• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan model pembelajaran ropes (review

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan model pembelajaran ropes (review"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROPES (REVIEW, OVERVIEW, PRESENTATION, EXERCISE, SUMMARY) TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Mirna Kurnia Marta, Rina Febriana, Radhya Yusri Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

marta.tresna@gmail.com ABSTRACT

This research intended to answer whether student’s math concept understanding with ROPES education model is better than using conventional education model. This research is an experiment research with random plan toward subject.The research population was all of grade VIII students of SMP Negeri 3 Matur Kabupaten Agam. The research sample was VIII.1 class as an experiment class and VIII.2 as control class. The research instrument was final test. The form of test been used was essay test. Data analytic was using unilateral T-Test. Based on result of data analytic T-count = 2,14 and T-Table = 1,68, therefore hypothesis accepted. It can be concluded that student's math concept understanding with ROPES education model is better than conventional learning.

Keywords : Math Understanding Concept, ROPES

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam pembentukan pola pikir siswa dan bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan berpikir logis, kritis kreatif dan sistematis. Serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika disekolah lebih lebih ditekankan pada penataan nalar, dasar, dan pembentukan sikap, serta keterampilan dalam penerapan

matematika. Menurut Nikson dalam Muliyardi (2002 : 3) mengemukakan

“Pembelajarana matematika adalah upaya untuk membantu peserta didik mengkonstruksikan konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga prinsip atau konsep tersebut terbangun kembali”.

Pemahaman konsep menjadi dasar yang sangat penting dalam menyelesaikan masalah, karena dalam menyelesaikan masalah diperlukan penguasaan konsep yang mendasari untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami konsep

(2)

matematika, siswa terlebih dahulu harus memahami konsep yang menjadi prasyarat dari materi tersebut. Dalam hal ini kemampuan awal berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam memahami konsep tersebut. Ketika siswa memiliki pemahaman konsep dalam wilayah matematika, mereka akan melihat hubungan antar konsep-

konsep dan prosedur

penyelesaiannya serta mereka dapat memberikan pendapat ketika menjelaskan alasan. Proses pembelajaran bukan lagi sekedar pengetahuan kepada siswa, tetapi merupakan proses perolehan konsep yang melibatkan siswa secara aktif dan langsung dalam menyelesaikan permasalahan (Yusri Radhya, 2016).

Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 - 25 agustus 2017 di SMP Negeri 3 Matur yang masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu pembelajaran matematika masih terpusat pada guru. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menyajikan materi, memberikan contoh soal kepada siswa, dan siswa hanya mendengar, mencatat dan

mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru sehingga siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran. Siswa kurang bersemangat dalam menerima materi sehingga rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan masih kurang. Apabila diberikan latihan (exercise) oleh guru banyak siswa

yang tidak mampu

menyelesaikannya, padahal soal latihan hampir mirip dengan contoh soal yang diberikan sebelumnya.

Apabila latihan yang diberikan telah selesai dikerjakan temannya, maka dia hanya mencatat saja tanpa menanyakan dari mana hasilnya walaupun belum mengerti apa yang ditulis. Siswa kurang berani untuk menanyakan apa yang belum mereka pahami sebelum menyelesaikan sendiri soal latihan tersebut.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Matur dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep yang rendah disebabkan siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan tidak percaya diri untuk menanyakan materi yang kurang dipahami,

(3)

sehingga rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan masih kurang. Jika disuruh kedepan mengerjakan soal latihan hanya siswa yang pintar saja yang mau mengerjakan, sedangkan siswa yang lainnya hanya melihat temannya mengerjakan soal.

Hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa siswa menganggap mata pelajaran matematika sulit dan membosankan, banyak rumus-rumus, menakutkan dan tidak menyenangkan. Selain itu guru juga terlalu cepat menjelaskan materi sehingga siswa kesulitan memahami yang diberikan guru.

Solusi yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran serta menjadikan siswa serius dalam belajar. Maka diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa yaitu model pembelajaran ROPES. Model pembelajaran ROPES merupakan model pembelajaran yang merencanakan pengajaran didalam

kelas dengan review, overview, presentation, exercise, dan summary.

