1
PENGARUH SIKLUS BASAH KERING TERHADAP PARAMETER MARSHALL DAN DURABILITAS CAMPURAN ASPAL KARET
Amirudin1,a, Andi Marini Indriani1,b* , Gunaedy Utomo1,c
1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Balikpapan
a[email protected], b[email protected], cgunaedy@uniba- bpn.ac.id
Abstrak
Indonesia merupakan negara dengan dua musim yaitu musim panas dan musim hujan menyebabkan permukaan jalan mengalami dua kondisi berbeda setiap musimnya yaitu jalan yang jalan yang kering akibat panas dan basah karena terendam air saat hujan banjir, sehingga memberikan dampak tertentu pada lapis perkerasan jalan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa mendalam tentang kinerja campuran aspal akibat pengaruh perubahan iklim tersebut. Metode yang digunakan penelitian ini dengan metode eksperimen, yaitu dengan cara membandingkan hasil benda uji dengan kondisi perlakuan terendam (B1), basah kering (B2), dan kering basah (B3), terhadap parameter marshall dan durabilitas campuran aspal karet AC-WCNR. Berdasarkan hasil penelitian pada perlakuan B1 terendam 2 hari memiliki nilai Indeks Kekuatan Sisa (IKS) terbesar jika dibandingkan dengan B2 yang diperlakukan basah kering dan nilai IKS terkecil diperoleh pada benda uji B3 kering basah.
Disimpulkan bahwa perlakuan basah kering dapat mempengaruhi kinerja campuran aspal, dimana dari hasil uji yang telah dilakukan dengan analisis perbandingan terhadap parameter marshall dan durabilitas bahwa terdapat penuruan nilai IKS pada siklus basah kering dan kering basah, namun penurunan nilai IKS tersebut tidak terlalu signifikan dan masih dalam batas minimum spesifikasi yaitu 90%.
Kata kunci : parameter marshall, durabilitas, IKS, aspal karet .
Latar Belakang
Siklus kering-basah yang terjadi di Indonesia akibat perubahan musim memberikan dampak tertentu pada pekerjaan teknik sipil [1]. Aspal merupakan komponen penting dalam konstruksi jalan yang berfungsi sebagai bahan pengikat material, namun tidak dapat mengkompensasi kerusakan yang disebabkan oleh perubahan suhu dan lalu lintas yang sangat tinggi dan terkadang tidak terkendali [2].
Dalam rangka mendorong perkembangan proyek konstruksi di Indonesia khususnya perkerasan jalan [3,4], Balai Penelitian Bogor bekerjasama dengan tim yang dibentuk oleh Kementerian Perindustrian dan PUSJATAN mengembangkan aspal karet di beberapa lokasi, uji distribusi telah dilakukan. Hasil
evaluasi pengujian aspal karet menunjukkan bahwa penggunaan aspal karet meningkatkan ketahanan jalan sebesar 1,5 hingga 2 kali lipat [5]. Berdasaran hasil kajian di laboratorium dan penerapan di lapangan, penggunaan karet alam lateks pravulkanisasi dan kompon karet alam padat antara 5 % sampai 7 % terhadap berat aspal [6].
Kinerja campuran aspal dapat dianalisis dengan uji marshall, sedangkan metode untuk uji durabilitas campuran aspal dengan indikator Marshall Immersion, yaitu untuk mendapatkan nilai Indeks Kekuatan Sisa (IKS) [7]. Untuk memprediksi masa pakai pada jenis campuran aspal karet AC-WC, hasil pengujian memperhitungkan tiga kondisi yang diuji yaitu perlakuan terendam, basah kering, dan kering basah, terhadap parameter Marshall dan durabilitas.
