Dampak Pusat Perbelanjaan Terhadap Dampak Lalu Lintas di Medan Focal Points, Ringroad Jalan Gagak Hitam (Studi Kasus). DAMPAK PUSAT PERDAGANGAN TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS DI FOCAL POINT MEDAN JL. RINGROAD GAGAK HITAM.
Latar Belakang
Dengan hadirnya pusat perbelanjaan baru, kelancaran arus lalu lintas otomatis berubah seiring dengan aktivitas di lokasi tersebut. Dari segi waktu dan tenaga, para pengguna jalan baik karyawan maupun pelajar akan dikenakan sanksi karena beberapa hal yang sebenarnya bisa dihindari sejak awal.
Rumusan Masalah Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Bukan hanya pengemudi yang dirugikan, tetapi masyarakat sekitar jalan dan pengguna jalan juga sangat dirugikan akibat kemacetan yang terjadi di jalan tersebut.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Sistematikan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Umum
- Bangkitan / Tarikan Perjalanan (Trip Generation/Attraction)
 - Kinerja Tanpa dan Adanya Pengembangan
 - Tanggung Jawab Pemerintah dan Pengembang dalam Penanganan Dampak
 - Rencana Pemantauan dan Evaluasi
 
Daya tarik pergerakan dapat berupa daya tarik lalu lintas, yang mencakup fitur penggunaan lahan yang menciptakan arus lalu lintas. Analisis kondisi lalu lintas mendatang meliputi analisis kondisi tanpa pengembangan kawasan atau dengan pengembangan kawasan.
Kriteria Analisa Dampak Lalu Lintas
Rencana pemantauan dan evaluasi memuat program, rencana dan jadwal rencana pelaksanaan untuk mengelola dampak sejalan dengan pengembangan pusat kegiatan atau pengembangan wilayah.
Kajian Analisa Dampak Lalu Lintas
- Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)
 - Pemilihan Moda
 - Pembebanan Lalu Lintas (Traffic Assignment)
 - Analisis Mitigasi
 
Distribusi perjalanan merupakan bagian dari proses perencanaan transportasi yang menghubungkan jumlah perjalanan yang ada untuk setiap arah pergerakan lalu lintas dari daerah yang diamati ke jumlah tujuan perjalanan yang terletak di dalam zona di dalam wilayah tersebut. Analisis distribusi lalu lintas diperlukan untuk menganalisis karakteristik lalu lintas antara kawasan berkembang dan kawasan sekitarnya. Konsep model distribusi perjalanan adalah memperkirakan volume perjalanan antar arah pergerakan berdasarkan produksi setiap arah pergerakan, daya tarik setiap arah pergerakan dan kendala antara arah lalu lintas (waktu, jarak dan biaya umum).
Metode distribusi perjalanan yang digunakan adalah dengan mempertimbangkan pergerakan belok di persimpangan masuk/keluar di jalan. 15 jumlah perjalanan dengan menggunakan berbagai bentuk transportasi (metode transportasi) untuk suatu tujuan tertentu. Alokasi lalu lintas adalah proses dimana permintaan perjalanan (diperoleh dari hasil distribusi) dialokasikan ke jaringan jalan.
Tujuan dari pembebanan lalu lintas adalah untuk mendapatkan arus pada ruas jalan atau total perjalanan dalam jaringan yang ditinjau. Total volume perjalanan atau orang yang mengalir melalui setiap bagian jaringan jalan yang menghubungkan zona asal dengan zona tujuan untuk memperkirakan apakah jaringan jalan dapat menampung lalu lintas tambahan.
Fungsi Jalan
Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani jalan kolektor atau jalan simpang dengan karakteristik perjalanan jarak menengah, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan akses yang terbatas. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan lokal dengan ciri jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan akses tidak terbatas. Sistem jaringan jalan adalah suatu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang saling terkait dalam suatu hubungan hirarki.
Dalam menyusun jaringan jalan, mengacu pada rencana pengembangan tata ruang wilayah dan memperhitungkan kohesi antara kawasan dan/atau di dalam kawasan terbangun dan kawasan terluar. Jaringan jalan utama disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pembangunan seluruh wilayah di tingkat nasional, yang menghubungkan semua simpul layanan distribusi. Jaringan jalan utama secara terus menerus menghubungkan kota tingkat pertama, kota tingkat kedua, kota tingkat ketiga, dan kota tingkat bawah dengan persil dalam satu satuan wilayah pengembangan.