Model pembelajaran ROPES mengharuskan siswa mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan sebelum pelajaran dimulai (review), kemudian memberikan semangat belajar serta menyampaikan secara singkat isi dan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran (overview), memberikan penjelasan-penjelasan materi (presentation), selanjutnya guru memberikan latihan untuk mengukur kemampuan siswa serta memberikan siswa kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah mereka pahami (exercise), setelah selesai melakukan tes, siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung (summary). Dengan demikian model pembelajaran ROPES dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa.

Menurut Hunt dalam Majid (2011: 99) model pembelajaran ROPES merupakan model pembelajaran yang merencanakan pengajaran di dalam kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(4)

1) Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite untuk memahami bahan ajar yang disampaikan hari itu. Guru harus yakin dan tahu betul jika siswa sudah siap menerima pelajaran baru. Jika siswa belum menguasai pelajaran sebelumnya, maka guru harus dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa untuk memahaminya terlebih dahulu atau mencerahkan melalui pemberian tugas, penjelasan, bimbingan, tutor sebaya, dan baru bergerak pada materi sebelumnya.

Apabila terjadi akumulasi bahan ajar yang tertunda, maka harus dicari waktu tambahan, karena lebih baik menunda bahan ajar baru dari pada menumpuk ketidak pahaman siswa.

2) Overview, sebagaimana review, overview dilakukan tidak terlalu lama berkisar antara 2 sampai 5 menit.

Guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi (content) secara

singkat dan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pandangannya atas langkah-langkah pembelajaran yang hendak ditempuh oleh guru sehingga berlangsungnya proses pembelajaran bukan hanya milik guru semata, akan tetapi siswapun ikut merasa senang dan merasa dihargai keberadaannya. 3) Presentation, tahap ini merupakan inti dari proses kegiatan belajar, mengajar, karena disini guru tidak lagi memberikan penjelasan- penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses telling, showing, dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Muhammad Syafe’i yaitu bahan-bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan dan keterampilan atau yang lebih dikenal dengan 3 H, yaitu : Head, Heart, dan hand. Apalagi jika kompetensinya memasuki wilayah afektif dan psikomotor, strategi

(5)

pembelajaran yang menekankan pada doing atau hand menjadi sangat penting, karena penerimaan, tanggapan dan penanaman nilai akan otomatis berjalan dalam proses belajar mengajar. Semakin bervariasi strategi pembelajaran yang digunakan, semakin baik proses dan hasil yang dicapai, karena tidak menjadikan siswa jenuh, melainkan mengantarkan mereka menikmati proses pembelajaran dengan suasana

asyik dan menyenangkan.

4) Exercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna. Oleh karena itu guru harus mempersiapkan rencana pembelajaran tersebut dengan baik melalui skenario yang sistematis.

Misalnya untuk sains bisa dilakukan praktek di laboratorium, untuk bahasa, membaca al-Qur’an, mengkafani mayat bisa dilakukan di kelas, jika tidak, sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman- pengalaman manipulative melalui

berbagai pratikum di sekolah.

Disamping itu pula guru harus mempersiapkan perencanaan pengajaran bukan hanya bahan ajar saja, tetapi pengalaman belajar siswa yang harus diberikan lewat peragaan- peragaan, bermain peran, dan sejenisnya yang harus ditata berdasarkan alokasi waktu antara penjelasan, assignment (tugas-tugas), peragaan dan lain sebagainya. 5) Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka pahami dalam proses pembelajaran.

Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan bahkan mungkin guru tidak pernah membuat summary (kesimpulan) dari apa yang telah mereka ajarkan.

Hasil belajar matematis siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran ROPES lebih baik daripada dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (Setiawan Arif , 2017).

Hasil belajar matematika mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran ROPES lebih tinggi dari hasil belajar matematika mahasiswa yang diajar dengan model

(6)

pembelajaran konvensional (Rivan_M, Y. M., & Masnarivan, Y.

2017).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran ROPES lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Matur.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian random terhadap subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Matur.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara acak.

