• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh persepsi wajib pajak dan sanksi denda terhadap kepatuhan pajak kendaraan bermotor (Undang-undang LLAJ No. 22, 2009)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh persepsi wajib pajak dan sanksi denda terhadap kepatuhan pajak kendaraan bermotor (Undang-undang LLAJ No. 22, 2009)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh persepsi wajib pajak dan sanksi denda terhadap kepatuhan pajak kendaraan bermotor

(Undang-undang LLAJ No. 22, 2009)

Annisa Mutiara Pratiwi Annisapratiwi07@yahoo.com,

Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis, Universitas Presiden, Cikarang, Indonesia Whereson Siringoringo

wheresonringo@gmail.com

Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis, Universitas Presiden, Cikarang, Indonesia

Abstract

The research aims to determine taxpayer’s perception regarding the implementation of traffic and road transportation law No. 22 of 2009, specifically article 74, paragraphs (2) and (3), which pertain to the deletion of motor vehicle identity data and fines for motor vehicle taxpayer compliance in Bekasi regency. This study employs a quantitative approach with the population consisting of motor vehicle taxpayers registered at the Bekasi regency samsat office. A non- probability sampling method is used with a sample size of 160 respondents, and data collection is conducted through questionnaires. The data analysis method employed is multiple linear regression with the assistance of SPSS version 24 software. The research results indicate that taxpayers' perceptions of the implementation of traffic and road transportation law No. 22 of 2009, article 74, paragraphs (2) and (3), significantly influence motor vehicle taxpayer compliance, and fine sanctions also have a significant impact on motor vehicle taxpayer compliance.

Keywords: law No. 22 of 2009 article 74 paragrphs (2) and (3); sanctions; tax payer complience

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi wajib pajak terhadap penerapan undang- undang lalu lintas dan angkutan jalan nomor 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) dan (3) penghapusan data identitas kendaraan bermotor dan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di kabupaten Bekasi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan populasi wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di samsat kabupaten Bekasi dengan metode sampel non probability sebanyak 160 dengan pengumpulan data melalui kuesioner. Uji analisis data yang dipakai yaitu regresi linier berganda dibantu software SPSS versi 24. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi wajib pajak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor serta sanksi denda berdampak secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Kata Kunci: undang-undang No 22 tahun 2009 pasal 72 ayat (2) dan (3); sanksi; kepatuhan wajib pajak

(2)

PENDAHULUAN

Undang-undang nomor 28 tahun 2007 memberikan pengertian pajak sebagai sumbangan wajib yang dibayarkan oleh rakyat bagi negara dengan tidak memperoleh imbalan secara langsung serta digunakan untuk kepentingan pemerintah atau keperluan negara. Pajak dibagi menjadi dua, pajak daerah dan pajak pusat. Pajak pusat sebagian besar dikelola Direktorat Jendral Pajak (DJP), Bea dan cukai, dan mentri keuangan dan pajak ini dipungut pemerintah pusat, sedangkan pungutan pajak pemerintah daerah dan dibatasi penduduk daerah disebut pajak daerah.

Pajak daerah meruapakan bagian sumber penghasilan daerah guna membantu pemerintahaan daerah yang dilaksanakan untuk menigkatkan pelayanan terhadap masyarakat, terdapat dua jenis pajak daerah menurut pemungutnya yakni, pajak kabupaten dan provinsi.

Yang termasuk dalam pajak provinsi ialah pajak kendaraan bermotor (PKB), bea balik nama kendaraan bermotor, bahan bakar kendaraan bermotor, pajak rokok, pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dan bawah tanah dan bangunan. Sementara yang termasuk pajak kabupaten ialah pajak hotel, penerangan jalan, hiburan, sarang burung walet, batuan dan mineral bukan logam, reklame, parkir, air tanah, dan pajak bumi dan bangunan pedesaan atau perkotaan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan PP No. 55 tahun 2016).

PERDA No. 2 tahun 2015 mengenai perubahan PERDA nomor delapan tahun dua ribu sepuluh mengenai PKB mengatakan kendaraan bermotor yaitu kendaraan yang pergerakannya dengan peralatan teknik seperti motor ataupun alat lainnya yang membantu pengubahan sumber daya energy layaknya tenaga bergerak, yang akan dioperasikan disemua jalan darat dan memiliki roda 2 atau lebih beserta dengan gandengannya. Pajak daerah yang membiayai pembangunan daerah provinsi diantarana yakni pajak kendaraan bermotor (PKB), dimana didefinisikan pajak atas kepemilikan kendaraan. PKB dipungut untuk kendaraan bermotor yang dimiliki dan dikuasai, baik itu perseorangan pribadi maupun badan usaha.

