• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius Linn.) TERHADAP FERTILITAS MENCIT

(Mus musculus L. Swiss Webster) JANTAN

ARTIKEL ILMIAH

Oleh : ASTRI INDRA NIM. 11010129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius Linn.) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster) JANTAN

Oleh :

Astri Indra, Rina Widiana, Ria Kasmeri

1Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

2astrilepay@gmail.com

ABSTRACT

Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) is one of the traditional medicinal plants which contain alkaloids, saponins, flavonoids, terpenoids and phenol. Alkaloids can suppress the secretion of reproductive hormones, namely testosterone that can interfere with the process of spermatogenesis.

Flavonoids will inhibit the enzyme aromatase, an enzyme which catalyzes the conversion of androgens to estrogens that increase testosterone. Under these conditions Jeruju plants can be an alternative to anti-fertility man, then based on this background, this study aims to determine the Effect of Leaf Extract Jeruju (Acanthus ilicifolius L.) on Fertility mice (Mus musculus L. Swiss Webster) Males. This research is an experimental research using animals mice (Mus musculus L.) males and females. This study uses a completely randomized design (CRD) with six treatments and two replications. The treatments were holly leaf extract with a shared dose variation, namely:

treatment A is without the extract, treatment B is 2.4 x 10-4 grams, treatment C is 3.6 x 10-4 grams, treatment D is 4, 8x10-4gram, E treatment is 6.0 x 10-4 grams and F treatment is 7.2 x 10-4 grams were given orally for 36 days. After that tested mate with male mice mating 1 to 4 female mice, fertility parameters of the visits is the marriage of a number of female mice and female mice that the number of successfully pregnant. The results were analyzed by ANOVA (Analysis of Variance) and then continued with BNT test at level α of 5%.The result showed that the number of female mice successful marriage to male mice in each treatment Farithmeticthe data obtained are 0.61 and Ftableis 4.39, which of Farithmetic<Ftable, means treatment accorded no real effect on the number of female mice who marry. For a number of successful female mice in each treatment pregnant Farithmetic the data obtained was 7.00 and Ftable is 4.39, which Farithmetic> Ftable, means treatment accorded significant effect on the number of successful female mice pregnant by male mice. It can be concluded that the extract of leaves of weeds (Acanthus ilcifolius Linn.) No real effect on the number of female mice who marry and bring down the number of pregnant female mice were successful.

Keywords : Acanthus ilicilfolius Linn., mice, fertility PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak.

Jumlah penduduk Indonesia yaitu berada pada posisi keempat di dunia dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi dan laju pertumbuhan ini tidak sejalan dengan pertumbuhan pembangunan di Indonesia, sehingga menambah tingkat kemiskinan.

Salah satu upaya pemerintah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah pelak- sanaan program KB bagi Pasangan Usia Subur (PUS).

Program Keluarga Berencana (KB) telah dicanangkan oleh pemerintah Re- publik Indonesia sebagai program na- sional. Salah satu usaha yang telah di- laksanakan dalam program KB adalah penyediaan sarana kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi pada prinsipnya adalah untuk mencegah terjadinya pembuahan atau pe- leburan sel sperma pria dengan sel telur wanita. Sarana kontrasepsi ini lebih banyak ditujukan pada kaum wanita, sedangkan pada pria masih terbatas, sehingga per- kembangan kontrasepsi pria jauh tertinggal dibandingkan dengan kontrasepsi wanita (Prajogo (2003 dalam Hartini, 2011). Kon-

(3)

trasepsi pada pria saat ini pada umumnya bekerja postetikuler, kontrasepsi sudah umum dikenal hanya dua macam yaitu pe- makaian kondom dan vasektomi (memotong dan mengikat vas deferens). Alat kontrasep- si yang murah, mudah dipakai, aman dan bersifat reversibel belum tersedia bagi pria (Syahrum, 1994).

