PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN GULA TEBU TERHADAP PEMBENTUKKAN SEL SISIRAN Apis cerana Fabr. di PALAK
JUHA NAGARI LURAH AMPALU VII KOTO SUNGAI SARIAK PADANG PARIAMAN
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
ELSA RAHMA PUTRI NIM. 13010084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2017
PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN GULA TEBU TERHADAP PEMBENTUKKAN SEL SISIRAN Apis cerana Fabr. di PALAK JUHA NAGARI
LURAH AMPALU VII KOTO SUNGAI SARIAK PADANG PARIAMAN Elsa Rahma Putri, Jasmi dan Febri Yanti
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat e-mail:[email protected]
ABSTRACT
Food bees that nectar and pollen. The lack of natural food sources can affect production and the number of composition honeybee colonies. To overcome the limitations of honeybees food, can be given additional feed using can sugar dissolved in coconut water. This study is aimed to see the time needed by bees in consuming their food and also development of bees colonies which can be seen from cells strokes Apis cerana. This study is conducted in Palak Juha Koto VII district Padang Pariaman regency on October to November, 2016. This study used an experimental method RAK design with 6 treatment 4 replicates. Data analysis of variance (Anova) and BNT. The best results of the eksperiment with 6 treatments best results are obtained treatment E that can be seen from its short range of time spent by bees in cosuming their food and the number of foreger bees that come to the food. The shortest range of time used by bees in cosuming the food is 5 hours 15 minutes.The additional food affect the number of cells in the bee Apis cerana strokes. The biggest average number is in E treatment (5 gr sugar cane), the smallest is in treatment A (whitout treatment) 62.26. The data elements of weather are temperature from 24.0 to 29.0 0C, 83.0% -96.3% humidity, wind speed from 0.1 to 0.7 km / h, while irradiation with a range of up to 7.1 hours undetectable and still support for the activity foreger of Apis cerana Fabr.
Key Words: Apis cerana Fabr., Cell of comb, feed supplement, apiary culture and sugar cane.
PENDAHULUAN
Salah satu fauna yang bermanfaat adalah lebah madu. Hasil yang diperoleh dari peternak lebah madu adalah madu, pollen, royal jeli, propolis, dan lilin lebah. Produk yang dihasilkan lebah dapat memberikan manfaat bagi peternaknya yaitu memberikan lapangan pekerjaan serta menambah penghasilan (Asih, 2006). Budidaya lebah adalah memelihara dan mengatur kehidupan lebah dengan teknik-teknik tertentu sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia (Mangisah, 2005). Ketersediaan sumber pakan yang cukup sangat mempengaruhi koloni lebah madu.
Perkembangan koloni lebah madu dapat dilihat dari kesuburan ratu, jumlah dan umur pekerja.
Kesuburan ratu dipengaruhi oleh pakan yang sebagai sumber nutrisi. Ratu yang subur akan menghasilkan banyak telur pekerja setiap
harinya. Pada perkembangan koloni terjadi perubahan ukuran, bentuk dan jumlah individu serta pertambahan sel sisiran dalam koloni (Jasmi, 2017).
Di daerah Sumatera Barat, khususnya Padang Pariaman telah dilakukan pembudidayaan lebah madu Apis cerana.
Hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa perkembangan koloni lebah madu berbanding lurus dengan sisiran sarang yang terbentuk.
Sisiran yang terbentuk dalam satu koloni tidak pada seluruh frame yang ditempatkan. Dalam satu koloni terdapat 9 frame, namun yang berisi sarang 3-5 frame. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi madu adalah dengan pemberian pakan tambahan dari gula tebu. Pelarut yang digunakan adalah air kelapa. Air kelapa tua memiliki kadar sukrosa yang rendah maka perlu ditambahkan dengan gula tebu. Gula tebu mengandung sukrosa
yang tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber nektar tambahan. Hasil studi pendahuluan didapatkan dalam larutan 192 ml air kelapa + 8 ml akuadest + 2 gr gula tebu didapatkan konsentrasi 10,6 %.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu yang digunakan lebah pekerja untuk mengkonsumsi larutan gula tebu dan mengetahui pengaruh pemberian larutan gula tebu terhadap pembentukan sel sisiran Apis cerana Fabr. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi bagi peternak lebah agar bisa mengatasi masalah kekurangan pakan pada lebah dengan cara pemberian pakan tambahan untuk meningkatkan produksi lebah madu
.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Palak Juha VII Koto Sungai Sariak Padang Pariaman, dilokasi terdapat beberapa tanaman berbunga seperti kelapa (Cocos nucifera L), kelapa sawit (Elaeis guineensis), pisang (Musa paradisiaca), pinang (Areca catecu), kakao (Theobroma cacao L) dan tanaman semak seperti bunga matahari kecil (Wedelia triloba), putri malu (Mimosa pudica) dan jenis keladi- keladian (Caladium sp). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen yaitu memberikan perlakuan penambahan pakan tambahan. Penelitian dilaksanakan dengan RAK, dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Gula tebu yang dilarutkan dalam air kelapa disebut sebagai pakan tambahan.
