• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sumber Bahan Organik dan Waktu Aplikasi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L.) di Lahan Kering

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Sumber Bahan Organik dan Waktu Aplikasi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L.) di Lahan Kering "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.2.1

Pengaruh Sumber Bahan Organik dan Waktu Aplikasi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L.) di Lahan Kering

The Effect of Source of Organic Materials and Application Time on Growth and Yield of Beetroot (Beta vulgaris L.) in Dry Land

Natalia Devinta Suprihantono*) Nur Edy Suminarti dan Sisca Fajriani

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, malang 65145 Jawa Timur

Korespondensi : nataliadevinta06@gmail.com Diterima 02 Maret 2022 / Disetujui 31 Agustus 2022

ABSTRAK

Tanaman bit merah (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman hortikultura yang memiliki banyak manfaat yang terletak pada umbi. Bit merah banyak ditanaman di daerah dataran tinggi dengan kondisi tanah gembur. Saat ini perluasan lahan untuk tanaman pangan mengalami kendala karena terbatasnya lahan produktif. Pemanfaatan lahan kering sebagai lahan pertanian memiliki kendala utama yaitu tingkat kesuburan tanah rendah, kandungan bahan organik rendah, dan umumnya tanah didominasi liat dan debu. Aplikasi bahan organik perlu ditambahkan bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah khususnya tekstur tanah agar tanah menjadi gembur sehingga tidak menghambat proses perkembangan umbi.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2020 sampai dengan bulan Agustus 2020 di Agro-Techno Park (ATP) kebun Jatikerto. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan sumber bahan organik sebagai petak utama yaitu B1: pupuk kandang kambing, B2: Kompos Azolla, B3: Kompos UB, dan waktu pengaplikasian sebagai anak petak yaitu T1: bersamaan tanam, T2: 1 bulan sebelum tanam, dan T3: 2 bulan sebelum tanam. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F), apabila terdapat pengaruh diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kompos UB lebih baik diaplikasikan pada waktu 1 bulan sebelum tanam karena menghasilkan bobot umbi per petak panen yang tinggi dan lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis usahatani, penggunaan kompos UB dengan waktu aplikasi 1 bulan sebelum tanam layak untuk diusahakan dengan R/C mencapai 3,67.

Kata kunci: Bahan organik, bit merah, lahan kering ABSTRACT

Beetroot (Beta vulgaris L.) is a horticultural plant that has many benefits that lie in tubers. Red beets are widely planted in highland areas with loose soil conditions. Currently, the expansion of land for food crops is experiencing problems due to limited productive land. The use of dry land as agricultural land has the main obstacles, namely low soil fertility, low organic matter content, and generally clay and dust-dominated soil. The application of organic matter needs to be added aiming to improve the physical properties of the soil, especially soil texture so that the soil becomes loose so that it does not hinder the tuber development process. The research was carried out from April 2020 to August 2020 at the Agro- Techno Park (ATP) Jatikerto garden. The study used a split-plot design with organic material sources as the main plot, namely B1: goat manure, B2: Azolla compost, B3: UB compost, and the time of application as subplots, namely T1: simultaneously planting, T2: 1 month before planting, and T3 : 2 months before planting. Observational data were analyzed using analysis of variance (Test F), if there was an influence between treatments, further tests were carried out using the Honest Significant Difference (BNJ) test. The

(2)

results showed that the use of UB compost was better applied 1 month before planting because it produced high tuber weight per harvest plot and was more profitable. Based on the results of farming analysis, the use of UB compost with an application time of 1 month before planting is feasible to cultivate with an R/C reaching 3.67.

Keywords : Organic materials, beetroot, dry land PENDAHULUAN

Tanaman bit merah (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman hortikultura yang memiliki banyak manfaat yang terletak pada umbi. Umbi bit merah terdapat pigmen betalain dengan warna merah keunguan (betasianin) yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam pembuatan produk pangan. Kandungan betasianin yang tinggi pada umbi bit merah juga dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan yang dapat mencegah penyakit kanker (Pavokovic dan Rasol, 2011). umbi bit merah mempunyai kandungan gizi diantaranya protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, serta mengandung Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, air dan kandungan terbesar yaitu pati dan serat (Widyaningrum dan Suhartiningsih, 2014).