Tabel 1. Jumlah wajib pajak kendaraan bermotor di kantor samsat kabupaten Bekasi

Tahun Jumlah

kendaraan bermotor

Jumlah kendaraan bermotor yang membayar pajak

Persentase jumlah kendaraan bermotor yang

membayar pajak

2017 1.573.183 830.835 53%

2018 1.516.084 916.973 60%

Jan – Sept 2019 1.508.485 704.935 46%

Sumber: Data diolah

Mengacu Tabel 1 di kabupaten Bekasi ditemukan penurunan jumlah kendaraan bermotor dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2017 jumlah kendaraan bermotor sebanyak 1.573.182, tahun 2018 sebanyak 1.516.084, Januari sampai September 2019 total kendaraan bermotor sebanyak 1.508.485. Jumlah kendaraan bermotor mengalami penurunan untuk jumlah wajib pajak (WP) dalam membayar PKB meningkat dalam tiga tahun terakhir walaupun masih banyak WP yang tidak membayar PKB jika dilihat dari total kendaraan dengan pada tahun 2017 WP yang membayarkan pajaknya ada sebanyak 830.835 atau sebanyak 53%, tahun 2018 sebanyak 916. 973 atau sebanyak 60% WP yang membayarkan pajak kendaraanya, dan dari Januari sampai September 2019 ada sebanyak 704.935 atau sebanyak 46% WP yang membayarkan PKB.

Dari data diatas jumlah WP yang membayarkan pajak terus meningkat setiap tahunnya, akan tetapi tidak pernah lebih dari 65% wajib pajak yang membayarkan pajak dalam tiga tahun

(3)

terakhir. Kepatuhan perpajakan merupakan kondisi wajib pajak memiliki kesadaran dan patuh untuk memenuhi kewajibpan perpajakkannya (Rustyaningsih, 2011). Kepatuhan dibagi menjadi dua jenis: kepatuhan resmi (formal) serta kepatuhan material. Kepatuhan resmi ialah dimana WP menjalankan kewajiban perpajakannya dengan formal menyesuaikan dengan ketentuan UU perpajakan. Sebaliknya kepatuhan material merupakan dimana kondisi WP secara subtantif melaksanakan seluruh material perpajakannya, sesuai dengan hukum pajak (Nurmantu, 2005).

Kepatuhan WP merupakan factor penting, jika wajib pajak taat dalam membayar pajak sehingga pendapatan negara akan bertambah untuk membiayai pembangunan negara. Sari dan Susanti (2015), mengatakan ketidakpatuhan wajib pajak bisa mendatangkan rasa ingin untuk melakukan pelalaian, penghindaran serta pengelakan pajak. Menurut PP nomor sembilan puluh satu tahun dua ribu sepuluh mengenai pajak daerah yang dipumungut sesuai penetapan dan pasal lima perda nomor enam tahun dua ribu sepuluh mengenai aturan umum pajak daerah.

Sistem pemungutan PKB di Indonesia menggunakan sistem “official assessment” dimana petugas pajak sepenuhnya mempunyai hak untuk menghitung dan memungut pajak, dengan harapan akan mempermudah WP untuk melakukan pembayaran pajak lantaran wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak mereka. Tetapi sangat disayangkan di Indonesia tingkat kepatuhan membayar pajak cukup rendah, sedangkan kualitas pelayanan dan pembangunan di masyarakat bergantung uang yang sudah terkumpul misalnya dari pajak ini.

Menurut Mardiasmo (2013), sanksi perpajakan menjamin kepatuhan terhadapa hukum paerpajakan, dengan kata lain sanksi pajak ialah alat untuk mempertegas peraturan undang- undang pajak. Untuk penegakan hukum pemerintah membuat UU mengenai PKB, yang salah satunya mengatur pajak kendaraan bermotor (PKB) ialah undang-undang lalu lintas nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga. Dibutuhkan tanggung jawab tinggi dari pelaksana kebijakan untuk penerapan undang-undang lalu lintas nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan dikarenakan kondisi kesadaran akan kepatuhan masyarakat yang masih rendah (Putra dkk, 2013).

Persepsi ialah proses dengan mana pengalaman sensorik disusun menjadi gambaran atau kesan bermakna tentang dunia (Nevid, 2017). Terdapat sejumlah faktor penting yang berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib PKB pada pembayaran PKB misal yakni persepsi masyarakat tentang undang-undang lalu lintas nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan. Informasi yang dimiliki oleh masyarakat terkait pajak dan persepsi mengenai sanksi pajak mempunyai pengaruh positif kepada kepatuhan WP dalam membayar PKB (Putra & Jati, 2017).

