• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Product Quality dan Atmospherics Terhadap Revisit Intention dengan Positive Emotion Sebagai Variabel Mediasi (Studi Pada Supermarket Loka

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Product Quality dan Atmospherics Terhadap Revisit Intention dengan Positive Emotion Sebagai Variabel Mediasi (Studi Pada Supermarket Loka "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Product Quality dan Atmospherics Terhadap Revisit Intention dengan Positive Emotion Sebagai Variabel Mediasi (Studi Pada Supermarket Loka

Malang)

Dalilah Hanan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya [email protected]

Dosen Pembimbing:

Dian Ari Nugroho, SE., MM.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh product quality dan atmospherics serta positive emotion terhadap revisit intention konsumen supermarket LOKA Malang baik pengaruh secara langsung maupun tidak langsung.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel- variabel melalui pengujian hipotesis.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 128 responden yang diambil dari populasi konsumen LOKA Malang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling karakteristik sampel yang dipilih yaitu, minimal berusia 17 tahun, minimal pernah berkunjung dan membeli di LOKA Malang. Alat uji yang digunakan untuk menguji instrumen penelitian ini beupa uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji t dan uji sobel test. Teknik analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis).

Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa variabel product quality mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel positive emotion konsumen LOKA Malang sebesar 0,285. Variabel atmospherics mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel positive emotion konsumen LOKA Malang sebesar 0,506. Variabel positive emotion mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention konsumen LOKA sebesar 0,376. Variabel product quality mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel revisit intention konsumen LOKA Malang sebesar 0,345. Variabel atmospherics tidak mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention konsumen LOKA Malang. Variabel product quality mempunyai pengaruh tidak langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention melalui positive emotion konsumen LOKA Malang sebesar 0,107. Variabel atmospherics mempunyai pengaruh tidak langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention melalui positive emotion konsumen LOKA Malang sebesar 0,190.

KATA KUNCI: Product Quality, Atmospherics, Positive Emotion, Revisit Intention.

(2)

1. PENDAHULUAN

Industri ritel adalah salah satu industri yang saat ini tumbuh pesat di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan ini dikarenakan perkembangan teknologi sistem ekonomi terbuka, dan pendapatan yang lebih tinggi dari masyarakat sehingga secara tidak langsung meningkatkan daya beli.

Seorang pembisnis dalam bidang retail (retailers) melihat situasi ini sebagai peluang untuk mengembangkan bisnis mereka dengan cara membangun minimarket, supermarket, dan hypermarket seperti yang kita dapat jumpai di setiap pusat kota ataupun beberapa pusat berbelanjaan saat ini.

Retailers asing bahkan juga tertarik untuk memasuki pasar Indonesia melihat besarnya populasi Indonesia yang saat ini masuk dalam populasi terbesar keempat di dunia.

Perusahaan dituntut untuk bisa menciptakan suatu keunikan tersendiri diiringi penanaman citra yang positif terhadap produk yang dikeluarkan agar bisa unggul diantara para pesaing demi menjaga kestabilan penjualan dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Pemasar harus pintar menarik perhatian konsumen dan mempertahankan pangsa pasar serta mengembangkannya agar dapat menguasai market share, hal ini dikarenakan kondisi ekonomi dan gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini yang semakin cerdas dan selalu mencari hal-hal baru setiap waktu.

Stimulus Organism Response model (S-O-R) merupakan suatu model yang diciptakan oleh Mehrabian dan Rusell pada tahun 1974. Model ini menggambarkan terjadinya respon seseorang terhadap stimulus dari lingkungan. Model ini menyimpulkan

bahwa stimulus (S) yang dihasilkan oleh lingkungan menyebabkan evaluasi internal pada diri seseorang (O), dan kemudian menghasilkan suatu respon (R) dari orang tesebut (Jang dan Namkung, 2008).

Model ini banyak diadopsi dan dikembangkan dalam berbagai penelitian khusunya dalam bidang perilaku konsumen, dikarenakan model Mehrabian-Russell dapat dikembangkan sesuai dengan zaman dan kebutuhan penelitian. Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa model Mehrabian-Russell dapat diaplikasikan dalam berbagai permasalahan.

Sejalan dengan besarnya potensi pasar ritel domestik dari Indonesia seperti Hypermart, Giant, LOKA, Alfamart, Indomaret, dan beberapa perusahaan ritel asing seperti Seven Eleven, Circle K, dan Lotte Mart dan kegagalan berbisnis ritel di Indonesia disebabkan berbagai faktor ternyata ini tidak menyurutkan ritel lokal seperti LOKA untuk mencoba persaingan bisnis ritel yang sangat kompetitif ini.

LOKA merupakan salah satu bisnis ritel yang mengedepankan gaya hidup yang dikembangkan oleh Mahadaya Grup.

LOKA telah resmi membuka gerainya di Flavor Bliss, Alam Sutera pada 27 Agustus 2014. LOKA juga hadir di Malang City Point, kota Malang pada Mei 2014. Dengan rencana ekspansi di beberapa kota lain, LOKA akan menciptakan sekitar 5.000 lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung (LOKA, 2016).

