• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh perbedaan variasi volume darah dalam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh perbedaan variasi volume darah dalam"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Hematokrit

  • Definisi Hematokrit
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit
  • Pemeriksaan Hematokrit
  • Masalah Klinis
  • Faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian nilai hematokrit
  • Interpretasi Hasil

Kajian Hematokrit (Ht) menurut Hidayat (2008) didefinisikan sebagai volume (dalam mililiter) sel darah merah (HR) yang terdapat dalam 100 ml (1 dl) darah, dihitung dalam persentase. Pengecekan nilai hematokrit digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk anemia, sebagai referensi kalibrasi untuk metode penghitungan sel darah otomatis, dan untuk memandu akurasi pengukuran hemoglobin. Nilai hematokrit suatu sampel adalah perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah utuh. atau sebagai pecahan desimal (satuan SI), liter/liter (L/L). Waktu pengambilan darah pada pemeriksaan hematokrit mempengaruhi nilai hematokrit, dan usia responden mempengaruhi pemeriksaan hematokrit (Utari, 2018). Semakin tinggi kecepatan centrifuge maka semakin cepat terjadi sedimentasi eritrosit dan sebaliknya semakin rendah kecepatan centrifuge maka semakin lambat terjadi sedimentasi eritrosit.

Jika jumlah eritrosit tinggi (polisitemia), maka nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemia) maka nilai hematokrit akan menurun. Tempatkan tabung di alur radial mikrohematokrit untuk disentrifugasi dengan ujung tertutup jauh dari tengah. Penurunan nilai hematokrit menurut Hidayat (2008) adalah bila nilai hematokrit dapat turun karena kehilangan darah akut, anemia (aplastik, hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik, sel sabit), leukemia (limfositik, mielositik, monositik ) ), penyakit Hodgkin, limfosarkoma, keganasan organ, mieloma multipel, sirosis hati, malnutrisi protein, defisiensi vitamin (tiamin, vitamin C), fistula lambung atau duodenum, tukak lambung, gagal ginjal kronis.

Penurunan nilai hematokrit juga dapat dipengaruhi oleh obat-obatan yang dikonsumsi, seperti obat antineoplastik dan obat radioaktif. Nilai hematokrit dapat meningkat jika tubuh mengalami dehidrasi atau hipovolemik, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis, asidosis diabetik, emfisema paru (tahap akhir), iskemia serebral transien, eklampsia, pembedahan dan luka bakar (Hidayat, 2008). Jika darah diambil untuk tujuan memantau hematokrit, perdarahan sedang sampai berat terjadi segera setelahnya, dan setelah transfusi, hematokrit mungkin normal.

Antikoagulan

Stabilitas darah dengan K3EDTA lebih baik dibandingkan jenis EDTA lainnya karena pH dengan antikoagulan K3EDTA mendekati pH darah. Menurut Suyanta (2019), EDTA adalah garam natrium, yaitu garam yang mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk nonionik. Selain itu, EDTA mencegah trombosit saling menempel, sehingga EDTA sangat baik digunakan sebagai antikoagulan jumlah trombosit.Setiap 1 mg EDTA mencegah 1 ml darah dari pembekuan.

Penggunaan EDTA dalam jumlah lebih dari 2 mg per ml darah akan menyebabkan nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya. EDTA yang sering digunakan berupa larutan 10% atau 0,01 ml dalam 1 ml darah serta EDTA kering 1 mg per 1 ml darah.