Robbins (1996), mengatakan terdapat tiga faktor yang membentuk atau memengaruhi persepsi diantaranya adalah pelaku persepsi, target, dan situasi. Oleh karna itu persepsi selalu diawali dengan pelaku persepsi atau diri sendiri yaitu bagaimana sesorang memandang suatu target dan menafsirkannya, penafsiran tersebut syarat dipengaruhinya karakteristik pribadi seseorang yang mempengaruhi persepsi yang lebih relevan. Dalama hal ini bagaimana WP melihat undang-undang perpajakan sebagai target dan menafsirkan undang-undang perpajakan berdasarkan kepentingan dan harapannya jika wajib pajak merasa penting akan undang-undang perpajakan dan berharap bila undang-undang tersebut membawa dampak yang lebih baik lagi maka akan menimbulkan persepsi yang positif begitu pula sebaliknya.

Satu dari beberapa faktor yang berpengaruh pada WP dalam membayarkan pajak ialah sanksi pajak. Rusyidi (2018), mengatakan jika sanksi pajak yang diberikan semakin banyak maka tingkat kepatuhan WP dalam membayarkan pajak kendaraan bermotornya semakin tinggi.

Untuk mengurangi WP yang menunggak membayar pajak maka akan diberikan sanksi seperti diberikan denda sebesar 25% dari jumlah pajak pertahun (undang-undang nomor delapan tahun dua ribu sembilan mengenai pajak daerah dan retribusi daerah), dikenakan tilang

(4)

apabila sedang ada penertiban oleh polisi, seperti yang dikatakan UU LLAJ No. 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) jika surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) dan tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB) berlaku selama lima tahun dan wajib dimintakan pengesahaan setiap tahunya, pada pasal 106 ayat (5) undang-undang lalu lintas dan angkatan jalan nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan menyatakan jika pada saat dilakukan pemerikasaan kendaraan bermotor dijalan teiap pengendara wajib menunjukan hal berikut:

• Surat izin mengemudi (SIM),

• Surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK-B) atau surat tanda coba kendaraan bermotor,

• Bukti lulus uji berkala dan,

• Tanda bukti yang sah lainnya.

Maka dari itu untuk STNK harus sah dan untuk mendapatkan pengesahannya maka pemilik atau pengendara kendaraan bernotor harus membayarkan pajak kendaraan setiap tahunnya.

Syarlis dan Octavia (2018), mengatakan sanksi pajak mempunyai peran penting supaya wajib pajak jera dan mentaati peraturan perpajakan, semakin banyak sanksi pajak yang diberikan, semakin banyak WP jera menunggak pajak. Selain memberikan sanksi, sosiali mengenai pajak kendaraan bermotor juga tidak kalah penting agar masyarakat paham tentang sistem perpajakan dan mengetahui mafaat apa yang didapat dari membayar pajak.

Dari masalah yang ada maka dapat diketahui apakah presepsi wajib pajak kendaraan bermotor terhadap penerapan UU LLAJ No. 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) dan (3) berdampak positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Andrian et al., (2014), hasil penelitiannya menyatakan jika wajib pajak mempunyai persepsi yang positif tentang kemudahaan dan kegunaan terhadap billing system. Persepsi tersebut bisa timbul karena WP mempunyai pengalaman dalam memakai billing system atau hal sejenisnya. apakah sanksi denda mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Observasi sebelumnya yang dilakukan Putra dan Jati (2017), Hasil dari penelitiannya menyatakan jika kesadaran, kewajiban moral, pengetahuan mengenai pajak dan persepsi pajak mempunyai pengaruh positif kepada kepatuhan WP dalam membyar PKB. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan penelitian-penelitian sebelumnya terkait penerapan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor wajib pajak dengan menerapkan 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) dan (3) secara konsisten yaitu bilamana wajib pajak tidak membayarkan pajak kendaraan bermotor yang dimiliki selama periode tertentu, maka data kendaraan bermotor wajib pajak akan dihapus.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Persepsi masyarakat atas penerapan UU LLAJ No. 22 tahun 2009 terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

Berdasarkan teori atribusi, persepsi WP terhadap UU LLAJ nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat duadan tiga bisa mempengaruhi kepatuhan WP berdasarka aspek internalnya. Dikarenakan dalam melihat peraturan perpajakan wajib pajak mempunyai persepsi yang positif maupun negatif. Jika wajib pajak menerima konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya positif maka wajib pajak akan melakukannya, yang berartikan apabila WP taat dalam membayar pajaknya maka WP tidak akan menerima sanksi berupa penghapusan identitas kendaraan.