Perbedaan LOKA dengan kebanyakan ritel yang ada saat ini adalah karena konsepnya dikembangkan sendiri, bukan melalui sistem waralaba. Keadaan ini akan mempermudah LOKA untuk lebih responsive dalam menjawab keinginan pelanggan LOKA. LOKA menawarkan pengalaman berbelanja yang lengkap dan menyenangkan untuk keluarga, selain itu LOKA juga

(3)

dikembangkan dengan detail-detail penuh semangat untuk meberikan kegembiraan yang berwarna bagi pelanggan. Lebih dari sekedar berbelanja sesuai dengan konsep yang diusung LOKA. LOKA menyajikan suasana premium untuk pelanggan, pelayanan yang bersahabat dan hangat, aktivitas anak, troli berwarna-warni, produk-poduk berkualitas dan masih banyak lagi pengalaman unik yang LOKA tawarkan (LOKA, 2016)

Stimulus yang banyak ditawarkan melalui pengalaman baru oleh LOKA membuat LOKA harus mengetahui stimulus mana yang paling besar mempengaruhui keputusan konsumen untuk melakukan pembelian bahkan pembelian kembali di LOKA. Pada kasus ini dapat digunakan pengunaan model Mehrabian-Russell untuk mengetahui stimulus yang paling mempengaruhi konsumen LOKA. Sehingga LOKA dapat memaksimalkan stimulus yang paling berpengaruh, untuk dapat menciptakan revisit intention pada konsumen.

Konsep yang diusung LOKA dapat dikategorikan dalam berbagai dimensi.

Dimensi tersebut salah satunya adalah dimensi product quality dan atmosphesrics. Produk berkualitas juga sehat dapat dikategorikan dalam dimensi product quality sedangkan dimensi atmospherics dapat berupa suasana premium, aktivitas anak, dan troli berwarna-warni.

Rumusan Masalah

1. Apakah product quality berpengaruh langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang ?

2. Apakah

atmospherics berpengaruh langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang?

3. Apakah

product quality berpengaruh langsung terhadap positivie emotion supermarket LOKA Malang ?

4. Apakah

atmospherics berpengaruh langsung terhadap positivie emotion supermarket LOKA Malang?

5. Apakah

positive emotion berpengaruh langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang?

6. Apakah product quality

berpengaruh tidak langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang melalui positive emotion ?

7. Apakah

atmospherics berpengaruh

tidak langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang melalui positive emotion?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh product quality berpengaruh langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang.

2. Untuk mengetahui pengaruh atmospherics berpengaruh langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang.

3. Untuk mengetahui pengaruh product quality berpengaruh langsung terhadap positivie emotion supermarket LOKA Malang.

4. Untuk mengetahui pengaruh atmospherics berpengaruh langsung terhadap positivie emotion supermarket LOKA Malang.

5. Untuk mengetahui pengaruh positive emotion berpengaruh langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang.

6. Untuk mengetahui pengaruh product quality berpengaruh tidak langsung terhadap revisit intention supermarket LOKA Malang melalui positive emotion.

7. Untuk mengetahui pengaruh atmospherics berpengaruh tidak langsung terhadap revisit intention

(4)

supermarket LOKA Malang melalui positive emotion.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Model stimulus Mehrabian-Russel, menggambarkan terjadinya respon seseorang terhadap stimuli dari lingkungan, Stimulus-Organism-Response (SOR), yang mengungkapkan bahwa lingkungan adalah stimuli (S), terdiri atas sekumpulan tanda yang menyebabkan evaluasi internal seseorang (O), dan kemudian menghasilkan suatu respon (R) dari orang tesebut (Mehrabian dan Russel dalam Jang dan Namkung, 2008). Model stimulus Respon Mehrabian-Russell dalam Baker dan Grewal (2002) mengemukakan bahwa emosikonsumen menjadi bagian penting dalam merespon stimulus lingkungan yang dipaparkan, model ini juga mengemukakan bahwa persepsi sadar dan bawah sadar serta interpretasi lingkungan mempengaruhi apa yang dirasakan oleh seseorang (Donovan, 1982)

Atmospherics lebih digunakan untuk mendesain lingkungan mencakup komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan aroma yang merangsang persepsi pelanggan dan respon emosi yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian. atmospherics dapat mempresentasikan kualitas dari lingkungan sekitar ruangan. Ballatine (2010) menuliskan dalam penelitiannya bahwa indikator dari atmospherics toko telah banyak diteliti meliputi pencahayaan (Areni dan Kim, 1994), warna (Bellizi dan Hite, 1992), musik (Milliman, 1986) aroma dan suhu udara (Hirsch, 1995; Michon, 2005).

Produk adalah apa pun yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang bisa memuaskan

keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 2012). Produk dapat didefinisikan juga sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide (Kotler dan Keller, 2012).