Larutan yang disiapkan :
Perlakuan A: Kontrol (Tanpa perlakuan) Perlakuan B: air kelapa 192 ml + 8 ml
aquadest + gula tebu 2 gr Perlakuan C: air kelapa 192 ml + 8 ml
aquadest + gula tebu 3 gr Perlakuan D: air kelapa 192 ml + 8 ml
aquadest + gula tebu 4 gr Perlakuan E: air kelapa 192 ml + 8 ml
aquadest + gula tebu 5 gr Perlakuan F: air kelapa 192 ml + 8 ml
aquadest + gula tebu 6 gr Koloni disiapkan sebanyak 24 koloni, kemudian dilakukan pemeriksaan frame pada tiap-tiap koloni. Frame pada hari pemeriksaan di keluarkan. Frame awal yang telah berisi sel
diberi tanda, dan frame selanjutnya yang telah memiliki sedikit sel dipotong. Frame atau sisiran didokumentasikan. Setelah didokumentasikan frame di masukan kembali pada posisi semula. Pemberian pakan tambahan dilakukan selama 30 hari.
Pemberian pakan dilakukan setiap pagi hari pukul 06.00, pakan diganti setiap hari. Setelah 29 hari di beri pakan, pada hari ke 30 sisiran pada frame di keluarkan. Sebelum frame dikeluarkan dilakukan pengasapan supaya lebah tidak terlalu agresif dan tidak terbawa bersama frame. Sisiran yang di keluarkan didokumentasikan.
Parameter yang diamati rentang waktu lebah pekerja menghabiskan pakan tambahan.
Pengamatan rentang waktu lebah dalam menghabiskan pakan tambahan dilakukan setiap hari dimulai pukul 07.00-19.00 WIB.
Pengamatan tiap satu jam, sehari dalam seminggu. Jumlah Sel Pada Sisiran, Frame yang berisi sel di keluarkan dari stup, kemudian diberi pengasapan supaya lebah tidak terlalu agresif. Frame yang telah ditandai dan frame yang baru berisi sel didokumentasikan. Perhitungan jumlah sel baru yang terbentuk dilakukan pada setiap frame per koloni, perhitungan jumlah sel yang terbentuk selama diberikan pakan. Jika koloni lebah absconding maka perhitungan jumlah sel dirata-ratakan selama lebah diberi pakan tambahan. Data unsur cuaca seperti suhu, kelembaban, lama penyinaran dan pengukuran kecepatan angin didapat dari BMKG Sicincin Kabupaten Padang Pariaman.
Analisis data dilakukan dengan analisis ragam (Hanafiah, 2004). Hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan BNT (Hanafiah, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rentang waktu yang paling pendek yang digunakan untuk menghabiskan pakan tambahan ditemukan pada perlakuan E setara dengan konsentrasi 25,6 % selama 5 jam 15 menit, dan yang paling panjang pada perlakuan B selama 8 jam. Pendeknya jumlah waktu yang digunakan untuk mengkonsumsi pakan tambahan diduga lebah menyukai konsentrasi gula yang tinggi. Menurut
Lamerkabel (2011), lebah madu mengkonsumsi nektar yang memiliki konsentrasi gula yang bervariasi mulai dari 5%
sampai 70%. Hasil yang sama juga dilaporkan Muntamah (2009), lebah mencari nektar yang kadar gulanya diatas 10%, Puncak aktivitas mencari nektar terjadi pada konsentrasi gula 20-40%. Selain konsentrasi, pendeknya jumlah waktu yang digunakan untuk menghabiskan pakan tambahan diduga jumlah lebah pekerja yang berkunjung. Jumlah waktu yang paling panjang untuk menghabiskan pakan pada perlakuan B yang kadar gula paling sedikit.