Seperti yang dikatakan Savitri (2017) dalam elemen-elemen yang mempengaruhi terjadinya persepsi salah satunya adalah pengalaman masa lalu, apabila masyarakat memiliki pengalaman tidak mengenakan diamana kendaraan yang mereka miliki dihapus identitas

(5)

kendaraannya dikarenakan tidak memnuhi kewajiban membayar pajak sehingga untuk kedepannya masyarakat akan lebih patuh dalam membayarkan pajaknya.

H1 : Persepsi masyarakat atas penerapan undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan nomor 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) dan (3) berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

Melihat teori atribusi sanksi denda ialah penyebab eksternal yang bisa mempengaruhi kepatuhan WP kendaraan bermotor. Kepatuhan WP akan meningkat dengan diberikannya sanksi berupa denda (Savitri:2017). Dimana jika WP tidak membayar pajaknya setelah waktu yang ditentukan atau telah jatuh tempo maka WP akan diberikan sanksi denda, dan apabila wajib pajak semakin lama tidak membayar pajaknya setelah waktu jatuh tempo maka semakin banyak denda yang akan didapat. Wajib pajak akan dengan terpaksa membayar pajaknya jika tidak mau dikenakan sanksi denda yang cukup banyak.

Pada penelitian sebelumnya oleh Savitri dan Nuraina (2017), yang membahas tentang dampak sanksi perpajakan terhadap WPOP di KPP. Hasil penelitiannya mengatakan jika sanksi perpajakan sebagian besar berdampak penting terhadap kepatuhan WP.

Widnyani dan Suardana (2016) mengatakan jika sanksi pajak memiliki dampak positif terhadap kepatuhan WP. Dengan diterapkannya sanksi pajak secara tegas serta sesuai sama pelanggaran yang WP lakukan serta diharapkan bisa memberikan efek jera terhadap WP oleh karena itu bisa meningkatkan kepatuhan WP kendaraan bermotor.

H2 : Sanksi denda berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan hanya berfokus pada WP yang memiliki kendaraan bermotor yang berada dalam wilayah Kabupaten Bekasi. Adapun sampel penelitian ini menggunkaan teknik non probability sampling, metode yang dipakai dalam aspek non probability samping ini adalah teknik incidential sampling yaitu teknik mengidentifikasi sample secara kebetulan, yaitu siapapun yang ditemui dalam wawancara sama peneliti bisa menggunakannya menjadi sampel asalkan individu yang secara tidak sengaja bertemu itu adalah sumber data yang baik ata cocok.

Kepatuhan pajak wajib pajak kendaraan bermotor, persepsi wajib pajak atas penerapan UU lalu lintas dan angkutan jalan No. 22, tahun 2009, pasal 74 Ayat (2) dan (3), sanksi denda ialah variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Data yang dipakai yaitu data primer yang berupa data wajib pajak yang membayar pajak kendaraan di kabupaten Bekasi dimana pada saat penelitian ini dilakukan terdapat 1,5 juta kendaraan bermotor yang terdaftar di samsat kabupaten Bekasi dengan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor hanya sebesar 46% dari jumlah tersebut, dan penyebaran kuesioner guna mengukur tingkat kepatuhan WP kendaraan bermotor yang ada di kabupaten Bekasi.

Kepatuhan WP kendaraan bermotor kepatuhan perpajakan ialah suatu kondisi dimana WP menjalankan semua kewajiban pajakan dan memenuhi hak pajaknya sesuai hukum pajak.

Menurut Wardani dan Rumiyatun (2017), terdapat beberapa indikator kepatuhan WP kendaraan bermpotor diantaranya:

1. Melakukan pemenuhan kewajiban pajak selaras peraturan yang ada;

2. Menunaikan pembayar pajak sesuai dengan ketentuan waktunya;

3. Dalam membayar pajak WP mengikuti persyaratan yang berlaku;

(6)

4. WP mengetahui batas waktu pembayaran pajak.

Wajib pajak akan menganalisa dan mengevaluasi UU LLAJ, nomor 22, tahun 2009, pasal 74 ayat (2) dan (3) dan wajib pajak akan memberikan kesimpulan atas analisa tersebut terdapat beberapa indikator diantaranya:

1. Pengetahuan wajib pajak terkait UU LLAJ nomor 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) dan (3);

2. Sikap wajib pajak terhadap tujuan diterapkannya UU LLAJ nomor 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) dan (3).