Agar lebih mudah untuk mendorong kaum pria berpastisipasi dalam penca- nangan program KB, sangatlah tepat untuk memperbanyak menyediakan sarana kontra- sepsi untuk kaum pria sehingga memiliki al- ternatif sesuai pilihannya. Pemanfaatan tana- man obat sebagai alat kontrasepsi lebih efek- tif digunakan, selain mudah didapatkan dan murah juga mudah dikosumsi serta tanaman obat lebih alami dan tanpa efek samping yang berbahaya. Secara alamiah tumbuh- tumbuhan yang beranekaragan dapat diman- faatkan sebagai sumber obat tradisional maupun obat modern. Salah satu tumbuhan yang banyak dimanfaatkan adalah tumbuhan mangrove.

Salah satu tumbuhan mangrove yang digunakan sebagai obat bagi masyarakat adalah Acanthus ilicifolius Linn. Ernianing- sih (2014) menyatakan tumbuhan mangrove jenis Acanthus ilicifolius Linn. mempunyai kandungan senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid dan fenol. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang banyak ditemukan di alam dan dapat ditemukan pada bagian tumbuhan seperti daun, biji, batang dan ranting (Lenny, 2006).

Alkaloid dapat menekan sekresi hormon reproduksi, yaitu hormon testosteron sehing- ga proses spermatogenesis terganggu (Suset- yarini, 2009). Selain itu kandungan yang terdapat pada Acanthus ilicifolius Linn.

adalah flavonoid. Flavonoid dapat meng- hambat enzim aromatase, yaitu enzim yang mengkatalisis konversi androgen menjadi esterogen yang akan meningkatkan sekresi hormon testosteron (Winarno (1997 dalam Susetyarini, 2009).

Berdasarkan uraian tersebut maka telah dilakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) Terhadap Ferti- litas Mencit (Mus musculus L. Swiss Webs- ter) Jantan”.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016-Februari 2017.

Pembuatan ekstrak dilakukan di Labora- torium Kopertis Wilayah X. Pengamatan uji kawin dilakukan di Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Penelitian ini meng- gunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 6 perlakuan dan 2 ulangan (Hanafiah, 2004).

Persiapan Hewan Uji

Hewan yang digunakan adalah mencit jantan dan mencit betina (Mus musculus L. Swiss Webster). Mencit ditem- patkan pada kandang berupa baskom plastik berbentuk segi empat dengan ukuran 30 cm (p) x 20 cm (l) x 10 cm (t) yang ditutupi dengan kawat dan diberi alas sisa ketaman kayu serta diganti dua kali seminggu. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum.

Mencit yang diambil sebagai hewan uji adalah mencit jantan yang berumur 10-12 minggu dengan berat 20-30 gram dan mencit berumur 8-10 minggu dengan berat 20-25 gram.

Penentuan Dosis dan Lama Pemberian Ekstrak

Dosis yang digunakan digunakan ditetapkan dengan cara mengkonversi dosis yang dikonsumsi oleh manusia kedosis untuk mencit, berdasarkan rasio berat badan (dosis manusia berat 50 kg dikonversi ke dosis mencit 20 g).

Dosis ekstrak daun jeruju diberikan sesuai dosis konversi yaitu 2,4 x 10-4gram, 3,6 x 10-4 gram, 4,8x10-4gram, 6,0 x 10-4 gram, dan 7,2 x 10-4 gram/ekor/hari dan ditambah kontrol tanpa member ekstrak.

Perlakuan diberikan selama 36 hari setara dengan siklus spermatogenesis.

Pelaksanaan Penelitian

a. Penentuan dosis dan lama pemberian ekstrak

Dosis yang diberikan sebanyak 2,4 x 10-4 gram, 3,6 x 10-4 gram 4,8 x 10-4 gram, 6,0 x 10-4 gram, dan 7,2 x 10-4 gram/ekor/hari. Lama pemberian ekstrak adalah selama 36 hari (selama 5 periode spermatogenesis).

