut menjadi landasan bagi pasifisme Jepang, menegaskan penolakan terhadap hak untuk berperang sebagai cara penyelesaian konflik internasional. Hal ini menjadikan Jepang sebagai negara yang menolak akumulasi kekuatan militer atau potensi perang.

Pasifisme juga menciptakan arah baru dalam identitas nasional Jepang.

Seiring dengan demilitarisasi negara dan pembubaran pasukan militer yang ada, Jepang beralih dari citra militeristik masa lalu menuju sebuah negara yang menekankan nilai-nilai perdamaian, demokrasi, dan hak asasi manusia. Pergeseran identitas ini menjadi simbolik dalam pembentukan karakter Jepang pasca Perang Dunia II(Laksono, 2018).

(4)

Konsekuensi dari pasifisme ini melibatkan fokus yang lebih kuat pada kerjasama internasional dan diplomasi. Jepang mulai membangun hubungan diplomatik yang erat dengan negara-negara lain dan aktif berpartisipasi dalam organisasi internasional, terutama PBB. Pemilihan pendekatan ini menandakan komitmen Jepang untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan diplomasi, bukan kekuatan militer.

Selain itu, pasifisme membantu membentuk kebijakan ekonomi Jepang.

Dengan menolak pengeluaran besar-besaran untuk keperluan militer, Jepang dapat mengalokasikan sumber daya dan energi untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Keputusan ini memberikan kontribusi besar terhadap transformasi Jepang menjadi salah satu kekuatan ekonomi terkemuka di dunia.

Dalam konteks kepemimpinan, pasifisme memainkan peran kunci dalam membentuk pandangan politik dan nilai pemimpin-pemimpin Jepang pasca Perang Dunia II. Pemimpin-pemimpin ini lebih cenderung mempromosikan perdamaian, kerjasama internasional, dan norma-norma demokratis, menciptakan suatu paradigma kepemimpinan yang berbeda dari masa sebelumnya.

Secara keseluruhan, pasifisme telah menjadi pilar utama dalam pembentukan Jepang pasca Perang Dunia II, menciptakan fondasi untuk negara yang tidak hanya menolak kekerasan dan militerisme tetapi juga menjadi simbol perdamaian, kerjasama internasional, dan transformasi identitas nasional.

BAB IV KESIMPULAN

Dalam konteks pasca Perang Dunia II, Jepang mengalami perubahan mendalam dengan mengadopsi pasifisme sebagai nilai sentralnya. Terwujud dalam Konstitusi 1947, khususnya melalui Artikel 9, pasifisme menjadi simbol perubahan tersebut. Negara ini menegaskan penolakan terhadap hak untuk berperang sebagai cara penyelesaian konflik internasional, menciptakan identitas baru yang menolak militerisme dan menekankan nilai-nilai perdamaian, demokrasi, dan hak asasi manusia. Pasifisme juga membimbing Jepang menuju diplomasi dan kerjasama internasional, mengalokasikan sumber daya untuk pembangunan ekonomi daripada keperluan militer. Keputusan ini tidak hanya menciptakan fondasi kuat bagi perdamaian dan kerjasama global, tetapi juga membentuk wajah baru Jepang sebagai simbol negara yang menolak kekerasan dan mengejar perkembangan yang berkelanjutan.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Gischa, S. (2022, April 21). Apa itu pasifisme? KOMPAS.com.

https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/21/140000569/apa-itu- pasifisme-

Laksono, D. A. (2018). Pengaruh Idiosinkratik Shinzo Abe Terhadap Upaya Perubahan Kebijakan Luar Negeri Jepang Dari Pasifisme Idealis Menjadi Pasifisme Proaktif. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 7(3), 58–70.

Referensi

Dokumen terkait