• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pelatihan pengembangan media

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh pelatihan pengembangan media"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

Pendidikan ibu hamil erat kaitannya dengan kemampuan konselor kesehatan dalam menjalankan tugasnya yaitu perancangan media untuk menyebarkan informasi. Untuk meningkatkan kapasitas penyuluh kesehatan diperlukan pelatihan pengembangan media promosi kesehatan ibu hamil dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan media. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengembangan media promosi kesehatan ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan penyuluh kesehatan di Kabupaten Banyumas.

Keahlian pendidik kesehatan dalam diseminasi informasi dan desain media sangat penting untuk mempengaruhi pendidikan publik. Hasil yang diharapkan setelah dilakukan pelatihan adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengembangan media promosi kesehatan sebagai upaya peningkatan dampak edukasi yang diberikan oleh jabatan fungsional penyuluh kesehatan pada sasaran. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap tingkat pengetahuan dan keterampilan penyuluh kesehatan dalam pengembangan media kesehatan ibu.

Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penyuluh kesehatan di Kabupaten Banyumas yang mengikuti seluruh kegiatan pelatihan pengembangan media dengan jumlah 32 orang. Hal ini dimungkinkan karena daya ingat responden didukung oleh pengetahuan dan pengalaman yang timbul dari profesi responden sebagai penyuluh kesehatan.

Gambar 1. Grafik Pengetahuan Media Promosi Kesehatan
Gambar 1. Grafik Pengetahuan Media Promosi Kesehatan

Keterampilan Pembuatan Media

Hasil dari Gamelia et al. (2015) menunjukkan bahwa sebanyak 50% ibu hamil tidak mendapatkan dukungan keluarga yang baik dalam perawatan kehamilan berupa 65% keluarga. tidak diberitahu tentang perawatan kehamilan, 57 persen. Keluarga tidak menginformasikan ibu hamil tentang kebersihan diri, 73% keluarga tidak mengikuti ibu hamil untuk melakukan senam ringan, 52% keluarga tidak menyiapkan makanan bergizi untuk ibu hamil, dan 52% keluarga tidak mengingatkan untuk mengkonsumsi Fe - tablet. Di Kabupaten Banyumas khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II masih berkembang budaya menjaga kehamilan yaitu mitos tentang pantangan makanan, kebiasaan yang dilakukan oleh ibu hamil dan tradisi mitoni nunpati juga sebagai dukungan keluarga yang rendah. mengenai perawatan kehamilan yang merupakan faktor penghambat bagi ibu hamil dalam melakukan perawatan kesehatan kehamilan yang tepat. Peningkatan pengetahuan kader Efektifitas pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan kader terkait asuhan kehamilan pada penelitian ini diukur dengan membandingkan hasil intervensi pada kelompok perlakuan dengan kelompok pembanding/kontrol sebelum dan sesudah kelompok mendapat intervensi berupa dari latihan.

Pelatihan yang dilakukan berisi dua materi, yaitu tentang perawatan kehamilan dan keterampilan komunikasi untuk menjadi pendamping keluarga bagi ibu hamil. Intervensi dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan berupa pemberian materi oleh peneliti pada materi perawatan kehamilan pada sesi pertama. Sikap diukur dengan menggunakan skala Likert 4 poin, dengan konten terkait sikap yang harus dimiliki kader dalam mendukung asuhan kehamilan ibu.

Sedangkan pada kelompok kontrol sikap terkait perawatan kehamilan berdasarkan Tabel 8 menunjukkan nilai rata-rata pre-test adalah 67,32 dan mengalami sedikit peningkatan pada post-test menjadi 68,29. Uji beda kondisi awal sikap terhadap perawatan kehamilan kedua kelompok menunjukkan nilai p sebesar 0,384 (tabel 9). Tidak terdapat perbedaan sikap mengenai perilaku perawatan kehamilan pada pretest antar perlakuan. kelompok dan kelompok kontrol sebelum menerima pendidikan kesehatan. P-value perbandingan sikap tentang perilaku perawatan selama kehamilan sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan kesehatan pada kelompok perlakuan sebesar 0,066, tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap tentang perilaku perawatan selama hamil sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan kesehatan.

Selain itu, berdasarkan sebaran usia staf yang hadir, semuanya adalah ibu-ibu, sehingga mereka yang mengurus kehamilannya.

Tabel 1 Karakteristik Kader Berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan dan  Pendapatan
Tabel 1 Karakteristik Kader Berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan dan Pendapatan

Status Kesehatan

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa semua faktor sosiodemografi tidak berhubungan dengan penggunaan kondom, sedangkan jenis kelamin berhubungan dengan penggunaan kondom pada analisis multivariat (p-value = 0,031 dan OR = 28,244).