(4)

b. Pemberian Ekstrak

Pemberian ekstrak daun Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) dilakukan secara oral dengan menggunakan jarum gavage. Pemberian setiap hari pukul 08.00 WIB. Volume ekstrak yang diberikan pada hewan uji adalah seban- yak 0,5 ml/hari.

c. Pada hari ke-37 dilakukan uji kawin.

d. Uji kawin dilakukan dengan menga- winkan 1 ekor mencit jantan dengan 4 ekor mencit betina.

e. Pengamatan jumlah mencit betina yang dikawini, dengan cara ada tidaknya sumbat vagina pada pukul 08. 00 WIB.

f. Pengamatan jumlah mencit betina yang dikawini tersebut di amati berapa jumlah mencit betina yang bunting, yang di amati secara morfologi dari berkem- bangnya puting susu dan jelasnya aerola yang mengelilingi puting susu mencit betina.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Dari penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) Jantan dipero- leh data jumlah mencit betina yang berhasil dikawini oleh mencit (Mus musculus L.

Swiss Webster) jantan dapat dilihat pada Gambar 2.

Rata-Rata jumlah mencit betina yang berhasil dikawini oleh mencit jantan pada perlakuan A didapatkan 4 ekor, berarti semua mencit betina berhasil dikawini oleh mencit jantan, penurunan jumlah mencit betina yang dikawini terlihat pada perlakuan F yaitu rata-rata mencit betina yang dikawini adalah 3, sedangkan pada perlakuan B, C, D, dan E diperoleh data rata-rata yaitu 3,5 mencit betina yang berhasil dikawini.

Gambar 2.Histogram Jumlah Rata-Rata Mencit Betina yang Berhasil Dikawini pada Setiap Perlakuan Ekstrak Daun Jeruju

Keterangan : A = Perlakuan tanpa daun Jeruju, B = 2,4x10-

4g/ekor/hari,C = 3,6x104g/ekor /hari, D = 4,8x104g/ekor/hari, E = 6,0x104g/ekor/hari F =7,2 x 10-4g/ekor/hari.

Dari uji Analisis of Varians (ANO- VA) diperoleh data Fhitung adalah 0,61 dan Ftabel adalah 4,39, dimana Fhitung<Ftabel, berarti perlakuan yang diberikan berpenga- ruh tidak nyata terhadap jumlah mencit beti- na yang dikawini.

Jumlah mencit betina yang berhasil bunting setelah dikawini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Histogram Jumlah Rata-Rata Mencit Betina yang Berhasil Bunting pada Setiap Perlakuan Ekstrak Daun Jeruju

Keterangan : A = Perlakuan tanpa daun Jeruju, B = 2,4 x10-

4g/ekor/hari,C=3,6x 10-4g/ekor /hari, D = 4,8x 104g/ekor/hari, E=6,0x104g/ekor/hai F =7,2 x 10-4g/ekor/hari.

b. Pemberian Ekstrak

Pemberian ekstrak daun Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) dilakukan secara oral dengan menggunakan jarum gavage. Pemberian setiap hari pukul 08.00 WIB. Volume ekstrak yang diberikan pada hewan uji adalah seban- yak 0,5 ml/hari.

c. Pada hari ke-37 dilakukan uji kawin.

d. Uji kawin dilakukan dengan menga- winkan 1 ekor mencit jantan dengan 4 ekor mencit betina.

e. Pengamatan jumlah mencit betina yang dikawini, dengan cara ada tidaknya sumbat vagina pada pukul 08. 00 WIB.

f. Pengamatan jumlah mencit betina yang dikawini tersebut di amati berapa jumlah mencit betina yang bunting, yang di amati secara morfologi dari berkem- bangnya puting susu dan jelasnya aerola yang mengelilingi puting susu mencit betina.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Dari penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) Jantan dipero- leh data jumlah mencit betina yang berhasil dikawini oleh mencit (Mus musculus L.

Swiss Webster) jantan dapat dilihat pada Gambar 2.

Rata-Rata jumlah mencit betina yang berhasil dikawini oleh mencit jantan pada perlakuan A didapatkan 4 ekor, berarti semua mencit betina berhasil dikawini oleh mencit jantan, penurunan jumlah mencit betina yang dikawini terlihat pada perlakuan F yaitu rata-rata mencit betina yang dikawini adalah 3, sedangkan pada perlakuan B, C, D, dan E diperoleh data rata-rata yaitu 3,5 mencit betina yang berhasil dikawini.

