PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 2x11 ENAM LINGKUNG MENEMUKAN POKOK-POKOK BERITA YANG
DIPERDENGARKAN
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STARTA 1)
YOZI ARISKA NPM 10080231
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2014
EFFECT MODEL COOVERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TO ABILITY STUDENTS CLASS VIII SMP NEGERI 2 2X11 ENAM
LINGKUNG IN FOUND POINTS NEWS By
Yozi Ariska1, Silvia Marni2, Titiek Fujita Yusandra3
1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is motivated by the media and methods used less variable, so that students feel bored tasked with finding news headlines are played. This study aimed to examine the effect of the jigsaw cooperative learning model to find the news headlines are played. The research is a quantitative study with an experimental method one group pretest-posttest desigen. The sample in this study class VIII SMP 2 2x11 Enam Lingkung of 24 samples. Based on the analysis of data and discussion can be summarized as follows. Test class VIII SMP 2 2x11 Enam Lingkung find the headlines that played that class given sample before treatment (pretest) test results were obtained in more than enough qualifications (LDC) with an average value of 69,20. While the following administration treatment (posttest) test results obtained are in good qualifications (B) with an average value of 81,25. Testing the hypothesis through measurements obtained using t-test t = 4.91 and t table = 1.67 at P 0.05. This means that the hypothesis (H1), a significant difference. Hat is the type of jigsaw cooperatif model is very powerful and can be used effecitively in the study found the news headlines are played.
Keywords: effect, listening, cooperative jigsaw, found point news
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 2x11
ENAM LINGKUNG MENEMUKAN POKOK-POKOK BERITA YANG DIPERDENGARKAN
Oleh
Yozi Ariska1, Silvia Marni2, Titiek Fujita Yusandra3
1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh media dan metode yang digunakan kurang bervariasi, sehingga siswa merasa bosan ditugasi menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen One Group Pretest-Postest Desigen. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMPN 2 2x11 Enam Lingkung sebanyak 24 sampel. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Tes kemampuan siswa kelas VIII SMPN 2 2x11 Enam Lingkung menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan yakni pada kelas sampel sebelum diberikan perlakuan (pretest) hasil tes yang diperoleh berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dengan nilai rata-rata 69,20. Sedangakan setelah pemberian perlakuan (posttest) hasil tes yang diperoleh berada pada kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 81,25. Pengujian hipotesis melalui pengukuran menggunakan uji-t diperoleh thitung = 4,91 dan ttabel= 1,67 pada P 0,05. Hal ini berarti hipotesis (H1), terdapat pengaruh yang signifikan.
Artinya model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw sangat berpengaruh dan dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan.
Kata kunci: Pengaruh, Menyimak, Kooperatif Tipe Jigsaw, pokok-pokok berita
A. PENDAHULUAN
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasi oleh manusia sebelum dapat berbicara, membaca, dan menulis. Tarigan (2008: 31) menyatakan “Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. Menyimak selalu digunakan dalam kehidupan manusia karena manusia selalu dituntut untuk menyimak, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Oleh karena itu, pelajaran menyimak seharusnya mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa disuatu instansi sekolah. Kegiatan menyimak, terutama menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan tercantum dalam kurikulum KTSP di SMP di kelas VIII semester II terdapat Standar Kompetensi (SK) 9. Memahami isi berita dari radio/televisi. Kompetensi Dasar (KD) 9.1 menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengarkan atau ditonton melalui radio/televisi.
Berita diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa hangat, kabar, laporan, pemberitahuan atau pengumuman. Assegraf (dalam Emanto, 2005: 96) mengatakan bahwa struktur berita mempunyai 5W+1H yaitu what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana), why (mengapa), dan how (bagaimana).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 2x11 Enam Lingkung yang menyatakan bahwa rendahnya keterampilan menyimak berita karena sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak berita masih rendah sebagai berikut: Pada umumnya siswa merasa bosan untuk ditugasi mendengarkan sebuah berita karena guru hanya membacakan secara langsung teks berita sehingga siswa sulit untuk memahami dan menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang dibacakan. Kurangnya minat dan motivasi dari siswa untuk menyelesaikan tugas menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang diperdengarkan.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan di SMP Negeri 2 2x11 Enam Lingkung, perlu diberikan solusi dan alternatif. Salah satunya yaitu dengan memberikan suatu model pembelajaran kooperatif yang tepat, menarik, untuk memancing keaktifan dan minat siswa dalam berkerjasama, saling membantu memahami materi atau tugas yang diberikan oleh guru dalam menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan. Model pembelajaran kooperatif yang tepat dan sesuai untuk menemukan pokok-pokok beirta yang diperdengarkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa berkerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok sendiri (kelompok asal) dan dalam kelompok ahli (Istarani, 2011: 25-26). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 2x11 Enam Lingkung menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan.