Mardiasmo (2013) mengatakan Sanksi pajak adalah suatu jaminan jika ketentuan suatu peraturan UU perpajakan akan ditaati atau dipatuhi oleh WP. Wardani dan Rumiyatun (2017), mengatakan terdapat sejumlah indikator sanksi pajak kendaraan bermpotor diantaranya:

WP mengetahui tujuan sanksi pajak kendaraan bermotor;

1. Salah satu untuk melatih WP harus dikenakan sanksi pajak yang cukup berat;

2. WP yang tidak mematuhi ketentuan perpajakan harus diberikan sanksi pajak tanpa adanya toleransi.

Variabel penelitian yang digunakan terdiri atas satu variabel bebas yaitu sanksi denda dan satu variabel terikat yaitu kepatuhan pajak, setiap variabel akan diukur menggunakan kuesioner dengan skala likert 1-5. Kuesioner akan disampaikan kepada responden dengan metode incidental sampling yaitu pemberian kuesioner kepada setiap wajib pajak bermotor yang berada di samsat kabupaten Bekasi secara langsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. Hasil uji normalitas

Sumber: Data diolah

Tabel 2 menunjukan jika skor Kolmogorov-smirnov test statistic sebanyak 0.61 dimana nilai signifikansinya Asympsig (-tailed) sebesar 0.200 dapat diketahui dari hasil tersebut jika nila sig sebesar 0.200 dimana 0.200 > 0.50. Sehungga nilai residual data observasi ini terdistribusi normal.

Tabel 3. Hasil uji Glejser Coefficientsa

Model Unstandardized

coefficients

Standardized coefficients

t Sig.

B Std. error beta

Konstanta 4.919 .848 5.799 .000

Variabel X1 -.085 .049 -.163 -1.735 .085

Variabel X2 -.063 .040 -.150 -1.595 .113

One-sample Kolmogrov-Smirnov test

Unstandardized residual

N 160

Normal parametersa,b

Mean .0000000

Std. deviation 2.53779530 Most extreme

differences

Absolute .061

Positive .052

Negative -.061

Test statistic .061

Asymp sig (2-tailed) .200c,d

(7)

Variabel tak bebas: Abs_Res

Sumber: Data diolah

Tabel 3 dapat dilihat jika independent variable X1 terhadap dependent

variable Y mempunayi nilai sig sebanyak 0.85, dimana (0.85 > 0.05). Independent variable X2

terhadap variabel terikat Y memiliki nilai signifikan dimana nilai sig dari sanksi pajak sebesar 0.113 yang berartikan (0.113 > 0.05). Kesimpulannya jika independent variable X1 dan X2

tidak ditemukan heteroskedastisitas.

Tabel 4. Hasil uji autokorelasi

N D DL DU 4-DL 4-DU

160 1.790 1.716 1.766 2.284 2.234 Sumber: Data diolah

Tabel 4 didapat hasil pengujian autokerlasi durbin watson dimana nilai dari durbin watson yaitu sebesar 1.790, nilai DL = 1.716, nilai DU = 1.766. untuk skor DL dan DU didapat dari tabel durbin watson dengan α = 5 persent. Dari tabel 4 dapat disimpulkan jika 1.766 < 1.790 <

2.234 yang artinya tidak terjadi autokorelasi

Tabel 5. Hasil uji multikolinearitas

Variabel Colinearity statistic Keterangan

tolerance Batas tolerance

VIF Batas VIF

X1 0.664 0.10 1.507 10 Tidak terjadi

multikolinearitas

X2 0.664 0.10 1.507 10 Tidak terjadi

multikolinearitas Sumber: Data diolah

Dari Tabel 5 dapat diketahui skor tolerance setiap variabel, variabel independen X1 dan X2

adalah 0.664 sedangkan nilai VIF didapat sebesar 1.507. Bisa disumpulkan jika variabel independen X1 dan X2 tidak terjadi multikolinearitas karena skor tolerance 0.664 < 0.10 sedangkan untuk nilai VIF 1.507 > 10.

Tabel 6. Uji regresi linear berganda

Sumber: Data diolah

Dari Tabel 6 apabila dimasukan dalam persamaan bentuk regresi linear berganda didapat hasil yakni:

Coefficientsa

model Unstandardize

d coefficients

Standardized coefficients

t Sig.

B Std.

error

Beta

Konstanta 1.154 .026 44.113 .000

Variabel X1 .004 .002 .228 2.938 .004

Variabel X2 .007 .001 .446 5.738 .000

Variabel dependen: Kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

(8)

Y =1.154+0.004 X1+0.007 X2+0.026. Di jelaskan pada Tabel 6 jika persamaan regresi liner berganda didapat yakni :

Nilai konstanta berskor 1.154 menunjukan jika variabel X1 dan X2 pada variabel Y memiliki keterkaitan positif, maka diasumsikan bila variabel bebas tidak berubah nilai variabel terikat berskor 1.154. Koefisien variabel bebas X1 sebesar 0.007, ini menerangkan jika persepsi wajib pajak atas penerapan undang-undang lalu lintas nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga mempunyai hubungan yang searah dengan kepatuhan WP kendaraan bermotor. Karena hasilnya positif maka setiap kenaikan varibel X1

maka akan terjadi pula kenaikan pada variabel Y.