Kelas sampel yang terpilih adalah kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes akhir yang berbentuk essay. Analisis butir soal tes akhir dilakukan dengan melihat tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal dan reabilitas tes.

Teknik analisis data dilakukan dengan rumus uji-t satu pihak, Sudjana (2005: 239).

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data tes akhir diperoleh:

Tabel 1. Pemahaman konsep matematis siswa kelas sampel

Kelas Sampel

Eks 79 14,24 97 45

Kontro

l 69 16,79 95 35

Tabel 1 menunjukkan nilai hasil belajar matematika kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.

Hasil pelaksanaan model pembelajaran ROPES selama penelitian semakin membaik. Siswa mulai berani untuk mengemukakan pendapatnya dan mulai berani untuk mengajukan diri untuk menjawab latihan didepan kelas.

Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji Liliefors, diperoleh data kelas eksperimen berdistribusi normal maka, untuk uji hipotesis menggunakan uji-t satu arah

diperoleh dan

karena thitung ttabel, maka tolak H0 dan terima H1. Dapat X S Xmaks Xmin

(7)

disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran ROPES lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Matur .

Proses pembelajaran di kelas eksperimen ini dimulai dengan guru memberikan salam, mengajak siswa untuk berdo’a, dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada tahap review, guru memulai pelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan baru.

Setelah itu pada tahap overview, guru menyampaikan isi (content) secara singkat. Pada tahap presentasi, guru selanjutnya mempresentasikan pelajaran kepada siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi dan contoh soal yang belum dipahaminya, kemudian guru memberikan umpan balik terhadap pertanyaan siswa. Pada tahap exercise, guru memberikan latihan kepada siswa tentang materi

yang telah dipelajari, seperti pada gambar 1.

Gambar1. Soal latihan siswa

Setelah semua soal dikerjakan, guru meminta beberapa siswa untuk mengerjakannya didepan kelas,hal ini terlihat pada gambar 2

Pertemuan 1 Nama :

Kelas :

1. Pada gambar berikut, besar PRQ = 50 . Hitunglah besar POQ

2. Pada gambar berikut, besar ACB = 40 . Hitunglah besar AOB

3. Diketahui sebuah lingkaran memiliki pusat lingkaran di O dan besar 25 . Hitunglah besar ?

4. Pada gambar berikut, besar OAB = 40 . Hitunglah besar:

a) OBA b) AOB c) ACB

(8)

Gambar 2. Lembar jawaban siswa Kemudian guru mengoreksi jawaban siswa didepan kelas. Pada tahap summary, guru meminta siswa menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari, kemudian guru memberikan penegasan terhadap kesimpulan yang diberikan siswa.

Selanjutnya guru memberikan siswa tugas untuk mengerjakan latihan dirumah serta membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Berikut lembar jawaban tes akhir yang dibuat oleh siswa dapat dilihat pada Gambar 3.

Terlihat bahwa siswa telah mampu menyatakan ulang sebuah konsep untuk mencari luas tembereng dengan mencari luas segitiga AOB. Siswa juga telah mampu mengaplikasika konsep dengan benar dan tepat sesuai dengan indikator yang diharapkan soal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan analisis dan pembahasan terhadap masalah yang telah dikemukakan

(9)

dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran ROPES lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Matur.

DAFTAR PUSTAKA.

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya Muliyardi. (2002). Strategi

Pembelajaran

Matematika. Padang:

FMIPA UNP

Rivan_M, Y. M., & Masnarivan, Y.

(2017). Penerapan Model Pembelajaran Ropes Dan Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Perkuliahan Matematika Di STIKES Prima Nusantara. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 1(2), 17-24.

Setiawan, Arif. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) disertai Sepak Bola Verbal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Padang.

Skripsi tidak diterbitkan.

Padang: STKIP PGRI Sumbar

Sudjana. (2005). Metode Statistika.

Bandung: Tarsito

Yusri, R. (2016). Pengaruh Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri Kabupaten Solok. Prosiding, 165.

Referensi

Dokumen terkait

A study to evaluate and improve the existing awareness levels of reproductive health among adolescent girls in the South of India is the need of the hour.. Objectives: This study aimed