Jaringan jalan utama menghubungkan kota-kota lapis pertama dengan kota-kota lapis pertama di antara satuan-satuan wilayah pengembangan. Sistem jaringan jalan sekunder diatur menurut ketentuan rencana tata ruang kota yang menghubungkan kawasan fungsional.
Karakteristik Jalan Perkotaan
19 primer, fungsi sekunder pertama, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya hingga banyak.
Geometri Jalan
- Type Jalan
 - Lebar Jalur Lalu Lintas
 - Kereb
 - Bahu
 - Alinyemen Jalan
 
Komposisi Arus dan Pemisah Arah
Kondisi lebar dan permukaan mempengaruhi penggunaan bahu jalan, berupa peningkatan kapasitas dan kecepatan pada arus tertentu, akibat bertambahnya lebar bahu jalan, terutama karena berkurangnya hambatan lateral yang disebabkan oleh kejadian di pinggir jalan seperti angkutan umum yang dilarang. kendaraan, pejalan kaki, dll.
Dasar Teori
Q = volume lalu lintas (smp/jam) Qi = volume lalu lintas (kendaraan/jam) emp = faktor ekivalen kendaraan. Untuk jalan dua lajur, kapasitasnya tetap untuk lalu lintas dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan banyak lajur lalu lintas dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per Jenis jalan ini mencakup semua jalan kota dua jalur dua arah (2/2 UD) dengan lebar jalur lalu lintas kurang dari dan sama dengan 10,5 meter.
Untuk jalan dua arah yang lebarnya lebih dari 11 meter, jalan sebenarnya yang beroperasi dalam kondisi aliran tinggi harus diperhatikan sebagai dasar untuk memilih prosedur perhitungan jalan perkotaan yang tidak terbagi dengan dua jalur atau empat jalur. Jenis jalan ini mencakup semua jalan dua arah dengan lebar jalur lalu lintas lebih dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0 meter. Jenis jalan ini mencakup semua jalan dua arah dengan lebar jalur lalu lintas lebih dari 18 meter dan kurang dari 24 meter.
Semua jalan satu arah dengan lebar jalur lalu lintas 5,0 m hingga 10,5 m termasuk dalam jenis jalan ini. Ini biasanya digunakan sebagai faktor kunci dalam menentukan perilaku lalu lintas di suatu ruas jalan dan persimpangan.
Tingkat Pelayanan
Dari nilai derajat kejenuhan dapat diketahui apakah ruas jalan tersebut akan mengalami masalah kapasitas atau tidak. Jika nilai DS < 0,85 maka jalan tersebut masih layak jalan, namun jika DS > 0,85 maka diperlukan perawatan jalan untuk mengurangi kepadatannya. Steady flow, dimana pengemudi mulai merasakan pengaruh kehadiran kendaraan lain, sehingga kebebasan dalam menentukan kecepatan dan pergerakan sedikit berkurang.
Arus lalu lintas stabil, dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi, kecepatan dan pergerakan sangat dibatasi oleh keberadaan kendaraan lain. Forced Flow, yaitu kondisi yang sangat tidak stabil dimana terjadi antrian kendaraan pada keadaan ini karena jumlah kendaraan yang keluar lebih sedikit daripada kendaraan yang masuk ke suatu ruas jalan. Untuk mengetahui kinerja jalan dapat dilihat tingkat pelayanan jalan eksisting Berdasarkan MKJI 1997 telah ditetapkan bahwa dalam keadaan normal nilai V/C > 0,85 yang terjadi pada suatu ruas jalan dinyatakan bermasalah.
Permasalahan yang dihadapi adalah kapasitas yang terbatas atau volume yang terbatas akibat gangguan pergerakan di sepanjang jalan yang ditinjau. Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan membagi tingkat pelayanan jalan menjadi 6 (enam) kondisi seperti dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tahapan Penelitian
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dan banyak berpengaruh terhadap keberhasilan analisis yang dilakukan, hal ini dapat dimaklumi karena semua tahapan analisis dan perencanaan transportasi sangat bergantung pada keadaan data. Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan seluruh data mentah yang akan digunakan dalam analisis dan evaluasi kinerja jalan di sekitar Ring Road Gagak Hitam, Medan. Pada dasarnya, fase ini adalah fase yang paling membutuhkan sumber daya, baik itu sumber daya manusia, uang, atau waktu.