Koefisien variabel X2 sebesar 0.007, ini menerangkan jika sanksi denda mempunyai hubungan yang sejalan dengan kepatuhan WP kendaraan bermotor. Karena hasilnya positif maka setiap kenaikan varibel X2 maka akan terjadi pula kenaikan pada variabel Y. Error pada penelitian ini yaitu sebesar 0.026 sehingga pada populasi penelitian (WP kendaraan bermotor di kabupaten bekasi) terdapat perbedaan nilai praduga dan pengamatan yang dilaksanakan sebanyak 1.446

Tabel 7. Hasil uji koefisien determinasi

Sumber: Data diolah

Tabel 7 memperlihatkan jika nilai R square yang di peroleh yaitu sebesar 0.370, dimana variabel X1 dan X2 mempunyai pengaruh yakni 0.370 terhadap variabel Y.

Tabel 8. Hasil Uji t

Variabel T hitung T tabel Sig Batas sig Keterangan

X1 2.938 1.975 0.004 0.05 Berpengaruh

X2 5.738 1.975 0.000 0.05 Berpengaruh

Sumber: Data diolah

Dari Tabel 8 bisa dilihat jika variabel X1 di dapat skor thitung > ttabel (2.938>1.975) dan skor sig (0.002<0.05), artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Pada variabel sanksi denda di dapat nilai thitung> ttabel (5.738>1.975) dan nilai sig sebanyak (0.000<0.05), yang mempunyai arti jika Ha

diterima dan Ho ditolak. Hipotesis pertama (H1) Persepsi masyarakat atas penerapan UU LLAJ No. 22 Tahun 2009 Pasal 74 Ayat (2) dua dan (3) tiga memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan Tabel 8 didapat skor t hitung > t table (2.938>1.975) dengan skor sig (0.004<0.05). Atinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan jika variabel UU LLAJ No. 22 tahun 2009 pasal 74 ayat 2 dan 3 memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Uji satatistik mempunyai hasil jika persepsi masyarakat atas penerapan undang-undang lalu lintas nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga pada kepatuhan WP kendaraan bermotor di kabupaten Bekasi memiliki pengaruh yang positif, berarti jika undang-undang lalu lintas nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga diterapkan maka semakin banyak sanksi yang didapat WP

Model Summary

Model R R square Adjusted R square

Std. error of the estimate

1 .608 .370 .362 0.046

Predictors: (Constant), Sanksi denda, persepsi wajib pajak terhadap penerapan UU LLAJ No. 22 tahun 2009 pasal 74 ayat (2) dan (3)

(9)

sehingga WP akan membayar pajaknya agar tidak dikenakan sanksi berupa penghapusan identitas data kendaraan bermotor. Dikarenakan sebanyak 89.4% atau sebanyak 143 dari 160 responden menjawab setuju jika wajib pajak akan membayar pajaknya agar tidak dikenakan sanksi berupa penghapusan identitas kendaraan bermotor.

Dari Tabel 1 terlihat jika jumlah presentase kendaraan yang membayar pajak selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya (2018 – September 2019) hal tersebut bisa dikatakan sudah sangat efektif. Samsat Kabupaten Bekasi dalam menetapkan target pajak kendaraan bermotor telah sesuai dengan kemampuan WP kendaraan bermotor sehingga pajak kendaraan bermotor memiliki peningkatan setiap tahunnya.

Sebanyak 71.3% atau 114 dari 160 responden menjawab setuju jika UU lalu lintas dan angkutan jalan nomor dua puluh dua tahun duaribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga di terapkan di kabupaten Bekasi akan meningkatkan efektifitas pajak kendaraan bermotor, yang berarti jika undang-undang lalu lintas dan angkatan jalan nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga terhadap kepatuhan WP kendaraan bermotor diterapkan di kabupaten Bekasi akan lebih banyak lagi masyarakat yang membayar PKB.

Hasil penelitian ini selaras dengan Putra & Jati (2017) yang mengatakan bahwa kesadaran, kewajiban moral, pengetahuan tentang pajak dan persepsi pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan WP dalam membayar PKB secara positif. Penelitian sebelumnya yang dilaksanakan Andrian, dkk (2014) juga mengatakan bahwa WP mempunyai persepsi positif terhadap kegunaan dan kemudahan terhadap billing system. Persepsi tersebut bisa timbul karena wajib pajak mempunyai pengalaman dalam menggunakan billing system atau hal sejenisnya. Dimana hal tersebut sesuai teori yang di kemukakan oleh Savitri (2017) mengenai faktor-faktor terjadinya persepsi.