Tabung Vacutainerv

KERANGKA DAN HIPOTESIS

Hipotesis

Sampel penelitian adalah volume darah vena dalam tabung vacutainer K3EDTA 10% 3 ml sebanyak 1 ml, 3 ml dan 5 ml. Tempatkan kapas di atas jarum saat mengeluarkannya dari vena 2. Darah yang diambil dari responden dimasukkan ke dalam tabung vacutainer dengan ukuran volume darah yang berbeda b. Tabung pertama akan diisi dengan 1 ml darah di dalam tabung. Hasil proses editing data dituangkan dalam bentuk tabel yang terdiri dari perlakuan proses konsentrasi volume darah (1ml, 3ml, 5ml) dalam tabung vacutainer EDTA dengan 10 responden berbeda.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kadar volume darah vacutainer K3EDTA terhadap pengujian hematokrit digunakan uji one way ANOVA untuk menganalisis pengaruh perbedaan variasi volume darah K3EDTA terhadap pengujian hematokrit. Kerangka penelitian tentang pengaruh perbedaan variasi volume darah tabung vacutainer K3EDTA pada pengujian hematokrit. Berdasarkan Tabel 1, nilai hematokrit normal pada 1 ml volume darah adalah 50% dari total 5 subjek, dan nilai abnormal adalah 50% dari total 50 subjek.

Pada penelitian “Perbedaan Variasi Volume Darah Pada Tabung Vacutainer K3EDTA Terhadap Studi Hematocrit (Hct)” sebelum pengambilan darah, bagian yang disuntikkan dibersihkan dengan alkohol 70%. Berdasarkan hasil pemeriksaan hematokrit yang ditunjukkan pada Gambar 5.3 diketahui bahwa dengan volume darah 1 ml terdapat 5 orang dengan nilai hematokrit normal, sedangkan terdapat 5 orang dengan nilai hematokrit tinggi. Pada volume darah 3 ml didapatkan hasil nilai hematokrit normal pada 8 subjek dan nilai hematokrit tinggi pada 2 subjek.

Dengan menggunakan volume darah 5 ml didapatkan hasil nilai hematokrit normal pada 4 subjek dan nilai hematokrit tinggi pada 5 subjek dan nilai hematokrit rendah pada 1 subjek. Hasil pemeriksaan hematokrit menunjukkan perbandingan volume darah menurut standar EDTA yaitu 3 ml memiliki persentase nilai normal yang lebih tinggi yaitu 80% dibandingkan volume darah 1 ml dan 5 ml. Pada volume darah 5 ml, persentase volume darah lebih besar dari volume EDTA. EDTA bersifat hipotonik terhadap darah.

Adzaki (2018) menjelaskan bahwa volume darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan EDTA dapat menyebabkan pembentukan rouleux dan pengendapan sel yang lebih cepat, menghasilkan jumlah trombosit yang lebih rendah dan peningkatan pengendapan sel darah. Persentase nilai normal tertinggi berada pada 3 ml, oleh karena itu disimpulkan ada pengaruh nilai K3EDTA terhadap volume darah. Perbandingan jumlah trombosit terhadap variasi volume darah dengan antikoagulan K3EDTA Metode Electrical impedance di RS Mulia Hati.

METODELOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah True Experiment atau percobaan nyata karena dalam jenis penelitian ini mengontrol semua variabel eksternal yang mempengaruhi percobaan (Setia, 2014). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan agar peneliti mengetahui apa pengaruh investigasi terhadap berbagai responden, kemudian hasil perlakuan dapat dibandingkan dengan normal.

Populasi, Sampel dan Sampling

Instrumen Penelitian

Cara Kerja

Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Hasil penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.3 Hasil nilai hematokrit tiap responden disajikan pada Gambar 5.1. Penggunaan alkohol bertujuan untuk mempercepat pembunuhan bakteri dengan membuatnya lebih steril (Subhan, 2019) sehingga sampel darah yang digunakan tidak mengandung zat yang mempengaruhi hasil pemeriksaan. Setelah membersihkan area yang ingin ditusuk dengan alkohol, kemudian memasang tourniquet agar lebih mudah melihat vena kubital saat tusukan, setelah memasukkan kulit jarum hingga masuk ke dalam vena, kemudian melepaskan tourniquet sambil darah masuk ke spuit, lalu ambil darah yang dibutuhkan ke dalam spuit dan cabut jarum spuit jika sudah selesai pengambilan darah dengan mendapatkan sampel darah yang dibutuhkan (Armal, 2019).

Tempat pengambilan sampel darah adalah vena kubitalis median karena struktur dindingnya yang tipis, banyak katup yang kemudian lebih besar dari pada pembuluh darah lainnya dan lebih jauh dari saraf arteri. Sampel darah yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabung vacutainer K3EDTA Tabung vacutainer K3EDTA berisi EDTA yang memenuhi standar penelitian. Selain itu pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Perbedaan Nilai Hematokrit Dengan Antikoagulan EDTA Konvensional Dan Vacutainer EDTA”.

