• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUHU PEMANASAN PADA PROSES UPGRADING BATUBARA DENGAN PENAMBAHAN SARANG LEBAH TERHADAP KARAKTERISTIK BATUBARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH SUHU PEMANASAN PADA PROSES UPGRADING BATUBARA DENGAN PENAMBAHAN SARANG LEBAH TERHADAP KARAKTERISTIK BATUBARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUHU PEMANASAN PADA PROSES UPGRADING BATUBARA DENGAN PENAMBAHAN SARANG LEBAH TERHADAP

KARAKTERISTIK BATUBARA

RR. Yunita Bayu Ningsih1, Harminuke Eko Handayani2, Adang Suherman 3, Syarifudin4, Siti Rohimah5

1-5 JurusanTeknik Pertambangan Universitas Sriwijaya e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Karakteristik batubara yang dihasilkan oleh proses upgrading pada kondisi evaporasi dipengaruhi oleh suhu pemanasan yang digunakan. Disisi lain pemanasan pada kondisi evaporasi berdampak pada timbulnya rekahan pada permukaan batubara sehingga dapat menyerap air kembali ketika proses upgrading selesai. Untuk itu diperlukan bahan aditif yang bersifat hidrofobik untuk melapisi batubara sehingga dapat menutupi rekahan batubara. Salah satu material yang dapat digunakan adalah sarang lebah. maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan penambahan sarang lebah terhadap karakteristik batubara. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium. Variabel yang digunakan adalah suhu pemanasan yaitu 0,100,150,200, 250 0C. Pada penelitian ini diamati karakteristik batubara yang dipanaskan pada beberapa kondisi suhu pemanasan dan akan dibandingkan karakteristik batubara tanpa dan dengan penambahan sarang lebah. Pengujian yang dilakukan meliputi proximate analisis, nilai kalori, lama pembakaran dan kemampuan penyerapan air. Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu pemanasan dan penambahan sarang lebah berpengaruh terhadap karakteristik batubara. Semakin meningkatnya suhu maka kandungan moisture pada batubara cenderung semakin menurun sedangkan kandungan abu, lama penyalaan, kemampuan penyerapan air dan nilai kalori cenderung semakin meningkat. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa batubara dengan penambahan sarang lebah memiliki kandungan moisture dan kemampuan penyerapan air yang lebih rendah serta nilai kalori, kandungan abu dan lama pembakaran yang lebih tinggi daripada batubara tanpa penambahan sarang lebah.

Kata kunci: Upgrading, batubara,pelapis, sarang lebah

PENDAHULUAN

Batubara peringkat rendah (low rank) dicirikan dengan kandungan moisture yang tinggi serta nilai kalori yang rendah. Kandungan moisture yang tinggi ini dapat menurunkan efisiensi dari pembakaran [1] dan juga menyebabkan emisi polutan menjadi besar [2]. Berdasarkan hal tersebut maka batubara peringkat rendah ini perlu di upgrading terlebih dahulu sebelum batubara tersebut digunakan sebagai bahan bakar. Melalui proses upgrading maka kandungan moisture akan berkurang dan nilai kalori batubara akan meningkat.

Salah satu proses upgrading batubara adalah pemanasan batubara pada kondisi evaporasi. Pada metode ini, batubara dipanaskan pada suhu tertentu pada kondisi udara terbatas. Adanya pemanasan mengakibatkan terbukanya pori-pori pada batubara. Selanjutnya moisture yang terdapat didalam pori-pori batubara akan keluar melalui proses penguapan. Kandungan moisture pada batubara berbanding terbalik dengan nilai kalori. Semakin sedikit kandungan moisture didalam batubara maka nilai kalori batubara semakin meningkat [3].

Karakteristik batubara yang dihasilkan dari proses upgrading ini sangat dipengaruhi oleh suhu pemanasan yang digunakan. Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan kandungan moisture tidak keluar dengan sempurna sehingga peningkatan nilai kalori tidak maksimal.

