• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna pada anak tunagrahita ringan kelas IV Di SLB Marsudi Putra 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Pengaruh terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna pada anak tunagrahita ringan kelas IV Di SLB Marsudi Putra 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 10, No. 1, 2023, pp. 75-84

Available online: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/trihayu

Pengaruh terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna pada anak

tunagrahita ringan kelas IV Di SLB Marsudi Putra 1

Atikah Putri Shidqiyah1a*, Dwi Setianingsih2b Universitas PGRI Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia

a[email protected]b[email protected]

*Corresponding Author

Received: 05-08-2023; Revised: 11-08-2023; Accepted: 25-08-2023

Abstract: The effect of the play therapy method using claws and pom-poms media with claws and pom- poms media on the ability to recognize color in class IV mild mentally retarded children at Marsudi Putra 1 SLB. This research was conducted at Marsudi Putra 1 SLB from April 2023 to May 2023. This study aims to determine the effect of the Play Therapy method with tweezers and pom-poms on the ability to recognize color in children with mild mental retardation, a type of research that uses a quantitative approach with a pre-designed -Experimental. The type used is (One Group Pretest-Posttest Design) because in this study it compared conditions before and after being given treatment. This situation was measured using tests related to the ability to recognize colors after being given treatment using claw and pom-pom media. In conducting data collection is done by pre-test and post-test. Based on the results of the research that has been done, it was found that there was an increase in the ability to recognize colors, thus it can be concluded that the play therapy method with tweezers and pom-pom media had an effect.

Keywords: Color recognition ability, Play Therapy, Capit and pom-pom, Tunagrahita

Abstrak: Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna anak tunagrahita ringan kelas IV di SLB Marsudi Putra 1. Penelitian ini dilakukan di SLB Marsudi Putra 1 pada bulan April 2023 hingga bulan Mei 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna anak tunagrahita ringan, jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Pre- Experimental. Jenis yang digunakan yaitu (One Grup Pretest-Posttest Design) karena dalam penelitian ini membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Keadaan tersebut diukur menggunakan tes terkait kemampuan mengenal warna setelah diberikan treatment dengan menggunakan media Capit dan pom-pom. Dalam melakukan pengumpulan data dilakukan dengan pre test post test. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Di dapatkan adanya peningkatan terhadap kemampuan mengenal warna, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom berpengaruh.

Kata Kunci: Kemampuan mengenal warna, Terapi Bermain, Capit dan pom-pom, Tunagrahita.

How to Cite: Andi Tarwan, A. P. S., & Setianingsih, D. (2023). Pengaruh terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna pada anak tunagrahita ringan kelas IV Di SLB Marsudi Putra 1: indonesia. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 10(1), 75–84. https://doi.org/10.30738/trihayu.v10i1.15861

(2)

Pendahuluan

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus bila dibandingkan dengan anak pada umumnya. Dalam proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik mental-intelektual sosial atau emosional dibanding dengan anak-anak lain, sehingga mereka memerlukan pelayanan khusus.

Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata- rata serta mengalami keterlambatan sosial, perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Dapat dikatakan anak tunagrahita ringan masih mampu mengikuti proses pembelajaran termasuk pengetahuan dasar mengenai keterampilan tentang mengenal warna karena Anak Tunagrahita ringan masih memiliki kemampuan untuk dididik sebagaimana anak normal (Angraeni & Rianto, 2017) Kemampuan anak tunagrahita yang di bawah rata-rata berdampak pada permasalahan kognitif dasar ditandai dengan perkembangan mental yang kurang mengakibatkan berpengaruhnya intelektual anak baik dari aspek motorik, bahasa, kemampuan kognitif, dan sosial. Hal ini menyebabkan anak mengalami kurang mampu mengembangkan keterampilan dan kebiasaan- kebiasaan yang seharusnya dimiliki anak seusianya. Dalam proses intelektual, anak akan dihadapkan dengan aspek kognitif yang berhubungan langsung dengan fungsi intelektual, oleh karena itu, kemampuan mengenal warna merupakan bagian dari kemampuan kognitif, sedangkan kemampuan mengenal warna sangat penting untuk perkembangan otak anak, karena pengenalan warna dapat merangsang indra penglihatan anak, meningkatkan kreativitas dan daya ingat anak (Bagus Rendy,et al., 2020).