Menurut Dewi (2017), 10 responden berusia 18-20 tahun memiliki nilai hematokrit yang tidak normal dengan persentase 71,5%, sedangkan pemeriksaan hematokrit dengan antikoagulan EDTA vacutainer sebagian besar berusia 18-20 tahun, sebanyak 9 responden, memiliki nilai hematokrit yang tidak normal. nilai dengan persentase 35,1. Ketika volume darah kurang dari literatur (sebanyak 3 mL) dan volume darah lebih banyak dari literatur yang digunakan, peneliti dapat membandingkan hasil hematokrit untuk diperiksa nanti. Uji hematokrit (Ht atau Hct) atau dalam bahasa Inggris disebutpacked cell volume (PCV) adalah suatu penelitian untuk mengetahui perbandingan antara eritrosit dengan volume darah atau volume eritrosit dalam 100 ml darah yang ditentukan dalam satuan.

Selain itu, peningkatan tes hematokrit disebabkan oleh pembentukan sel darah merah yang terlalu banyak atau eritrositosis. Akibat keluarnya cairan dari sel menyebabkan sel darah mengkerut (krenasi), terjadinya hemodilusi mengakibatkan konsentrasi cairan plasma lebih tinggi daripada konsentrasi sel darah menyebabkan eritrosit mengecil dan jumlah eritrosit turun. menurun (Novel et al., 2012). Hal ini sejalan dengan pendapat Griyan (2012) Jika darah yang digunakan kurang dan antikoagulan yang digunakan terlalu banyak maka eritrosit akan menyusut sehingga menyebabkan hematokrit turun.

Faktor terpenting dalam pengukuran hematokrit adalah sel darah merah, terutama ukuran sel darah merah yang dapat mempengaruhi kekentalan darah. Semakin besar persentase sel dalam darah, semakin besar hematokrit. Semakin banyak gesekan terjadi antara lapisan darah yang berbeda, dan gesekan ini menentukan viskositas. Oleh karena itu, viskositas darah sangat meningkat seiring dengan peningkatan hematokrit. Viskositas seluruh darah pada hematokrit normal adalah sekitar 3, ini berarti dibutuhkan 3 kali tekanan untuk mendorong darah karena mendorong air melalui tabung yang sama. Menurut Griyan (2012) Jika darah yang digunakan lebih banyak dari seharusnya maka darah akan menggumpal dan akan diperoleh mikotrombin dalam wadah yang akan menurunkan jumlah trombosit dan dapat menyumbat alat pemeriksaan.

Dari ketiga pernyataan tersebut dapat disimpulkan volume 5 ml seharusnya nilai hematokrit tinggi karena sel darah membengkak, namun hasil penelitian didapatkan nilai normal 4 orang, tinggi 5 orang, rendah 1 orang. Utari PF, Efrida, dan Husnil K. 2018. Perbandingan nilai hematokrit dan jumlah trombosit antara infeksi dengue primer dan sekunder pada anak yang dirawat di rumah sakit.

Gambar  4.1.  Kerangka  Kerja  Penelitian  Tentang  Pengaruh  Perbedaann  Variasi  Volume  Darah  Dalam  Tabung  Vacutainer  K 3 EDTA    terhadap  pemeriksaan  Hematokrit
Gambar 4.1. Kerangka Kerja Penelitian Tentang Pengaruh Perbedaann Variasi Volume Darah Dalam Tabung Vacutainer K 3 EDTA terhadap pemeriksaan Hematokrit

Kerangka Kerja

Gambar

Tabel 1. Presentase Hasil Nilai Hematokrit  ................................... ……19
Gambar 2.1. Morfologi Eritrosit (Fitriani, 2018)
Gambar 2.3. Morfologi Trombosit (Mohapatra and Patra (2010) dalam Fitri (2017))
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

We show that free algebras of the variety of algebras generated by the Witt algebraWn, the left-symmetric Witt algebra Ln, and the symplectic Poisson algebra Pn over a field of