Sebaliknya suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan perubahan fisik pada batubara dimana batubara tersebut rapuh dan mudah hancur. Oleh sebab itu perlu diamati suhu yang optimal pada proses upgrading batubara agar didapat karakteristik batubara yang sesuai pemanfaatannya sebagai bahan bakar.

Disisi lain proses pemanasan menyebabkan terbukanya pori-pori pada batubara terbuka atau timbulnya rekahan pada permukaan batubara yang dapat mengakibatkan batubara ini akan cenderung cepat menyerap air kembali. Akibatnya jika batubara yang telah diupgrading tidak segera digunakan maka kandungan moisture didalam batubara tersebut akan kembali meningkat dan nilai kalori batubara akan menurun kembali [4]. Hal ini menyebabkan proses upgrading yang telah dilakukan pada batubara tersebut akan sia-sia dan pada saat pembakaran akan kembali mengurangi efisiensi pembakaran.

Beberapa penelitian telah dilakukan dengan tujuan agar batubara yang telah ditingkatkan nilai kalorinya atau diupgrading tidak mudah menyerap air kembali, antara lain adalah dengan penambahan zat aditif pada batubara [5]. Zat aditif ini akan bertindak sebagai coating sehingga dapat menutupi permukaan atau pori-pori batubara. Dengan adanya coating ini maka batubara tidak mudah menyerap air kembali.

Berdasarkan penelitian sebelumnya ada beberapa zat aditif yang dapat ditambahkan kedalam batubara yang bertindak sebagai coating pada batubara. Zat aditif tersebut antara lain campuran minyak tanah dan minyak residu[6], Asphalt [7] , Palm Oil Residu [8] , Palm Fatty Acid Destilation [8,9], dan minyak kelapa.

Dari semua zat-zat aditif yang ditambahkan pada dasarnya mempunyai sifat yang sama yaitu tidak suka air atau hidropobik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maharani, dkk [10] diketahui bahwa terdapat satu bahan yang juga memiliki sifat tidak suka air yaitu sarang lebah (Apis indica) yang biasa digunakan sebagai bahan baku lilin. Sarang lebah (Apis indica) merupakan produk

(2)

buangan dari proses ekstraksi madu. Selain itu, sarang lebah memiliki keunggulan seperti, tidak mengandung racun, dapat diperbaharui, tidak cepat habis saat dibakar, tidak berasap, dan tidak mudah pecah. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu pemanasan dan penambahan sarang lebah pada proses upgrading batubara terhadap karakteristik batubara.

METODELOGI

Penelitian ini merupakan penelitian skala laboratorium. Tahapan penelitian diawali dengan persiapan bahan baku berupa batubara dengan nilai kalori < 4000 kal/gr dan sarang lebah. Batubara dan sarang lebah dianalisis untuk mengetahui karakteristik awal dari bahan baku tersebut. Karateristik awal yang diuji meliputi nilai kalori dan proximate. Selanjutnya batubara dihaluskan menggunakan alat crushing dan grinding sampai ukuran 30# dan dipanaskan dengan menggunakan variasi suhu yang telah ditentukan. Pemanasan dilakukan sebagai salah satu proses upgrading untuk meningkatkan nilai kalori batubara yag dilakukan dengan cara menghilangkan atau mengurangi kandungan moisture di dalam batubara melalui pemanasan. Pemanasan dilakukan didalam oven karbonisasi dengan variasi suhu 0,100,150,200,250 0C.

Tahapan selanjutnya adalah pencetakan briket batubara dengan penambahan sarang lebah dan tanpa penambahan sarang lebah. Batubara dicetak sehingga berbentuk briket ini dilakukan untuk mempermudah proses pengujian. Pada pembuatan briket batubara dengan penambahan sarang lebah, batubara yang telah dipanaskan dengan suhu tertentu dicampurkan dengan sarang lebah yang telah dicairkan. Proses pencairan sarang lebah dilakukan dengan cara memanaskan sarang lebah didalam gelas beaker dengan menggunakan hotplate sampai sarang lebah tersebut mencair. Selanjutnya cairan sarang lebah dan batubara dicampurkan dengan komposisi sarang lebah adalah 25% dan batubara 75%. Selanjutnya campuran tersebut dicetak menjadi briket dan kemudian dipanaskan menggunakan suhu 800C dengan waktu 30 menit.