Bit merah banyak di tanam di daerah dataran tinggi, umumnya dengan kondisi tanah yang gembur dan memiliki tekstur lempung berpasir. Saat ini perluasan lahan untuk tanaman pangan mengalami kendala karena terbatasnya lahan produktif. Menurut Suminarti dan Susanto (2015), pemanfaatan lahan kering menjadi areal pengembangan tanaman pertanian dilakukan karena lahan basah telah mengalami reduksi.

Pemanfaatan lahan kering sebagai lahan pertanian memiliki berbagai kendala yang harus dihadapi. Kendala utama yang ada pada lahan kering yaitu tingkat kesuburan tanah rendah, kandungan bahan organik rendah dan umumnya tanah didominasi liat dan debu sehingga kemampuan mengikat air di dalam tanah rendah. Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan Oktavianingrum (2019), penanaman bit merah di lahan kering Jatikerto

menghasilkan kualitas umbi bit merah yang rendah. Umbi bit merah yang dihasilkan memiliki bentuk yang tidak normal. Umbi bit dengan bentuk yang tidak sempurna menggambarkan tanah yang padat karena didominasi oleh liat sehingga mengganggu proses perkembangan umbi di dalam tanah.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka aplikasi bahan organik perlu ditambahkan. Penambahan bahan organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah khususnya tekstur tanah agar tanah menjadi gembur sehingga tidak menghambat proses perkembangan umbi. Besarnya pengaruh bahan organik terhadap perubahan sifat fisik tanah dipengaruhi oleh sumber dan C/N bahan organik (Suminarti dan Susanto, 2015). Bahan organik yang memiliki C/N tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat terdekomposisi dibandingkan dengan C/N yang rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dan mendapatkan informasi tentang sumber bahan organik dan waktu aplikasi pada pertumbuhan dan hasil tanaman bit merah yang ditanam di lahan kering.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan bulan April 2020 sampai Agustus 2020 di Agro Techno Park (ATP) Jatikerto, Malang, Jawa Timur.

Alat yang dugunakan dalam penelitian adalah cangkul, cetok, tugal, oven, timbangan analitik, Leaf Area Meter (Licor Ll 3100), gunting, tali rafia, alphaboard, meteran, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi benih bit merah varietas Ayumi 04, pupuk kandang kambing, kompos azolla, kompos UB dan pestisida.

(3)

Penelitian ini disusun dengan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Sumber bahan organik ditempatkan pada petak utama, terdiri dari 3 taraf: B1 = pupuk kandang kambing, B2 = kompos azolla dan B3 = kompos UB. Sedangkan waktu aplikasi ditempatkan pada anak petak yang terdiri dari 3 taraf: T1 = bersamaan tanam, T2 = 1 bulan sebelum tanam dan T3

= 2 bulan sebelum tanam.

Pengamatan yang dilakukan secara destruktif, yaitu dengan mengambil 2 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan, meliputi pengamatan pertumbuhan dan hasil. Pengamatan pertumbuhan dilakukan pada saat tanaman berumur 15, 25, 35, 45 hst dan panen pada 60 hst. Pengamatan parameter pertumbuhan meliputi jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman, dan bobot segar umbi per tanaman, untuk parameter hasil meliputi panjang umbi, diameter umbi, bobot umbi per petak panen, bobot umbi per hektar, dan bentuk umbi. Data hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) taraf 5% untuk mengetahui ada tidaknya interaksi maupun pengaruh nyata dari perlakuan. Apabila terjadi interaksi atau pengaruh nyata dari perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar tanaman, serta managemen suatu tanaman. Faktor dalam sering digambarkan sebagai kemampuan genetik yang dimiliki oleh suatu tanaman, sedangkan faktor luar tanaman berasal dari faktor lingkungan tempat tumbuh tanaman. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyuplai kebutuhan air, udara, maupun nutrisi bagi tanaman (Hanafiah, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terjadinya interaksi nyata antara sumber

bahan organik dan waktu aplikasi pada komponen pertumbuhan tanaman bit merah yaitu bobot kering total tanaman, dan komponen hasil terjadi interaksi nyata pada pengukuran bobot konsumsi per petak panen