Mehrabian dan Russel (1974) menyatakan bahwa respon afektif lingkungan atas perilaku pembelian dapat duraikan dalam 3 (tiga) variabel yaitu:

pertama, Pleasure mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Kedua,

Arousal mengacu pada tingkat dimana sesorang merasakan siaga, digairahkan, atau situasi aktif. Arousal secara lisan dianggap sebagai laporan responden, seperti pada saat dirangsang, ditentang, atau diperlonggar (bergairah sebagai lawan tenang, hiruk pikuk sebagai lawan sepi, gelisah/gugup sebagai percaya diri, mata terbuka sebagai lawan mengatuk) dan ketiga, Dominance ditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi, terkendali sebagai lawan diawasi, penting sebagai lawan dikagumi, dominan sebagai lawan bersikap tunduk, dan otonomi sebagai lawan dipandu.

Lam dan Hsu (2006), niat

merupakan suatu kemungkinan untuk

melakukan atau terlibat dalam suatu

tindakan atau perilaku tertentu. Jika

dikaitkan dengan pembelian produk,

maka dapat diartikan sebagai

kemungkinan pembelian suatu merek

yang dilakukan oleh konsumen.

(5)

Sedangkan dalam sudut ritel, dapat diartikan sebagai kemungkinan untuk berkunjung kembali di masa mendatang. customer revisit intention adalah suatu aktivitas yang diarahkan untuk mampu menjaga interaksi yang terus berkelanjutan dengan pelanggan melalui manajemen hubungan pelanggan, sehingga merekaakan kembali untuk membeli (Suadmin, 2011).

Hipotesis Penelitian

H1 : Product quality (X1) berpengaruh terhadap revisit intention (Z) secara langsung dalam kunjungan kembali pada supermarket LOKA Malang.

H2 : A

tmospherics

(X2) berpengaruh terhadap revisit intention (Z) secara langsung dalam kunjungan kembali pada supermarket LOKA Malang.

H3 : Product quality (X1) berpengaruh terhadap positive emotion

(Y)

konsumen dalam kunjungan kembali pada supermarket LOKA Malang.

H4 :

Atmospherics

(X2)

berpengaruh terhadap positive emotion (Y) konsumen dalam kunjungan kembali pada supermarket LOKA Malang.

H5 :

Positive emotion

(Y)

berpengaruh terhadap revisit intention (Z) dalam kunjungan kembali pada supermarket LOKA.

H6 : Atmospherics (X2) berpengaruh tidak langsung terhadap revisit intention (Z)

H7 : Product quality (X1) website berpengaruh tidak langsung terhadap revisit intention (Z).

3. METODE PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian yang dilakukan termasuk jenis explanatory research (penjelasan).

Pendekatan yang dilakukan ialah kuantitatif dengan metode survei.

Objek Penelitian, Populasi dan Sampel Objek yang digunakan sebagai objek penelitian bagi penulis ialah supermarket LOKA Malang, dengan populasi yang dipilih ialah seluruh konsumen LOKA Malang. Sampel yang ditentukan ialah sebanyak 128 sampel, dengan pertimbangan agar tingkat keterwakilan populasi semakin tinggi.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode nonprobabbility sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online kepada responden melalui media sosial internet. Pembagian jumlah kuesioner pada tiap kecamatan tidak dapat ditentukan jumlahnya disebabkan oleh tidak adanya data yang pasti mengenai jumlah konsumen LOKA di Malang.

Kriteria dalam pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

a. Usia responden minimal 17 tahun, karena pada usia tersebut seseorang dianggap dewasa sehingga mampu mengamati dan menilai sesuatu dengan baik.

b. Pernah berkunjung ke supermarket LOKA Malang.

Jenis & Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik mengumpulkan informasi atau data dalam penelitian ini dengan cara membagi kuesioner untuk memperoleh data primer. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dengan cara mengumpulkan informasi yang berasal dari jurnal ilmiah, penelitian

(6)

terdahulu dan artikel yang diakses melalui internet serta membaca beberapa literatur yang relevan dengan topik penelitian.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis) untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen baik pengaruh secara langsung maupun pengaruh tidak langsung dengan menggunakan teknik pengolahan data program aplikasi IBM SPSS versi 17. Untuk menguji instrumen penelitian menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan ialah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji linieritas.

Sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t.

4. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Responden

Hasil penyebaran 128 kuesioner diperoleh gambaran umum responden sebagai berikut:

Tabel 4.1

Komposisi Mayoritas Responden Komposisi

Responden Mayoritas

Mayoritas

Responden Jumlah %

Jenis Kelamin Wanita 87 68%

Usia 20-23 tahun 100 78,1%

Tingkat Pendaatan

Rp 1.500.000- Rp 2.500.000

54 42,3%

Sumber : Data Primer Diolah (2016)

Mayoritas responden yang menjadi konsumen lazada ialah bekelamin perempuan (68%), dengan mayoritas usia 20-23 tahun (78,1%) dengan tingkat pendapatan Rp 1.500.000-Rp.2.500.000 (42,3%).

Hasil Uji Instrumen Penelitian

Hasil uji validitas untuk semua item pernyataan untuk variabel product quality (X1), atmospherics (X2), positive emotion (Y), dan revisit intention (Z) memiliki

nilai corrected item total correlation) >

0,3 sehingga dapat dikatakan bahwa semua item pernyataan telah valid.

