PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI
KPP PRATAMA PARE
Oleh : Ranita Ramadhan
Dosen Pembimbing : Nasikin, MM., Ak., CPA.
Abstract
This study aims to examine and analyze the effect of educational level and the tax administration system on the compliance of individual taxpayers. The approach used in this study is a quantitative method. Primary data collected using questionnaires distributed to 100 respondents who are registered as individual taxpayers on Tax Office of Pare are used as samples. Samples are selected using a probability sampling method. This study uses a multiple linear regression technique to test the hypothesis. The results show that the level of education does not significantly influence individual taxpayer compliance; while the tax administration system significantly influences individual taxpayer compliance.
Keywords: level of education, tax administration system, compliance of tax payers, tax office of Pare
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh tingkat pendidikan dan sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer yang didapat dari kuesioner yang dibagikan kepada 100 responden yang terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Pare. Sampel dalam penelitian diambil secara probability sampling. Penelitian ini menggunakan teknik regresi linier berganda dengan software SPSS 20 untuk menguji data penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan sistem administrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Kata Kunci : Tingkat pendidikan, sistem administrasi perpajakan, kepatuhan wajib pajak, KPP Pratama Pare.
Latar Belakang
Untuk menjalankan suatu pemerintahan dalam negara dibutuhkan sumber penerimaan negara yang cukup besar. Baik penerimaan dalam negeri maupun luar negeri penerimaan ini digunakan untuk mengatur perekonomian dan pembangunan demi kepentingan bersama guna menciptakan masyarakat yang sejahtera. Indonesia memiliki berbagai sumber pendapatan yang akan dimasukkan pada kas negara, salah satunya berasal dari pajak.
Dalam melakukan pumungutan pajak, pemerintah Indonesia sudah berupaya memperbaiki sistem perpajakan agar penerimaan pajak bekerja lebih optimal.
Pada saat ini di Indonesia menerapkan sistem self assesment system dimana Wajib Pajak bertanggung jawab atas segala pembukuan atau pencatatan yang diperlukan untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang, menyetorkan dan melaporkannya pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang ada di wilayah masing- masing. DJP berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan dan penerapan sanksi perpajakan Dengan self assesment system ini Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.
Namun dengan self assesment system memiliki kelemahan dimana kemungkinan Wajib Pajak tidak menjalankan tanggung jawabnya dikarenakan kurangnya pemahaman Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan atau ketidak kesengajaan tidak melaporkan kewajiban perpajakan. Ketidak pemahaman wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat disebabkan oleh
pendidikan formal yang telah ditempuh oleh wajib pajak. Karena dalam pendidikan juga mengajarkan untuk memahami peraturan perpajakan baik dalam memahami administrasi pajak dan sanksi pajak, sehingga dengan pemahaman tersebut wajib pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk itu peneliti ingin mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan tingkat pendidikan yang dimilliki dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka,
Selain tingkat pendidikan Wajib Pajak, sistem administrasi perpajakan yang cukup rumit mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, karena belum tentu Wajib Pajak dapat pergi ke KPP setiap tahun untuk hanya melaporkan SPT mereka.
Untuk meningkatkan kemudahan sitem administrasinya, DJP sudah membuat sebuah produk pelayanan yang mengikuti perkembangan teknologi saat ini, yaitu seperti pelayanan pajak online seperti e- SPT, e-Filling, e-faktur, dll. Dengan adanya sistem berdasarakan teknologi internet ini ini akan mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka, Wajib Pajak tidak perlu repot menuju KPP, hanya perlu koneksi internet dan menggunakan aplikasi di website resmi. Untuk itu peneliti ingin mengetahui bagaimana peningkatan sistem administrasi pajak mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.
Rumusan Masalah
1. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan wajib pajak di Wilayah KPP Pratama Pare?
2. Apakah sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan perpajakan wajib pajak di Wilayah KPP Pratama Pare?
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009, dimana pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pengertian dari pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dalam masyarakat, bangsa dan negara.
Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan
Dalam Zain (2005: 22).Kewajiban untuk memperbaiki sistem perpajakan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan secara terus-menerus dan sistem tersebut hendaknya selalu
disesuaikan dengan keadaan yang mutakhir yang sejalan dengan perubahan aktivitas dan struktur perdagangan, perubahan dalam pola hidup keluarga dan kepemilikan kekayaan serta perubahan dalam tujuan ekonomi dan sosial masyarakat.
Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Gunadi dalam Syahri (2010) kepatuhan diartikan bahwa Wajib Pajak memunyai kesadaran untuk memenuhi kewajiban pejaknya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Kerangka Konseptual
Teori perilaku adalah sebuah teori yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan individu atau kelompok dari sisi sikap dan perilaku.
Teori perilaku berawal dari disiplin ilmu psikologi sosial dimana mengartikan kepatuhan atau ketidakpatuhan dipandang dari sisi perilaku (Khasanah, 2014). Sesuai dengan teori ini kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dapat dipengaruhi tingkat pendidikan dari segi internal dan sistem administrasi perpajakan dari segi eksternal.
Dalam dunia pendidikan setiap individu mengalami proses pengubahan sikap dan tingkah laku mereka untuk mendapatkan kecerdasan, moral, kualitas hidup dan pengabdian. Dengan pendidikan perilaku individu akan mempengaruhi bagaimana mereka menyikapi kawajiban perpajakan.
Diharapkan dengan semakin tingginya
n = 𝑵
𝟏+𝐍 (𝒆)𝟐
n = 𝟏𝟐𝟖.𝟐𝟑𝟗
𝟏+𝟏𝟐𝟖.𝟐𝟑𝟗 (𝟎,𝟏)𝟐
n = 99,92 tingkat pendidikan juga meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak. Sistem administrasi perpajakan yang terus menerus diperbaiki untuk memudahkan Wajib Pajak dalam kewajibannya juga mempengaruhi bagaimana perilaku mereka dari faktor eksternal. Karena secara tidak langsung kemudahan dalam sistem administrasi perpajakan membuat Wajib Pajak lebih patuh dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
METODE PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh tingkat pendidikan dan sistem administrasi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Pare.
Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif. Penelitian deskriptif digunakan untuk mengukur fenomena sosial tertentu dengan cermat. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan atau survei, dengan melakukan peninjauan pada subjek pajak dan menyebarkan kuesioner kepada responden yang sesuai dengan sampel penelitian yang telah ditentukan.
Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuantitatif, karena menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian secara angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Pare, karena untuk melihat bagaimana kepatuhan wajib pajak orang pribadi secara individu terhadap kewajiban perpajakannya sendiri. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode probability sampling.
Menurut Sugiyono (2012), Probability Sampling adalah pengambilan sampel yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis yang digunakan adalah Simple Random Sampling dimana metode ini melakukan penarikan dari sebuah populasi secara acak sehingga setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.
Untuk penentuan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari narasumber atau responden, data primer diperoleh dengan meminta kepada responden untuk mengisi kuesioner yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Sedangkan data sekunder adalah data
Tingkat Pendidikan
(X 1)
Sistem Administrasi
Perpajakan (X 2)
Kepatuhan Wajib Pajak
(Y)
yang tidak secara langsung didapatkan dari narasumber atau melalui pihak ketiga, data sekunder didapatkan dari karyawan KPP Pratama Pare dan juga data yang terpublikasi.
]Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden yang menjadi sampel.
Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Pare. Kuesioner ini terdiri dari dua bagaian, yaitu memuat pertanyaan mengenai data diri responden dan kedua berisi pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan tingkat pendidikan, sistem administrasi perpajakan dan kepatuhan perpajakan. Jenis pertanyaan yang digunakan diukur dengan skala guttman.
Variabel Penelitian
Variabel terikat dalam penilitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Kepatuhan Wajib Pajak adalah sautu kondisi dimana Wajib Pajak taat untuk melaksanakan semua kewajiban perpajakannya. Sedangkan variabel bebasnya ada tingkat pendidikan dan sistem administrasi perpajakan.
Pengolahan Data 1. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Jadi validitas adalah pernyataan sampai sejauh mana data-data yang ditampung
pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk menguji apakah setiap butir pertanyaan suatu kuesioner konsisten dan dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas menggunakan cronbanch’s alpha.
Menurut Suharto (2012) Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Dalam Ghozali (2013:160) pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian terhadap normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test.
2. Uji Multikoloniaritas
Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoloniaritas. Dalam Ghozali (2013:105) Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multikolinearitas jika (1) nilai tolerance ≤ 0,10 dan lawannya (2) nilai variance inflation factor (VIF) ≥ 10.
3. Uji Heteroskedasitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedasitisitas, dengan model regresi
dikatakan baik. Jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas, namun model regresi tidak dikatakan baik (Syahri, 2010).
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Jika hasilnya kecil atau mendekati nilai nol maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. (Ghozali, 2013:
97). Namun jika hasilnya negatif maka dianggap nol.
Uji F (Uji Hipotesis Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Dalam Ghozali (2013:98) kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah jika nilai F > 5% artinya secara simultan variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, begitu pula sebaliknya.
Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi berganda. Penggunaan metode ini karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel independen, model ini digunakan untuk mengetahui besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Syahri,2010).
Variabel independen terdiri dari tingkat pendidikan (X1) dan sistem administrasi perpajakan (X2), sedangkan variabel dependen ada kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y). Berikut dalah model penelitian yang digunakan.
Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β₁ X₁ + β₂ X₂ + e
Keterangan:
Y = Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
α = Konstanta.
ß = Koefisien regresi dari variabel independen
X₁ = Variabel independen Tingkat Pendidikan.
X₂ = Variabel independen Sistem Administrasi Perpajakan
e = Error.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas
Uji validitas ini menggunakan Pearson Correlation dengan software SPSS 20, akan menghitung korelasi antara masing- masing skor dari setiap butir pertanyaan semua variabel. Nilai yang didapat dari r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel.
Nilai r tabel didapatkan dari df = n-2, atau df = 85-2 83, dengan tingkat signifikasi 5% sehingga didapatkan nilai r tabel adalah 0,213. Hasil dari uji validitas ini, menunjukkan semua variabel valid,
Uji Reabilitas
Pengujian ini menggunakan metode metode Cronbanch’s Alpha dengan bantuan software SPSS 20. Menurut Subandi (2012: 106) variabel-variabel tersebut dikatakan Cronbanch’s Alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,6 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal dan terpercaya, yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Hasil dari uji reabilitas menunjukkan semua variabel reliabel.
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std.
Deviation
X1 85 1 5 4,46 1,075
X2 85 0 5 4,39 1,025
Y 85 1 6 5,01 1,296
Valid N
(listwise) 85
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Tabel menjelaskan bahwa pada variabel tingkat pendidikan jawaban minimum responden sebesar 1 dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata total jawaban 4,46 dan standar deviasi sebesar 1,075. Pada variabel sistem administrasi perpajakan minimum jawaban
responden sebesar 0 dan maksimum sebesar 5, dengan rata-rata total jawaban 4,39 dan standar deviasi sebesar 1,025.
Variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi minimum jawaban sebesar 1 dan maksimum sebesar 6, dengan rata-rata 5,01 dan standar deviasi sebesar 1,296.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan tabel diatas nilai Asymtotic Sinificance sebesar 0,287 >
0,05. Hal itu menunjukkan bahwa nilai data berdistribusi secara normal dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Hasil Uji Multikolonieritas
Setiap variabel bebas, yang terdiri atas variabel tingkat pendidikan (X1) dan sistem administrasi perpajakan (X2), memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Variabel tingkat pendidikan (X1) dan sistem administrasi perpajakan (X2) sama-sama memiliki nilai tolerance sebesar 0,986, yang berarti nilai tolerance nya lebih dari 0,1 dan juga memiiki nilai VIF yang sama yaitu 1,014 , yang berarti kurang dari 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kolerasi antar variabel bebas dan bebas dari masalah multikolonieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dilakukan bertujuan untuk menguji adanya varian dalam model yang tidak sama (konstan).
Pengujian Glejser akan digunakan untuk menguji heterokedastisitas dalam penelitian ini. Data tidak mengandung heteroskedastisitas jika tingkat signifikansinya lebih besar dari tingkat kepercayaannya yaitu 5% dan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel.
Dari hasil dapat di lihat bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabel. Untuk variabel tingkat pendidikan (X1) t hitung 0,954 < 1,98932 dan juga untuk variabel sistem administrasi perpajakan (X2) t
hitungnya -1,011 < 1,98932. Nilai sig lebih besar dari 5% atau 0,05. Untuk variabel tingkat pendidikan (X1) nilai sig nya 0,343
> 0,05 dan variabel sistem administrasi perpajakan (X2) nilai sig nya 0,315 > 0,05.
Sehingga tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi ini dan model regresi ini layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen kepatuhan wajib pajak orang pribadi berdasarkan masukan variabel independen tingkat pendidikan dan sistem administrasi perpajakan.
Hasil Pengujian Hipotesis Uji Koefisien Determinasi (R²)
Analisis koefisien determinasi (uji adjusted R square) berguna untuk mengukur seberapa jauhkah kemampuan model dalam menjelaskan variasi-variasi variabel bebas (X), yaitu tingkat pendidikan dan sistem administrasi perpajakan. Hasilnya menunjukkan adjusted R square sebesar 0,383 atau 38,3%. Variabel terikat (Y) yaitu Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X) yang terdiri dari tingkat pendidikan dan sistem administrasi perpajakan sebesar 38,3%. Jadi, pengaruh variabel tingkat pendidikan dan sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebesar 38,3% sedangkan sisanya sebesar 61,7% dipengaruhi dan dapat dijelakan oleh variabel lainnya, Uji F
Dalam Pengujian ini, jika f hitung
> f tabel dan probabilitas < 0,05 , maka hipotesis akan diterima dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa nilai f hitung > f tabel. f hitungnya sebesar 27,084 > 3,12, dan tingkat signifikansinya 0,000 < 0,05, sehingga hipotesisnya diterima. Jadi
tingkat pendidikan dan sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Hasil Uji Regresi Linier Berganda Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa Model Unstandardize
d Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
,939 ,636 1,477 ,143
X1 ,168 ,104 ,139 1,616 ,110 X2 ,757 ,109 ,599 6,941 ,000 a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016.
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Tingkat Pendidikan (X₁) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)
Temuan ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, jadi kebanyakan sekarang masyarakat sudah memahami akan kepentingan membayar pajak baik dari lulusan tingkat sekolah apapun. Mereka cukup memahami bagaimana barang-barang yang mereka beli dan jasa yang mereka dapatkan bisa terkena pajak atau bagaimana sebenarnya mereka harus memenuhi kewajiban membayar pajak mereka. Sesuai dengan informasi yang didapat peneliti dari kebanyakan responden menyimpulkan salah satu faktor yang mendukung kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak adalah banyaknya sosialisasi mengenai perpajakan yang membuat mereka sadar pentingnya membayar pajak. Sosialisasi tersebut dapat berupa iklan di televisi, sosialisasi dari Kantor Pelayanan Pajak, poster, dan lainnya. Selain dari faktor sosialisasi mengenai perpajakan, peneliti berasumsi kualitas pendidikan dari Wajib Pajak Orang Pribadi juga mempengaruhi. Fasilitas pendidikan yang tersedia untuk Wajib Pajak di wilayah kerja KPP Pratama Pare cukup baik dari makin banyaknya sekolah-sekolah formal yang memiliki kualitas yang baik dari segi mendidik peserta didik. Kualitas pendidikan yang baik inilah yang secara langsung mempengaruhi peserta didik untuk memiliki nilai moral dan etika dalam bangsa. Jadi Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Pare juga sadar akan kepentingan melakukan kewajiban perpajakannya dalam bangsa, tidak memandang seberapa jauh mereka menempuh pendidikan formal.
2. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan (X₂) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)
Temuan ini menunjukkan bahwa sistem administrasi yang modern ini cukup membantu wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Sesuai dengan informasi yang didapat dari responden, peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektifnya sistem administrasi pajak adalah dari kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan teknologi yang
sekarang semakin maju dan sosialisasi dari DJP tentang sistem administrasi perpajakan yang semakin modern sehingga mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Masyarakat kini sudah “melek”
akan teknologi karena teknologi yang berkembang saat ini sudah membantu manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka agar lebih mudah, seperti penggunaan handphone, kendaraan bermotor, komputer bahkan penggunaan ATM untuk melakukan sebuah transaksi. Penggunaan teknologi yang sudah melekat pada masyarakat wilayah kerja KPP Pratama Pare cukup membantu pula masyarakat mengggunakan sistem administrasi perpajakan yang modern saat ini. Dengan bantuan sosialisasi tentang sistem administrasi perpajakan yang baru, masyarakat dengan mudah menerima sistem yang baru tersebut.
Jadi semakin tinggi tingkat kemudahan administrasi perpajakan maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak.
PENUTUP Kesimpulan
1. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajjib pajak orang pribadi di wilayah KPP Pratama Pare menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan hipotesis pertama tidak diterima.
Maka dari itu semakin tinggi tingkat pendidikan tidak akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah KPP Pratama Pare.
Dari penelitian yang telah dilakukan,
responden sudah mengetahui atau sadar akan pentingnya pajak karena banyaknya sosialisasi mengenai perpajakan untuk masyarakat.
Sosialisasi tersebut dapat berupa iklan, poster, sosialisasi dari kantor pajak atau kantor pemerintahan. Selain itu Wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Pare juga sadar akan pentingnya pajak melalui dari pendidikan berkualitas yang mereka dapatkan dari sekolah formal.
2. Pengaruh sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah KPP Pratama Pare menunjukkan hasil yang signifikan sehingga dapat dsimpulkan hipotesis kedua diterima. Jadi semakin tinggi sistem administrasi perpajakan akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di wilayah KPP Pratama Pare. Hal ini dikarenakan masyarakat di wilayah KPP Pratama Pare yang sudah
“melek” akan teknologi masa kini karena teknologi sudah membantu dalam menjalani kehidupan sehari- hari mereka. Sehingga masyarakat lebih mudah untuk melakukan kewajiban perpajakan mereka dengan bantuan teknologi yaitu seperti e-SPT yang berbasis internet.
Keterbatasan Penelitian
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih sedikit dibandingkan jumlah wajib pajak yang ada di KPP Pratama Pare, sehingga hasilnya belum bisa mewakili wilayah kerja KPP Pratama pare yang lebih luas.
2. Peneliti hanya menggunakan instrumen kuesioner sebagai bahan
penelitian yang membuat pendapat dari responden terbatas karena hanya dari pertanyaan dalam kuesioner.
Saran
1. Pemerintah diharapkan meningkatkan fasilitas dalam lingkup perpajakan baik dari segi teknologi dan sumber daya manusia pegawainya agar wajib pajak lebih patuh dan mudah dalam memenuhi kewajiban perpajakan mereka, sehingga meningkatkan tingkat kepatuhan dari wajib pajak.
2. Diharapakan pihak Dirjen Pajak lebih meningkatkan sosialisasi atau penyuluhan pajak yang lebih baik, sehingga pemahaman dalam menjalankan kewajiban perpajakan dapat lebih luas, sehingga menjadi motivasi mereka dalam bayar pajak.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan sampel yang digunakan lebih banyak dan menggunakan sumber data tambahan seperti melakukan wawancara agar data yang didapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Tunggul. (2007). Pengantar Hukum Pajak, Malang .Bayumedia Publishing,
Ghozali, Imam 2013. Aplikasi Analisis Multivatiate Dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi (Edisi 7).
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jainuri, Muhammad. 2014. Skala Guttman.
http://bolehsaja.net diakses pada tanggal 10 Desember 2016
Khasanah, S. N. 2014. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Kusumasari, Ayu. 2009.Kesadaran Wajib Pajak dari Sudut Tingkat Pendidikan, JenisPekerjaan, Tingkat Penghasilan dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan. Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jakarta
Keputusan menteri keuangan republik indonesia Nomor 235/KMK.03/2003 tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Keuangan Nomor
544/Kmk.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak
Maryati, E. (2014). Pengaruh Sanksi Pajak, Motivasi dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan). Jurnal Ilmiah.
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Putri, A. D. 2015. Pengaruh Pemahaman, Tarif, dan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Terhadap Kepartuhan Wajib Pajak Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 di Kota Malang. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB. Universitas Brawijaya.
Rahayu dan Suhayati. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan.
Yogyakarta. Graha Ilmu
Rahman, Yocta. 2013. Skala Guttman.
http://yoctanr.blogspot.co.id diakses pada tanggal 10 Desember 2016.
Rahmawaty, S. 2015. Pengaruh Pengetahuan, Modernisasi Strategi Direktoral Jenderal Pajak, Sanksi Perpajakan dan Religiusitas Yang Dipersepsikan Terhadap Kepatuhan Perpajakan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Vol. 3 (1): 1.
Resmi, S. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus (Edisi ke 7). Jakarta Selatan:
Salemba Empat.
Rohmawati, L., et al. 2013. Pengaruh Sosialisasi san Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas pada KPP Pratama Gresik Utara). Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4: 1-2.
Sofyan, M. T. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar.
Skripsi. Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Subandi, H. 2012. Pengaruh Moralitas Pajak, Budaya Pajak, dan Keadilan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berbasis Budaya Arek, Budaya Mataraman, dan Budaya Madura di Kota Malang). Tesis.
Surabaya: Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suharto. A. A. 2012. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Inspektorat Kabupaten Kediri.
Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 1 (3).
Sujarweni, V. W. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Triwiyantao, T. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Syahri, A. 2010. Analisis Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Distributor MLM Terhadap Kepatuhan Pajak. Skripsi. Jakarta. Fakultas Ekonomi dam Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia (Edisi 10). Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Zain, Muhammad. 2003. Manajemen Perpajakan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.