2 Tinjauan Pustaka
Aspal Karet Di Indonesia
Perkerasan jalan merupakan elemen penting dari infrastruktur transportasi dan dirancang untuk menopang beban kendaraan dan menjaga kualitas yang baik sepanjang masa pakainya [8]. Kementerian PUPR melakukan pembelian 53.000 ton karet alam padat SIR 20 untuk digunakan sebagai bahan modifikasi aspal, namun hanya beberapa ton SIR 20 yang sudah diolah menjadi aspal karet alam padat sampai tahun 2022 [9]. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan Timur melalui PPK 1.1 Provinsi Kalimantan Timur telah melaksanakan penanganan preservasi jalan nasional Tahun 2021/2022, dengan teknologi campuran aspal karet pada proyek Preservasi Jalan Kerang - Lolo - Kuaro. Total panjang pekerjaan kurang lebih 4,826 km (Pekerjaan Overlay AC-WCNR). Berikut foto dokumentasi 100 % pekerjaan aspal karet AC- WCNR dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Aplikasi Aspal Karet Kawasan Desa Petangis Kalimantan Timur Sumber : Foto Hasil Pekerjaan Preservasi Jalan Nasional Kerang - Lolo - Kuaro Tahun
2021
Rancangan Perendaman Benda Uji
Tahap ini benda uji diperlakukan dengan cara terendam 2 hari, basah kering (rendam 1 hari, kering 1 hari), dan kering basah (kering 1 hari, rendam 1 hari). Benda uji terendam air dilakukan dalan suhu ruang dan benda uji yang kering, dikeringkan diluar ruangan yang secara
langsung terpengaruh oleh perubahan suhu siang dan malam.
Tabel 1. Komposisi Pola Rendaman
KOMPOSISI PERENDAMAN Pola Perendaman
Perendaman Dalam Waterbath 60° C 30 Menit 24 Jam B1 (basah 2 hari) 3 benda uji 3 benda uji B2 (basah 1 hari,
kering 1 hari) 3 benda uji 3 benda uji B3 (kering 1 hari,
basah 1 hari) 3 benda uji 3 benda uji
Durabilitas Campuran Aspal
Durabilitas suatu perkerasan aspal dapat diukur dengan indikator perhitungan Indeks Kekuatan Sisa (IKS), yaitu dengan membandingkan nilai stabilitas marshall sesudah perendaman 24 jam dengan nilai stabilitas marshall perendaman 30 menit, pada temperatur 60° C yang dinyatakan dalam persen [10]. Standar kekuatan sisa yang disyaratkan spesifikasi yaitu minimum 90 %.
IKS =𝑆2
𝑆1× 100% (1)
HASIL & PEMBAHASAN Pemeriksaan Aspal Karet
Bahan pengikat campuran aspal yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan aspal yang mengandung karet. Hasil pemeriksaan aspal karet mengacu pada persyaratan berdasarkan spesifikasi Khusus Interim Bina Marga 2018, tentang aspal yang mengandung karet alam (Natural Rubber/NR) [11]. Aspal karet ini merupakan hasil produksi PT. Aspal Polimer Emulsindo. Berdasarkan hasil uji pemeriksaan aspal karet yang telah dilaksanakan oleh pihak PT. APE, diperoleh berat jenis aspal sebesar 1,023 dan telah memenuhi spesfikasi SNI 2441:2011 yaitu
≥1,0.
Pemeriksaan Material Agregat
Pemeriksaan material terdiri dari uji kadar air, pengujian keausan dengan mesin abrasi Los
3 Angeles, dan berat jenis dan penyerapan. Hasil pemeriksaan material menunjukkan telah
memenuhi persyaratan standar uji (SNI), seperti telampir pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Pemeriksaan Agregat
Pengujian Hasil Spesifikasi Keterangan
Agregat Kasar
Kadar Air 2.409 Maks. 3 % Memenuhi
Abrasi 26.60 Maks. 40 % Memenuhi
Berat Jenis 2.612 2,5 - 2,8 % Memenuhi
Penyerapan 0.696 Maks. 3 % Memenuhi
Agregat Halus
Kadar Air 4.384 Maks. 5% Memenuhi
Berat Jenis 2.602 2.5 - 2.7 % Memenuhi
Penyerapan 1.147 Maks. 3 % Memenuhi
Abu Batu (Filler)
Berat Jenis 2.590 2.5 - 2.7 % Memenuhi
Penyerapan 0.638 Maks. 3 % Memenuhi
Analisis Parameter Marshall