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60. sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat dipercaya.

Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) Gambar 1

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

H1: Pengaruh langsung product quality(X1) terhadap revisit intention (Z)

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel product quality (X1) terhadap revisit intention (Z) adalah 4,031. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa t hitung

> ttabel, yaitu 4,031 > 1,979. Nilai signifikansi untuk variabel product quality (X1) terhadap revisit intention (Z) yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga H1a, yang menduga bahwa variabel product quality (X1) mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap revisit intention (Z) diterima. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa variabel product quality mempunyai pengaruh secara

(7)

langsung yang signifikan terhadap variabel revisit intention.

H2: Pengaruh langsung atmospherics (X2) terhadap revisit intentuon (Z)

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel atmospherics (X2) terhadap revisit intention (Z) adalah 0,667. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa thitung<ttabel, yaitu 0,667 < 1,979. Nilai signifikansi untuk variabel atmospherics (X2) terhadap pembelian impulsif(Y) yaitu 0,506 > 0,05. Sehingga H1b, yang menduga bahwa variabel atmospherics (X2) mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap revisit intention (Z) ditolak. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa variabel atmospherics tidak mempunyai pengaruh secara langsung yang signifikan terhadap variabel revisit intention.

H3: Pengaruh langsung variabel product quality (X1) terhadap variabel positive emotion (Y)

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel product quality (X1) terhadap variabel positive emotion (Y) adalah 3,650. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa thitung>ttabel, yaitu 3,650 > 1,979.

Nilai signifikansi untuk variabel product quality (X1) terhadap variabel positive emotion (Y) yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga H2a, yang menduga bahwa product quality (X1) mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel positive emotion (Y) diterima.

Besarnya pengaruh langsung variabel product quality (X1) terhadap variabel positive emotion (Y) tanpa dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian, ditunjukkan oleh besarnya koefisien jalur yaitu 0,285 atau 28,5%.

H4: Pengaruh langsung variabel atmospherics (X2) terhadap variabel positive emotion (Z)

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel atmospherics (X2) terhadap variabel positive emotion (Y) adalah 6,475. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa thitung>ttabel, yaitu 6,475> 1,979.

Nilai signifikansi untuk variabel atmospherics (X2) terhadap variabel positive emotion (Y) yaitu 0,000 < 0,05.

Sehingga H2b, yang menduga bahwa atmospherics (X2) mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel positive emotion (Y) diterima.

Besarnya pengaruh langsung variabel atmospherics (X2) terhadap variabel positive emotion (Y) tanpa dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian, ditunjukkan oleh besarnya koefisien jalur yaitu 0,506 atau 50,6%.

H5: Pengaruh langsung positive emotion (Y) terhadap revisit intention (Z)

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel positive emotion (Y) terhadap revisit intention (Z) adalah 4,036. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa t hitung

> ttabel, yaitu 4,036 > 1,979. Nilai signifikansi untuk positive emotion(Y) terhadap revisit intention (Z) yaitu 0,000

< 0,05. Sehingga H3, yang menduga bahwa variabel positive emotion (Y) mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention (Z) diterima.Besarnya pengaruh langsung variabel positive emotion (Y) terhadap revisit intention (Z) tanpa dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian, ditunjukkan oleh besarnya koefisien jalur yaitu 0,376atau 37,6%.

(8)

H6: Pengaruh tidak langsung product quality (X1) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengaruh antara variabel product quality (X1) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y) adalah 0,117 atau 11,7%. Berdasarkan sobel test sebesar 2,664 lebih lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikan 0.05 yaitu sebsar 1.96, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi 0,11776 signifikan yang berarti ada pemgaruh mediasi. Sehingga H6 yang menduga, bahwa terdapat pengaruh tidak langsung secara signifikan dari variabel product quality (X1) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y), diterima.

H7: Pengaruh tidak langsung atmospherics (X2) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengaruh antara variabel atmospherics (X2) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y) adalah 0,141 atau 14,1%. Berdasarkan sobel test sebesar 2,397 lebih lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikan 0.05 yaitu sebsar 1.96, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi 0,1403 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Sehingga H7 yang menduga, bahwa terdapat pengaruh tidak langsung secara signifikan dari variabel atmospherics (X2) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y), diterima.

PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN

Pengaruh langsung product quality (X1) terhadap revisit intention (Z)

Pada pengujian hipotesis dihasilkan bahwa product quality berpengaruh

langsung dan signifikan terhadap revisit intention. Sehingga H1, yang menduga bahwa variabel product quality mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention diterima. Product quality ternyata cukup untuk mendorong secara langsung perilaku revisit intention konsumen yang telah melakukan kunjungan pada supermarket LOKA Malang. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitan dari Jang dan Namkung (2006) yang menunjukkan bahwa product quality berpengaruh secara langsung terhadap revisit intention. Pada penelitian Jang dan Namkung (2006) variabel product quality berpengaruh terhadap revisit intention secara langsung, karena baiknya variabel product quality cukup untuk menciptakan rasa puas pada diri konsumen. Rasa puas ini yang menyebabkan konsumen memiliki keinginan untuk melakukan kunjungan kembali.