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kelas IV di sebuah SLB Marsudi Putra 1 bahwa tidak semua anak-anak dapat mengenal warna. Masalah ini ditemukan ketika guru meminta siswa untuk menyebutkan warna yang ditunjuk oleh guru akan tetapi mereka hanya terdiam saat ditanya. Hal ini adalah menjadi salah satu masalah yang solusinya harus dicari oleh guru sebagai orang yang terlibat dalam pembelajaran yang bertugas memberikan pembelajaran terhadap anak-anak khususnya mengenai pengenalan warna bagi anak tunagrahita ringan. Untuk mewujudkan pembelajaran dasar terhadap anak tunagrahita mengenai pengenalan warna, guru harus memilih cara yang efektif. Guru memegang peranan penting sebagai seorang pendidik baik dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, menumbuhkan minat belajar anak, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Maka dalam memberi pembelajaran pada anak tunagrahita diupayakan media pembelajarannya yang dipilih harus menyenangkan dan bermakna bagi anak.

Media pembelajaran yang digunakan guru juga harus menarik perhatian siswa sehingga mereka menjadi tidak jenuh saat pembelajaran dimulai, semestinya guru dapat memanfaatkan media saat mengajarkan materi terhadap siswa. Contoh pada saat mengajarkan menulis kata, guru dapat menggunakan benda yang ada di sekitar kelas dan diberi nama di masing-masing benda kemudian siswa diminta menuliskan nama barang dengan menyalin dari tulisan di nama masing-masing benda tersebut. Misalkan pada meja maka diberi tulisan meja, pada kursi diberi tulisan kursi dan lain sebagainya, namun hal tersebut belum dimanfaatkan dengan baik oleh guru. Salah satu media untuk pengenalan warna adalah Capit dan pom-pom yang dapat membantu akan terjadinya proses belajar dan mengajar. Pom-pom adalah bola-bola kecil dari bahan wol dan sebagainya yang bisa digunakan sebagai hiasan pada baju (wanita), sepatu untuk mengsortir warna, Perlu menggunakan beberapa mangkuk yang warnanya senada

(3)

ke mangkuk sesuai dengan warna. Pom-pom biru ke mangkuk biru, pom-pom merah ke mangkuk merah, dan seterusnya.

Media capit dan pom-pom terdapat banyak warna, warna membuat kita merasa menjadi lebih indah. Warna sangat berguna dalam kehidupan manusia hal itu terlihat dari berbagai kebutuhan yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Warna pada hakikatnya dapat ditemukan di kehidupan dengan berbagai keanekaragaman, dengan adanya warna di dalam kehidupan menjadikan hidup lebih menyenangkan dan meningkatkan rasa senang dalam menjalani hidup. Kemampuan mengenal warna menjadi dasar dalam kegiatan pembelajaran keterampilan karena untuk dapat meningkatkan daya kreatifitas dan imainasi anak, selain itu dapat membantu anak dalam mengenalkan lingkungannya. Jika dilihat dari segi psikologi salah satu fungsi dari sebuah warna yaitu dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan kepribadian yang dapat menghidupkan perasaan. Dalam hidup terdapat banyak sekali jenis warna, dengan mengenal warna hidup kita menjadi lebih indah dan bermanfaat.

Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui warna, contohnya kita bisa mencocokkan warna baju dan celana agar warnanya pantas saat di pandang atau bisa juga untuk mengetahui lampu lalu lintas saat dijalan (Angraeni & Rianto, 2017). Akan tetapi manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, ada yang mudah untuk mengingat suatu hal dan ada juga yang mempunyai kesulitan dalam mengingat. Kesulitan yang banyak dialami oleh anak tunagrahita yaitu aspek mengenal warna, padahal mengenal warna merupakan salah satu hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami setiap individu. Warna sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia, hal ini dapat dilihat dari berbagai benda atau peralatan yang digunakan oleh manusia dalam keseharian menggunakan warna.

