• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2008

Anggun Maharani

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2008"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Ilmiah

Rabu, 25 Oktober 2023

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2008

Di susun oleh: Anggun Maharani, Christin Angeline Laia, Delima sianturi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk adalah parameter penting dalam suatu negara. Beberapa ahli ekonomi, seperti Adam Smith, melihatnya sebagai sumber daya potensial untuk meningkatkan produksi.

Namun, Robert Malthus mengingatkan bahwa pada suatu titik, pertumbuhan penduduk bisa menghambat pertumbuhan ekonomi. Di tahun 2000, Indonesia memiliki sekitar 205.135 juta penduduk dengan pertumbuhan 10.380 juta jiwa atau 5.33%

dari 1995. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk menjadi fokus utama, tetapi masalah jumlah penduduk yang besar dan penyebarannya yang tidak merata perlu diatasi.

Pemerintah telah mencoba mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program seperti KB, dan memindahkan penduduk dari Jawa ke luar Jawa melalui program transmigrasi. Selain itu, otonomi daerah diharapkan dapat mengurangi migrasi penduduk, terutama dari Pulau Jawa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kependudukan

Tesis utama Malthus adalah bahwa pertumbuhan penduduk lebih cepat daripada persediaan makanan, yang telah diungkapkan juga oleh ahli lain seperti Adam Smith dan Benjamin Franklin. Ini menyebabkan peningkatan penduduk yang tidak seimbang dengan sumber daya bumi, yang pada gilirannya menciptakan kemiskinan dan penderitaan. Ricardo, dalam bukunya "Principle Of Political Economy and Taxation," membahas pembagian pendapatan antara pekerja, pengusaha, dan pemilik tanah. Dia menyimpulkan bahwa redistribusi pendapatan cenderung menguntungkan pemilik tanah, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Menurut Smith, tingkat upah dipengaruhi oleh permintaan tenaga kerja, dengan tingkat upah yang tinggi jika permintaan lebih besar dari penawaran, dan rendah jika permintaan lebih kecil dari penawaran.

2.2 Teori Kemiskinan

Kemiskinan adalah permasalahan serius yang hampir semua negara di dunia hadapi. Secara umum, kemiskinan merujuk pada ketidakmampuan

(2)

seseorang memenuhi kebutuhan dasar dalam kehidupan. Menurut Sen, fokusnya adalah pada ketidakmampuan mencapai standar hidup tersebut, bukan sekadar apakah standar itu tercapai atau tidak.

Pemerintah di berbagai negara serius memperhatikan masalah kemiskinan.

Kemiskinan bisa diartikan sebagai kemiskinan relatif, terkait dengan ketidakmerataan distribusi pendapatan, atau sebagai kemiskinan absolut, ditentukan oleh kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Selain itu, ada juga kemiskinan struktural yang berkaitan dengan kondisi struktural kehidupan yang tidak menguntungkan, dan kemiskinan kultural yang dipengaruhi oleh faktor budaya yang memelihara kemiskinan.

Menurut Todaro, kemiskinan absolut adalah saat sejumlah orang tidak memiliki sumber daya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hidup di bawah tingkat pendapatan minimum atau garis kemiskinan internasional.

III. METODE

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisis tabulasi, untuk mengambarkan perkembangan jumlah penduduk,tingkat kemiskinan dan menghubungkannya dengan perkembangan besaran makro lainnya secara kuantitatif.

b. Analisis Regresi, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh jumlah penduduk, dan produk domestik bruto terhadap tingkat kemiskinan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi besar dan bahkan termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pertumbuhan penduduknya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, jumlah penduduknya adalah 179.381 juta jiwa, dan pada tahun 1995, angkanya meningkat menjadi 194.755 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan sekitar 15.374 juta jiwa atau sekitar 8.57% dari tahun 1990. Pada tahun 2000, jumlah penduduk mencapai 205.135 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan sekitar 10.380 juta jiwa atau sekitar 5.33% dari tahun 1995. Pada tahun 2005, populasi Indonesia mencapai 218.869 juta jiwa dengan pertumbuhan sekitar 1.01 juta jiwa atau sekitar 0.47% dari tahun 2004. Pada tahun 2008, jumlah penduduk mencapai 228 juta jiwa dengan pertumbuhan sekitar 2.881 juta jiwa atau sekitar 1,28% dari tahun 2007.