Pengaruh langsung atmospherics (X2) terhadap revisit intention (Z)

Pada pengujian hipotesis dihasilkan bahwa atmospherics tidak berpengaruh langsung dan signifikan terhadap revisit intention. Sehingga H2, yang menduga bahwa variabel atmospherics mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention ditolak.

Atmospherics yang ditawarkan supermarket LOKA Malang seperti layout berbelanja, pilihan warna yang digunakan, tata cahaya dan desain interior, serta musik latar yang diperdengarkan belum cukup untuk menjadi faktor utama adanya revisit intention dari kosumen supermarket LOKA Malang. Hal ini disebabkan terdapat item dalam variabel atmospherics yang belum dapat mewakili variabel atmospherics itu sendiri. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitan dari Azman dan Rizki (2016) yang menunjukkan bahwa variabel musik, aroma, pencahayaan, dan kebersihan tidak berpengaruh secara langsung terhadap keinginan kembali konsumen sedangkan

(9)

variabel warna dan display berpengaruh secara langsung terhadap keinginan kembali konsumen. Pada penelitian Azman dan Rizki (2016) variabel variabel musik, aroma, pencahayaan, display, warna dan kebersihan berpengaruh terhadap keinginan kembali secara simultan.

Pengaruh langsung product quality (X1) terhadap positive emotion (Y)

Dari pengujian hipotesis dihasilkan bahwa product quality berpengaruh langsung dan signifikan terhadap positive emotion. Sehingga H

3

yang menduga bahwa, product quality mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel positive emotion diterima. Product quality dapat dilihat melalui kualitas produk yang disediakan, selain itu produk yang segar, sehat dan bervariasi juga menjadi beberapa indikator dalam meningkatkan product quality suatu supermarket. Baiknya product quality yang yang diberikan LOKA akan meningkatkan (positive emotion) konsumen ketika berbelanja di supermarket LOKA Malang. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jang dan Namkung (2006) yang menunjukkan bahwa produk yang segar, sehat dan bervariasi dapat meningkatkan rasa kepuasan atau kesenagan (positive emotion) konsumen.

Pengaruh langsung atmospherics (X2) terhadap positive emotion (Y)

Dari pengujian hipotesis dihasilkan bahwa atmospherics berpengaruh langsung dan signifikan terhadap positive emotion. Sehingga H4 yang menduga bahwa, atmospherics mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel positive emotion diterima. Atmospherics supermarket

LOKA Malang, layout berbelanja, pilihan warna yang digunakan, tata cahaya dan desain interior, serta musik latar yang diperdengarkan dapat mempengaruhi suasana hati dan keadaan emosi konsumen. Product quality dan atmospherics supermarket LOKA Malang dapat meningkatkan rasa nyaman konsumen sehingga konsumen akan merasakan kepuasan atau kesenangan ketika berbelanja melalui di supermarket LOKA Malang.

Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Naderian (2012). Pada penelitian terdahulu ini ditemukan bahwa suasana (atmospherics) memiliki pengaruh dalam membentuk kepuasan konsumen. Peneliti terdahulu juga mengatakan bahwa seorang konsumen memilih sebuah toko karena apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan saat berbelanja di toko tersebut. Suasana pada sebuah toko mempengaruhi kesan pertama yang dibentuk konsumen. Itulah yang menyebabkan mengapa suasana toko sangat penting diperhatikan oleh para pemilik usaha retail.

Pengaruh langsung positive emotion (Y) terhadap revisit intention (Z)

Pada pengujian hipotesis dihasilkan bahwa positive emotion berpengaruh langsung dan signifikan terhadap revisit intention. Sehingga H5, yang menduga bahwa variabel positive emotion mempunyai pengaruh langsung secara signifikan terhadap variabel revisit intention diterima. Positive emotion dapat berpengaruh terhadap revisit intention konsumen supermarket LOKA Malang karena ketika konsumen merasakan kenyamanan dan kesenangan ketika berbelanja di LOKA maka akan cenderung untuk melakukan kunjungan kembali. Konsumen yang mulai merasa nyaman dan senang berada dalam suatu lingkungan berbelanja, dalam hal ini supermarket LOKA Malang, maka

(10)

konsumen akan cenderung merasakan dorongan untuk berkunjung kembali.

Hasil ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Mehrabian dan Russel, 1974 (dalam Lovelock, Wirtz, dan Mussry, 2011) yang menyatakan bahwa reaksi afektif terhadap lingkungan, seperti pleasure (positive emotion) akan menentukan respon individu, (termasuk revisit intention). Hasil ini juga dapat mendukung hasil penelitian dari Jang dan Namkung (2008) yang menyimpulkan bahwa positive emotion mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada behavioral intention (revisit itention).