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur pengamatan 45 hst, sumber bahan organik tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Pada perlakuan waktu aplikasi bahan organik untuk umur pengamatan 45 hst, menunjukkan bahwa jumlah daun paling tinggi didapatkan pada waktu aplikasi 2 bulan sebelum tanam. Pengubahan waktu aplikasi, yaitu dari 2 bulan sebelum tanam menjadi 1 bulan sebelum tanam dan bersamaan tanam menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah daun masing-masing sebesar 1,89 helai (20,75%) dan 0,83 helai (9,11%).

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan sumber bahan organik untuk umur pengamatan 45 hst, luas daun tertinggi didapatkan pada kompos UB. Pengubahan sumber bahan organik, yaitu dari kompos UB menjadi pupuk kandang kambing dan kompos azolla menyebabkan terjadi pengurangan luas daun masing-masing sebesar 65,4 cm2 (18,99%) dan 119,99 cm2 (34,83%). Pemberian pupuk kandang kambing dan kompos azolla menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan waktu aplikasi untuk umur pengamatan 45 hst, luas daun tertinggi didapatkan pada waktu aplikasi 2 bulan sebelum tanam. Pengubahan waktu aplikasi, yaitu dari bersamaan tanam ke 1 bulan sebelum tanam dan 2 bulan sebelum tanam menyebabkan terjadi pengurangan luas daun sebesar 106,93 cm2 (27,27%) dan 221,22 cm2 (56,43%).

(4)

Tabel 1. Rata-rata jumlah daun (helai) pada berbagai perlakuan sumber dan waktu aplikasi bahan organik pada umur pengamatan 45 hst

Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, hst = hari setelah tanam

Tabel 2. Rata-rata luas daun (cm2) pada berbagai perlakuan sumber dan waktu aplikasi bahan organik pada umur pengamatan 45 hst

Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, hst = hari setelah tanam

Perlakuan Jumlah daun (helai) pada umur pengamatan

45 hst Sumber bahan organik

Pupuk kandang kambing 8,22

Kompos Azolla 7,61

Kompos UB 8,78

BNJ 5% tn

Waktu aplikasi bahan organik

Bersamaan tanam 7,22 a

1 bulan sebelum tanam 8,28 b

2 bulan sebelum tanam 9,11 c

BNJ 5% 0,78

Perlakuan Luas daun (cm2) pada umur pengamatan

45 hst Sumber bahan organik

Pupuk kandang kambing 279,07 b

Kompos Azolla 224,48 a

Kompos UB 344,47 c

BNJ 5% 51,46

Waktu aplikasi bahan organik

Bersamaan tanam 170,84 a

1 bulan sebelum tanam 285,13 b

2 bulan sebelum tanam 392,06 c

BNJ 5% 72,65

(5)

Tabel 3. Rata-rata bobot kering total tanaman (g) pada berbagai perlakuan sumber bahan organik dan waktu aplikasi pada umur pengamatan 45 hst

Umur pengamatan

(hst)

Sumber bahan organik

Waktu aplikasi bahan organik Besamaan saat

tanam

1 bulan sebelum tanam

2 bulan sebelum tanam

45

Pupuk kandang kambing 0,37 a A

0,50 ab A

0,80 b AB

Kompos azolla 0,28 a

A

0,37 a A

0,57 a A

Kompos UB 0,47 a

A

1,10 b B

1,13 b B

BNJ 5% 344,23

Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%, hst = hari setelah tanam

Kemampuan tanaman dalam memanfaatkan faktor lingkungannya tercermin melalui bobot kering total yang sekaligus menggambarkan banyaknya asimilat yang dapat dihasilkan oleh tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering total tanaman (Tabel 3) pada pemberian pupuk kandang kambing dan kompos azolla paling rendah didapatkan pada waktu aplikasi bersamaan tanam.