Bagi anak yang belum mengenal warna maka perlu dicarikan solusi yang tepat untuk membantu dalam mengenal warna, Penggunaan metode harus disesuaikan dengan karakteristik anak. Terapi bermain ini dapat dijadikan metode yang baik untuk anak. Seperti pendapat dari Wiyani & Barsuki. Salah satu cara dalam mengenalkan warna melalui metode terapi bermain, Terapi bermain merupakan suatu proses penyembuhan dengan metode bermain yang digunakan pada anak yang mempunyai kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-anak karena responsif dalam perkembangan mereka, terapi bermain juga bisa dijadikan komunikasi dan tempat mereka mengekspresikan diri. terapi bermain merupakan suatu permainan anak yang dapat berkomunikasi dan saling mengenal bahkan dapat mengungkapkan perasaan mereka melalui terapi bermain tersebut, dikarenakan terapi bermain biasanya digunakan untuk anak menghadapi ketakutan, kesulitan, kecemasan dan bahkan bisa untuk perkembangan mereka. suatu proses terapi dimana bermain digunakan sebagai alat terapi untuk memudahkan anak melihat ekspresi yang tidak dapat diungkapkan melalui bahasa lisan, karena bermain adalah pintu dunia anak. Selain itu, terapi bermain dapat membantu meningkatkan konsentrasi anak (Adminjipt,+11, n.d.-a).

Terapi bermain dapat diartikan sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak-anak dan terapis yang terlatih, dalam metode terapi bermain menyediakan materi bermain yang dipilih dan memungkinkan berkembangnya hubungan yang membuat anak dapat mengekspresikan dan mengeksplorasi dirinya secara penuh (emosi, pikiran, pengalaman dan perilaku). Terapi bermain didasarkan pada landasan teoretis yang sistematis, oleh karena itu terapi bermain dibangun menggunakan kerangka teori psikologis dan konseling seperti psikoanalisis dan perilaku kognitif (Endah Nawangsih, 2014).

(4)

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Marsudi Putra 1, Waktu penelitian pada bulan Mei 20223. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Pre-Experimental. Jenis yang digunakan yaitu (one grup pretest-posttest design) karena dalam penelitian ini membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan populasi seluruh siswa kelas IV di SLB Marsudi Putra 1 yang terdiri dari 4 anak. Teknik pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap yang pertama mengukur kemampuan awal anak dengan memberikan soal pre-test mengenai materi tentang warna yang berjumlah 20 butir soal yang sudah dilakukan uji validasi sebelumnya di sekolah lain. Kedua memberikan perlakuan (treatment) sebanyak 3 kali menggunakan metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom. Ketiga mengukur kemampuan akhir setelah diberikannya perlakuan (treatment) berupa mengerjakan soal post-test yang berjumlah 20 butir soal.

Hasil dan Pembahasan Hasil

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna anak tunagrahita ringan kelas IV di SLB Marsudi Putra 1, pada peneliti melakukan observasi peneliti melihat bahwa tidak semua anak-anak dapat mengenal warna. Masalah ini ditemukan ketika guru meminta siswa untuk menyebutkan warna yang ditunjuk oleh guru akan tetapi mereka hanya terdiam saat ditanya. Hal ini adalah menjadi salah satu masalah yang solusinya harus dicari oleh guru sebagai orang yang terlibat dalam pembelajaran yang bertugas memberikan pembelajaran terhadap anak-anak khususnya mengenai pengenalan warna bagi anak tunagrahita ringan. Oleh karena itu, peneliti memberikan metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom untuk membantu anak tunagrahita ringan untuk mengenal warna. Berikut hasil data nilai pre-test dan post-test.

Tabel 1. Hasil Nilai Pre-test dan Post-test No. Sampel Jenis Kelamin Nilai

Pre-test Post-test

1 MJR P 45 70

2 JDR L 60 80

3 SDN L 45 60

4 MAA L 60 75

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan hasil nilai pre-test mulai berkembang dikarenakan anak belum memahami mengenai warna setelah diberikan 3 kali perlakuan (treatment) mengunakan metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terdapat peningkatan hasil nilai post test yang dimana anak sudah memahami tentang warna, sudah bisa mencocokan warna, menyebutkan warna, mengambil pom-pom sesuai perintah.

(5)

Hasil data pre-test dan post-test juga dapat dideskripsikan tentang rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi yang dihitung dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25. Hasil Analisis statistik deskriptif data pre-test dan post-test di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini sebagai berikut.

Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai rata-rata pre test adalah 55,00 dan nilai post test adalah 80,00. Standar deviasi diketahui untuk pre test adalah 18,257 dan nilai post test adalah 10,801. Nilai maksimum pre test 60 dan nilai minimum 45, sedangkan Nilai maksimum post-test 80 dan nilai minimum 60.

Uji hipotesis dan uji analisis prasyarat untuk melihat pengaruh metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terehadap kemampuan mengenal warna anak tunagrahita ringan, Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah data sampel yang digunakan dalam penelitian berdistirbusi normal atau tidak, uji normalitas menggunakan applikasi SPSS statistik 23. Uji normalitas pada data penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro- Wilk digunakan untuk jumlah data penelitian kurang dari 50 sampel penelitian < 50.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa hasil uji normalitas data untuk data pre test menunjukkan nilai signifikasi 0,024 maka dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi

<0,05 dapat diartikan data tidak normal. Berdasarkan hal tersebut sebaran data penelitian disimpulkan bahwa sebaran data tidak normal. Uji non parametrik Wilcoxon matched paired signed test digunakan untuk pengujian hipotesis pada penelitian.

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui adakah hubungan yang linear antara hasil pre-test dan hasil post-test. Berikut hasil uji linearitas dengan menggunakan SPSS versi 23.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

pre test 4 45 60 55,00 18,257

post test 4 60 80 80,00 10,801

Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig.

pre test kemampuan

mengenal warna ,729 4 ,024

post test kemampuan

mengenal warna ,971 4 ,850

(6)

Tabel 4. Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai sig. Linearity antara 0,390 < 0,05.

Berdasarkan nilai signifikansinya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear secara signifikan antara nilai pre-test post-test.

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata pada kelompok sampel sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom. Pada uji ini yang dibandingkan adalah nilai pre-test dan post-test apakah terdapat peningkatan nilai atau tidak pada kelompok sampel.

Tabel 5. Hasil Uji Wilcoxon

Berdasarkan tabel berikut diketahui Asymp.sig bernilai -1,841, karena nilai Zhitung >

Ztabel, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna anak tunagrahita ringan kelas IV.

Pembahasan

Warna sangat berguna dalam kehidupan manusia hal itu terlihat dari berbagai kebutuhan yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Warna pada hakikatnya dapat ditemukan di kehidupan dengan berbagai keanekaragaman, dengan adanya warna di dalam kehidupan menjadikan hidup lebih menyenangkan dan meningkatkan rasa senang dalam menjalani hidup. Kemampuan mengenal warna menjadi dasar dalam kegiatan pembelajaran keterampilan karena untuk dapat meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi anak, selain itu dapat membantu anak dalam mengenalkan lingkungannya. Jika dilihat dari segi psikologi salah satu fungsi dari sebuah warna yaitu dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan kepribadian yang dapat menghidupkan perasaan. Dalam hidup terdapat banyak sekali jenis

ANOVA Table Sum of

Squares Df Mean

Square F Sig.

post- test pre- test

Between

Groups (Combined) 237,500 2 118,750 1,056 ,567

Linearity 227,273 1 227,273 2,020 ,390

Deviation from

Linearity 10,227 1 10,227 ,091 ,814

Within Groups 112,500 1 112,500

Total 350,000 3

Test Statistics

posttest – pretest

Z -1,841b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,066

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

(7)

warna, dengan mengenal warna hidup kita menjadi lebih indah dan bermanfaat. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui warna, contohnya kita bisa mencocokkan warna baju dan celana agar warnanya pantas saat di pandang atau bisa juga untuk mengetahui lampu lalu lintas saat dijalan (Angraeni & Rianto, 2017). Lampu lalu lintas juga menggunakan warna dan Bahkan warna dapat mempengaruhi situasi, menciptakan rasa tenang, Menciptakan suasana kegembiraan, kesedihan dan kemarahan selain itu Orang menggunakan warna pakaian untuk menarik perhatian orang yang melihat, Bahkan warna yang digunakan pada untuk merias wajah yang biasa digunakan oleh wanita (Desain & Visual, 2013).