Hipotesis ke dua (H2) Sanksi denda mempunyai pengaruh positif terhadap kepatuhan WP kendaraan bermotor. Terlihat dari Tabel 8 jika variabel sanksi denda mempunyai nilai t hitung 5.738 nilai tersebut melebihi nilai t tabel yang memiliki nilai 1,975 dan mempunyai sig berskor 0.000 dimana skor tersebut lebih rendah dari 0.05, sehingga kesimpulannya jika sanksi denda mempengaruhi kepatuhan WP.

Hasil uji statistik penelitian ini menyatakan jika sanksi denda mempunyai pengaruh yang posiif terhadap kepatuhan WP kendaraan bermotor, dikarenakan makin lamanya WP menunggak membayar pajak maka akan semakin banyak sanksi denda yang didapat sehingga semakin patuh pula WP dalam membayarkan PKB. Pengenaan sanksi yang tegas tanpa adanya toleransi membuat masyarakat lebih patuh dalam pajak kendaraan bermotor, Terlihat dari jawaban kuesioner sebanyak 82.25% responden memilih setuju jika hal ini dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak

Sebanyak 65% atau 104 dari 160 responden mengatakan tidak pernah telat membayar pajak kendaraan bermotor senhingga tidak mendapatkan sanksi denda, yang berarti pendapatan pajak kendaraan bermotor yang terdapat dikabupaten bekasi cukup efektif dikarenakan WP yang selalu tepat waktu dalam membayar pajak kendaraan bermotornyayang terlihat melalui tabel 1 diamana tingkat WP kendaraan bermotor dalam membayar pajakkendaraan bermotor memiliki peningkatan setiap tahunnya.

Pemberian sanksi pajak yang lebih tegas tanpa adanya toleransi bisa meningkatkan efektifitas pajak kendaraan bermotor di kabupaten Bekasi dilihat dari jawaban responden sebanyak 82.25% atau 132 responden menjawab setuju apabila dalam memberi sanksi pajak kendaraan bermotor samsat kabupaten Bekasi lebih tegas lagi dan tanpa adanya toleransi bagi WP kendaraan bermotor yang tidak patuh pada ketentuan pajak kendaraan bermotor, hal ini untuk meningkatkan efektifitas pajak kendaraan bermotor di kabupaten Bekasi

Hasil penelitian ini didukung oleh Widnyani dan Suardana (2016) mengatakan jika sanksi pajak mempunyai pengaruh positif terhadap kepatuhan WP. Dengan diterapkannya sanksi

(10)

perpajakan secara tegas dan sesuai pelanggaran yang dilaksanakan wajib pajak dan diharapkan bisa membuat efek jera terhadap wajib pajak dengan demikian bisa meningkatkan kepatuhan WP.

KESIMPULAN

Persepsi masyarakat atas di terapkannya undang-undang lalu lintas dan angkatan jalan nomor dua puluh dua tahun dua ibu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga tentang pencabutan data identitas kendaraan bermotor terhadap kepatuhan WP berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor secara signifikan positif, bisa dilihat dari besarnya thitung = 2.938 > ttable 1.975 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.004 < 0.05, sehingga untuk meningkatkan kepatuhan WP kendaaraan bermotor perlu penerapan undang-undang tersebut secara konsisten dan tegas. Sanksi denda memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraa bermotor, hal ini dapat dilihat dari besarnya thitung = 5.738 >

ttable 1.975 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 > 0.05, oleh karena itu sanksi denda harus diterapkan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Keterbatasan

Kurangnya refrensi jurnal tentang undang-undang lalu lintas dan angkatan jalan nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga membuat peneliti tidak mempunyai jurnal pendukung. Waktu penelitian yang terbatas sehingga tidak menjelaskan lebih detail tentang variabel lain yang dapat mempengaruhi penelitian. Data kendaraan bermotor yang diperoleh dari samsat kabupaten Bekasi hanya secara umum tidak mendetail seperti, apakah kendaraan tersebut masih memiliki STNK yang masih berlaku atau tidak.

Saran

Samsat kabupaten Bekasi dapat meningkatkan efektivitas kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dengan menerapkan undang-undang lalu lintas dan angkatan jalan nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan pasal tujuh puluh empat ayat dua dan tiga, karena dengan diterapkannya UU tersebut diharapkan bisa membuat WP lebih jera dan patuh dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

DAFTAR PUSTAKA

Andrian, A., & Kertahadi, S. (2014). Analisis pengaruh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, dan sikap penggunaan terhadap minat perilaku penggunaan billing system (studi pada wajib pajak kantor pelayanan pajak pratama Malang Utara. Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 3(1), 1-10.