Benda uji yang dibuat dengan menggunakan KAO 6,25%. Berikut hasil uji marshall akibat siklus basah kering terhadap parameter
marshall dengan mengacu berdasarkan SE Menteri PUPR No. 04/SE/M/2019 [12], campuran aspal karet AC-WCNR terlampir pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Marshall Akibat Siklus Basah Kering
Fase Rendaman Parameter
No. 2 Fase VMA VIM VFB Stabilitas Flow
1
B1
17.59 73.9 79.2 1,324 4.0
2 17.72 73.2 76.1 1,236 3.90
3 17.42 74.7 75.9 1,324 4.10
Average 17.58 4.58 73.94 1,294 4.00
1
B2
17.43 4.41 74.7 1,258 4.20
2 17.36 4.33 75.1 1,200 4.10
3 17.32 4.28 75.3 1,270 4.30
Average 17.37 4.34 75.02 1,243 4.20
1
B3
17.41 4.39 74.8 1,200 4.40
2 17.26 4.21 75.6 1,180 4.20
3 17.29 4.25 75.4 1,236 4.35
Average 17.32 4.28 75.27 1,205 4.32
Spesifikasi Min. 15 % 3-5 % Min. 65% Min. 900 kg 2-5 %
Berdasarkan hasil uji marshall pada Tabel 3, parameter-parameter marshall yang diji meliputi VMA, VIM, VFB, stabilitas, dan flow, kemudian hasil nilai parameter tersebut akan dianalisa dengan grafik perbandingan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan perendaman, basah kering, dan kering basah terhadap kinerja perkerasan aspal.
Rongga Dalam Agregat (VMA)
VMA adalah rongga antar butir agregat dalam campuran aspal yang dipadatkan dan dinyatakan dalam persen. Batas minimum nilai VMA berdasarkan spesifikasi adalah sebesar 15%.
4
Gambar 2. Grafik Perbandingan Antara VMA Dan Perlakuan Rendaman
Gambar 2 menunjukkan bahwa didapat nilai rata-rata VMA B1, B2, dan B3 sebesar 17,58
%, 17,37 %, dan 17,32 %, pada perendaman B1 memiliki nilai VMA yang lebih besar dari perlakuan B2 dan B3, dimana perbedaan nilai VMA pada perlakuan B1 dengan B2 sebesar 0,21 % dan B2 dengan B3 sebesar 0,05 %.
Perbedaan nilai ini terjadi karena kemampuan aspal sebagai pengikat agregat menurun akibat
infiltrasi uap air secara berkala, dan fenomena penurunan kualitas ini disebut kerusakan akibat kelembaban [13].
Rongga Dalam Campuran (VIM)
Rongga dalam campuran VIM merupakan volume rongga yang terisi udara dalam campuran aspal.
Nilai VIM yang semakin kecil, semakin kedap pula campuran aspal terhadap air.
Gambar 3. Grafik Perbandingan Antara VIM Dan Perlakuan Rendaman Gambar 3 menunjukkan grafik bahwa hasil
perbandingan dengan nilai VIM rata-rata B1 sebesar 4,58 %, B2 sebesar 4,34 %, dan B3 sebesar 4,28 %. Nilai VIM terbesar terdapat pada perlakuan rendaman B1 yaitu benda uji terendam 2 hari. Pada perlakuan B2 basah kering nilai VIM lebih kecil dibandingkan B1 sebesar 0,14 %, sedangkan nilai VIM antara B2 dengan B3 memiliki perbedaan nilai sebesar 0,06 %. Hal ini menyatakan bahwa lama rendaman mempengaruhi nilai VIM yang menyebabkan rongga dalam campuran lebih
banyak terinfiltrasi air dibandingkan dengan benda uji yang diperlakukan basah kering dan kering basah. Menurut [14], menyimpulkan bahwa semakin lama campuran aspal terendam air, maka nilai parameter pada VIM semakin tinggi.
Rongga Terisi Aspal (VFB)
VFB merupakan besarnya rongga yang terisi aspal dalam campuran aspal yang dinyatakan dalam persen. Nilai VFB yang besar
14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00
0 1 2 3 4
NO. SAMPLE
VMA (%) B1 (basah 2 hari)
B2 (basah-kering ) B3 (kering-basah) Spek Min. 15%
2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
0 1 2 3 4
No. SAMPLE
VIM (%) B1 (basah 2 hari)
B2 (basah-kering ) B3 (kering-basah) Spek Min. 3-5%
5 menunjukkan rongga yang terisi aspal antara agregat besar, sehingga campuran semakin
kedap air. Nilai VFB yang disyaratkan minimum 65%.