Bagi anak yang belum mengenal warna maka perlu dicarikan solusi yang tepat untuk membantu dalam mengenal warna, Penggunaan metode harus disesuaikan dengan karakteristik anak. Terapi bermain ini dapat dijadikan metode yang baik untuk anak. Seperti pendapat dari Wiyani & Barsuki. Salah satu cara dalam mengenalkan warna melalui metode, terapi bermain merupakan suatu proses penyembuhan dengan metode bermain yang digunakan pada anak yang mempunyai kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-anak karena responsif dalam perkembangan mereka.

Keterbatasan perkembangan tunagrahita membuat tumbuh kembang anak tidak berjalan secara mandiri, tetapi terintegrasi dan terkait dalam satu pembangunan. Diantara berbagai aspek perkembangan tersebut, salah satu aspek terpenting yang harus dikembangkan untuk kemampuan berpikir anak adalah perkembangan kognitif. Dengan cara ini, anak dapat mengelola prestasi belajarnya, memecahkan masalah, membantu anak mengembangkan keterampilan matematika dan pengetahuan tentang tempat dan waktu, serta mempersiapkan diri untuk pengembangan pemikiran kritis.(Hesti Hernia, 2013).

Schaefer & Reid mendefinisikan (dalam Adminjip) Terapi bermain terapi bermain adalah salah satu alat untuk berkomunikasi bagi anak-anak yang bermasalah untuk dapat mengungkapkan permasalahan yang sedang mereka rasakan melalui cara yang menyenangkan. Selanjutnya Sukmanigrum mendefinisikan (Dalam Nihayah 2021) Terapi bermain ini sebuah permianan yang dikhususkan untuk memulihkan kondisi mental, psikis anak, membangun motorik dan anak menjadi ceria.

Media capit dan pom-pom karena dapat digunakan sebagai bahan sensori bermain untuk anak-anak karena capit dan pom-pom merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan bermanfaat dikarenakan anak-anak berperan aktif dalam memilih warna, mengelompokkan dan mencocokkan warna. Capit dan pom-pom dapat membawa kesenangan tersendiri bagi anak-anak dan dapat membuat pengetahuan bagi mereka tentang berbagai jenis warna. Selain itu, bermain dengan capit dan pom-pom dapat melatih motorik, kognitif dan emosional anak. Di bawah ini merupakan kemampuan subjek sebelum treatment dan sesudah treatment.

Pertemuan pertama, 03 Mei 2023 dilakukan observasi untuk melihat kemampuan awal anak dengan cara memberikan pertanyaan dasar Mengenai warna menggunakan benda yang sudah ada di kelas yaitu crayon, peneliti mengambil salah satu crayon lalu menanyakan warna crayon tersebut warna apa kepada anak, pertanyaan tersebut akan ditanyakan satu persatu agar bisa mengetahui kemampuan anak mengenal warna sejauh mana. Saat peneliti bertanya kepada anak, anak hanya diam sambil tertawa karna tidak dapat menjawab.

Pertemuan kedua, 05 Mei 2023 peneliti melakukan pre-test untuk mengukur kemampuan anak. Sebelum diberikan treatment anak mengerjakan soal pre-test tentang materi warna setelah itu anak dikenalkan dengan media yang akan digunakan yaitu capit dan

(8)

pom-pom, peneliti memberikan penjelasan sedikit mengenai media tersebut dan cara menggunakannya. Dalam proses terapi bermain peneliti harus menyiapkan beberapa tahap, tahap pertama peneliti harus bisa mengembangkan suasana yang hangat, ramah. Lalu tahap selanjutnya Dalam terapi bermain anak dapat diasuh untuk dapat mengungkapkan pikirannya dan perasaan dengan cara anak melepaskan emosi dan mengungkapkan perasaan mereka melalui permainan. Setelah sudah melewati beberapa tahap peneliti akan memberikan soal anak mengerjakan soal pre-test tentang materi warna sebanyak 20 soal tanpa bantuan guru, sambil dilihat apakah anak memahami soal yang dikerjakannya.

Pertemuan ketiga, 17 Mei 2023 Peneliti melakukan 3 tahap yaitu Relating peneliti menciptakan suasana yang menyenangkan dan hangat, peneliti menanyakan kabar dan keadaan para siswa atau membahas sesuatu hal yang anak suka sehingga dapat membuat mood anak naik, lalu tahap releasing peneliti mengajak anak mengobrol untuk dapat mengungkapkan perasaan pada saat dilaksanakannya terapi bermain, peneliti bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana misalnya “hari ini apa yang bikin kamu senang?”.