Oleh karena itu, pengumpulan data memerlukan perhatian dan perencanaan khusus agar dapat menggunakan sumber daya secara efisien dan berhasil. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengumpulan data ini antara lain mengidentifikasi jenis dan jenis data yang dibutuhkan, merancang metodologi pengumpulan data, dan melakukan pengumpulan data. Pada tahap ini juga harus dijelaskan asumsi dan batasan yang berlaku mengenai kualitas dan kuantitas data yang dibutuhkan.
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Data primer merupakan data yang diperoleh dari observasi/survei di lokasi yaitu focal point Medan. Data yang dibutuhkan diharapkan merupakan data aktual di lapangan sehingga nantinya data tersebut dapat menjadi tolok ukur dalam analisis pekerjaan yang akan dilakukan. Data ini berupa lebar jalan, jumlah lajur, lebar lajur, jarak dari kerb ke pembatas, lebar median jalan, lebar bahu jalan.
Dimana lokasi yang diamati berada di 2 titik jalan yaitu arah Asrama menuju Ring Road, Jalan Setia Budike Ring Road. Data yang dikumpulkan dari observasi akan dianalisis dan akan diperoleh hasil kinerja untuk Ruas Lingkar Gagak Hitam akibat Focal Point Medan. Bangkitan dan tarikan, memperkirakan besarnya bangkitan lalu lintas per jam sibuk, studi survei standar digunakan dalam Rencana Induk Lalu Lintas Kota BNI dan Studi Dampak Lalu Lintas Proyek City Danayasa untuk pusat perbelanjaan.
Dengan benchmark study sebagai benchmark penelitian shopping mall, nilai bangkitan dan penarikan untuk jam sibuk pagi dan sore hari dikalikan dengan luas bangunan. Kapasitas jalan, dimana kapasitas jalan akan dihitung menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) sebagai acuan.
Kebutuhan Teknis Survey
Tolok yang digunakan untuk mengukur lebar jalan, lebar median, lebar bahu, lebar tepi jalan, dsb.
Umum
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Data Lalu Lintas
Perhitungan Volume dan Kapasitas
Untuk perhitungan data lalu lintas, jumlah tertinggi diambil pada hari Senin tanggal 24 Juli 2017 dengan total 19141 kendaraan/hari.
Perhitungan Kapasitas Jalan Eksisting
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, jika dilihat dari tingkat kejenuhan pada ruas jalan ini, maka tingkat pelayanan LOS (level of service) pada Jalan Asrama-Gagak Hitam dikategorikan sebagai tingkat pelayanan A (nilai v/c 0,00 - 0,20). ). Oleh karena itu, nilai bangkitan dan tarikan akibat keberadaan hotspot madu diambil paling tinggi yaitu 25,9 smp/jam. Untuk memprediksi kondisi lalu lintas pada tahun perencanaan, kondisi jalan diasumsikan sama dengan tahun 2017.
Kemudian volume lalu lintas pada tahun rencana dapat dihitung dengan acuan laju pertumbuhan lalu lintas, dimana rata-rata laju pertumbuhan kendaraan adalah 7,8% per tahun. Dari hasil survei selama satu minggu sejak 24 Juli 2017 hingga 30 Juli 2017, puncak efek kepadatan kendaraan terjadi pada Senin. Nilai volume yang terjadi pada hari Senin sebesar 598 smp/jam di Utara, 931,1 smp/jam di Selatan.
Melihat derajat kejenuhan pada ruas jalan ini, maka tingkat pelayanan LOS (service level) di Jalan Asrama-Ringraod/Gagak Hitam dikategorikan sebagai tingkat pelayanan (nilai v/c 0,19). Untuk nilai bangkitan dan tarikan lalu lintas pada jam puncak di mal Focal Point Medan diambil yang paling tinggi yaitu 25,9 smp/jam.
Kesimpulan
Saran
Terdapat rambu larangan parkir tepat di badan Jalan Ringroad/Black Crow agar pengguna jalan dapat berkendara dengan lancar. 2004) Pengembangan Plaza Medan Fair dan Dampaknya Terhadap Infrastruktur Transportasi, Disertasi untuk Program Pascasarjana Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Laporan Akhir, (2009) Perencanaan Teknis Pengembangan Dampak Lalu Lintas Pusat Kegiatan Jalan Nasional di Kawasan Perkotaan, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Kendaraa n smp/
Sepeda Motor, Roda 3
Sedan, Jeep, Taxi
Angkutan Umum,
Pick Up, Mobil Box
Tdk Bermotor
Kecil/besar
Kendaraan smp/ jam
Sedan, Jeep,
Angkuta n Umum,
Bus Kecil/be
Tdk Bermoto