Panjangnya jumlah waktu yang digunakan diduga lebah tidak menyukai kadar gula yang terlalu rendah. Lebah pekerja juga membutuhkan waktu yang panjang untuk
mengkonsumsi larutan yang pekat. Menurut Hebert (1992) dalam Muntamah (2009), bahwa konsentrasi gula yang terlalu tinggi terlalu pekat dan tidak dapat dihisap dengan cepat oleh lebah. Konsentrasi nektar tergantung pada suhu, kelembaban dan curah hujan di lokasi tersebut.
Jumlah sel baru yang terbentuk pada sisiran Apis cerana dari pemberian pakan tambahan air gula tebu yang dilarutkan dalam air kelapa dapat dilihat pada Tabel 3. Rata-rata jumlah sel baru yang paling banyak terbentuk ditemukan pada perlakuan E dan paling sedikit pada perlakuan A (tidak diberi perlakuan).
Tabel 3. Rata-rata jumlah sel baru yang terbentuk selama kegiatan penelitian pada sisiran Apis cerana Fabr. di Apiari Sakato Palak juha VII Koto Kabupaten Padang Pariaman.
Perlakuan Kelompok Total
Perlakuan
Rata-rata Perlakuan
1 2 3 4
A 89,13 15,32 96,33 48,27 249,05 62,26
B 97,93 31,18 130,87 149,16 409,14 102,29
C 153,17 107,83 58,65 117,5 437,15 109,29
D 102,06 122,13 86,57 175,1 485,86 121,47
E 154,83 153,63 386,7 197,2 892,36 223,09
F 105,43 70,57 87,93 120,47 384,4 96,1
Total kelompok
702,55 500,66 847,05 807,7 2857,96 714,5
Banyaknya jumlah rata-rata sel baru pada sisiran lebah diduga menyukai perlakuan E, banyak lebah pekerja yang mengambil pakan sehingga pakan yang mencukupi kebutuhan koloni. Pakan yang optimal berdampak pada perkembangan koloni. Perkembangan koloni dapat ditandai dengan produktivitas ratu.
Produktivitas ratu meningkat sehingga banyak dihasilkan lebah pekerja. Lebah pekerja muda yang banyak akan menghasilkan sarang yang lebih banyak. lebah pekerja diperintahkan memperluas sel sisiran untuk menyimpan madu, pollen, dan sel anakan. Mengacu pada Situmorang (2014), sumber pakan yang optimal merangsang ratu mampu bertelur 500- 900 butir telur perhari.
Rata-rata jumlah sel baru yang terbentuk paling sedikit pada perlakuan A (tanpa pemberian pakan tambahan). Ketersedian pakan yang tidak optimal diduga berhubungan terhadap perkembangan koloni lebah madu dan luas sisiran. Menurut Budiwijono (2012), ketersedian nektar maupun tepung sari yang tidak optimal akan mengalami penurunan jumlah telur, larva dan luas sisiran. Jika sumber pakan tersebut dalam keadaan optimal akan berdampak pada jumlah koloni dan luas sarang lebah.
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian larutan gula tebu dalam air kelapa terhadap jumlah sel sisiran Apis cerana, menunjukkan konsentrasi yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan sel baru yaitu perlakuan E.
Setelah uji BNT didapatkan perlakuan yang terbaik adalah perlakuan E, (Tabel 4).
Tabel 4. Uji BNT Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Pembentukkan Sel Pada Sisiran Apis cerana di Palak Juha VII Koto Sungai Sariak Padang Pariaman
Perlakuan Rata- rata
Kelompok LSD Notasi
A B C D E F
A 62,26 - 84,98 a
a a ab
c a
B 102,29 40,04ns -
C 109,29 47,04ns 7ns -
D 121,47 59,22ns 223,76* 12,18ns -
E 223,09 160,84* 120,8* 113,8* 101,62* - F 96,1 33,85ns 6,19ns 13,19ns 25,37ns 319,19* - ns= tidak berbeda nyata
*= berbeda nyata
Kondisi unsur-unsur cuaca selama penelitian, suhu berkisar 24,0-29,0 0C, kelembaban 83,0-96,3%, kecepatan angin 0,1- 0,7 km/jam dan lama penyinaran dengan rentangan tidak terdeteksi sampai 7.1 jam (BMKG Sicincin, 2016). Suhu udara disekitar lokasi 24,0-29,0˚C masih cocok untuk beternak lebah madu. Suhu yang optimal membantu meningkatkan aroma pakan tambahan, karena terjadi penguapan.