Meskipun pertumbuhan penduduk menurun dalam tiga dekade terakhir, ini terkait dengan penurunan tingkat fertilitas yang merupakan hasil dari program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai pada tahun 1971. Program KB awalnya hanya berlaku di Pulau Jawa dan Bali, tetapi kemudian meluas ke seluruh provinsi. Pengaruh positif dari program KB mulai terlihat pada tahun

(3)

delapan puluhan, bersama dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk.

Meskipun demikian, pola penyebaran penduduk di Indonesia masih belum banyak berubah, dengan Pulau Jawa tetap menjadi yang paling padat penduduknya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang besar dan ketidakmerataan penyebaran penduduk di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa daerah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, seperti di Pulau Jawa, sementara daerah lain, terutama di Indonesia bagian Timur, memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit.

Untuk lebih jelas mengetahui Jumlah Penyebaran Penduduk Indonesia tahun 1990 - 2008, dapat dilihat pada grafik berikut :

penjelasan gafik:

Data tersebut mengindikasikan bahwa tahun 1990 berjumlah 179381, pada tahun 1995 berjumlah 194755, pada tahun 2000 berjumlah 205.135, pada tahun 2005 berjumlah 218.869, pada tahun 2008 berjumlah 288.100

Tenaga kerja adalah faktor produksi penting dalam meningkatkan produksi suatu perusahaan.

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, yang seharusnya menyediakan cukup banyak tenaga kerja. Namun, tidak semua tenaga kerja potensial ini dapat ditempatkan di setiap sektor produksi, yang dapat mengakibatkan tingkat pengangguran.

Data dalam bentuk grafik:

penjelasan tabel:

Berdasarkan data yang tersedia, jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus berubah seiring berjalannya proses demografi. Pada tahun 1995 di Indonesia, terdapat 86,36 juta penduduk usia kerja, di mana 80,1 juta orang yang bekerja, sedangkan angka pengangguran mencapai 6,25 juta orang.

Pertumbuhan tenaga kerja yang tidak sejalan dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan berpotensi menurunkan tingkat kesempatan kerja. Meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu mencerminkan jumlah kesempatan kerja.

Sebagai contoh, sektor pertanian tetap menjadi sektor utama yang menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia, meskipun persentase penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, sekitar 43% penduduk bekerja di sektor pertanian (sekitar 40,6 juta orang).

Meskipun sempat mengalami penurunan antara

(4)

tahun 1996 dan 1997, persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian meningkat kembali pada tahun 2003.

Sektor perdagangan adalah sektor terbesar kedua setelah pertanian, dengan persentase sekitar 20,4% (sekitar 19,1 juta orang), sementara sektor industri pengolahan, yang merupakan sektor terbesar ketiga, menyertakan sekitar 11,8% (sekitar 11,1 juta orang) penduduk pada tahun 2004. Sektor perdagangan menjadi salah satu pilihan utama dalam menyerap tenaga kerja.

4.2 Kemiskinan

Masalah kemiskinan menjadi perhatian utama pemerintah di berbagai negara. Jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode 1996- 2008 mengalami fluktuasi dengan tren penurunan.

Antara 1996-1999, jumlah penduduk miskin meningkat sebanyak 13,96 juta, dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999, dengan tingkat persentase naik dari 17,47% menjadi 23.43%. Namun, antara 1999-2000, jumlah penduduk miskin turun menjadi 9.57 juta jiwa, atau turun dari 47,97 juta menjadi 38,70 juta, dengan penurunan persentase sebesar 4.29%.