Proses asimilasi atau fotosintesis yang tidak berjalan dengan baik menyebabkan asimilat yang dihasilkan rendah. Kondisi ini berpengaruh pada rendahnya kemampuan tanaman dalam mentranslokasikan asimilat, sehingga proses pertumbuhan tanaman juga terhambat. Sejalan dengan Apriliani et al.

(2016), menyatakan bahwa apabila suatu tanaman menghasilkan asimilat yang rendah, maka energi yang dipergunakan untuk pertumbuhan juga rendah. Proses asimilasi dan asimilat yang dihasilkan suatu tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur K. Pemberiaan pupuk kandang kambing dan kompos azolla yang diaplikasikan bersamaan tanam menghasilkan ketersediaan unsur K yang rendah yaitu masing masing sebesar 4,03 Cmol+ kg-1 dan 3,05 Cmol+ kg-1.

Pemberian kompos UB yang diaplikasikan 2 bulan sebelum tanam menghasilkan bobot kering total tanaman

paling tinggi. Tingginya bobot kering total tanaman terjadi karena proses asimilasi atau fotosintesis berjalan dengan baik, sehingga asimilat yang dihasilkan tinggi. Asimilat yang dihasilkan akan di translokasikan ke seluruh bagian tanaman dan akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan.

Sejalan dengan Saputri et al. (2020), menyatakan bahwa translokasi asimilat merupakan mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis atau fotosintat dari source ke sink bertujuan agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh jaringan untuk penunjang pertumbuhan atau sebagai bahan cadangan.

Ketersediaan unsur K yang tinggi pada pemberian kompos UB yang diaplikasikan 2 bulan sebelum tanam sebesar 5,5 Cmol+ kg-

1. Penambahan unsur K pada tanaman bit mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman bit seperti berat akar, diameter, luas daun, karena kalium berperan dalam beberapa proses fisiologi dan biokimia tanaman (Mekdad dan El Sherif, 2016).

Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter umbi pada pemberian pupuk kandang kambing menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kompos azolla

maupun kompos UB.

(6)

Tabel 4. Rata-rata diameter umbi (cm) pada berbagai perlakuan sumber dan waktu aplikasi bahan organik pada umur pengamatan 60 hst

Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, hst = hari setelah tanam

Akan tetapi, diameter umbi yang dihasilkan dari pemberian kompos UB lebih tinggi 1,35 cm (19,09%) dibandingkan dengan diameter umbi pada pemberian kompos azolla.

Diameter umbi pada perlakuan waktu aplikasi paling rendah didapatkan pada bersamaan tanam. Pengubahan waktu aplikasi, yaitu dari bersamaan tanam

menjadi 1 bulan sebelum tanam dan 2 bulan sebelum tanam menyebabkan terjadinya peningkatan diameter umbi masing-masing sebesar 0,70 cm (10,79%) dan 1,07 cm (15,60%). Diameter umbi pada perlakuan waktu aplikasi 1 bulan sebelum tanam dan 2 bulan sebelum tanam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kompos azolla maupun kompos UB, pada variabel panjang umbi. Akan tetapi, untuk panjang umbi yang dihasilkan dari pemberian kompos UB lebih tinggi 0,97 cm (12,28%) dibandingkan dengan pemberian kompos azolla. Panjang umbi pada perlakuan waktu aplikasi 1 bulan sebelum tanam dengan bersamaan tanam maupun 2 bulan sebelum tanam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi, untuk waktu aplikasi 2 bulan sebelum tanam panjang umbi yang dihasilkan lebih tinggi 1,34 cm (16,38%) dibandingkan dengan waktu aplikasi bersamaan tanam.