Pada batubara tanpa penambahn sarang lebah, batubara yang telah dipanaskan pada beberapa variasi suhu pemanasan dicetak sehingga berbentuk briket dan dipanaskan dengan suhu 800C selama 30 menit.

Setelah proses upgrading selesai maka selanjutnya dilakukan pengujian berupa analisa nilai kalori, kandungan moisture, kadar abu, lama penyalaan dan kemampuan penyerapan air. Analisis kandungan moisture menggunakan metode pengujian ASTM D.3173M-17A, kandungan abu (ash content) menggunakan metode pengujian ASTM D.3174-12, nilai kalori menggunakan metode pengujian ASTM D.5865-13.

Analisis kemampuan untuk menyerap air dilakukan dengan cara menyimpan batubara didalam desicator dan menimbang batubara tersebut selama 20 hari.

Perubahan berat yang terjadi pada sample batubara tersebut menunjukan kemampuan batubara dalam penyerapan air kembali. Adapun alat yang dibutuhkan pada analisis ini adalah hygrometer yang digunakan untuk mengukur

kelembabab udara dan suhu ketika proses pengujian berlangsung

Analisis lama pembakaran batubara dilakukan dengan cara memanaskan batubara sehingga batubara tersebut terbakar. Lama pembakaran dihitung dari awal mulai terlihatnya nyala api sampai batubara tersebut habis terbakar.

Dari hasil analisa tersebut selanjutnya data diolah dan dianalisis untuk mengetahui pengaruh suhu pemanasan yang digunakan dan juga pengaruh penambahan sarang lebah terhadap karakteristik batubara.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pada tahap awal penelitian, dilakukan pengujian terhadap karakteristik awal batubara dan sarang lebah (Tabel-1). Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian nilai kalori dan proximate.

Tabel-1. Karakteristik awal bahan baku

Parameter Batubara Sarang lebah Kadar Air Bawaan (% adb) 23,59 1,33

Kadar Abu (% adb) 8,34 0,10

Kadar Zat Terbang (% adb) 37,60 86,64 Kadar Karbon Tetap (%

adb) 30,47 11,93

Nilai Kalori(cal/g.adb) 4422 9730

Berdasarkan Tabel-1, dapat diketahui bahwa kandungan moisture yang dimiliki oleh batubara lebih banyak daripada kandungan moisture yang terdapat pada sarang lebah. Selain itu juga dapat dilihat bahwa nilai kalori batubara lebih rendah dari nilai kalori sarang lebah.

Pada penelitian ini diamati karakteristik batubara yang dipanaskan pada beberapa variasi suhu. Tabel-2 menunjukan karakteristik batubara yang tidak ditambahkan sarang lebah dan Tabel-3 menunjukan karakteristik batubara yang ditambahkan sarang lebah.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh suhu pada proses pemanasan batubara serta penambahan sarang lebah terhadap karakteristik batubara. Adapun karakteristik batubara yang dianalisis pada penelitian ini adalah kandungan moisture, kadar abu, nilai kalori, lama pembakaran dan kemampuan penyerapan air.