Faktor Personal

Berdasarkan hasil analisis bivariat dan multivariat, riwayat faktor risiko penularan dan pengetahuan tentang IMS, HIV/AIDS, kondom dan pencegahan positif tidak berhubungan dengan penggunaan kondom pada ODHA. Dilihat dari hasil analisis bivariat, sikap tentang penggunaan kondom berhubungan dengan penggunaan kondom (p-value, namun pada analisis multivariat tidak lagi berhubungan dengan penggunaan kondom pada ODHA. Dilihat dari hasil bivariat (p-value = 0,000) dan analisis multivariat (p-value = 0,004 dan Odds Ratio 20,287) efikasi diri penggunaan kondom berhubungan dengan penggunaan kondom (Tabel 1 dan Tabel 2).

Karakteristik Terkait Pasangan Seksual

Hasil analisis bivariat (p value = 0,006) dan multivariat (p value = 0,013 dan OR = .10,7) menunjukkan bahwa sikap pasangan seks berhubungan dengan penggunaan kondom (Tabel 1 dan Tabel 2).

Karakteristik Sosiodemografi Hasil analisis bivariat

Hal ini memungkinkan adanya perbedaan pengaruh sosiodemografi terhadap penggunaan kondom di berbagai daerah (Notoatmodjo, 2007). Jumlah CD4 dikaitkan dengan penggunaan kondom dan hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa ketidakpatuhan kondom lebih tinggi (55%) pada orang yang hidup dengan HIV dan < CD4. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jumlah CD4 tidak lagi dikaitkan dengan penggunaan kondom, sedangkan lamanya waktu sejak diagnosis HIV dan lama pengobatan ARV dikaitkan dengan penggunaan kondom.

Penggunaan kondom yang tidak konsisten lebih sering terjadi pada ODHA dengan jumlah CD4 kurang dari 200 sel/mm3. Berdasarkan hasil analisis bivariat dan multivariat, riwayat faktor risiko penularan HIV tidak berhubungan dengan penggunaan kondom. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian di Thailand yang menunjukkan bahwa sumber infeksi HIV tidak berhubungan dengan penggunaan kondom pada ODHA.

Berdasarkan hasil analisis bivariat dan multivariat, pengetahuan tentang IMS, HIV/AIDS, kondom, dan pencegahan positif tidak ada hubungan dengan penggunaan kondom pada ODHA. Hasil ini sama dengan hasil penelitian di Brasil bagian timur laut, yang menetapkan bahwa pengetahuan tentang reinfeksi HIV pada ODHA tidak berhubungan dengan praktik penggunaan kondom oleh ODHA. Salah satu faktor pendukung perilaku penggunaan kondom pada ODHA adalah ketersediaan kondom, menurut temuan penting yang terungkap dalam penelitian ini (Gielen, McDonald, Gary, & Bone, 2008).

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap terkait penggunaan kondom berhubungan dengan penggunaan kondom, namun analisis multivariat tidak lagi berhubungan dengan penggunaan kondom di PLMIV. Hasil ini sama dengan penelitian di Kenya yang menunjukkan bahwa sikap penggunaan kondom tidak berhubungan dengan penggunaan kondom pada ODHA karena. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian di Myanmar yang menunjukkan bahwa efikasi diri penggunaan kondom merupakan prediktor kuat dari keterampilan penggunaan kondom.

Perilaku penggunaan kondom pada ODHA tidak hanya bergantung pada individu, tetapi juga terkait dengan. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jumlah pasangan seksual dan status HIV pasangan seksual berhubungan dengan penggunaan kondom pada ODHA. Jumlah pasangan seksual yang lebih banyak merupakan tantangan bagi ODHA ketika mendiskusikan dan menegosiasikan penggunaan kondom.

Alasan Tidak Menggunakan Kondom

Penolakan pasangan untuk menggunakan kondom adalah alasan terbesar kedua tidak jauh berbeda dengan penelitian di kota Debrezeit di Ethiopia yang menunjukkan penolakan pasangan adalah alasan terbesar dan kurangnya kondom adalah alasan terbesar ketiga ODHA tidak menggunakan kondom (Engedashet, Worku, & Tes, 2014).

Keterbatasan Penelitian

Laki-laki dengan HIV yang baru mengonsumsi obat anti rematik dan memiliki banyak pasangan dapat mengikuti kegiatan KDS yang diselenggarakan oleh RSUP Dr. Kariadi rutin sebulan sekali sebagai sarana sosialisasi dan menambah informasi tentang pentingnya penggunaan kondom dan penguatan sikap positif terhadap penggunaan kondom. Orang yang hidup dengan HIV mendiskusikan penggunaan kondom dengan pasangan seksual mereka baik dari segi manfaat maupun penggunaan kondom.