Gambar 4. Grafik Perbandingan Antara VFB Dan Perlakuan Rendaman Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai VFB
tertinggi terdapat pada perlakuan B3 yaitu kering basah, dengan nilai VFB rata-rata B1 sebesar 73,94%, B2 sebesar 75,02% dan B3 sebesar 75,27%. Pada rendaman B1 yang direndam 2 hari merupakan nilai VFB terkecil dan memiliki selisih nilai VFB dengan B2 sebesar 1,08%, dan antara perlakuan B2 dengan B3 memiliki selisih nilai VFB sebesar 0,25%, sedangkan antara B1 dengan B3 memiliki selisih nilai VFB sebesar 1,33%. Hal ini menyatakan bahwa selisih nilai VFB yang terjadi pada perlakuan B1 karena rongga antar agregat yang terisi aspal tidak bekerja secara
maksimal, sehingga campuran kurang kedap air akibat terlalu lama terendam air. Hal ini sejalan dengan [15], menyatakan hasil pengujian juga menunjukkan nilai VFB semakin tinggi seiring dengan lamanya rendaman.
Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan perkerasan beraspal dalam menahan beban lalu lintas tanpa terjadinya perubahan bentuk tetap.
Standar spesifikasi yang disyaratkan untuk stabilitas minimum 900kg.
Gambar 5. Grafik Perbandingan Antara Stabilitas Dan Perlakuan Rendaman Gambar 5 menunjukkan, bahwa nilai stabilitas
terbesar terdapat pada perendaman B1 yang direndam 2 hari. Pada grafik diatas nilai stabilitas terdapat perbedaan selisih nilai stabilitas antara B2, B3 dengan B1 rata-rata
sebesar 4,63%. Nilai stabilitas rata-rata berturut-turut yaitu 1294 kg, 1243 kg, dan 1205 kg. Berdasarkan hasil penelitian [16], yang menyatakan nilai stabilitas hasil uji
63,0 65,0 67,0 69,0 71,0 73,0 75,0 77,0 79,0
0 1 2 3 4
NO. SAMPLE
VFB (%) B1 (basah 2 hari)
B2 (basah-kering ) B3 (kering-basah) Spek Min. 65%
700 900 1.100 1.300 1.500 1.700
0 1 2 3 4
NO. SAMPLE
STABILITAS (kg) B1 (basah 2 hari)
B2 (basah-kering ) B3 (kering-basah) Spek Min. 900kg
6 marshall akibat perendaman berulang yaitu basah kering mengalami penurunan.
Kelelehan (Flow)
Saat terdapat pembebanan pada perkerasan aspal terjadi deformasi, dimana sampai nilai stabilitas menurun ini menunjukkan besarnya deformasi dari campuran perkerasan akibat beban yang bekerja padanya. Standar spesifikasi untuk flow adalah antara 2 - 5 mm.
Gambar 6. Grafik Perbandingan Antara Flow Dan Perlakuan Rendaman Gambar 6 menunjukkan grafik harga flow
terbesar pada perlakuan B3, dimana berdasarkan perbandingan ketiga perlakuan rendaman tersebut terdapat selisih nilai flow antara B1 dengan B2 sebesar 5%, B2 dengan B3 sebesar 2,78%, dan B1 dengan B3 sebesar 7,92%. Nilai flow rata-rata pada perlakuan B1 sebesar 4,00 mm, B2 sebesar 4,20 mm dan B3 sebesar 4,32 mm. Berdasarkan perbedaan hasil nilai flow ini terjadi karena adanya perubahan suhu pada setiap perlakuan benda uji yang mengakibatkan nilai flow semakin besar.
Menurut [17], menyatakan benda uji yang direndam berulang/basah kering didapatkan
nilai flow meningkat cukup signifikan dan hampir merata.