(3)

Tabel-2. Hasil uji karakteristik batubara yang tidak ditambahkan sarang lebah

No Parameter Suhu (0C)

0 100 150 200 250

1 Kadar air ( %

adb) 20,19 16,58 9,43 6,25 3,71 2 Abu ( % adb ) 8,55 9,35 10,11 10,58 10,43

3 Nilai kalor

(kal/gram, adb )

4609 4805 5206 5405 5533

4 Lama pembakaran (menit)

13,30 14,46 16,16 16,28 17,06

5 Penyerapan air

(gram) 0,321 0,323 0,347 0,358 0,376

Tabel-3. Hasil uji karakteristik batubara dengan penambahan sarang lebah

No Parameter Suhu (0C)

0 100 150 200 250

1 Kadar air

( % adb ) 10,19 9,10 6,76 4,60 3,65

2 Abu ( %

adb ) 7,12 7,44 7,78 7,91 8,04 3 Nilai kalor

(kal/gram,

5899 5921 6008 6130 6105 4 Lama

pembakaran (menit)

19,23 19,53 20,29 21,35 22,27

5 Penyerapan

air (gram) 0.198 0,237 0,254 0,288 0,332

Pengaruh suhu pemanasan dan penambahan sarang lebah terhadap kandungan moisture batubara

Pemanasan bertujuan untuk mengurangi kandungan moisture pada batubara. Suhu pemanasan akan berpengaruh terhadap kandungan moisture yang terkandung didalam batubara. Gambar-1 menunjukan hubungan suhu pemanasan terhadap kandungan inherent moisture pada batubara yang tidak ditambahkan sarang lebah dan pada batubara yang ditambahkan sarang lebah.

Gambar-1. Pengaruh suhu terhadap kandungan inherent moisture batubara

Berdasarkan Gambar-1 dapat dilihat adanya kecenderungan penurunan kandungan moisture seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan. Hal ini terjadi baik pada batubara yang ditambahkan sarang lebah maupun yang tidak ditambahkan sarang lebah.

Batubara jika dipanaskan pada suhu tertentu akan mengalami dekomposisi thermal. Adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan terjadinya perekahan pada struktur molekul batubara. Pada proses awal dekomposisi thermal, air akan keluar sebagai produk awal pada proses tersebut [11]. Ini lah yang dapat membuat kandungan moisture batubara akan cenderung makin berkurang dengan semakin meningkatnya suhu pemanasan.

Hasil yang sama juga didapat pada penelitian terdahulu mengenai pengaruh suhu pada pembuatan bioarang [12]. Penambahan suhu pemanasan akan membuat kandungan moisture didalam batubara semakin rendah [12].

Pada penelitian ini juga dibandingkan pengaruh suhu pemanasan pada batubara yang dicampur dengan sarang lebah dan yang tidak ditambahkan sarang lebah.

Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa keduanya mengalami kecenderungan penurunan inherent moisture yang sama. Akan tetapi, batubara campuran sarang lebah memiliki kandungan inherent moisture yang lebih rendah dibandingkan pada batubara tanpa sarang lebah.

Berdasarkan hasil analisis, batubara raw memiliki kandungan inherent moisture yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan inherent moisture pada sarang lebah (Tabel-1). Hal ini menyebabkan pada komposisi batubara yang lebih banyak akan menghasilkan inherent moisture yang lebih tinggi. Pada penelitian ini briket batubara tanpa sarang lebah yang memiliki komposisi 100 % batubara sedangkan pada batubara dengan penambahan sarang lebah, komposisi batubara yang digunakan hanya 75%, Hal inilah yang menyebabkan inherent moisture pada batubara tanpa penambahan sarang lebah memiliki inherent moisture yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batubara dengan penambahan sarang lebah.

Pengaruh suhu pemanasan dan penambahan sarang lebah terhadap kadar abu batubara

Abu merupakan mineral pengotor pada batubara yang tidak terbakar ketika batubara dipanaskan. Abu batubara merupakan residu pembakaran [13]. Hasil penelitian menjukan bahwa suhu pemanasan berpengaruh terhadap kandungan abu batubara (Gambar-2).

