• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERTANIAN TERHADAP PENURUNAN KUALITAS DAN MUTU PERAIRAN DANAU BATUR,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PERTANIAN TERHADAP PENURUNAN KUALITAS DAN MUTU PERAIRAN DANAU BATUR, "

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kualitas air Danau Batur secara fisik, kimia dan mikroba akibat pengaruh kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat petani khususnya yang ada di 6 desa sekitar Danau Batur yaitu: Desa Kedisan, Buahan, Toya. dari Bungkah, Songan, Abang dan Terunyan. Perairan Danau Batur saat ini memiliki fungsi ganda, terutama untuk pertanian, perikanan, dan kebutuhan sehari-hari masyarakat yaitu memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Dengan demikian, kualitas perairan dapat ditingkatkan dalam jangka pendek. selalu terpelihara sesuai peruntukannya dan dalam jangka panjang ekosistem danau dapat terjaga secara lestari. Penelitian ini dilakukan di 6 desa sekitar Danau Batur yang aktif melakukan usaha pertanian yaitu Kedisan, Buahan, Toya Bungkah, Songan, Abang dan Terunyan.

Hasil penelitian perubahan kualitas air Danau Batur yang diyakini akibat pengaruh aktivitas pertanian konvensional para petani di sekitar Danau Batur merupakan hasil berupa data ekologi otentik yang dapat digunakan. sebagai dasar digunakan. data untuk penelitian lanjutan dan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pemerintah dan masyarakat. Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Ida Sanghyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kemajuan penelitian Hibah Unggulan Program Studi yang berjudul: Pengaruh Pertanian terhadap Keberlanjutan Pertanian. penurunan mutu dan kualitas air Danau Batur Kecamatan Kintamani Bangli.

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Danau Batur

Pencemaran Air

Parameter Fisika

Sifat fisika air merupakan sifat yang mudah ditentukan secara langsung di lapangan baik dengan alat maupun dengan ketajaman indra. Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi biota di dalam air dan juga mempengaruhi keberadaan oksigen terlarut (DO) di dalam air (Dahuri dan Damar, 1994). Menurut Effendi (2003), suhu dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan proses penguraian bahan organik dan anorganik dalam air.

Suhu air normal berkisar antara 24 – 30 0C, dimana suhu air diatas 30 0C akan mempengaruhi perubahan reaksi kimia di dalam air. Peningkatan suhu perairan akan menimbulkan beberapa akibat antara lain jumlah DO akan menurun, laju reaksi kimia akan meningkat, kehidupan biota perairan akan terganggu dan dapat menyebabkan kematian biota (Sunu, 2001). Jika warna air berubah, maka ini tandanya air tersebut telah terkontaminasi. Munculnya bau juga merupakan indikasi bahwa air tersebut telah terkontaminasi. Bau pada air bisa berasal langsung dari polutan atau dari degradasi mikroba yang hidup di dalam air.

Mikroba yang hidup di air akan mengubah bahan organik terutama gugus protein menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau (Sunu, 2001). Padatan tersuspensi total (TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak dapat diendapkan secara langsung, sedangkan padatan terlarut total (TDS) adalah padatan yang bersifat kekeruhan. Padatan terlarut dapat dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, sehingga fluktuasi aktivitas mikroba akan meningkatkan fluktuasi padatan terlarut dalam air (Sutrisno, 1999).

Parameter Kimia

Gambar 6 menunjukkan semakin tinggi oksigen terlarut yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air. Menurut Alaerts dan Santika (1984), umumnya BOD diukur dalam jangka waktu lima hari, sehingga dikenal dengan BOD5 yang berarti jumlah oksigen yang digunakan mikroorganisme pembusuk dalam menguraikan bahan organik, baik terlarut maupun tersuspensi, selama lima hari. hari. hari pada suhu 20OC. Kebutuhan oksigen kimia atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan atau mengoksidasi limbah organik dan anorganik dalam air melalui reaksi kimia (Sunu, 2001).

Seperti halnya BOD, nilai COD yang tinggi menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang relatif sedikit sehingga mengindikasikan adanya penurunan kualitas air. Nilai COD selalu lebih besar dibandingkan BOD karena uji COD tidak hanya mengukur senyawa organik yang terurai, tetapi juga senyawa anorganik (Gintings, 1995). Gas amonia yang menimbulkan bau menyengat dan bersifat racun terdapat pada pH tinggi (basa) sedangkan pada pH rendah (asam) akan terbentuk ion NH4+.