Analisis Durabilitas Akibat Perlakuan Perendaman
Hasil pengukuran Indeks Kekuatan Sisa (IKS) sebagai indikator uji durabilitas campuran aspal yang dinyatakan dalam persen. Berikut hasil uji pada perlakuan B1 rendaman 2 hari, B2 basah kering, dan B3 kering basah, terhadap nilai indeks kekuatan sisa (IKS) pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Indeks Kekuatan Sisa Setelah Perendaman 24 Jam
Perendaman Stabilitas Marshall
IKS Average Spesifikasi Benda Uji 1 Fase Perendaman
30 menit
Perendaman 24 jam 1
B1
1,324 1,238 93.52
93.74
Min. 90 %
2 1,236 1,160 93.89
3 1,324 1,242 93.82
1
B2
1,258 1,173 93.27
93.41
2 1,200 1,122 93.50
3 1,270 1,187 93.46
1
B3
1,200 1,117 93.08
93.23
2 1,180 1,100 93.22
3 1,236 1,154 93.40
1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
0 1 2 3 4
NO. SAMPLE
FLOW (mm) B1 (basah 2 hari)
B2 (basah-kering ) B3 (kering-basah) Spek Min. 2-5 mm
7
Gambar 7. Grafik Perbandingan Antara IKS Dan Perlakuan Rendaman
Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai IKS dengan nilai rata-rata didapat B1 sebesar 93,74
%, B2 sebesar 93,41 %, dan B3 sebesar 93,23
%. Nilai B1 yang terendam air 2 hari memiliki nilai IKS terbesar jika dibandingkan dengan benda uji B2 dan B3 yang diperlakukan basah kering, hal ini didukung oleh pernyataan [18], bahwa nilai stabilitas sisa/IKS akan menurun seiring bertambahnya siklus basah kering.
Hasil menunjukkan masih dalam spesifikasi yang disyaratkan yaitu minimum 90%.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan benda uji campuran aspal karet terendam 2 hari, basah kering, dan kering basah dapat mempengaruhi kinerja campuran aspal, dimana dari hasil uji yang telah dilakukan
dengan analisis perbandingan parameter marshall dan hasil nilai IKS bahwa terdapat penuruan nilai pada siklus basah kering dan kering basah. Hal inilah yang dapat menyebabkan durabilitas campuran aspal berkurang dan akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada perkerasan jalan. Namun penurunan nilai tersebut tidak terlalu signifikan dan masih dalam batas minimum spesifikasi yang disyaratkan.
Berdasarkan dari kesimpulan diatas pada penelitian selanjutnya untuk durasi perlakuan rendaman diharapkan menggunakan durasi perlakuan rendaman yang lebih lama agar dapat diketahui batas kinerja perkerasan aspal yang menggunakan aspal karet akibat pengaruh rendaman dan perubahan suhu yang terjadi.
REFERENSI
[1] Indriani, A. M., Utomo, G., &
Syahputra, M. R. (2023). Pengaruh Siklus Basah Kering terhadap Perilaku Mekanik Tanah Lempung Stabilisasi Biosementasi dengan Bakteri Bacillus Subtilis. CIVED, 10(2), Article 2.
https://doi.org/10.24036/cived.v10i2.12 3404
[2] Ramadhan, D. M., Indriani, A., &
Utomo, G. (2023). Analis Karakteristik Penggunaan Aspal Polimer PG 76 Terhadap Durabilitas Marshall Lapisan Asphalt Concrete - Wearing Course.
KoNTekS Ke-17 Balikpapan, 1.
[3] Indriani, A. M., Sugianto, A., & Faisal, F. (2015). Analisis Penggunaan Batu Split Long Ikis Terhadap Karakteristik Campuran AC-WC (Asphal Choncrete- Wearing Course). JTT (Jurnal Teknologi Terpadu), 3(2), Article 2.
https://doi.org/10.32487/jtt.v3i2.85 [4] Pratiwi, R., Devi, S. M., Marini, A., &
Sari, H. M. (2022). Optimasi Waktu Penambahan Bangunan Dengan Metode Time Cost Trade Off (TCTO) Pada Proyek Penambahan Bangunan Pasar Rakyat.. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil TRANSUKMA, 4(2), 93–105
[5] Setyoko, A. T., & Lukiawan, R. (2019).