Gambar 2.Histogram Jumlah Rata-Rata Mencit Betina yang Berhasil Dikawini pada Setiap Perlakuan Ekstrak Daun Jeruju

Keterangan : A = Perlakuan tanpa daun Jeruju, B = 2,4x10-

4g/ekor/hari,C = 3,6x104g/ekor /hari, D = 4,8x104g/ekor/hari, E = 6,0x104g/ekor/hari F =7,2 x 10-4g/ekor/hari.

Dari uji Analisis of Varians (ANO- VA) diperoleh data Fhitung adalah 0,61 dan Ftabel adalah 4,39, dimana Fhitung<Ftabel, berarti perlakuan yang diberikan berpenga- ruh tidak nyata terhadap jumlah mencit beti- na yang dikawini.

Jumlah mencit betina yang berhasil bunting setelah dikawini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Histogram Jumlah Rata-Rata Mencit Betina yang Berhasil Bunting pada Setiap Perlakuan Ekstrak Daun Jeruju

Keterangan : A = Perlakuan tanpa daun Jeruju, B = 2,4 x10-

4g/ekor/hari,C=3,6x 10-4g/ekor /hari, D = 4,8x 104g/ekor/hari, E=6,0x104g/ekor/hai F =7,2 x 10-4g/ekor/hari.

0 1 2 3 4

A B C 4 3,5 3,5

Jumlah Mencit Betina yang Dikawini (Ekor)

Perlakuan

0 1 2 3 4

A B C

3,50a 3,00ab

2,50abc

Jumlah Mencit Betina yang Bunting (ekor)

Perlakuan b. Pemberian Ekstrak

Pemberian ekstrak daun Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) dilakukan secara oral dengan menggunakan jarum gavage. Pemberian setiap hari pukul 08.00 WIB. Volume ekstrak yang diberikan pada hewan uji adalah seban- yak 0,5 ml/hari.

c. Pada hari ke-37 dilakukan uji kawin.

d. Uji kawin dilakukan dengan menga- winkan 1 ekor mencit jantan dengan 4 ekor mencit betina.

e. Pengamatan jumlah mencit betina yang dikawini, dengan cara ada tidaknya sumbat vagina pada pukul 08. 00 WIB.

f. Pengamatan jumlah mencit betina yang dikawini tersebut di amati berapa jumlah mencit betina yang bunting, yang di amati secara morfologi dari berkem- bangnya puting susu dan jelasnya aerola yang mengelilingi puting susu mencit betina.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Dari penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) Terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) Jantan dipero- leh data jumlah mencit betina yang berhasil dikawini oleh mencit (Mus musculus L.

Swiss Webster) jantan dapat dilihat pada Gambar 2.

Rata-Rata jumlah mencit betina yang berhasil dikawini oleh mencit jantan pada perlakuan A didapatkan 4 ekor, berarti semua mencit betina berhasil dikawini oleh mencit jantan, penurunan jumlah mencit betina yang dikawini terlihat pada perlakuan F yaitu rata-rata mencit betina yang dikawini adalah 3, sedangkan pada perlakuan B, C, D, dan E diperoleh data rata-rata yaitu 3,5 mencit betina yang berhasil dikawini.

Gambar 2.Histogram Jumlah Rata-Rata Mencit Betina yang Berhasil Dikawini pada Setiap Perlakuan Ekstrak Daun Jeruju

Keterangan : A = Perlakuan tanpa daun Jeruju, B = 2,4x10-

4g/ekor/hari,C = 3,6x104g/ekor /hari, D = 4,8x104g/ekor/hari, E = 6,0x104g/ekor/hari F =7,2 x 10-4g/ekor/hari.

Dari uji Analisis of Varians (ANO- VA) diperoleh data Fhitung adalah 0,61 dan Ftabel adalah 4,39, dimana Fhitung<Ftabel, berarti perlakuan yang diberikan berpenga- ruh tidak nyata terhadap jumlah mencit beti- na yang dikawini.

Jumlah mencit betina yang berhasil bunting setelah dikawini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Histogram Jumlah Rata-Rata Mencit Betina yang Berhasil Bunting pada Setiap Perlakuan Ekstrak Daun Jeruju

Keterangan : A = Perlakuan tanpa daun Jeruju, B = 2,4 x10-

4g/ekor/hari,C=3,6x 10-4g/ekor /hari, D = 4,8x 104g/ekor/hari, E=6,0x104g/ekor/hai F =7,2 x 10-4g/ekor/hari.

