• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh upah minimum, pdrb, dan inflasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh upah minimum, pdrb, dan inflasi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UPAH MINIMUM, PDRB, DAN INFLASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KOTA MALANG

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Arin Luthita Anamathofani 125020101111039

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH UPAH MINIMUM, PDRB, DAN INFLASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MLANG

Yang disusun oleh :

Nama : Arin Luthfita Anamathofani

NIM : 125020101111039

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 10 Juli 2019

Malang, 10 Juli 2019 Dosen Pembimbing,

Prof.Dr.M. Pudjihardjo, SE., MS.

NIP. 195204151974121001

(3)

PENGARUH UPAH MINIMUM, PDRB, DAN INFLASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KOTA MALANG

Arin Luthita Anamathofani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya arinanamathofani@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :untuk mengetahui pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di kota malang, untuk mengetahui pengaruh produk domestik regional bruto terhadap penyerapan tenaga kerja di kota malang, dan untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja di kota malang..Menggunakan jenis peneltian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian inidilakukan di Kota Malang dengan data dari tahun 2001 hingga tahun 2017 yang diambilmelalui Badan Pusat Statistik Kota Malang. Dalam penelitian ini variabel yang digunakanmeliputi variabel upah minimum (X1), PDRB (X2), inflasi (X3), denganpenyerapan tenaga kerja (Y). Metode analisis data penelitian menggunakan analisis regresilinier berganda (Ordinary Least Square) dengan taraf signifikansi sebesar 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel yang signifikan mempengaruhi variabel penyerapan tenaga kerja di Kota Malang yaitu PDRB (X2).Sedangkan variabel upah minimum (X1) dan inflasi (X3) secara parsial tidak berpengaruhsignifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang. Selanjutnya, variabel upah minimum (X1), PDRB (X2), dan inflasi (X3)secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang. Kontribusi variabel-variabel tersebut sebesar 79,3% dan sisanya sebesar 20,7% dijelaskan oleh variabelvariabel lainnya.

Kata Kunci : Upah Mininmum,PDRB, Inflasi, Penyerapan Tenaga Kerja

A. PENDAHULUAN

Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran. Kemudian, meningkatnya angka pengangguran akan mengakibatkan pemborosan sumber daya dan potensi angkatan kerja yang ada, meningkatkan beban masyarakat, merupakan sumber utama kemiskinan dan mendorong terjadinya peningkatan keresahan sosial, serta menghambat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

(Depnakertrans, 2004)

Masalah penyerapan tenaga kerja merupakan suatu permasalah yang dihadapi ataupun tidak dapat dihindari oleh seluruh daerah di Indonesia, tak terkecuali kota Malang. Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Terletak di dataran tinggi seluas 145,28 km2. Jumlah penduduk Kota Malang adalah 895.387 jiwa pada tahun 2017. Kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 6.200 jiwa/km2. Malang merupakan kota ke-21 terbesar di Indonesia dan merupakan kota ke-18 terpadat se-Indonesia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Malang, diakses 2019)

Kota Malang memiliki perekonomian yang maju dan majemuk dan merupakan kawasan ekonomi yang disorot oleh Pemprov Jawa Timur. PDRB Kota Malang mencapai 57.171,60 miliar rupiah dengan kontribusi ekonomi 3,06% terhadap PDRB Jawa Timur. Dan merupakan sepuluh besar PDRB terbesar Jawa Timur.Perekonomian Kota Malang ditunjang dari berbagai sektor, diantaranya industri, jasa, perdagangan, pariwisata, dll. Mirisnya angka pengangguran Kota Malang adalah yang tertinggi di Jawa Timur. Menurut data BPS tahun 2018 pengagguran di Kota Malang mencapai 30.898 jiwa, atau 6,79% dari total penduduk. Berikut adalah fluktuasi pengagguran di Kota Malang.

(4)

Tabel 1: Jumlah Pengangguran Kota Malang tahun 2012 -2018

Tahun Jumlah Pengangguran

2012 31.807

2013 33.309

2014 30.581

2015 32.253

2016 31.987

2017 31.933

2018 30.898

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, 2018

Dalam tabel terlihat bahwa jumlah pengangguran di Kota Malang dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 mengalami fluktuasi. Dimana jumlah pengangguran tertinggi adalah pada tahun 2013 yakni 33.309 pengangguran. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terserap pada beberapa sektor di Kota Malang tahun 2014 dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 2: Tabel Penyerapan Tenaga Kerja Kota Malang menurut lapangan usaha utama tahun 2017

Lapangan Usaha Utama Jumlah Tenaga Kerja

Pertanian, perkebunan, peternakan 8.519

Industri 70.091

Konstruksi 28.377

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 129.304

Angkutan, dan Komunikasi 24.424

Keuangan, Real Estate, Perusahaan 31.602

Jasa 116.584

Listrik, Gas, dan Air 2 141

Jumlah 411.042

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Malang, 2017

Lapangan usaha utama penyerap tenaga kerja terbessar di Kota Malang tahun 2017 adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan jumlah 129.304 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Secara eksternal dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran, dan tingkat bunga. (Hani, 2008) dan secara internal dipengaruhi oleh tingkat upah, tingkat produktivitas tenaga kerja, dan modal (Simanjuntak, 1985, h. 45). Upah minimum Kota Malang mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya. Namun kenaikan yang positif ini belum mampu menekan laju pengangguran di Kota Malang. Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja (Simanjuntak, 1992 dalam Gianie, 2009:1).