Pengaruh tidak langsung product quality (X1) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y)

Berdasarkan hasil uji hipotesis dihasilkan bahwa pengaruh langsung antara product quality terhadap positive emotion dan pengaruh langsung antara positive emotion terhadap revisit intention adalah signifikan maka, pengaruh tidak langsung product quality terhadap revisit intention melalui positive emotion juga akan signifikan.Sehingga H6, yang menduga bahwa terdapat pengaruh tidak langsung secara signifikan variabel product quality terhadap revisit intention melalui positive emotion diterima. Product quality yang diberikan supermarket LOKA Malang membuat konsumen merasakan kesenangan dan kepuasan dalam berbelanja di LOKA.

Hal ini sejalan dengan teori Stimulus-Organism-Response yang dikembangkan oleh Mehrabian-Russel, 1974 (dalam buku Schiffman dan Kanuk ) yang menyimpulkan bahwa adanya respon individu (termasuk revisit intention) merupakan akibat dari reaksi seseorang (organism) berupa reaksi afektif (contohnya positive emotion dan negative emotion) terhadap situasi dan objek (stimulus) dari lingkungan berbelanja maupun dari dalam diri konsumen. Hasil ini juga dapat mendukung hasil penelitian dari Jang dan

Namkung (2008) yang menyimpulkan bahwa product quality mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada behavioral intention (revisit itention) melalui positive emotion sebagai variabel mediasi.

Pengaruh tidak langsung atmospherics (X2) terhadap revisit intention (Z) melalui positive emotion (Y)

Berdasarkan hasil uji hipotesis dihasilkan bahwa pengaruh langsung antara atmospheroics terhadap positive emotion dan pengaruh langsung antara positive emotion terhadap revisit intention adalah signifikan maka, pengaruh tidak langsung atmospheroics terhadap revisit intention melalui positive emotion juga akan signifikan.Sehingga H7, yang menduga bahwa terdapat pengaruh tidak langsung secara signifikan variabel atmospheroics terhadap revisit intention melalui positive emotion diterima.

Atmospheroics yang dihadirkan supermaket LOKA Malang melalui layout berbelanja, pilihan warna yang digunakan, tata cahaya dan desain interior, serta musik latar yang diperdengarkan membuat konsumen bisa merasakan kenyamanan dan keunikan tersendiri dari LOKA Malang dan dapat menarik perhatian konsumen LOKA sehingga membuat konsumen melakukan kunjungan kembali ke supermarket LOKA Malang. Hal ini sejalan dengan teori Stimulus-Organism-Response yang dikembangkan oleh Mehrabian-Russel, 1974 (dalam buku Schiffman dan Kanuk ) yang menyimpulkan bahwa adanya respon individu (termasuk revisit intention) merupakan akibat dari reaksi seseorang (organism) berupa reaksi afektif (contohnya positive emotion dan negative emotion) terhadap situasi dan objek (stimulus) dari lingkungan berbelanja maupun dari dalam diri konsumen. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dawson dan Kim (2009) yang

(11)

menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara keadaaan afektif yang disebabkan oleh faktor internal (keadaan emosi dan evaluasi normatif konsumen) dan faktor eksternal (fitur, tampilan dan promosi) terhadap perilaku revisit intention.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Product

quality berpengaruh terhadap revisit intention secara langsung pada supermarket LOKA Malang.

2. Atmospherics tidak berpengaruh terhadap revisit intention secara langsung pada supermarket LOKA Malang.

3. Interaktivitas website berpengaruh secara langsung terhadap pleasure pada konsumen lazada.

4.

Product quality berpengaruh secara langsung terhadap positivie emotion pada supermarket LOKA Malang.

5.

Positive

emotion berpengaruh terhadap revisit intention secara langsung pada supermarket LOKA Malang.

6. Product quality berpengaruh secara tidak langsung melalui positive emotion terhadap revisit intention pada supermarket LOKA Malang.

7. Atmospherics berpengaruh secara tidak langsung melalui positive emeotion terhadap revisit intention pada supermarket LOKA Malang.

Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Pihak pengelola supermarket LOKA Malang sebaiknya terus

meningkatkan dan

memepertahankan product quality dengan memperhatikan aspek kesegaran, kesehatan dan jenis produk yang bervariasi juga menjadi beberapa indikator dalam meningkatkan product quality yang harus dijaga dan terus ditingkatkan oleh supermarket LOKA Malang.

2. Pihak pengelola supermarket

LOKA Malang perlu

memperhatikan atmospherics yang akan dirasakan ketikan konsumen terutama pada musik yang diperdengarkan harus sesuai dengan situasi yang ada pada saat itu. Jenis musik yang didengarkan dapat disesuaikan dengan tingkat kunjungan yang ada, misalnya ketika toko sedang ramai, musik yang diputar hendaknya memiliki tempo yang lambat sehingga menimbulkan perasaan tenang.

Contohnya seperti musik blues, jazz atau musik klasik.

3. Pihak pengelola supermarket LOKA Malang harus selalau menjaga dan memperhatikan product quality yang akan dijual.

Beberapa aspek yang penting untuk diperhatiakan seperti kualitas, kesehatan, kesegaran dan kelayakan dan kelengkapan produk. Sempurnanya product quality yang diberikan LOKA Malang dapat mencipatakan perasaan bahagia, damai dan tenang dihati para konsumen.