C D E F 3,5 3,5 3,5

3

Perlakuan

C D E F

3,00ab 2,50abc

2,00bcd 1,50cd

1,00d

Perlakuan

(5)

Dari Gambar 3 dapat dilihat jumlah rata-rata mencit yang berhasil bunting pada perlakuan didapatkan sebanyak 3,5 ekor.

Penurunan jumlah mencit betina yang berhasil bunting terlihat pada perlakuan D yaitu rata-rata 2 mencit betina, pada perla- kuan E 1,5 ekor, perlakuan F 1 ekor, sedang- kan pada perlakuan B rata-rata 2 mencit be- tina dan perlakuan C rata-rata sebanyak 2,5 ekor mencit betina.

Dari uji Analisis of Varians (ANO- VA) diperoleh data Fhitung adalah 7,00 dan Ftabel adalah 4,39, dimana Fhitung> Ftabel, be- rarti perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap jumlah mencit betina yang berhasil bunting oleh mencit jantan, untuk melihat perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%.

B. Pembahasan

1. Jumlah Mencit Betina yang Berhasil dikawini

Berpengaruh tidak nyatanya perla- kuan terhadap jumlah mencit betina yang dikawini disebabkan karena senyawa flavonoid yang dikandung ekstrak daun jeruju bersifat esterogenik yang menghambat konversi androgen menjadi estrogen sehing- ga merangsang naiknya kadar tertosteron dalam darah, dengan tingginya kadar tes- tosteron maka libido pada hewan tidak berpengaruh. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1997 dalam Susetyarini (2009) yang menyatakan senyawa flavonoid akan menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang mengkatalis konversi hormon androgen menjadi esterogen yang akan meningkatkan hormon testosteron.

Dari hasil uji statistik dengan ANO- VA dapat diketahui pemberian ekstrak daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L.) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah mencit betina yang berhasil dikawini. Hal ini menunjukkan ekstrak tidak mempengaruhi seks libido pada mencit, artinya ekstrak daun Jeruju baik digunakan sebagai obat kontrasepsi.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fajria (2011) yang me- nyatakan bahwa kontrasepsi pria haruslah aman, tanpa efek samping, reversibilitas yang tinggi serta tidak mempengaruhi seks dan libido.

2. Jumlah Mencit Betina yang Berhasil Bunting

Berpengaruh nyatanya perlakuan terhadap jumlah mencit betina yang berhasil bunting disebabkan karena, sifat esterogenik dari senyawa flavonoid yang dikandung ekstrak daun jeruju merangsang peningkatan jumlah hormon testosteron, tingginya jumlah hormon testosteron akan berefek umpan ba- lik negatif terhadap sekresi GnRH (Gona- dotropin Releasing Hormone) oleh hipo- talamus, sehingga sekresi FSH (Follice Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) oleh hipofisa menurun. Menu- runnya sekresi FSH dan LH menyebabkan proses spermatogenesis tidak berjalan nor- mal sehingga kuantitas dan kualitas sper- matozoa yang dihasilkan juga rendah, hal ini akan menurunkan peluang terjadinya ferti- lisasi. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh Susetyarini (2009) testosteron yang mening- kat dalam darah akan berakibat negatif feed back pada hipotalamus, sehingga hipota- lamus sedikit mensekresi GnRH yang bera- kibat GnRH tidak dapat menggertak hipofisa sehingga sedikit untuk mensekresi FSH dan LH, sehingga akan menghambat proses sper- matogenesis.