Lalu tahap Re-creating tahap ini membuat anak menciptakan kembali suatu kejadian yang sudah terjadi untuk dapat menceritakan perasaan sedih atau senang setiap anak, peneliti akan memancing anak agar bisa mulai bercerita mulai dari kejadian yang sederhana baik yang baru dilakukan atau tidak. Kegiatan ini dilakukan bertahap sampai ke tahap di berikan treatment (perlakuan), dengan metode terapi bermain menggunakan media capit dan pom-pom, Kemudian peneliti menyebutkan warna pom-pom satu persatu, lalu peneliti menjelaskan sedikit tentang materi yang akan diberikan lalu setelah peneliti menyebutkan warna pom-pom anak diminta untuk menyebutkan warna pom-pom, Mencocokan warna pom-pom, mengambil pom-pom sesuai warna piring, Pada akhir treatment (perlakuan) pertama peneliti akan menilai kemampuan anak. Semua sampel mulai berkembang pada saat treatment (perlakuan) pertama.

Pertemuan keempat, 23 Mei 2023 treatment (perlakuan) yang kedua dengan tahap yang sama mulai dari peneliti melakukan 3 tahap yaitu Relating peneliti menciptakan suasana yang menyenangkan dan hangat, peneliti menanyakan kabar dan keadaan para siswa atau membahas sesuatu hal yang anak suka sehingga dapat membuat mood anak naik, lalu tahap releasing peneliti mengajak anak mengobrol untuk dapat mengungkapkan perasaan pada saat dilaksanakannya terapi bermain, peneliti bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana misalnya “hari ini apa yang bikin kamu senang?” Lalu tahap Re-creating tahap ini membuat anak menciptakan kembali suatu kejadian yang sudah terjadi untuk dapat menceritakan perasaan sedih atau senang setiap anak, peneliti akan memancing anak agar bisa mulai bercerita mulai dari kejadian yang sederhana baik yang baru dilakukan atau tidak. Kegiatan ini dilakukan bertahap sampai ke tahap di berikan treatment (perlakuan), dengan metode terapi bermain menggunakan media capit dan pom-pom, Kemudian peneliti menyebutkan warna pom-pom satu persatu, lalu peneliti menjelaskan sedikit tentang materi yang akan diberikan lalu setelah peneliti menyebutkan warna pom-pom anak diminta untuk menyebutkan warna pom-pom, Mencocokan warna pom-pom, mengambil pom-pom sesuai warna piring, Pada akhir treatment (perlakuan) kedua peneliti akan menilai kembali kemampuan anak. Semua sampel berkembang sesuai harapan pada saat treatment (perlakuan) kedua.

Pertemuan kelima, 25 Mei 2023 treatment (perlakuan) yang ketiga masih dengan tahap yang sama mulai dari peneliti melakukan 3 tahap yaitu relating peneliti menciptakan suasana yang menyenangkan dan hangat, peneliti menanyakan kabar dan keadaan para siswa atau membahas sesuatu hal yang anak suka sehingga dapat membuat mood anak naik, lalu tahap

(9)