Bobot umbi per petak panen yang dihasilkan dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam mentranslokasikan asimilat ke bagian sink (umbi). Hasil panen pada parameter bobot umbi per petak panen maupun bobot umbi per hektar menunjukkan pola yang sama. Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 6) bahwa pada pemberian pupuk kandang kambing dan kompos azolla menghasilkan bobot umbi per petak panen paling rendah pada waktu aplikasi bersamaan tanam. Rendahnya bobot umbi per petak panen menggambarkan asimilat yang dihasilkan oleh tanaman juga rendah. Kondisi ini dapat terjadi apabila proses asimilasi atau

Perlakuan Diameter umbi (cm) pada umur pengamatan

60 hst Sumber bahan organik

Pupuk kandang kambing 6,35 ab

Kompos Azolla 5,72 a

Kompos UB 7,07 b

BNJ 5% 0,73

Waktu aplikasi bahan organik

Bersamaan tanam 5,79 a

1 bulan sebelum tanam 6,49 b

2 bulan sebelum tanam 6,86 b

BNJ 5% 0,53

(7)

fotosintesis pada tanaman tidak berjalan dengan baik. Proses asimilasi pada tanaman dapat berjalan dengan baik apabila tanaman mendapatkan asupan unsur hara yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhannya. Unsur hara K adalah unsur hara yang sangat penting untuk tanaman dalam proses asimilasi atau fotosintesis, yang nantinya akan menghasilkan asimilat dan akan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman seperti umbi. Kebutuhan unsur K yang tidak terpenuhi pada tanaman bit merah akan menghasilkan bobot umbi per petak panen yang rendah, hal ini dikarenakan asimilat yang dihasilkan rendah dan berpengaruh pada bobot umbi yang dihasilkan. Unsur kalium bagi tanaman dapat memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain terutama organ tanaman penyimpanan karbohidrat misalnya umbi (Pradana et al,. 2015).

Pemberian kompos UB menunjukkan bobot umbi per petak panen paling tinggi pada waktu aplikasi 2 bulan sebelum tanam.

Bobot umbi per petak panen yang dihasilkan berkaitan dengan banyaknya asimilat yang dihasilkan oleh tanaman, apabila asimilat yang dihasilkan tinggi maka bobot umbi yang dihasilkan juga tinggi. Asimilat dihasilkan melalui proses asimilasi atau fotosintesis tanaman. Sejalan dengan Setiyowati et al.

(2010), menyatakan bahwa peningkatan berat basah umbi dipengaruhi oleh banyaknya absorbsi air dan banyak sedikitnya zat hasil fotosintesis pada daun yang akan ditranslokasikan ke bagian umbi (sink).

Hasil analisis usaha tani menunjukkan pada semua perlakuan sumber bahan organik dan waktu aplikasi diperoleh hasil pada pemberian kompos UB pada waktu aplikasi 2 bulan sebelum tanam lebih menguntungkan untuk diusahakan yaitu dengan nilai R/C ratio sebesar 3,84. R/C ratio merupakan sebuah nilai yang diperoleh antara biaya yang diterima dengan biaya usahatani yang harus dibayarkan.

Tabel 5. Rata-rata panjag umbi (cm) pada berbagai perlakuan sumber dan waktu aplikasi bahan organik pada umur pengamatan 60 hst

Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf = 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, hst = hari setelah tanam

Perlakuan Panjang umbi (cm) pada umur pengamatan

60 hst Sumber bahan organik

Pupuk kandang kambing 7,41 ab

Kompos Azolla 6,93 a

Kompos UB 7,90 b

BNJ 5% 0,69

Waktu aplikasi bahan organik

Bersamaan tanam 6,84 a

1 bulan sebelum tanam 7,23 ab

2 bulan sebelum tanam 8,18 b

BNJ 5% 1,02

(8)

Tabel 6. Rata-rata bobot umbi per petak panen pada berbagai perlakuan sumber bahan organik dan waktu aplikasi pada umur pengamatan 60 hst

Umur pengamatan

(hst)

Sumber bahan organik

Waktu aplikasi bahan organik Besamaan saat

tanam

1 bulan sebelum tanam

2 bulan sebelum tanam

60

Pupuk kandang kambing 864,67 a A

1034,67 a A

1130,33 a A

Kompos azolla 776,00 a

A

820,00 ab A

1128,33 b A

Kompos UB 884,33 a

A

1472,67 b B

1651,33 b B

BNJ 5% 344,23

Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama maupun huruf besar yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%, hst = hari setelah tanam

Analisis usahatani dipergunakan untuk menilai kelayakan dari suatu perlakuan untuk diterapkan dalam usaha tani. Usaha tani dapat dikatakan layak apabila nilai R/C ratio >1.