Selain itu senyawa alkaloid yang dikandung ekstrak daun jeruju dapat mene- kan sekresi hormon testosteron. Tergang- gunya hormon testosteron akan menga- kibatkan pembentukkan sperma dalam tubu- lus seminiferus terganggu selama proses spermatogenesis, sehingga berpengaruh ter- hadap kualitas sperma dan menghasilkan sperma yang tidak fertil, karena untuk terja- dinya fertilisasi dibutuhkan sperma yang fer- til. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh Har- tini (2011) yang menyatakan jumlah sperma- tozoa yang dihasilkan sangat tergantung pa- da proses langsung yang terjadi selama pro- ses spermatogenesis dalam tubulus semi- niferus. Bila spermatogenesis berlangsung normal maka spermatozoa yang dihasilkan normal juga. Menurut Nisa (2004) dalam Akmal (2008), alkaloid juga dapat meng- ganggu aktivitas enzim ATP-ase yang ada dalam membran sel spermatozoa pada bagi- an tengah ekor dan mengganggu transportasi zat-zat nutrisi yang diperlukan untuk per- gerakan dan daya tahan hidup spermatozoa.

Gerakan spermatozoa dapat menen-tukan keberhasilan dari fertilisasi dan apabila ada- nya gangguan terhadap sekseri testosteron

(6)

maka kualitas spermatozoa juga terganggu (Susetyarini, 2011).

Berdasarkan uji analisis dengan ANOVA diperoleh hasil dimana dosis perla- kuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap jumlah mencit betina yang dika- wini oleh mencit jantan, dimana dosis yang baik untuk digunakan sebagai kontrasepsi terdapat pada perlakuan F yaitu 7,2 x 10-4g, karena pada perlakuan ini menunjukkan penurunan terhadap jumlah mencit yang berhasil bunting tetapi untuk aktivitas mengawini mencit betina tidak mengalami penurunan yang signifikan. Pemberian eks- trak daun Jeruju ini bisa digunakan sebagai obat kontrasepsi karena tidak mempengaruhi kemampuan kawin mencit tapi berpengaruh terhadap jumlah mencit yang berhasil bunting.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun jeruju (Acanthus ilcifolius Linn.) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah mencit betina yang dikawini dan menu- runkan jumlah mencit betina yang berhasil bunting.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang pengaruh daun jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.) dengan perlakuan yang sama terhadap jumlah dan kualitas sperma ejakulat pada mencit (Mus musculus L.

Swiss Webster) jantan.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, M. dkk 2008. Efek Paparan Biji Pinang (Areca cathecu) Terhadap Motilitas Sperma tozoa Tikus (Rattus norvegicus):

Upaya Menemukan Kandidat Anti- fertilitas Pria. Jurnal Kedokteran Hewan (2), No.2, September . Ernianingsih, S.W. 2014. Etnofarmakologi

Tumbuhan Mangrove Acanthus ilicifolius L., Acrostichum speciosum L dan Xylocarpus rumphii Mabb. di Desa Sungai Tekong Kecematan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Protobion (3), hal 252-258.

Fajria, L. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amarillyfolius Roxb.) Terhadap Berat Testis dam Diameter Tubulus Mencit (Mus musculus). News Jurnal Keperawatan (7), No.2, Desember hal:161-169.

Hanafiah, K. A. 2004. Rancangan Percobaan teori dan aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hartini, 2011. Pengaruh Dekok Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn.) Terhadap Jumlah Kecepatan dan Morfologi Sperma- tozoa Tikus Putih Jantan.

Jurnal Universitas Andalas.

Diakses tanggal 14 februari 2016.

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanda dan Alkaloida.

Karya Ilmiah. Universitas Sumater Utara: Medan.

Purnobasuki, H. 2004. Potensi Tanaman Mangrove Sebagai Tanaman Obat.

Susetyarini, E. 2009. Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas Terhadap Kadar Testosteron Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan. Jurnal Gamma (5), No. 1, September hal 21-27.

Susetyarini, E. Dkk. 2011. Motilitas Spermatozoa Tikus Putih Jantan (Ratus norwegicus) yang Diberi Senyawa Aktif Daun Beluntas dengan Berbagai Dosis. 6D hal (9- 13).

Syahrum, M.H. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Fakultas kedokteran UI.Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah total sel leukosit pada darah mencit putih jantan setelah pemberian ekstrak etanol lidah buaya (Aloe vera L.) selama 6 hari dengan haemacytometer .... Deskriptif, ANOVA

Kelompok dosis uji I, mencit diinduksi dengan injeksi heparin 13 UI/20 gram BB mencit secara subkutan selama 5 hari, kemudian dilakukan pemberian ekstrak etanol daun andong 0,0027456