Mangisah, dkk (2005) melaporkan suhu optimum dalam budidaya lebah madu berkisar 25-30˚C.
Kelembaban disekitar lokasi 83,0-96,3%
masih mendukung aktifitas lebah pekerja dalam menggumpulkan pakan. Menurut Ruslan (2015), faktor kelembaban mempengaruhi perilaku pencarian pakan bagi lebah. Selain kelembaban, angin juga mempengaruhi aktivitas pencarian pakan lebah. Kecapatan angin dilokasi penelitian relatif aman bagi lebah pekerja berkisar 0,1- 0,7 km/jam. Menurut Widhiono (2015) dalam Syahputra (2016) angin mempengaruhi aktivitas pencarian pakan lebah, angin yang terlalu kencang dengan kecepatan 24-34 km/jam berdampak buruk terhadap aktifitas lebah madu dalam mencari pakan
.
SIMPULAN DAN SARAN
Lebah madu lebih menyukai pakan tambahan pada perlakuan E setara dengan konsentrasi 25,6% dengan rentang waktu paling pendek yaitu 5 jam 15 menit.
Pembentukan jumlah sel baru pada sisiran Apis cerana Fabr dipengaruhi ketersediaan
sumber pakan. Pembentukan sel terbanyak pada perlakuan E. Unsur-unsur cuaca yaitu suhu 24,0-29,0 0C, kelembaban 83,0-96,3%, kecepatan angin 0,1-0,7 km/jam, lama penyinaran dengan rentangan tidak terdeteksi sampai 7.1 jam dan masih mendukung untuk aktivitas Apis cerana Fabr. Kepada peternak lebah agar memberikan pakan tambahan untuk meningkatkan produksi lebah madu.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, S,C. 2006. Inventarisasi Tanaman Pakan Lebah Madu Apis cerana Farb.di Perkebunan Gunung Mas Bogor.
Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Budiwijono, T. 2012. Identifikasi Produktivitas Koloni Lebah Apis mellifera Melalui Mortalitas dan Luas Eraman Pupa di Sarang pada Daerah dengan Ketinggian Berbeda. Jurnal Gamma 7 (2): 111-123.
Hanafiah, K. A. 2004. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi. Edisi ketiga.
Rajawali Pers: Jakarta.
Jasmi. 2017. Diversity and Blooming Season Of Food Sources Plant Of Apis cerana (Hymenoptera: Apidae) In Polyculture Plantation In West Sumatra, Indonesia. Jurnal Biodiversitas.18 (1): 34-40.
Lamerkabel, J. S.A. 2011. Mengenal Jenis- Jenis Lebah Madu Produk-Produk dan Cara Budidayanya. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 9 (1): 70- 78.
Mangisah, I., Surono, & S, Sumarsih. 2005.
Pemantapan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Melalui Pengalaman Lapangan Di Peternakan Lebah Madu. Artikel Ilmiah. Universitas Diponegoro: Semarang.
Muntamah. L. 2009. Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identifikasi Polen di Perlebahan Tradisional Bali. Tesis.
Program Pascasarjana IPB : Bogor.
Ruslan, W., M. F.Sataral, & Fahri. 2015.
Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana dan Trigona sp. Sebagai Penyerbuk Pada Tanaman Brassica rapa. Jurnal of Natural Science 4 (1):
65-72.
Situmorang, R.O.P, A, Hasanudin. 2014.
Panduan Manual Budidaya Lebah Madu. Balai Penelitian Aek Nauli:
Perapat.
Syahputra, Aderianto. 2016. Pemanfaatan Lebah Trigona sp. Untuk Efektivitas Penyerbukan Tanaman Pare (Momordica charantia L.) Di Palak Juha Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi.
STKIP PGRI Sumatera Barat.