Senyawa nitrogen seperti amonia, nitrit dan nitrat dalam perairan mempunyai hubungan erat dimana konversi amonia menjadi nitrit dapat terjadi dengan bantuan bakteri Nitrosomonas (Saeni, 1989). Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Kehadiran nitrit menggambarkan proses biologis penguraian bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang sangat rendah.

Nitrat (NO3) Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrisi utama bagi pertumbuhan tanaman air dan alga. Nitrat dapat diproduksi oleh N2 di atmosfer, pemberian pupuk, dan oksidasi NO2 oleh bakteri nitrobacter. Badan air yang mengandung fosfat dapat berasal dari limbah domestik, industri, dan pertanian sehingga dapat memicu tumbuhnya tanaman air di perairan tersebut (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).

Parameter Mikrobiologi

Dampak Bahan Kimia Pertanian Terhadap Kualitas Air

Pola stratifikasi ini sangat dinamis dan tidak dapat diamati secara kasat mata, padahal fenomena ini sangat penting karena berkaitan erat dengan pola sirkulasi unsur hara dan bahan kimia lainnya di dalam air danau. Tingginya pencemaran air danau akibat kegiatan domestik khususnya kegiatan pertanian turut menyumbang pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan kimia pertanian. Bahan kimia pertanian merupakan sumber polusi yang aneh dan sulit dideteksi. Golongan bahan kimia pertanian antara lain pupuk kimia, insektisida, fumigan, dan herbisida. Hampir semuanya merupakan senyawa khusus yang tidak dapat terdapat di alam, dan sifat serta perubahan bahan kimia tersebut sulit ditentukan ketika dilepaskan ke lingkungan.

Banyak dampaknya pada tubuh manusia yang tidak diketahui, namun dalam beberapa kasus bahan kimia ini, bahkan dalam jumlah kecil, mempunyai efek yang kuat dan nyata pada tubuh manusia. Beberapa bahan kimia ini sangat stabil dan bertahan lama di alam dan di dalam tubuh organisme. Biasanya, semua bahan kimia tersebut, selain unsur utamanya, juga mengandung bahan tambahan, sehingga bahan tambahan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan, meskipun toksisitasnya lebih rendah.

Komposisi utama pupuk kimia meliputi senyawa-senyawa yang relatif sederhana seperti nitrogen, fosfor dan kalium yang merupakan unsur hara bagi tanaman. Penggunaan pupuk yang tidak tepat dapat mengakibatkan pencemaran air, karena apa yang diberikan pada lahan pertanian tidak selalu dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman. Beberapa pupuk yang tidak digunakan oleh tanaman akan diserap oleh koloid tanah dan jika dilarutkan dapat mempengaruhi kualitas air.

Di Indonesia, penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah proyek pada masa pemerintahan Orde Baru untuk mendorong produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang telah dilaksanakan sejak tahun 1990-an. . Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1990-an, para petani mulai berjuang dengan menurunnya kesuburan tanah dan meningkatnya ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia (anorganik). Revolusi hijau memang telah meningkatkan produktivitas pertanian.Indonesia. Budidaya sayuran masyarakat sekitar Danau Batur semakin pesat dan sistem pertaniannya masih konvensional, sehingga kondisi tanah yang porous, struktur pasir lepas dan struktur remah seperti Buahan, Kedisan, Songan dan Toyo Bungkah menimbulkan pencemaran dari sampah. mudah terbuang.

METODE PENELITIAN

  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Alat dan Bahan
  • Pengumpulan Data
  • Cara Pemeriksaan Sampel Air
  • Analisis Data
  • Hasil
  • Pembahasan
    • Kualitas Perairan
    • Setatus Mutu Perairan Danau
  • Kesimpulan
  • Saran

Hasil analisis kualitas air Danau Batur pada musim hujan dan kemarau baik secara fisik, kimia, dan mikrobiologi disajikan pada Tabel 4 dan 5. Masing-masing lokasi diambil dalam 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau, sehingga jumlahnya sampel yang dianalisis sebanyak 12 sampel. 19, sedangkan kandungan BOD5 di 6 lokasi pemantauan pada musim kemarau semuanya berada di bawah baku mutu yang ditetapkan untuk air kelas 3 (Tabel 5).