0 50

0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0 ERENT MOISTURE (%ADB)

SUHU (0 C) Batubara Non Sarang Lebah Batubara +Sarang Lebah

05 10 15

0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0

ASH (%ADB)

SUHU (0 C)

Batubara Non Sarang Lebah Batubara +Sarang Lebah

(4)

Berdasarkan Gambar-2, dapat diketahui bahwa terjadi kecenderungan peningkatan kandungan abu seiring peningkatan suhu pemanasan. Kandungan abu pada batubara yang dipanaskan pada suhu 2500C memiliki kandungan abu yang lebih tingi dari batubara yang tidak dipanaskan. Hal ini terjadi baik pada batubara tanpa sarang lebah maupun dengan penambahan sarang lebah. Adanya kecenderungan semakin meningkatnya kandungan abu seiring dengan meningkatnya suhu disebabkan oleh terjadinya pengurangan massa pada batubara berupa penurunan kandungan moisture didalam batubara [6][14].

Berdasarkan analisis moisture pada penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu pemanasan, maka kandungan moisture akan semakin menurun (Gambar-1).

Hal inilah yang menyebabkan pada penelitian ini kandungan abu pada batubara cenderung makin meningkat seiring semakin meningkatnya suhu yang digunakan pada proses pemanasan.

Hasil penelitian yang sama juga diperoleh pada penelitian terdahulu mengenai studi proses upgrading batubara pada proses pembuatan briket dengan menggunakan cetakan berpemanas [14]. Hasil penelitian tersebut menunjukan kecenderungan yang sama yaitu makin tinggi suhu pemanasan, maka kandungan abu cenderung semakin meningkat.

Berdasarkan Gambar-2 dapat dilihat bahwa kandungan abu pada batubara dengan penambahan sarang lebah mempunyai kandungan abu lebih rendah daripada batubara tanpa sarang lebah. Berdasarkan hasil analisa awal dapat diketahui bahwa sarang lebah mempunyai kandungan abu yang lebih rendah dibandingkan dengan batubara (Tabel-1). Hal inilah yang menyebabkan kandungan abu pada batubara dengan penambahan sarang lebah lebih rendah jika dibandingkan batubara tanpa penambahan sarang lebah.

Pengaruh suhu pemanasan dan penambahan sarang lebah terhadap nilai kalori batubara

Suhu pemanasan berpengaruh pada nilai kalori pada batubara. Gambar-3 menunjukan pengaruh suhu pemanasan terhadap nilai kalori batubara.

Berdasarkan Gambar-3 dapat terlihat bahwa nilai kalori berbanding lurus dengan kenaikan suhu pemanasan.

Nilai kalori merupakan suatu nilai yang menunjukan jumlah bahang yang akan diperoleh jika batubara dengan jumlah tertentu dibakar [15]. Nilai kalori batubara berhubungan dengan kandungan moisture. Makin tinggi kandungan moisture maka akan semakin rendah nilai kalori batubara [13]. Pada penelitian ini, kandungan moisture cenderung menurun seiring dengan kenaikan suhu pemanasan. Hal inilah yang menyebabkan nilai kalori batubara pada penelitian ini cenderung meningkat seiring dengan kenaikan suhu pemanasan.

Pada penelitian ini juga dibandingkan pengaruh suhu pada batubara yang dicampur dengan sarang lebah dan batubara non-sarang lebah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keduanya memiliki kecenderungan kenaikan nilai kalori. Akan tetapi nilai kalori batubara campuran batubara dan sarang lebah lebih besar dibandingkan nilai kalori batubara non-sarang lebah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sarang lebah mempunyai nilai kalori yang jauh lebih tinggi dari batubara yaitu 9.110 kal/gr (Tabel-1). Hal inilah yang menyebabkan

batubara dengan penambahan sarang lebah mempunyai nilai kalori lebih tinggi dari batubara tanpa penambahan sarang lebah.

Gambar-3. Pengaruh suhu terhadap nilai kalori

Pengaru suhu pemanasan dan penambahan sarang lebah terhadap lama pembakaran

Proses pemanasan dengan suhu yang berbeda- beda menghasilkan perilaku pembakaran yang berbeda- beda pula. Perilaku pembakaran yang diamati adalah lamanya proses pembakaran sampai batubara tersebut menjadi abu. Gambar-4 menunjukan hubungan antara suhu pemanasan dan lama proses pembakaran.