Pada periode 2002-2005, jumlah penduduk miskin menurun dari 38,40 juta menjadi 35,10 juta, yaitu penurunan sebanyak 3,3 juta jiwa, dengan tingkat persentase yang menurun dari 18,20%

menjadi 15,97% pada tahun 2005. Namun, antara tahun 2005-2006, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dari 35,10 juta menjadi 39,30 juta, naik sebanyak 4,20 juta jiwa, dengan tingkat

persentase meningkat dari 15,97% pada tahun 2005 menjadi 17,75% pada tahun 2006.

Pada tahun 2006-2008, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 4,34 juta jiwa dengan penurunan persentase sebesar 2,33%.

V. KESIMPULAN

Berikut adalah beberapa kesimpulan dari data kependudukan dan kemiskinan yang telah disajikan sebelumnya:

Pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode 1990 hingga 2008 terus meningkat, dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 8,57%, sementara laju pertumbuhan terendah tercatat pada tahun 2005 sebesar 0,47%.

Jumlah penduduk terbesar berada di Pulau Jawa, diikuti oleh Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua.

Pengangguran terbuka selama periode 1995 hingga 2007 mencapai puncak pada tahun 2006 dengan 10.932.000 orang dan terendah pada tahun 1997 dengan 4.275.155 orang. Sektor pertanian masih menjadi sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar, diikuti oleh sektor industri.

(5)

Selama periode 1996 hingga 2008, jumlah penduduk miskin mengalami fluktuasi, dengan jumlah terbesar tercatat pada tahun 1998 (49,50 juta jiwa) dan terkecil pada tahun 1996 (34,01 juta jiwa).

Data penduduk miskin dan indeks keparahan kemiskinan menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan cenderung lebih parah daripada di perkotaan.

Hasil regresi menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) dan jumlah penduduk memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan dengan tingkat signifikansi masing- masing pada tingkat 0,05 dan 0,01. Uji F juga menunjukkan bahwa kedua variabel independen secara bersama-sama memengaruhi tingkat kemiskinan pada tingkat signifikansi 0,01. Nilai R- squared (R^2) sebesar 59,75%, yang berarti model ini mampu menjelaskan sebagian besar variasi dalam tingkat kemiskinan, sementara sisanya sebesar 40,25% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro Mudrajat, Metode Kuantitatif Edisi 3, 2007, UPP STIMYKPN

Todaro,Michael,P. Pembangunan Ekonomi di dunia Ketiga,Edisi Delapan,Jakarta,Airlangga 2002.

Badan Pusat Statistik Indonesia 1987 – 2007.

Badan Pusat Statistik Indonesia 2002, Analisis dan Perhitungan Tingkat kemiskinan

Badan Pusat Statistik Indonesia 2003, Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan

Badan Pusat Statistik Indonesia 2005, Analisis dan Perhitungan Tingkat kemiskinan.

Badan Pusat Statistik Indonesia 2006, Analisis dan Perhitungan Tingkat kemiskinan. Badan Pusat Statistik Indonesia 2007, Analisis dan Perhitungan Tingkat kemiskinan.

Referensi

Dokumen terkait

Grafik Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2010 - 2014. Sumber: BPS

Data yang diperoleh dalam kegiatan ini diolah dengan menggunkan metode smoothing untuk mengetahui ramalan jumlah penduduk tahun 2008 Kabupaten Kudus dan untuk mengetahui berapa

1) Pada penelitian ini Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota di Jawa Timur dipengaruhi oleh 2 variabel signifikan yaitu Jumlah Penduduk dan Kemiskinan. Namun, variabel Jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa

Analisis Potensi Ekonomi dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten Samosir bertujuan untuk mengetahui sektor apakah yang menjadi sektor basis, sektor

Tabel hasil regresi pada model 2 menunjukkan pengaruh variabel jumlah penduduk dan pengangguran terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh produksi, jumlah penduduk, Produk Domestik Bruto (PDB) dan kurs dollar Amerika secara simultan terhadap impor jagung

Maka dari itu, hipotesis dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan ekonomi secara signifikan tidak berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 1999-2020, begitu