4. Pihak pengelola LOKA Malang harus memperhatikan layout, desain interior, pilihan warna, tata cahaya dan tentu latar musik yang diperdengarkan. Jika semua aspek pada atmospherics dapat dipenuhi, maka positive emotion pada kosnumen LOKA Malang akan meningkat, bahkan untuk pengunjung yang mungkin tidak

(12)

dalam mood baik dalam berbelanja.

5. Pengalaman berbelanja yang menyenangkan sesuai dengan slogan yang diusung oleh LOKA Malang tentunya sudah sangat tepat, hal ini hanya perlu dipertahankan dan tentunya terus ditingkatkan agar kosumen merasa puas dan memiliki keinginan untuk melakukan revisit intention pada supermarket LOKA Malang

6. Pihak pengelola supermarket LOKA Malang harus memberikan product quality yang baik yang mampu menimbulkan positive emotion. Dengan terciptanya positive emotion pada konsumen akan berdampak tidak langsung pula pada meningkatntnya revisit intention pada konsumen LOKA Malang. Harga yang terjangkau juga merupakan salah satu bentuk product quality yang dapat dilakukan oleh LOKA Malang untuk meningkatkan revisit intention.

7. Pihak pengelola supermarket LOKA Malang harus sangat memperhatikan dan mengetahui rangsangan apa yang paling tepat untuk menciptakan positive emotion pada konsumen.

Rangsangan yang tepat dapat dilihat dengan memperhatikan keadaan di lingkungan yang sedang terjadi. Seperti memperdengarkan musik yang tepat sesuai dengan jumlah kunjungan konsumen serta musik yang kiranya dapat dinikmati oleh semua kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

About LOKA. 2016. Diakses tanggal 16 April 2016. http://www.loka.com

Adelaar, T., Chang, S., Lancendorfer, K.M., Byoungkwan Lee, K.M., Morimoto, M. 2003. Effects Of Media Formats On Emotions And Impulse Buying Internet. Journal of Information Technology 18, 247–266.

Agustina, Ria Dwi. 2015. Pengaruh Brand Luxury, Brand Awareness, dan Product Quality terhadap Consumer Willingness To Pay, Skripsi.

Universitas Brawijaya, Malang

Ahyari, Agus. 2008. Anggaran Perusahaan, Buku I, BPFE, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta, Jakarta

Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2016. Diakses tanggal 18 April 2016.

https://www.bps.go.id/

Baker J. Parasuraman A. Grewal D, Voss GB. 2002. The Influence of Multiple Store Environment on Cues on Perceived Merchandise Value and Patronage Intentions. J Mark, pp 41- 120.

Ballatine, Paul W and Parsons, Andrew G. 2010. Atmospheric cues and their Efect on The Hedonic Retail Experience. International Journal of Retail & Distribution Management.

Vol 38 no 8. Emerald Group Publishing Limited.

Batra, R., & Stayman, D. M. 1990.

The Role of Mood in Advertising

(13)

Effectiveness. Journal of Consumer Research, 17(2), 203–214

Basset, Raewyn and Beagan, Brenda.

2007. Grocery List: Connecting Family, Household and Grocery Store.

2007. British Food Journal. MCB University Press. ISSN 1352-2752.

Volume 1 pp. 99-114

Bellizi, Joseph A. Crowly, Ayn E. and Hasty, Ronal W. 1983. The Effect of Color in Store Design. Journal of Retailing. Vol. 59. 21-45

Bloemer, Josee & Gaby Odekerken- Schroder. 2002. Store Satisfaction and Store Loyalty Explained by Customer and Store Related Factors. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior 15: 68- 83.

Buchari, Alma. 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Kesebelas. CV Alvabeta, Bandung.

Chang, Lan-lan. 2014. Influencing Factors on Creative Tourists’

Revisiting Intentions: The Roles of Motivation, Experience and Perceived Value. International Tourism Journal.

Cooper, D. R dan Schindler, P. S.

2011. Business Research Method.

Eleventh edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Donovan RJ, Rossiter JR. 1982. Store Atmosphere: An Environmental Psychology Approach. J Retail, pp 34- 57.

Fishbein M, Ajzen I. 1975. Belie, Attitude, Intention, And Behavior; An

Introduction To Theory And Research, Reading, MA: Addison-Wesley.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gudono, 2010. Analisis Data Mulitivariat. BPFE, Yogyakarta.

Heung, Vincent & Gu, Tianming.

2012. Influence of Restaurant Atmospherics on Patron Satisfaction and Behavioral Intentions.

International Journal of Hospitality Management 31, pp 1167-1177

Huang, S., & Hsu, C.H.C. 2009.

Effects of Travel Motivation, Past Experience,Perceived Constraint, And Attitude on Revisit Intention. Journal of TravelResearch

Hui MK, Bateson J. 1991. Perceived Control And The Effects Of Crowding And Consumer Choice On The Service Experience. J Consum Res, pp : 174- 84

Hurriyati Ratih, Dr., M.Si. 2010.

Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. CV Alfabeta, Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta.

Jang, Soo Cheon & Namkung, Young.