Gambar-4. Pengaruh suhu terhadap lama waktu nyala api Gambar-4 menunjukan bahwa pada batubara tanpa penambahan sarang lebah terjadi kecenderungan waktu pembakaran yang semakin lama dengan semakin meningkatnya suhu pemanasan. Demikian juga pada batubara dengan penambahan sarang lebah. Nilai kalori berpengaruh terhadap lama pembakaran. Makin tinggi nilai kalori maka lama pembakaran akan semakin baik [16].

Berdasarkan hasil pengujian nilai kalori diketahui bahwa main tinggi suhu maka nilai kalori cenderung semakin meningkat (Gambar-3). Hal inilah yang menyebabkan pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa makin tinggi suhu yang digunakan maka waktu pembakaran cenderung akan semakin lama.

Berdasarkan Gambar-4 juga dapat dilihat bahwa waktu pembakaran batubara dengan penambahan sarang lebih lama dari batubara tanpa penambahan sarang lebah.

Berdasarkan hasil pengujian nilai kalori diketahui bahwa nilai kalori pada batubara dengan penambahan sarang lebah

10000 20003000 40005000 60007000

0 100 150 200 250

NILAI KALORI ( KAL /GRAM)

SUHU (0 C) Batubara Non Sarang Lebah Batubara +Sarang Lebah

05 1015 2025 3035 40

0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0

A PEMBAKARAN (MENIT)

SUHU (0 C) Batubara Non Sarang Lebah Batubara +Sarang Lebah

(5)

lebih tinggi dibandingkan dengan batubara tanpa sarang lebah. Hal inilah yang menyebabkan waktu pembakaran pada batubara dengan sarang lebah lebih lama jika dibandingkan dengan batubara tanpa penambahan sarang lebah.

Pengaruh suhu pemanasan dan penambahan sarang lebah terhadap kemampuan penyerapan air

Pada umumnya batubara di Indonesia adalah batubara peringkat rendah yang memiliki kandungan moisture yang tinggi dan nilai kalori yang rendah. Untuk meningkatkan nilai kalori batubara tersebut pada umumnya dilakukan melalui proses pemanasan. Dengan proses pemanasan maka kandungan moisture batubara akan menguap dan berkurang sehingga nilai kalori didalam batubara akan meningkat. Disisi lain, batubara merupakan batuan berpori. Adanya pori-pori ini dapat menyebabkan batubara mudah menyerap air. Pori-pori batubara akan semakin membesar atau semakin banyak jika pada batubara tersebut dipanaskan. Setelah proses pemanasan maka akan muncul rekahan-rekahan pada permukaan batubara. Jika tidak langsung digunakan maka rekahan-rekahan tersebut dapat membuat air masuk ke permukaan batubara. Untuk itu penambahan zat additive ini dimaksudkan untuk melapisi pori-pori atau rekahan pada permukaan batubara yang telah dipanaskan sehingga tidak mudah menyerap air kembali. Pada penelitian ini zat aditif yang ditambahkan adalah sarang lebah.

Pada penelitian ini pengujian kemampuan penyerapan air dilakukan dengan cara menyimpan batubara yang telah upgrading dan dilapisi dengan zat additive selama beberapa hari. Selama beberapa hari penyimpanan tersebut, batubara ditimbang untuk melihat kenaikan berat dari batubara. Peningkatan berat batubara ini dianggap sebagai penambahan berat akibat adanya air yang masuk kedalam batubara. Kemampuan penyerapan air dihitung dengan cara membandingkan peningkatan berat dibandingkan dengan berat awal. Kemampuan penyerapan air pada batubara baik yang telah ditambahkan dan tanpa penambahan sarang lebah pada beberapa variasi suhu dapat dilihat pada Gambar-5.

Gambar -5. Grafik penyerapan air

Gambar-5 menunjukan bahwa makin tinggi suhu maka penambahan air cenderung semakin meningkat.