Berdasarkan permasalahan dan uraian di atas, penulis perlu melakukan penelitian ini dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 2x11 Enam Lingkung Menemukan Pokok-Pokok berita yang Diperdengarkan.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode eksperimen (One Group Pretest- Postest Desigen). Penelitian ini disebut kuantitatif karena data-data yang diperoleh menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data dan hasilnya (Arikunto, 2006: 10). Adapun populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 2x11 Enam Lingkung yang terdaftar pada tahun 2013/2014 yang berjumlah 101 orang yang terdiri 3 kelas, kerena jumlah populasinya lebih dari 100, maka perlu dilakukan penarikan sampel. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik propotional random sampling. Berdasarkan penarikan sampel dengan menggunakan teknik ini jumlah sampel yang diperoleh adalah 24 sampel.
Variabel dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Untuk data dikumpulkan dari tes kemampuan siswa menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan sebelum diterapkan model pembelajran kooperatif tipe jigsaw dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan instrumen penelitian berupa tes unjuk kerja.
C. HASIL PENELITIAN
Data diperoleh melalaui tes hasil tes kemampuan siswa kelaas VIII SMP Negeri 2 2x11 Enam Lingkung menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
D. PEMBAHASAN
Data pada penelitian ini berupa tes akhir unjuk kerja. Berita yang diperdengarkan pada saat pre-test dan postest berbeda, namun berita yang diperdengarkan saat pembelajaran penerapan tipe jigsaw berita yang dipedengarkan sama saat pre-test. Data tes akhir tersebut diambil sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan berdasarkan indikator apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Sebelum diberikan perlakuan (pretest) hasil tes yang diperoleh berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dengan nilai rata-rata 69,20. Untuk indikator apa berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dengan nilai rata-rata 69,58. Sampel 04 memperoleh skor 3 dengan nilai 100 karena mampu menemukan unsur apa secara lengkap yakni pada berita “Aksi Anarkis Massa”
(Apa yang terjadi dalam berita tersebut? jawabannya aksi anarkis massa).
Untuk indikator siapa berada pada kualifiaksi hampir cukup (HC) dengan nilai rata-rata 51,41. Sampel 23 memperoleh nilai 33 karena hanya menulis satu aspek dalam menemukan dan menjawab unsur siapa, (Siapa yang terlibat dalam berita tersebut? jawabannya sebuah truk).
Untuk indikator dimana berada pada kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 83,45.
Sampel 02 memperoleh nilai 100 karena mampu menemukan unsur dimana secara lengkap yakni nama jalan, nomor rumah, RT, RW, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan hal lain yang berhubungan dengan tempat dalam berita “Aksi Anarkis Massa”, (Dimana peristiwa dalam berita tersebut terjadi? jawabannya di Lumajang Jawa Timur).
Untuk indikator kapan berada pada kualifikasi sempurna (S) dengan nilai rata-rata 100.
Sampel 02 memperoleh nilai 100 karena mampu menemukan dan menjawab unsur kapan secara lengkap yakni jam, hari, tanggal, bulan, tahun, abad dan lainnya yang berhubungan dengan waktu dalam berita “Aksi Anarkis Massa”, (Kapan peristiwa dalam berita tersebut terjadi? jawabannya Rabu malam).
Untuk indikator mengapa berada pada kualifikasi hampir cukup (HC) dengan nilai rata- rata 54,08. Sampel 10 memperoleh nilai 33 karena hanya satu aspek dalam menemukan dan menjawab unsur mengapa, (Mengapa peristiwa dalam berita tersebut terjadi/ massa membakar truk pencuri sapi tersebut? jawabannya pencuri truk kabur setelah aksinya mencuri sapi diketahui massa).
Untuk indikator bagaimana berada pada kualifikasi cukup (C) dengan nilai rata-rata 58,37. Sampel 21 memperoleh nilai 100 karena mampu menemukan unsur mengapa secara lengkap yakni penyebab munculnya peristiwa dalam berita “Aksi Anarkis Massa”, (Bagaimana peristiwa/ kronologikejadian dalam berita tersebut? jawabannya karena gagal menangkap 3 pelaku pencuri sapi yang berasal dari Purbo Linggo massa marah langsung membakar truk tersebut setelah mengeluarkan 2 ekor sapi).
Setelah pemberian perlakuan (posttest) hasil tes yang diperoleh berada pada kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 81,25. Untuk indikator apa berada pada kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 76,62. Sampel 09 memperoleh nilai 100 karena mampu menemukan dan menjawab unsur apa secara lengkap yakni pada berita “Kebakaran”, (Apa yang terjadi dalam berita tersebut?
jawabannya kebakaran pasar Senen).
Untuk indikator siapa berada pada kualifiaksi cukup (C) dengan nilai rata-rata 61,20.
Sampel 09 memperoleh nilai 67 karena hanya menuliskan dua aspek dalam menemukan unsur siapa. (Siapa yang terlibat dalam berita tersebut? jawabannya para pedagan di pasar Senen).