Hasil analisis terhadap 12 titik pengamatan pada musim hujan dan musim kemarau menunjukkan terdapat 2 titik yang melampaui baku mutu air kelas 3 yaitu di perairan Toyo Bungkah dan Buahan yang semuanya terjadi pada musim hujan. Tingginya kandungan BOD5 yang terjadi di perairan Toyo Bungkah dan Buahan pada musim hujan disebabkan banyaknya bahan organik yang terakumulasi dari hasil pembusukan sampah dan puing-puing yang masuk ke badan air. Sementara itu, tingginya BOD di perairan Buahan pada musim hujan disebabkan karena selain merupakan kawasan pertanian, lokasi ini juga semakin kumuh, terminal/dermaganya cukup ramai sehingga berpotensi meningkat. sampah dan limbah yang berdampak pada peningkatan kadar BOD.

Kandungan Pb yang melebihi baku mutu air kelas 3 pada 12 titik mutu air Danau Batur yang diamati pada musim hujan dan kemarau terdapat 4 tempat yang melebihi baku mutu air kelas 3 pada musim hujan yaitu mutu air di Desa Kedisan (0,484 ) mg/l), Desa Toyo Bungkah (0,474 mg/l), Desa Abang (0,473 mg/l) dan Desa Buahan (0,466 mg/l). Bakteri Coliform dan Esceria coli Kadar koliform yang dianalisis pada 12 titik perairan Danau Batur yaitu 6 titik pada musim hujan dan 6 titik pada musim kemarau menunjukkan semuanya tidak melebihi Baku Mutu Air Kelas 3 Tabel 4 dan 5). . Untuk menentukan sistem nilai untuk menentukan status kualitas air Danau Batur pada musim hujan dan kemarau secara fisik, kimia dan biologi seperti tercantum pada Tabel 6. Rata-rata status kualitas air Danau Batur pada musim hujan dan kemarau dapat dinyatakan bahwa dari Dari 6 lokasi pengamatan terdapat 1 lokasi yang tergolong tercemar sedang yaitu perairan di desa Buahan, 3 lokasi tercemar ringan (CR) yaitu: perairan di desa Kedisan, Abang dan Toyo Bungkah dan terdapat 2 lokasi perairan yang memenuhi baku mutu (SBM ), yaitu: Perairan Songan dan Trunyan (Tabel 6.

Hasil analisis terhadap 12 titik kualitas air Danau Batur pada musim hujan dan kemarau menunjukkan bahwa dari 16 parameter yang dianalisis terlihat terdapat 2 parameter yang melebihi baku mutu air kelas 3 pada musim hujan yaitu BOD5 yang terjadi di 2 tempat yaitu di perairan Toyo Bungkah dan Buahan. Sedangkan kandungan BOD5 pada musim kemarau semuanya berada di bawah baku mutu atau memenuhi baku mutu air kelas 3 yang ditentukan. Tingginya kandungan BZV5 yang terjadi pada musim hujan disebabkan oleh banyaknya akumulasi bahan organik yang berasal dari hasil pemecahan serasah dan sampah yang masuk ke badan air.

Secara rinci kandungan BOD5 dan Pb melebihi baku mutu air kelas 3 pada perairan Danau Batur untuk 6 desa pengamatan (Desa Kedisan, Toyo Bungkah, Abang, Songan, Terunyan dan Buahan) pada musim hujan dan kemarau. ditunjukkan pada Gambar 1. 2 dan 3 Untuk kandungan Pb melebihi baku mutu air kelas 3, pada musim hujan terdapat 4 lokasi yaitu: Kedisan, Toyo Bungkah, Abang dan Buahan, sedangkan pada musim kemarau hanya 2 lokasi , yaitu: Kedisan dan Buahan.

Tabel  1.Parameter  kualitas  air  yang  akan  diukur,  metode  analisis  dan  alat-alat  pengukuran
Tabel 1.Parameter kualitas air yang akan diukur, metode analisis dan alat-alat pengukuran

Gambar

Tabel  1.Parameter  kualitas  air  yang  akan  diukur,  metode  analisis  dan  alat-alat  pengukuran
Tabel 2.  Skor Nilai Storet Parameter isik, Kimia dan Biologi  Jumlah
Tabel 3.  Klasifikasi mutu/tingkat pencemaran air
Tabel 4.  Hasil Analisis Kualitas air pada 6 desa sekelililing Danau Batur Bulan Maret  (musim Hujan)  tahun 2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rustam (2013) also said the simultaneously land, seeds, fertilizer urea, fertilizer NPK, fertilizer sp36, The number of pesticides and labor workdays influences

Comparison of Teacher Empowerment Planning in Islamic Boarding Schools Jambi Province Teacher Empowerment Planning Activities Nurul Iman Raudhatul Mujawwidin Al-Fattah Leaders