2008. Perceived Quality, Emotions,

and Behavioral Intention: Application

of an Extended Mehrabian- Russel

Model Restaurants. Journal of

Business Research 6, pp 451-460.

(14)

Jooyeon, Ha dan SooCheong, Jang.

2012. The Effects of Dining Atmospherics on Behavioral Intention Through Quality Perception. Journal of Service Marketing, Volume 26, Number 3, hal 204-215

Kivela J, Inbakaran R, Reece J. 1999.

Consumer Research In The Restaurant Enviroment, Part I: aconceptual model o dining satisaction and return patronage. J Contemp Hosp Manag.

Kotler, Philip & Gary Amstrong.

2012. Principles Of Marketing,Edisi Ke- Empat Belas. Pearson Prentice Hall, New Jersey.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller.

2012. Marketing Management 14

th

Edition. Pearson Education, New Jersey.

Kurtz, D.L. 2008. Principles of Contemporary Marketing. Stamford, Educational Publishing, SouthWestern.

Lam T. & Hsu, C. 2006. Predicting Behavioral Intention of Choosing a TravelDestination. Tourism Management Journal.

Levy, Michael dan Barton A. Weitz.

2009. Retailing Management. Seventh Edition. International Edition, Mc Graw Hill.

Lovelock, Christoper H. Jochen Wirtz.

Jacky Mussry. 2011. Pemasaran Jasa Manusia, Teknologi, Strategi – Perspektif Indonesia. Jilid 2. PT.

Indeks. Erlangga : Jakarta

Lovelock. Christoper H. Lauren K.

Wright. 2012. Pemasaran Jasa Manusia, Teknologi, Strategi –

Perspektif Indonesia. Jilid I Edisi Ketujuh. PT. Indeks. Erlangga : Jakarta

Lupiyoadi, Rambat. 2013. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi.

Salemba Empat : Jakarta

Milliman RE. 1986. The Influence of Background music on the behavior of restaurant patrons. J Consum Res, pp 13

Mowen, John, C dan Michael Minor.

2002. Perilaku Konsumen. Jilid kedua.

Jakarta : Erlangga.

Naderian, Anahita. 2012. Study of Store Image Attributes Effects on Customer Satisfaction Among Malaysian Customers. International Journal of Marketing & Business Communication Volume I Issue 3 July 2012,University Technology Malaysia.

Petrick, J. F. 2004. The roles of quality, value, and satisfaction in predictingcruise passengers’

behavioral intentions. Journal of Travel Research.

Puccinelli, Nancy M.

Goodstein,Ronald C dan Greeal,Dhruv.2008. Customer Experience Management in Retailling : Understanding The Buying Process.

Journal of Retailing, pp 16-30.

Putri, Destia Eka. 2014. Pengaruh

Atmosfir Toko Dan Motivasi Belanja

Hedonik Terhadap Loyalitas

Konsumen (Studi kasus pada Giant

Hyperpoint Pasteur Bandung). Skripsi

Fakultas Bisnis dan Manajemen

Universitas Widyatama, Bandung.

(15)

Raajpoot NA. 2002. TANGSERV: A Multiple Item Scale For Measuring Tangible Quality In Foodservice Industry. J Foodserv Bus Res

Rambat, Lupiyoadi. 2009. Manajemen Pemasaran Jasa. SalembaEmpat, Jakarta

Rizkalla, N., and Suzanawaty, L., 2012. The effect of store image and service quality on private label brand image and purchase intention case study: Lotte Mart Gandaria City.

Journal of Marketing, 58 (3), 53-66.

Asean Marketing Journal vol. 4, no. 2 Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik. Media Elex Komputindo, Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2015. Analisis jalur untuk riset bisnis dengan SPSS.

Andi Offset, Yogyakarta.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Edisi 4 Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Edisi 4 Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.

Shen, Kathy Ning dan Mohamed Khalifa. 2004. System Design Effects On Social Presence and Telepresence In Virtual Communities. International Journal of Research Online, pp 547- 558.

Sugiyono. 2012 Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung

Sweeney JC, Wyber F. 2002. The Role Of Cognitions And Emotions In The

Music Approach-Avoidance Behavior Relationship. J Serv Mark.

Tai S, Fung A. 1997. Apllication Of An Environmental Psychology Model To In-Store Buying Behavior. Int Rev Retail Distrib Consum Res.

Tjiptono, Fandy. 2007. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Andi, Yogyakarta.

Wakefield KL, Baker J. 1998.

Excitement At The Mall: Determinants And Effects On Shopping Response. J Retail.

Wakefield KL, Blodgett JG. 1996. The Effects Of The Servicescape On Customers Behavioral Intentions In Leisure Service Setting. J Serv Mark.

Warshaw PR, Davis FD. 1985.

Disentangling Behavioral Intention

And Behavioral Expectation. J Exp

Soc Psychol.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand ambassador (X1) dan event sponsorship (X2) terhadap purchase intention (Y) melalui brand image (Z) sebagai variabel

Pengujian hipotesis kelima yaitu pengaruh langsung antara eCustomer Satisfaction terhadap eCustomer Loyalty. Dari hasil analisis terbukti bahwa terdapat pengaruh