89,00 90,00 91,00 92,00 93,00 94,00 95,00
0 1 2 3 4
NO. SAMPLE
IKS (%)
B1 (basah 2 hari) B2 (basah-kering ) B3 (kering-basah) Spek Min.90%
8 Pengembangan Standardisasi Karet Alam Sebagai Bahan Baku Aspal Karet dan Produk Aspal Karet. Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi, 2019, 13–22. https://doi.org/10.31153/
ppis.2019.2
[6] Nainggolan, K. (2020). Analisa Karakteristik Perkerasan Aspal Karet Lapisan AC-WC Dengan Menggunakan Filler Yang Berbeda Terhadap Nilai Marsahll. Universitas Medan Area.
[7] Riyanto, A., & Pramesti, Y. (2022).
Pemanfaatan Limbah Plastik dengan Teknologi Daur Ulang pada Hot Rolled Asphalt Ditinjau dari Aspek Properties Marshall, Nilai Ketidakrataan, dan Durabilitas. Dinamika Teknik Sipil:
Majalah Ilmiah Teknik Sipil, 1(1), Article 1. https://doi.org/10.23917/dts.
v1i1.18088
[8] Fadli, K., Indriani, A. M., & Utomo, G.
(2023). Analisis Kuat Lentur Beton Mengguakan Plastik Jenis Polyhyhlene Terepthele (PET) Sebagai Rigid Pavement. KoNTekS Ke-17 Balikpapan, 1.
[9] Pravianto, W. (2022). Teknologi Aspal Karet Alam Padat Menjawab Kebutuhan Aspal Modifikasi Berbahan Karet Alam Padat Asli Indonesia. Prosiding KRTJ- HPJI, 12–12.
[10] Damopolii, A. T. A., Faisal, F., Arifin, W., Massara, A., & Salim, S. (2019).
Analisis Pengaruh Perendaman terhadap Durabilitas dan Kuat Tarik Tidak Langsung pada Campuran Beton Aspal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Sipil, 324–331.
[11] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2019). SE Menteri PUPR No. 04/SE/M/2019 Perancangan dan Pelaksanaan Campuran Beraspal Panas dengan Aspal yang mengandung Karet Alam. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga.
[12] SKh-1.6. 25, Spesifikasi Khusus Interim Laston Dengan Aspal Yang Mengandung Karet Alam, 2018, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
[13] Omar, H. A., Yusoff, N. I. Md., Mubaraki, M., & Ceylan, H. (2020).
Effects of moisture damage on asphalt mixtures. Journal of Traffic and Transportation Engineering (English Edition), 7(5), 600–628. https: //doi.org/
10.1016/j.jtte.2020.07.001
[14] Salmannur, A., Isya, M., & Taufiq, L. C.
(2022). Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Beton Aspal Retona Blend 55. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan, 5(4), 275-283. https://doi.org/10.24815/jarsp.
v5i4.29402
[15] Susilowati, A., Wiyono, E., Pratikto, ., &
M. I., R. (2019). Variation of Soaking Time on Asphalt Concrete Properties using Anti Stripping Materials:
Proceedings of the 8th Annual Southeast Asian International Seminar, 132–137.
https://doi.org/10.5220/00099 67901320137
[16] Telaumbanua, A. S. P., Simanjuntak, R.
M., & Setiyadi. (2022). Pengaruh Rendaman Berulang Pada Campuran Aspal Beton Menggunakan Aspal Modifikasi Serpihan Karet Ban Dengan Variasi Bahan Pengisi Abu Batu Dan Abu Terbang. e-Journal CENTECH 2020, Vol. 3 No. 1, 57–67.
[17] Sianturi, Y. M., M. Simanjuntak, R., &
Setiyadi. (2023). Pengaruh Bahan Pengisi Abu Limbah Gipsum Pada Campuran Beton Aspal Modifikasi Lateks Menggunakan Metode Uji Marshall. e-Journal_Jurnal Rekayasa Teknik Sipil Dan Lingkungan, Vol. 3, No. 2, 108–118.
[18] Lyu, Z., Shen, A., Li, D., Guo, Y., Zhai, C., & Yang, X. (2021). Effect of Dry–
Wet and Freeze–Thaw Repeated Cycles on Water Resistance of Steel Slag Asphalt Mixture. Iranian Journal of Science and Technology, Transactions of Civil Engineering, 45(1), 291–301.
https://doi.org/10.1007/s40996-020- 00454-1