Untuk indikator dimana berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan nilai rata-rata 90,37. Sampel 01 memperoleh nilai 33 karena tidak lengkap dalam menemukan unsur dimana, sampel 01 menuliskan unsur dimana tidak lengkap dengan isi dalam berita, (Dimana peristiwa dalam berita tersebut terjadi? jawabannya di pasar Senen).
Untuk indikator kapan berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan nilai rata-rata 87,62. Sampel 15 memperoleh nilai 100 karena mampu menemukan unsur kapan secara lengkap yakni yaitu jam, hari, tanggal, bulan, tahun, abad dan lainnya yang berhubungan dengan waktu dalam berita “Kebakaran”, (Kapan peristiwa dalam berita tersebut terjadi? jawabannya sejak jumat subuh pikul 40.00 pagi tadi).
Untuk indikator mengapa berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan nilai rata-rata 94,41. Selanjutnya sampel 09 memperoleh nilai 100 karena sudah sesuai dalam menemukan unsur mengapa, (Mengapa peristiwa kebakaran dalam berita tersebut terjadi? jawabannya karena terjadinya arus pendek listrik yang menyebabkan kebakaran).
Untuk indikator bagaimana berada pada kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 83,41.
Sampel 03 memperoleh nilai 67 karena menuliskan dua aspek dalam menemukan unsur bagaima, (Bagaimana peristiwa/ kronologi kejadian dalam berita tersebut? jawabannya beberapa titik bangunan bisa dilaporkan, ribuan kios yang ada di pasar Senen ludes terbakar dan pemadam kebakaranpun datang).
Perbedaan kedua nilai dari tes akhir dapat dilihat pada perolehan nilai rata-rata pada saat pre-test dan postest secara keseluruhan. Perbandingan nilai rata-rata antara pre-test dan postest dapat dilihat pada histogram di bawah ini.
Histogram Diagram Batang Perbedaan Nilai Rata-Rata Pre-test dan Postest
Berdasarkan histogram diagram batang di atas, dapat lihat perbedaan nilai rata-rata siswa pada saat pre-test dan postest bahwa nilai postest lebih tinggi berda pada kualifikasi baik (B) dengan rata-rata 81,25. Sedangkan nilai pre-test berada pada kualifiakasi lebih dari cukup (LdC) dengan rata-rata 69,20. Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengarauh dalam pembelajaran menemukan pokok-pokok bertia yang diperdengarkan.
Nilai rata-rata pre-test dan postest tersebut dimasukkan ke dalam tabel hasil uji hipotesis (uji-t) untuk menguji apakah kedua nilai tersebut ada perbedaan secara signifikan. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
69,20
81,25
56 60 64 68 72 76 80 84
Pre-test Postest
Nilai Rata-Rata
Hasil Uji t Pre-test dan Postest
Kelas N x ttabel thitung
Posttest 24 81,25
1,67 4,91
Pre-test 24 69,20
Berdasarkan hasil uji-t, disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima pada taraf signifikan 95% dengan dk = n1 + n2 – 2 thitung > ttabel (4,91 > 1,67). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 2x11 Enam Lingkung memiliki pengaruh yang signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Jadi hipotesis kerja (H1) diterima dan hipotesis awal (H0) ditolak (Sudjana, 1989: 262).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa hasil tes kemampuan siswa keals VIII SMPN 2 2x11 Enam Lingkung menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan yakni pada kelas sampel diberikan dua kali perlakuan yaitu pretest dan posttest. Sebelum diberikan perlakuan (pretest) hasil tes yang diperoleh berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dengan nilai rata-rata 69,20. Siswa yang memperoleh hasil baik (B) ada 6 siswa dengan tingkat penguasaan 76% - 85%, untuk hasil lebih dari cukup (LdC) ada 10 siswa dengan tingkat penguasaan 66% -75%, untuk hasil cukup (C) ada 5 siswa dengan tingkat penguasaan 56-65% dan untuk hasil hampir cukup (HC) ada 3 siswa dengan tingkat penguasaan 45-55%.
Setelah pemberian perlakuan (posttest) hasil tes yang diperoleh berada pada kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 81,25. Siswa yang memperoleh hasil baik sekali (BS) ada 9 siswa dengan tingkat penguasaan 86% - 95%, untuk hasil baik (B) ada 11 siswa dengan tingkat penguasaan 76% -85%, untuk hasil lebih dari cukup (LdC) ada 1 siswa dengan tingkat penguasaan 66-75% dan untuk hasil cukup (C) ada 1 siswa dengan tingkat penguasaan 56-65%, dan untuk hasil hampir cukup (HC) ada 1 siswa dengan tingkat penguasaan 46-55%.
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan saran-saran sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. Kedua, untuk siswa dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam menemukan pokok-pokok berita yang diperdengarkan. Ketiga, peneliti lain sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam melakukan penelitian yaitu berkaitan dengan masalah ini.
F. KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ermanto. 2005. Wawasan Jurnalistik Praktis. Yogyakarta: Cinta Pena.
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak merupakan sebagai Suatu Satu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Sudjana. 1989. Metoda Statistika Edisi ke 6. Bandung: Trasito.