Pemanasan menyebabkan terbukanya pori-pori pada batubara atau timbulnya rekahan yang menyebabkan tingginya resiko terjadinya proses penyerapan air kembali

banyak rekahan pada permukaan batubara sehingga akan semakin banyak air yang dapat terserap kembali. Hal inilah yang menyebakan pada penelitian ini banyaknya air yang terserap didalam batubara semakin meningkat dengan semakin meningkatnya suhu pemanasan.

Berdasarkan Gambar-5 juga dapat dilihat bahwa bahwa kemampuan penyerapan air kembali batubara dengan penambahan sarang lebah lebih rendah dibandingkan dengan batubara non-sarang lebah. Hal ini dikarenakan sarang lebah merupakan suatu material yang jika dipanaskan akan mencair dan kemudian membeku membentuk sutu padatan seperti lilin. Cairan sarang lebah ini akan menutupi pori-pori pada batubara yang terbuka akibat adanya pemanasan. Sarang lebah juga bersifat hidrofobik atau tidak suka air sehingga sulit untuk menyerap air kembali.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suhu pemanasan berpengaruh terhadap karakteristik batubara. Semakin meningkatnya suhu maka kandungan moisture pada batubara cenderung semakin menurun.

Penurunan kandungan moisturepada batubara yang ditambahkan sarang lebah lebih tinggi dibandingkan penurunan pada batubara yang tidak ditambahkan sarang lebah. Peningkatan suhu juga menyebabkan kandungan abu, nilai kalori dan lama pembakaran cenderung semakin meningkat. Pada batubara yang ditambahkan sarang lebah, peningkatan karakteristik tersebut lebih tinggi dari pada batubara tanpa penambahan sarang lebah. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa suhu pemanasan dapat menyebabkan batubara semakin mudah menyerap air kembali jika batubara hasil proses upgrading tersebut tidak langsung digunakan. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa batubara yang ditambahkan sarang lebah memiliki kemampuan penyerapan air kembali yang lebih rendah dai batubara tanpa penambahan sarang lebah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Prabowo dan Zainal. F. (2014). Studi Eksperimen Pengaruh Ukuran Partikel Batubara Pada Swirling Fluidized Bed Dryer. Jurnal Teknik Pomits. 3(1), pp.

96–99.

[2] Daulay (2017). Teknologi Pemanfaatan Batubara Indonesia. LIPI Press. Jakarta

[3] Khaerudin, M. (2016) Pengaruh Ukuran Umpan Dan Waktu Tinggal Pada Proses Hydrothermal Terhadap Kualitas Produk Upgrading Batubara Peringkat Rendah. Skripsi ,Universitas Sriwijaya.

[4] Ningsih, Y. B. (2017).Pengaruh Penambahan PFAD Terhadap Karakteristik Batubara Kualitas Rendah’, Geosapta, 3(1), pp. 1–6. Available at:

http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/geosapta/ar ticle/view/2921.

[5] Arianto, W. (2014) Pengkajian Pengaruh Waktu Pemanasan Dan Penambahan PFAD (Palm Fatty 0

0.1 0.2 0.3 0.4

0 100150200250 Penambahan Berat (gram)

Suhu (0C)

BB BB + SL

(6)

Palm Oil (Cupo) Terhadap Kadar Air Dan Nilai Kalor Dari Batubara Peringkat Rendah Di Puslitbang Teknologi Mineral Dan Batubara Bandung.

Skripsi ,Universitas Islam Bandung.

[6] Umar, DF dan Daulay, B. (2012) Peningkatan Kualitas Batubara Peringkat Rendah Dengan Teknologi Upgraded Brown Coal (UBC). Bandung.

Available at:

http://hasillitbang.tekmira.esdm.go.id/?p=800.

[7] Jo, E. M., Chun, D. H., Park, I. S., Kim, S. Do, Rhim, Y. J., Choi, H., Yoo, J., Lim, J. H. and Lee, S.