Anggoro, D. D. (2017). Pajak daerah dan restribusi daerah. Malang: UB Press.

Chandra, I. W., Harini, I. G., & Sumirta, I. N. (2017). Psikologi landasan keilmuan.

Yogyakarta: Andi.

Daerah, P. (2015). Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 2 Tahun 2015 tentang pajak kendaraan bermotor. Jakarta: Pemerintah Daerah.

Herman, S., & Garniwa, I. (2007). Perilaku organisasional. Yogyakarta: Graha.

Hermawan, A., & Yusran, H. L. (2017). Penelitian bisnis pendekatan kuantitatif. Depok:

Kencana.

Hidayat, N. (2015). Corporate tax risk management. Jakarta: Gramedia.

(11)

Ilhamsyah, R., Endang, M. G., & Dewantara, R. Y. (2016). Pengaruh pemahaman dan pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor (Studi samsat kota Malang). Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 8(1), 1-9.

Indonesai, P. R. (2007). Undang-undang No.28 tahun 2007, tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Indonesia, P. R. (2009). Undang-undang No.22 tahun 2009, tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Indonesia, P. R. (2016). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, nomor 55, tahun 2016 tentang ketentuan umum dan tata cara pemungutan pajak daerah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Ivancevich, J., Konopaske, R., & Matteson, M. (2006). Prilaku dan manajemen organisasi.

Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, R. (2020, January 14). Blokir STNK yang mati 2 tahun resmi berlaku, kendaraan jadi barang rongsokan. Retrieved January 25, 2022, from https://otomotif.kompas.com: https://otomotif.kompas.com

Mardiasmo. (2013). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.

Maulana, A. (2019, December 30). Blokir identitas pada STNK yang mati 2 tahun berlaku 2020? Retrieved January 25, 2022, from https://otomotif.kompas.com.

Maulana, A. (2019, July 12). Ini yang dimaksud STNK mati 2 tahun. Retrieved Maret 18, 2022, from https://otomotif.kompas.com.

Nevid, J. S. (2017). Psikologi konsep dan aplikasi. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Nurmantu, S. (2005). Pengantar perpajakan. Jakarta: Granit.

Pemerintah, D. (2016, February 24). Jenis-jenis pajak daerah. Retrieved January 10, 2022, from bapenda.jabarprov.go.id

Pohan, C. A. (2013). Manajemen perpajakan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Putra, I. M., & Jati, I. K. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di kantor bersama samsat Tabanan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayan, 18(1), 557-586.

Robbins, & P., S. (1996). Perilaku organisasi. Jakarta: Prehallindo.

Rustiyaningsih, S. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Widya Warta, 2(1), 44-54.

Rusyidi, M., & Nurhikmah. (2018). Pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dimoderasi budaya Bugis Makassar pada kantor pelayanan pajak Makassar Selatan. Amnesty:Jurnal Riset Perpajakan, 1(2), 78-93.

Sari, R. V., & Susanti, N. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor (pkb) di unitpelayanan pendapatan provinsi(uppp) Kabupaten Seluma. Ekombis Review, 2(1), 63-78.

Savitri, F., & Nuraina, E. (2017). Pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama Madiun. Equilibrium, 5(1), 45-54.

Simangunsong, K. (2016). Implementasi undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan jalan di kota Pontianak Timur. Publika, 5(1), 1-15.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Syaputra, R. (2019). Pengaruh persepsi wajib pajak atas penerapan peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018 dan pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak usaha mikro, kecil, dan menengah dengan sosialisasi perpajakan sebagai variabel moderasi. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 6(2), 121-144.

Syarlis, M. F., & Octavia, P. A. (2018). Analisis pengaruh sanksi dan penertiban pajak kendaraan bermotor terhadap efek jera wajib pajak dengan watak wajib pajak sebagai pemoderasi. AkMen Jurnal ilmiah, 15(2), 351-366.

(12)

Wardani, D. K., & Rumiyatun. (2017). Pengaruh pengetahuan wajib pajak kesadaran wajib pajak, sanksi pajak kendaraan bermotor, dan sistem samsat drive thru terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Jurnal Akuntansi, 5(1), 15-24.

Widnyani, I. A., & Suardana, K. A. (2016). Pengaruh sosialisasi, sanksi dan persepsi akuntabilitas terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. E-Junrnal Akuntansi, 16(3), 176-220.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis maka dapat diketahui bahwa kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak dan kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan