100
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
Effect of music therapy on decreasing pain intensity in postoperative fracture patients Harliani1 Eka Surtilah2, Muhammad. Nur3
Poltekkes Kemenkes Makassar E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Introduction: Fractures are fractures commonly caused by trauma or physical activity. One of the signs and symptoms of a fracture is pain. Pain in people with fractures is usually sharp and piercing, pain is also commonly caused by spasms of muscles or pinched sensory nerves. The pain felt after undergoing surgical surgery will increase as the influence of anaesthesia decreases. One of the non-pharmacological treatments is the administration of music therapy.
Music therapy can reduce pain, this is done to distract the client. The purpose of this study was to determine the effect of decreasing the degree of pain in postoperative fracture patients after being given music therapy. Research Methods: This research is a literature study method. The secondary data source is in the form of articles taken from 3 databases (Google Scholar, Researchgate and Portal Garuda). The criteria for the article being reviewed are a publishing period of 5-10 years, in Indonesian language, full text available and has been indexed. Articles worthy of review are as many as 10 articles. Results and Analysis: 10 articles explained that music therapy affects reducing the intensity of pain in postoperative fracture patients. Discussion and Conclusion: Based on the explanations that have been put forward that music therapy has an effect in reducing the intensity of pain in postoperative patients.
Keywords: music, postoperative pain, fracture.
ABSTRAK
Pendahuluan: Fraktur merupakan patah tulang yang biasa disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik. Penyebab utama dari fraktur ialah kecelakaan lalu lintas. Salah satu tanda dan gejala dari fraktur yaitu nyeri. Nyeri pada penderita patah tulang biasanya bersifat tajam dan menusuk, nyeri juga biasa disebabkan oleh kejang otot atau saraf sensorik yang terjepit. Nyeri yang dirasakan setelah menjalani operasi pembedahan akan mengalami peningkatan seiring berkurangnya pengaruh anestesi. Salah satu pengobatan non farmakologi yaitu pemberian terapi musik. Terapi musik dapat mengurangi nyeri, ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penurunan derajat nyeri pada pasien post operasi fraktur setelah diberikan tindakan terapi musik. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah metode studi literatur. Sumber data sekunder adalah berupa artikel yang diambil dari 3 database (Google Schoolar, Researchgate dan Portal Garuda). Kriteria artikel yang di review yaitu rentang waktu penerbitan 5-10 tahun, berbahasa sindonesia, tersedia full teks dan sudah terindeksi. Artikel yang layak untuk di review sebanyak 10 artikel. Hasil dan Analisis: 10 artikel dijelaskan bahwa terapi musik berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur. Diskusi dan Kesimpulan: Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan bahwa terapi musik berpengaruh dalam penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi.
Kata Kunci: musik, nyeri post operasi, fraktur PENDAHULUAN
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik. Kekuatan otot dan sudut gaya, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006). Penyebab utama patah tulang adalah kecelakaan lalu lintas. Menurut Helmi (2012), gambaran klinis dari fraktur tersebut adalah nyeri. Nyeri pada penderita patah tulang bersifat tajam dan menusuk, dan nyeri hebat juga sering disebabkan oleh kejang otot atau saraf sensorik yang terjepit. Nyeri setelah operasi pembedahan merupakan suatu hal yang normal dirasakan. Nyeri yang dirasakan setelah menjalani operasi pembedahan akan mengalami peningkatan
seiring dengan kurangnya pengaruh anastesi.
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) (2017) menyebutkan bahwa kejadian fraktur sebesar 50% kasus menyebabkan kematian, dan 30% kasus menyebabkan kecacatan fisik. Kasus patah tulang atay fraktur di indonesia pada tahun 2017 terdapat 25%
kasus menyebabkan kematian, 45% mengalami kecacatan fisik 5% stress psikologi, dan 10%
dinyatakan sembuh dengan baik.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik, 15% mengalami stress psikologis seperti cemas atau bahkan depresi,
101
dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2013).
Nyeri pasca operasi merupakan salah satu masalah keluhan yang dialami pasien di rumah sakit.
Nyeri post operasi adalah gejala yang tidak dapat dihindari setelah dilakukan pembedahan dan merupakan salah satu gangguan rasa nyaman. Nyeri yang dirasakan bervariasi mulai dari nyeri ringan hingga nyeri yang hebat. Pasien akan merasakan nyeri yang hebat setelah menjalani operasi pembedahan, hal ini disebabkan karena pengaruh obat anastesi yang perlahan menghilang. Nyeri yang dirasakan pasien post operasi lebih hebat meskipun diberikan obat-obatan analgesik yang efektif. Pasien yang merasakan nyeri akan sulit menjalankan aktivitas sehari-hari. Jika nyeri tidak diatas sesegara mungkin maka nyeri tersebut
dapat menimbulkan
ketidaknyamanan,ketidakmampuan, keterbatasan gerak, dan imobilisasi ketidakmampuan pasien untuk melakukan perawatan diri sangat terganggu (Prilina, 2014).
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : transduksi, transmisi, modulasi, dan presepsi. Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menejermahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam prsoses ini, yaitu serabut A- beta, A- delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak berespon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
Transmisi adalah suatu proses dimana implus dislaurkan menuju korna dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak.
Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjut berubungan degan banyak neuron spinal.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terikait nyeri (pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dirsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistemm nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbran) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis.
Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornudorsalis. Presepsi nyeri adalah
kesadaran akan pengalaman nyeri. Presepsi merupakan hasil dari interaksi proses tranduksi, transmisi, mosulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006).
Pada sistem syaraf pusat terdapat 2 jalur nyeri yaitu, jalur asenden dan jalur desenden. Jalur asenden adalah serabut saraf C dan A delta halus masing- masing membawa nyeri akut tajam dan kronik lambat, bersinap disubtansi gelatinosa kormudoralis, memotong medula spinalis dan naik ke otak di cabang neospinotalamikus atau cabang paleospinotalamikus traktus spino talamikus anterolateralis. Traktus neospinotalamikus yang terutama diaktifkan oleh aferen perifer Adelta, bersinap di nukleus ventropostero lateralis (VPN) talamus dan melanjutkan diri secara langsung ke kortek somato sensorik girus pasca sentralis, tempat nyeri dipersepsikan sebagai sensasi yang tajam dan berbatas tegas. Cabang paleospinotalamikus, yang terutama diaktifkan oleh aferen perifer serabut saraf C adalah suatu jalur difus yang mengirim kolateral-kolateral ke formatio retikularis batang otak dan struktur lain. Serat-serat ini mempengaruhi hipotalamus dan sistem limbik serta kortek serebri (Price A. Sylvia, 2006).
Jalur desenden salah satu jalur yang telah di identifikasi adalah mencakup 3 komponen yaitu, Bagian pertama adalah subtansia grisea periaquaductu dan Subtansia grisea periventrikel mesenssefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi aquaductus Sylvius.
Neuron- neuron di daerah saru mengirim implus ke nukleus ravemaknu yang terletak di pons bagian bawah dan medula oblongata bagian atas dan nukleus retikularis paragigantoselularis di medula lateralis.
Implus ditransmisikan ke bawah menuju kolumna dorsalis medula spinalis ke suatu komplek inhibiotrik nyeri yang terletak di kornu dorsalis medula spinalis (Price A. Sylvia,2006).
Nyeri dapat diatasi dengan cara farmakologis dan non farmakologi.Secara farmakologi yaitu dengan penggunaan obat (narkotik), nonopioid atau NSAID (Nonsteroid Anti-inflamation Drugs), adjuvan, dan ko- analgesik, sedangkan dengan cara non farmakologi yaitu stimulus kulit, teknik relaksasi. Teknik relaksasi yang dapat dilakukan yaitu relaksasi napas dalam dan teknik relaksasi terapi musik
Terapi musik dapat mengurangi nyeri pada klien post operasi raktur. Terapi ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien yang merasakan nyeri pada area post operasi setelah melakukan operasi
102
pembedahan. Keunikan musik yang mempunyai sifat terapi adalah musik yang non dramatis, dinamikanya dapat diprediksi, mempunyai nada yang lembut, harmonis dan tidak bersyair, temponya 60- 80 beat per menit, dan musik pilihan klien. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik terhadap skala nyeri akibat fraktur. Hasil penelitian lain juga yang telah dilakukan oleh Rahman dan Widiyastuti (2014), menemukan bahwa intensitas nyeri pada pasien fraktur sebelum diberikan terapi musik di RSUD Dr. Moewardi sebelum diberikan terapi pada sebagian besar pada skala sedang (68%) dan setelah diberikan terapi sebagian besar menjadi skala nyeri ringan (76%).
Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan literatur review dari beberapa jurnal atau artikel mengenai pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur.
METODE
Metode penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode literture review dengan pengumpulan data melalui google scholar, ResearchGate, dan One Search. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 artikel yang sesuai dengan inklusi picos. Waktu penelitian dimulai pada Februari 2022. Subjek dalam penelitian ini ialah 10 jurnal dengan
menggunakan pencarian literatur yang diperoleh menggunakan database diatas. Dari tahap awal pencarian jurnal diperoleh 905 artikel dengan pembatasan waktu 5 tahun terakhir. Kata kunci pencarian yang digunakan yaitu (Senam kaki, Ulkus diabetik, Diabetes Melitus). Dari jumlah artikel tersebut didapatkan 10 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sampel. Selanjutnya artikel dipakai sebagai sampel kemudian di identifikasi dan disajikan dalam bentuk tabel serta dibahas secara deskriptif untuk menjelaskan metode dan hasil pada setiap artikel
Jumlah dan cara pengambilan subjek
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan cara penelusuran beberapa artikel dan jurnal yang dikumpulkan menggunakan kata kunci dan didapatkan sebanyak 10 artikel, kemudian dijadikan sebagai bahan acuan dan landasan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari suatu perumusan masalah yang ingin diteliti. Pada studi literatur, pembaca akan membandingkan penelitianpenelitian yang terdapat pada buku ataupun jurnal. Protokol dan evaluasi dari literature review akan menggunakan diagram flow untuk menentukan penyeleksian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan studi literatur
HASIL
Tabel 1. Artikel Hasil pencarian Literatur
NO Author Tahun Volume Judul Metode (Desain,
Sampel, variabel, Instrumen Analisis)
Hasil Penelitian Database
1 Muhammad firdaus, Bayhakki, Misrawati
2014 Vol. 1,
No. 2 EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
Desain : Quasi Eksperimental Sampel : jumlah sampel 30 responden dengan kasus control 15 responden dan kasus eksperimen 15 responden dan 15 respondedn yang diberikan tindakan Varibel : independen (terapi musik klasik mozart) Dependen (penurunan nyeri) Instrumen : Lembar observasi intensitas nyeri menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) yang memiliki skala 0-10.
Analisis : univariat dan bivariate
Hasil penelitian didapatkan bahwa nyeri pada psien post op fraktur sebelum diberikan tindakan terapi music Mozart pada kelompok eksperimen 7,33 dan kelompok control 7,13.
Sedangkan nyeri setelah diberikan tindakan terapi music pada kelompok eksperimen 5,00 dan kelompok control 6,78.
Dapat disimpulkan bahwa terapi music Mozart efektif dalam menurunkan nyeri pada
Google scholar
103
pasien post op fraktur 2 Tubagus
Erwin Nurdiansyah
2015 Vol. 4,
No. 1 PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP RESPON NYERI PADA PSIEN DENGAN POST OPERASI DI RSUD A. DADI TJOKRODIPO KOTA BANDAR LAMPUNG
Desain : Quasy eksperimen Sampel : jumlah sampel 34 dengan kelompok eksperimen 17, kelompok kontrol 17, dan terdapat 17 responden yang diberikan tindakan Varibel : independen (terapi musik) Dependen (respon nyeri)
Instrumen : Analisis : univariat
Hasil penelitian menunjukkan rentang skala nyeri pada kelompok eksperimen sebelum terapi musik diberikan yaitu 8-9, setelah diberikan terapi musik yaitu 4-7.
Sedang pada kelompok kontrol sebelum diberikan terapi musik yaitu 8-9 dan setelah diberikan terapi musik yaitu 7-8.
Sehingga didapatkan bahwa terdapat pengaruh setelah diberikan tindakan terapi musik.
Google shoolar
3 Made martini, Ari Pertama Watinin gsih, Kadek Lisnayanti
2018 Vol. 3, No. 2
TERAPI DISTRAKSI (MUSIK KLASIK) TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN BULELENG
Desain : Pra- eksperimental dengan rancangan one group pre-post test design Sampel : sampel 22 responden dan 22 respondedn yang diberikan tindakan Varibel : independen (terapi distraksi musik klasik) dependen (penurunan nyeri) Instrumen : lembar kuesioner Numerik rating scale (NRC) Analisis : Analisa data dilakukan dengan
menggunakan uji “T”
dependen.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh terapi Ditraksi (musik klasik) terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi oleh karena fraktur di Ruang Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng. Dapat dilihat dari sebelum diberikan tindakan terapi pada 22 responden menunjukkan nyeri sedang 17 dan nyeri ringan 5, setelah diberikan tindakan terapi berubah menjadi nyeri sedang 6 dan nyeri ringan 16.
Portal garuda
4 Rostini Mappageran, Muhammad Tahir, Fahrul Mappe
2017 Vol. 6,
No. 2 PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURU
Desain : Quasy eksperimen Sampel : jumlah responden 67 orang.
Jumlah sampel 15
Hasil penelitian ini mengatakan terdapat pengaruh pemberian terapi
Google Schoolar
104
NAN TINGKAT NYRI PADA PSIEN FRAKTUR
orang, tidak terdapat kelompok kontrol dan 15 responden yang diberikan tindakan
Varibel : independen (terapi musik) dependen (penurunan nyeri) Instrumen : lembar observasi Analisis : univariat dan bivariat
musik terhadap penurunan intensitas nyeri.
Dapat dilihat dari rata-rata sebelum diberikan tindakan 8,33 dengan nilai skala nyeri min 7 dan max 9 (nyeri berat). Kemudian setelah diberikan tindakan terjadi penurunan rata- rata 7,36 dengan skala nyeri min 6 dan max 8.
5 Muhammad Arif, Yuli Permata sari
2019 Vol. 10, No. 1
EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
Desain : Pre Experimental dengan pretest posttest Sampel : sampel berjumlah 15 orang dan 15 respondedn yang diberikan tindakan
Varibel : independen (teknik distraksi musik mozart) Dependen (penurunan nyeri Instrumen : lembar kuesionernumeric rating scale (NRS) Analisis : Univariat dan bivariat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan tindakan terapi music sebagian besar responden mengalami nyeri berat dan setelah dilakukan tindakan terapi music nyeri respon berubah menjadi nyeri ringan dan nyeri sedang.
Research gate
6 Harun Mulyadi, Cecep Triwibowo
2020 Vol. 3,
No. 1 PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA POST OPERASI FRAKTUR TERTUTUP PADA
EKSTREMITAS BAWAH DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2019
Desain : Quasy eksperimen Sampel : sampel sebanyak 66 responden dengan kelompok control 33 dan kelompok eksperimen 33 dan 33 responden yang diberikan tindakan Varibel : independen (terapi musik klasik) Dependen (penurunan intensitas nyeri) Instrumen : lembar observasi Analisis : univaiat dan bivariat
Hasil penelitian ini terdapat pengaruh penurunan nyeri setelah dilakukan pemberian terapi musik pada pasien post oprasi fraktur.
Dengan derajat nyeri awal sebelum diberikan tindakan terapi musik nyeri sedang 22 responden dan nyeri berat 11 responden.
Setelah diberikan tindakan terapi musik terjadi perubahan dengan nyeri ringan 15, nyeri sedang 14 dan nyeri berat 5.
Google Scholar
7 Fitria Mayenti, Yusnita Sari
2020 Vol. 9, No. 1
Efektifitas Teknik Distraksi Musik
Desain : Quasy experiment
Hasil penelitian ada pengaruh
Google shoolar
105
Klasik Mozart untuk Mengurangi Nyeri
pada Pasien Post Operasi Fraktur
Sampel : 30 orang dengan 15 kelompok kontrol dan15 kelompok eksperimen dan 15 responden yang diberikan tindakan Varibel : independen (teknik distraksi musik klasik mozart) Dependen (penurunan nyeri) Instrumen :NRS (Numeric Rating Scale)
Analisis : univariat dan bivariat
pemberian terapi musik klasik mozart untuk mengurangi nyeri pada
pasien post operasi fraktur.
Dengan nilai rata-rata nyeri awal pada kelompok eksperimen sebelum diberikan tindakan yaitu 6.71 dan setelah diberikan tindakan yaitu 2.66, pada kelompok kontrol rata-rata nyeri awal sebelum diberikan tindakan 6.35 dan setelah diberikan tindakan 6.48.
8 Rhona Sandra, Siti Aisyah Nur, Honesty Diana Morika, Wira Melyca Sardi
2020 Vol. 11 No. 2
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT NYERI PASIEN POST OP FRAKTUR DI BANGSAL BEDAH RS Dr REKSODIWIRYO PADANG
Desain : Pra- Eksperiment Design dengan pretest posttest
Sampel : sampel 16 responden dan 16 respondedn diberikan tindakan Varibel : independen (terapi musik klasik) dependen (tingkat nyeri)
Instrumen : Penelitian ini menggunakan lembar observasi untuk
pengukuran skala nyeri dan instrument yang lain MP3 player atau HP yang terdapat tombol play, preview, next, pause.earphone,stop watch.
Analisis : Analisa data
univariat dan bivariat
Hasil penelitian didapatkan pengaruh pemberian terapi music pada pasien post operasi fraktur.
Sebelum diberikan tindakan terapi music nyeri pada pasien post op fraktur dengan responden 16 mengalamai nyeri sedang dan setelah diberikan tindakan terapi music terjadi perubahan nyeri menjadi nyeri ringan
Google schoolar
9 Muhammad
Firdaus 2020 VOL. 2 EFEKTIFITAS TEKNIK DISTRAKSI MUSIK KLASIK MOZART UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
Desain : Quasy experiment Sampel : sampel sebanyak 30 orang dengan 15 kelompok kontrol dan 15
kelompok eksperimen dan 15
Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian terapi musik pada pasien post operasi di Ruang
Google Shoolar
106
FRAKTUR DI RUANG DAHLISA RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
respondedn diberikan tindakan Varibel : independen (teknik distraksi musik klasik mozart) Dependen (penurunan nyeri) Instrumen : NRS (Numeric Rating Scale).
Analisis : analisa data
univariat dan bivariat.
Dahlia RSUD Arifin untuk mengurangi nyeri. Dengan derajat nyeri awal pada kelompok eksperimen sebelum diberikan tindakan yaitu 6.71 dan sesudah diberikan tindakan adalah 2.66.
10 Chichi Hafifa Transyah, Reska handayani, Alfajri Aulia Putra
2021 Vol 3, No. 2
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur
Desain : Pre eksperimental dengan pretest posttest
Sampel : sampel 10 responden dan 10 orang diberikan tindakan
Varibel : independen (terapi musik klasik) dependen (tingkat nyeri)
Instrumen : NRS (Numeric Rating Scale)
Analisis : Univariat dan bivariat
Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat nyeri sebelum diberikan tindakan terapi musik responden mengalami nyeri sedang dengan nilai minimum 4 dan nilai maksimum 6.
Setelah diberikan tindakan terapi musik responden mengalami perubahan menjadi nyeri ringan dengan nilai minimum 1 dan maksimum 4. Sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat nyeri pasien post operasi fraktur.
Google shoolar
Berdasarkan tabel interpretasi data dari 10 artikel didapatkan responden 320 dan responden yang diberikan intervensi sebanyak 173 dengan hasil rata- rata 83,4% yang mengalami penurunan derajat skala nyeri setelah dilakukan terapi musik dan rata- rata 16,6% yang tidak mengalami penurunan derajat skala nyeri setelah dilakukan dtindakan. Terdapat 5 artikel yang penurunannya mengalami 100%. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat pengaruh pemberian terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur.
PEMBAHASAN
Dari 10 artikel yang ditinjau didapatkan 4 artikel membahas efektifitas terapi musik , 5 artikel membahas
pengaruh terapi musik, 1 tartikel membahas terapi ditraksi musik dan didapatkan hasil yang sama terkait tindakan yang diberikan yaitu terjadi penurunan nyeri setelah diberikan tindakan yang rata-rata penurunannya 81,3% dan rata-rata yang tidak menurun 18,7%. Kemudian terdapat 5 artikel yang penurunannya 100%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa tindakan ini dapat menurunkan nyeri pada pasien post operasi fraktur.
Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Potter dan Perry tahun 2016 dalam bukunya yang berjudul Buku Ajar Fundamental Keperawatan mengemukakan bahwa musik bersifat sedatife tidak hanya efek ditraksi dalam presepsi nyeri. Musik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran hormo endofrine. Endofrin
107
merupakan ejector dari rasa rileks dan ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan gama amino butyric acid (GABA) yang berfungsi menghambat hantaran implus listrik dari satu neuron ke neuron lainnya oleh neurotransmitter didalam sinaps, Midbrainasmiter enkepalin dan beta endofrin dan zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesic yang akhirnya mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat presepsi dan interpretasi sensorik somatic di otak, sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang. Musik diberikan atau didengarkan selama 15 sampai 20 menit.
Selain itu musik juga dapat menyentuh individu baik secara fisik, psikososial, emosional dan spiritual.
Mekanisme musik ialah dengan memadukan pola getar dasar tubuh manusia. Vibrasi musik yang terikat erat dengan frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar bisa mempunyai dampak terhadap pengobatan yang begitu hebat bagi tubuh, pikiran serta jiwa manusia.
Getaran ini juga menimbulkan perubahan emosi, organ, hormon, enzim, sel-sel dan atom di tubuh selain itu dapat juga menurunkan tingkat nyeri (Novita, 2012).
Terapi musik bertujuan untuk membantu mengekspresikan perasan, membantu rehabilitasi fisik, memberikan pengaruh positif terhadap suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan demikian terapi musik dapat membantu mengatasi nyeri dan meringankan rasa sakit (Nurgiawati, 2015).
Hal ini sejalan dengan penelitian Sessrianty dan Wulandari (2018) mengatakan bahwa pemberian terapi musik efektif terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi karena mampu menekan sensasi nyeri dengan memberikan efek nyaman dan rileks melalui organ pendengaran kemudian menstimulus hipotalamus pada batang otak agar tidak bereaksi telalu kuat terhadap stressor nyeri yang diterimanya, dalam hal ini stressor nyeri. Ini terjadi karena musik musik merangsang hipofisis untuk meningkatkan sekresi hormon endoprin yang menghasilkan euforia dan sedasi yang berfungsi sebagai analgesic alami bagi tubuh, dengan peningkatan konsentrasi endoprin (euforia dan sedasi) di dalam darah mampu memberikan efek nyaman dan rileks tubuh sehingga sensasi nyeri yang dirasakan berkurang atau menurun.
Penelitian chiang (2012) telah membuktikan bahwa terapi musik sangat efektif untuk mengurangi
nyeri pada pasien kanker di Taiwan. Hasil penelitiannya adalah terdapat penurunan nyeri yang signifikan pada ketiga kelompok intervensi dibandingkan kontrol. Hal ini disebabkan karen terapi musik memiliki efek yang dapat menurunkan nyeri pada pasien
Berdasarkan pembahasan artikel, fakta dan teori diatas penulis beropini bahwa dalam pemberian terapi musik pada psien post operasi fraktur terdapat pengaruh penurunan pada intensitas nyeri dengan cara memberika terapi music atau mendengarkan music klasik Mozart dengan lama waktu 15 sampai 20 menit.
ini disebabkan oleh implus nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf pusat dan salah satu cara menutup menkanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang sekresi endofrin. Hormone endofrin yang merupakan subtansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh dan menyebabkan nyeri yang dirasakan berkurang.
KESIMPULAN
Dari 10 artikel dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa pemberian terapi musik dapat berpengaruh menurunkan intensitas nyeri pada psien post oprasi fraktur pada pasien dengan derajat nyeri berat, ringan dan sedang. Sehingga hasil penelitian ini menjadi salah satu pilihan terapi non farmakologi atau terapi komplementer dalam pemberian intervensi kepada pasien post op fraktur. Jenis musik yang dapat digunakan adalah klasik , Mozart, sehingga memungkinkan pasien melakukannya sendiri.
SARAN
Untuk mencapai kesempurnaan dan tercapainya luaran dalam karya ini, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menerapkan terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur.Dan perawat dapat menggunakan terapi musik ini sebagai intervensi pada pasien post operasi fraktur dalam menurunkan intensitas nyeri.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa pula kepada teman sejawat dan seluruh pihak yang terkait atas doa dan motivasinya kepada penulis hingga selesainya penelitian studi literatur ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M., & Sari, Y. P. 2019. Efektifitas Terapi musik mozart terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post operasi fraktur. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 10(1), 69-76.
Bahrudin, Mochamad. (2017. Patofisiologi nyeri (pain). Saintika Medika 13.1: 7-13.
Djamal, R., Rompas, S., & Bawotong, J. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Irina A Rsup Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 3(2).
108
Erwin Nurdiansyah, T. 2016. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Oerasi Di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung.
Firdaus, M. 2014. Efektifitas terapi musik mozart terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah (Doctoral dissertation, Riau University).
Firdaus, M. 2020. Efektifitas Teknik Distraksi Musik Klasik Mozart untuk Mengurangi Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang Dahlisa RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Journal of STIKes Awal Bros Pekanbaru, 1(1), 64- 70.
Helmi, Z. N (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Kusumawati, Dewi. 2015. Penatalaksanaan nyeri pasca operasi. http://www.rssantoyusup.com/penatalaksanaan- nyeri-
Mappagerang, R., Tahir, M., & Mappe, F. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Fraktur. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 6(2), 91-97.
Mayenti, F., & Sari, Y. (2020). Efektifitas Teknik Distraksi Musik Klasik Mozart Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 9(1), 98-103.
MULYADI, H. (2020). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Post Operasi Fraktur Tertutup Pada Ekstremitas Bawah Di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2019.
Novita, Dian. 2012. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Nur, S. A., Morika, H. D., & Sardi, W. M. (2020). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Op Fraktur Di Bangsal Bedah Rs Dr Reksodiwiryo Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(2), 175- 183.
Nurdiansyah, T. E. (2016). Pengaruh terapi musik terhadap respon nyeri pada pasien dengan post operasi di RSUD A.
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Jurnal kesehatan, 6(1).
Potter, P.A, & Perry, A.G (2005). Keperawatan dasar: Konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter, P.A,. Perry, A.G., (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan Praktik, Edisi 4 volume 2.
Jakarta: EGC.
Riset Kesehatan Dasar (riskesdas), 2018.
Sesrianty, V., & Wulandari, S. (2018, August). Terapi Musik Klasik (Alunan Piano) Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi. In Prosiding Seminar Kesehatan Perintis (Vol. 1, No. 1).
Transyah, C. H. T., Handayani, R., & Putra, A. A. (2021). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur. Jurnal Amanah Kesehatan, 3(2), 160-166.
Watiningsih, A. P., & Lisnayani, K. (2018). Terapi Distraksi (Musik Klasik) Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Bedah RSUD Kabupaten Buleleng. MIDWINERSLION: Jurnal Kesehatan STIKes Buleleng, 3(2), 155- 161.
Yanuar. A. 2015. Pengaruh Terapi Musik klasik Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Rsu PKU Muhamadiyah Yogyakarta. Yogyakarta:Sekolah Tinggi Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.