ODHA harus proaktif meminta kondom kepada petugas kesehatan karena tersedia kondom gratis di ruang tunggu poli. Petugas kesehatan baik dokter maupun perawat yang melayani ODHA di poli penyakit tropis dan menular memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang pentingnya selalu menggunakan kondom, terutama ODHA laki-laki yang didiagnosis HIV ≥ 36 bulan dan memiliki banyak pasangan seks. Petugas kesehatan mengingatkan mereka untuk mengajak mitra ODHA melakukan VCT dan menjembatani pembicaraan antara ODHA dan pasangannya tentang penggunaan kondom.

Diperlukan penelitian kualitatif dan lebih lanjut mengenai cara yang paling tepat untuk mengintervensi penggunaan kondom di kalangan ODHA untuk mencegah penularan HIV/AIDS yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Untuk mengetahui pengaruh metode sosiodrama dalam promosi kesehatan dalam kaitannya dengan penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga. Selain itu, tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang mengikuti penelitian ini bervariasi mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Meskipun sebenarnya ibu rumah tangga bukanlah kelompok yang berisiko tertular HIV/AIDS.

Demikian pula, penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu rumah tangga meningkat setelah intervensi sosiodrama. Dengan demikian, promosi kesehatan melalui sosiodrama dapat digunakan untuk memberikan pemahaman kepada ibu rumah tangga tentang HIV/AIDS. Perilaku ibu rumah tangga dalam pemilihan dan penyimpanan garam harus sesuai dengan kaidah menjaga kualitas garam.

Berdasarkan hasil deskriptif diketahui bahwa cara pemilihan garam untuk ibu rumah tangga sudah tepat (89,7%), serta cara penyimpanan garam sudah tepat (70,5%), maka mutu garam beryodium di Dusun Mriyan mencapai target penggunaan garam beryodium (92,3%). Perilaku ibu rumah tangga yang tidak mengkonsumsi garam beryodium dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman mereka akan pentingnya mengkonsumsi garam beryodium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan mutu garam beryodium berdasarkan cara pemilihan dan penyimpanan garam oleh ibu rumah tangga tingkat keluarga di Dusun Mriyan Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul Yogyakarta.

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (pemilihan garam dan penyimpanan garam) dan variabel terikat (kualitas garam beryodium) Subyek penelitian adalah seluruh ibu rumah tangga di Dusun Mriyan yang ditentukan dengan teknik. Sebagian besar cara pemilihan garam oleh ibu rumah tangga di Dusun Mriyan, sekitar 89,7% sesuai sedangkan 10,3% lainnya tidak sesuai. Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui bahwa cara penyimpanan garam yang cocok untuk ibu rumah tangga adalah 70,5%.

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa kualitas garam yang terdapat pada rumah tangga di Dusun Mriyan adalah baik. Kualitas garam beryodium dinilai baik untuk rumah tangga di Dusun Mriyan yaitu 92,3%, sedangkan 7,7%. Kemudian kualitas garam beryodium yang kurang pada rumah tangga sebagian besar memiliki cara pemilihan garam yang tidak sesuai dengan prosentase 66,7%.

Dengan demikian diketahui adanya perbedaan kualitas garam beryodium tergantung dari cara ibu rumah tangga memilih garam. Pemilihan garam beryodium merupakan sikap atau langkah awal yang harus dipahami oleh masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Kesadaran kedua ibu rumah tangga sebagai penggerak kehidupan keluarga untuk kesehatan sangat perlu mendapat perhatian.

Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kualitas garam beryodium berdasarkan cara penyimpanan garam oleh ibu rumah tangga.

Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan pada Kelompok Intervensi dan  Kontrol
Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Gambar

Gambar 1. Grafik Pengetahuan Media Promosi Kesehatan
Gambar 3. Grafik Keterampilan Pembuatan Media
Tabel 1 Karakteristik Kader Berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan dan  Pendapatan
Tabel  6  menunjukkan  perbandingan  pengetahuan  kader  terkait  perawatan  kehamilan  sebelum  dan  sesudah  mendapat  pendidikan  kesehatan  pada  kelompok  kontrol  adalah  0.000,  terlihat  juga  terdapat  perbedaan  pengetahuan  terkait  perawatan  k
+7

Referensi

Dokumen terkait

− Secara keseluruhan dampak Covid-19 terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia yang dilihat dari hasil tabel Uji Beda (Uji Paired Sample T-Test) rasio CAR, ROA,