releasing peneliti mengajak anak mengobrol untuk dapat mengungkapkan perasaan pada saat dilaksanakannya terapi bermain, peneliti bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana misalnya “hari ini apa yang bikin kamu senang?”. Lalu tahap re-reating tahap ini membuat anak menciptakan kembali suatu kejadian yang sudah terjadi untuk dapat menceritakan perasaan sedih atau senang setiap anak, peneliti akan memancing anak agar bisa mulai bercerita mulai dari kejadian yang sederhana baik yang baru dilakukan atau tidak. Kegiatan ini dilakukan berurut sampai ke tahap di berikan treatment (perlakuan), dengan metode terapi bermain menggunakan media capit dan pom-pom, Kemudian peneliti menyebutkan warna pom-pom satu persatu, lalu peneliti menjelaskan sedikit tentang materi yang akan diberikan lalu setelah peneliti menyebutkan warna pom-pom anak diminta untuk menyebutkan warna pom-pom, Mencocokan warna pom-pom, mengambil pom-pom sesuai warna piring, Pada akhir treatment (perlakuan) ketiga peneliti akan menilai kemampuan anak. Semua sampel berkembang dengan baik pada saat treatment (perlakuan) ketiga, setelah 3 kali treatment (perlakuan) akan di berikan post-test sebagai alat ukur untuk melihat kemajuan anak. Anak akan mengerjakan soal post-test dengan soal yang sama seperti pre-test, dari metode terapi bermain ini kita juga bisa mengetahui bahwa ternyata media capit dan pom-pom yang digunakan efektif karena 4 sampel berkembang dengan baik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian yang dilakukan di SLB Marsudi Putra 1 diketahui bahwa terdapat peningkatan nilai pada siswa. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode terapi bermain dengan media capit dan pom-pom terhadap kemampuan mengenal warna anak tunagrahita ringan kelas IV Di SLB Marsudi Putra 1. Media capit dan pom-pom merupakan media yang dibuat dengan bola-bola berwarna-warni berbulu yang terbuat dari benang, dacron, kain, atau kertas. Dengan menggunakan metode bermain kegiatan ini menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan dan bermanfaat dikarenakan anak- anak berperan aktif dalam memilih warna, mengelompokkan dan mencocokkan warna. Media Capit dan Pom-Pom pada pembelajaran mengenal warna menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran kemampuan mengenal warna pada siswa.

Peningkatan Kemampuan mengenal warna siswa juga didukung dengan meningkatnya hasil pada pre test adalah berkembang sesuai harapan dan pada post test adalah berkembang sangat baik. Kriteria penilaian siswa mengalami kenaikan yang sebelumnya berkembang sesuai harapan menjadi berkembang sangat baik

Ucapan Terimakasih

Terima kasih saya ucapkan kepada keluarga, Kaprodi Pendidikan Luar Biasa, dosen pembimbing yang memberikan bimbingan serta arahan dalam proses mengerjakan skripsi saya, seluruh sahabat sahabat saya yang menamani saya dalam proses mengerjakan skripsi dan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Angraeni, R., & Rianto, E. (2017). Metode Outdoor Learning Terhadap Kemampuan Mengenal Warna Pada Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Pendidikan Khusus.

Hesti, H. (2013). Kemampuan mengenal warna pada anak usia 4-5 tahun di TK segugus III kecamatan panjatan kabupaten kulon progo. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri

(10)

Yogyakarta.

Hidayati, S., Robingatun, R., & Saugi, W. (2020). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Kegiatan Mencampur Warna Di TK Kehidupan Elfhaluy Tenggarong. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 23-37.

Khumaeroh, S. (2022). Penggunaan Puzzle Sebagai Alat Permainan Edukatif dan Implikasinya terhadap aspek motorik halus anak usia 4-6 tahun. Al Fitrah: Journal Of Early Childhood Islamic Education, 5(2), 164-171.

Lepeta, K., Lourenco, M. V., Schweitzer, B. C., Martino Adami, P. V., Banerjee, P., Catuara-Solarz, S., & Seidenbecher, C. (2016). Synaptopathies: synaptic dysfunction in neurological disorders–A review from students to students. Journal of neurochemistry, 138(6), 785- 805.

Meilani, M. (2013). Teori Warna: Penerapan Lingkaran Warna dalam Berbusana. Humaniora, 4(1), 326-338.

Nawangsih, E. (2014). Play therapy untuk anak-anak korban bencana alam yang mengalami trauma (post traumatic stress disorder/ptsd). Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2), 164-178.

Rendy, D. B., & Nazarullail, F. (2020). Mengembangkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Indikator Alami Asam Basa Pada Anak Paud. Paedagoria: Jurnal Kajian, Penelitian Dan

Pengembangan Kependidikan, 11(2), 213-219.

https://doi.org/10.31764/paedagoria.v11i2.2562

Ritonga, M. A. R., Nihayah, U., Nailussa'adah, F., & Hinayah, A. H. (2021). Play Therapy Bagi Anak Korban Child Abuse Psikis. Nosipakabelo: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 2(02), 57-66. https://doi.org/10.24239/nosipakabelo.v2i02.839

Referensi

Dokumen terkait