(2014).Characteristics of coal upgraded with heavy oils. Korean Journal of Chemical Engineering, 31(6), pp. 981–985. doi: 10.1007/s11814-014-0017-3.

[8] Park, I. S., Chun, D. H., Jo, W. T., You, J. H., Lee, S.

H. and Rhee, Y. W. (2013). Stabilization Characteristics of Upgraded Coal Using Palm Oil Residues’, Clean Technology, 19(4), pp. 469–475. doi:

10.7464/ksct.2013.19.4.469.

[9] Ningsih, Y.B., Handayani, H. E., Purbasari, D., Fadhli, M. (2018). Pengaruh suhu terhadap karakteristik thermal batubara dengan penambahan PFAD. Jurnal Geosapta, 4(1), pp. 55–59.

[10] Maharani, A., Hasanah, D., danWahyuni, T.R., (2012).

Lilin 100% Sarang Lebah

(Apisindica).MakalahPenelitian. Lomba LKTI Kab Musi Banyuasin.

[11] Speight, J.G. (1994). The chemistry and technology of Coal. Second edition. Marcel Dekker, Inc. Newyork.

[12]

J

unary, E.,Prasetya, P, J., dan Herlina, N., (2015).

Pengaruh Suhu Dan Waktu Karbonisasi Terhadap Nilai Kalor Dan Karakteristik Pada Pembuatan Bioarang Berbahan Baku Pelepah Aren (Arenga Pinnata). Jurnal Teknik Kimia USU, 2 (4) : 46-52.

[13] Sukandarrumidi (2006) Batubara dan pemanfaatannya. 1st edn. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

[14] Handayani, HE.,Ningsih, YB, Arifin, A (2019). A study of coal upgrading in briquette making based on briquette characteristics using heated mechanical metods. Sriwijaya International Conference on Science, Engineering, and Technology .IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. Vol. 620.

[15] Sudarsono, A. S. (2003) Pengantar Preparasi dan Pencucin Batubara. ITB. Bandung

[16] Faizal, M., Andynapratiwi, I., dan Putri, P.D.A.,(2014). Pengaruh komposisi arang dan perekat terhadap kualitas biobriket dari kayu karet.

Jurnal Teknik Kimia, 20 (2): 36-44.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PENAMBAHAN LlLlN LEBAH DAN POLlETlLEN GLIKOL TERHADAP KARAKTERISTIK FILM EDIBEL DARl PROTEIN BUNGKIL KEDELAI, KARBOKSIMETILSELULOSA DAN METILSELULOSA.. Di

Tinjauan performa dari adsorben kaolin dalam menyerap emisi logam hasil pembakaran batubara dapat dilihat dari efisiensi penyerapan terhadap suatu unsur pada

Sebaliknya, apabila terjadi penurunan penyerapan air dapat dikarenakan adonan dengan penambahan flour treatment agents tertentu memiliki kandungan protein gluten

Hasil uji viskositas oleh viscometer menunjukkan petis dengan penambahan 50% air dengan suhu penamanasan 60 ºC merupakan hasil yang paling mendekati parameter yang diinginkan

Faktanya bahwa pencairan batubara berkadar air tinggi (low rank coal) rata-rata terkonversi maksimal pada suhu rendah (400ºC) dengan hasil konversi yang tinggi dan total

Dalam studi eksperimen ini mendapatkan karakteristik sampel bahan bakar coal water mixture (CWM) dari batubara peringkat rendah yang di upgrading yang nantinya akan dilakukan

Menurut batasan terhadap kecenderungan terjadinya slagging dan fouling yang tercantum pada Tabel 2, batubara Samarinda pada suhu deformasi (IT) dari tipe tinggi menjadi rendah,

Adapun nilai penambahan Fly ash batubara pada tanah lempung plastisitas rendah pasiran agar dapat menjadi lebih kuat adalah dengan cara total berat tanah dikalikan 11% maka akan didapat