Nilai R/C ratio sebesar 3,84 dapat diartikan bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan, maka akan diperoleh penerimaan sebesar 3,84 rupiah. Nilai R/C ratio yang lebih dari 1 menandakan bahwa usaha tani layak untuk dikembangkan.

Hidayat et al. (2004), menjelaskan bahwa R/C ratio atau analisis efiensi pendapatan merupakan perbandingan antara penghasilan kotor petani yang berasal dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi, dan suatu usaha tani dapat dikatakan layak apabila nila R/C ratio >1.

KESIMPULAN

1. Penggunaan sumber bahan organik sangat berpengaruh terhadap waktu aplikasi dikarenakan semakin tinggi nilai C/N ratio (>25) maka, diperlukan waktu aplikasi yang lebih lama.

2. Penggunaan kompos UB lebih baik diaplikasikan pada waktu 1 bulan sebelum tanam karena menghasilkan bobot umbi per petak panen yang tinggi dan lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis usahatani, penggunaan

kompos UB dengan waktu aplikasi 1 bulan sebelum tanam layak untuk diusahakan dengan R/C mencapai 3,67.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, I. N., S. Heddy, dan N. E.

Suminarti. 2016. Pengaruh kalium pada pertumbuhan dan hasil dua varietas tanaman ubi jalar (Ipomea batatas (L.) Lamb). J. Produksi Tanaman. 4 (4) : 264-270.

Hanafiah, K. A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah . Rajawali Press. Jakarta. pp 166-182.

Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2004. Lahan kering utuk pertanian dalam teknologi pengelolaan lahan kering menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan. pusat penelitian dan pengembangan tanah dan agroklimat.

Badan Litbang Pertanian. pp 1 – 34.

Mekdad, A. A. A. dan A. M. A. El Sherif.

2016. Performance of two sugar beet varieties under fertilization with potassium and foliar spraying with micronutrients. Egypt. J. Agron. 38 (2) : 189-207.

Oktavianingrum, N. 2019. Pengaruh Dosis dan Proporsi Pemberian Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L.)

(9)

di Lahan Kering. Skripsi. Fakultas Pertanian. Univ. Brawijaya.

Pavokovic, D., dan M. K. Rasol. 2011.

Complex biochemistry and biotechnologi production of betalains.

biotechnological production of betalains. J. Food Technology Biotechnol. 49 (2) : 145-155.

Pradana, G. B. S., T. Islami, dan N. E.

Suminarti. 2015. Kajian kombinasi pupuk fosfor dan kalium pada pertumbuhan dan hasil dua varietas tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). J. Produksi Tanaman. 3 (6) : 464 – 471.

Saputri, V. Y., R. N. Sholichah. M. A. Najah.

Dan M. Su’udi. 2020. Translokasi asimilat pada anggrek akar. J.

Penelitian Sains. 22 (1) 2020 : 1-8.

Setiyowati, S. Haryanti. dan R. B. Hastuti.

2010. Pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk organik cair terhadap produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.). J. Bioma. 12 (2) : 44-48.

Suminarti N. E. dan Susanto. 2015.

Pengaruh macam dan waktu aplikasi bahan organik padatumbuhan ubi jalar ( Ipomea batatas L.) Var. Kawi. J Agro.

2 (1) : 15 -28.

Widyaningrum, M. L. dan Suhartiningsih.

2014. Pengaruh penambahan puree bit (beta vulgaris) terhadap sifat organoleptik kerupuk. E-J Boga. 3(1):

233-238.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang diamati berupa infeksi rhizobium, komponen bintil (jumlah bintil dan bintil efektif pada umur 5 hst, 10 hst, 15 hst, dan 20 hst), berat segar tajuk dan akar

Rataan Jumlah Anakan pada Tanaman Padi pada Perlakuan Beberapa Jenis Pupuk dan Waktu Aplikasi.. Rataan Umur berbunga pada Tanaman Padi pada Perlakuan Beberapa