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu negara maupun suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat penyesuaian dan struktur ekonomi sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

(BPS, 2019). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga kontan Kota Malang tahun 2012 sampai dengan 2017 selalu mengalami peningkatan. Kesejahteraan masyarakat diharapkan akan terwujud apabila pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat akan menciptakan lapangan kerja sehinggga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak pada tingkat upah yang layak. Namun peningkatan PDRB kota Malang belum diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja secara signifikan.

Selanjutnya penyerapan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh inflasi. Menurut Nanga (2005:248) inflasi yang terjadi pada perekonomian di suatu daerah memiliki beberapa

(5)

dampak dan akibat yang diantaranya adalah inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan output dan tenaga kerja, dengan cara memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukannya tergantung intensitasi inflasi yang terjadi.

Apabila inflasi yang terjadi dalam perekonomian masih tergolong ringan, seperti tergambar dalam tabel. Perusahaaan berusaha akan menambah jumlah output atau produksi karena inflasi yang ringan dapat mendorong semangat kerja produsen dari naiknya harga yang mana masih dapat dijangkau oleh produsen. Keinginan perusahaan untuk menambah output tentu juga dibarengi oleh pertambahan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja. Pada kondisi tersebut permintaan tenaga kerja akan meningkat, yang selanjutnya meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang ada dan pada akhirnya mendorong laju perekonomian melalui peningkatan pendapatan nasional.

Melihat pemaparan fenomena yang terjadi di Kota Malang yakni, Kota Malang adalah kota yang kemajuannya cukup pesat dibuktikan dengan berkembangnya berbagai sektor seperti pariwisata, pendidikan, industri, dll. Juga didukung dengan tingkat upah minimum dan pertumbuhan ekonomi (PDRB konstan) yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan tingkat inflasi yang tergolong rendah. Tetapi belum mampu memaksimalkan penyerapan tenaga kerja. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan minat dan ketertarikan penulis untuk melakukan studi mengenai “Pengaruh Upah Minimum, PDRB, dan Inflasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang.” Tujuan dari penelitian ini adalah:untuk mengetahui pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di kota malang, untuk mengetahui pengaruh produk domestik regional bruto terhadap penyerapan tenaga kerja di kota malang, dan untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja di kota malang.

B. TINJAUAN PUSTAKA Tenaga Kerja

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang tercantum dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Selanjutnya menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja adalah penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun atau lebih. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih, sedangkan penduduk berumur dibawah 15 tahun digolongkan bukan tenaga kerja.

Sehingga dapat disimpulkan tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Angkatan kerja yaitu tenaga kerja berusia 15 tahun yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu alasan. Angkatan kerja terdiri dari pengangguran dan penduduk bekerja.

(https://malangkota.bps.go.id/, diakses 2019). Pengangguran adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan atau mereka yang mempersiapkan usaha atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu bersamaan mereka tidak bekerja. Sedangkan penduduk bekerja didefinisikan sebagai penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu.Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia.

Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja yang berusia 15 tahun ke atas yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan sebagainya dan tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja. Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering dinamakan potential labor force.

Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja mengandung pengertian besarnya kesediaan usaha produksi dalam mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dengan kata lain kesempatan yang tersedia untuk bekerja yang ada dari suatu kegiatan ekonomi (produksi),

(6)

termasuk semua lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan semua pekerjaan yang masing lowong.

Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. (BPS, 2019).Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerjaan atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja (Todaro, 2003: 307). Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menyerap tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk. Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu dengan sektor lainnya. Jadi penyerapan tenaga kerja juga dapat diartikan banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah angkatan kerja yang bekerja.

Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi. (Arfida BR, 2003). Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendah biaya produksi perusahaan.

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu.

(http://www.pendidikanekonomi.com. diakses 2019). Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi dari upah, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan dipengaruhi oleh tingkat upah terutama untuk jenis jabatan yang sifatnya khusus. Penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh keputusan seseorang, keputusan ini tergantung pula pada tingkah laku seseorang untuk menggunakan waktunya, apakah digunakan untuk bekerja, apakah digunakan untuk kegiatan- kegiatan lain yang sifatnya lebih santai (tidak produktif tetapi konsumtif) atau merupakan kombinasi keduanya. Apabila dikaitkan dengan tingkat upah maka keputusan untuk bekerja seseorang akan dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya penghasilan seseorang.

Titik temu (equilibrium) antara penawaran dan permintaan tenaga kerja akan terjadi apabila pada tingkat upah tertentu pencari kerja (supply) menerima pekerjaan yang ditawarkan kepadanya dan di lain pihak pada tingkat upah tertentu pula pengusaha (demand) bersedia mempekerjakan tenaga kerja.

Gambar 1: Kurva Penentuan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja dan Tingkat Upah Oleh Kekuatan Penawaran Dan Permintaan

Sumber: Todaro (2000 : 326)

Dari gambar 1 dapat kita lihat bahwa hanya pada satu titik saja, yakni yang melambangkan tingkat upah ekuilibrium (equilibrium wage rate), atau We jumlah tenaga kerja yang akan ditawarkan oleh individu (pasar tenaga kerja) sama besarnya dengan yang diminta oleh pengusaha. Pada tingkat upah yang lebih tinggi, seperti pada W2 penawaran tenaga kerja melebihi permintaan sehingga persaingan di antara individu dalam rangka memperebutkan pekerjaan akan mendorong turunnya tin gkat upah mendekati atau tepat ke titik ekuilibriumnya, yakni We. Lalu sebaliknya, pada upah yang lebih rendah, seperti W1 jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan sendirinya akan melebihi kuantitas penawaran yang ada sehingga terjadilah persaingan di antara para pengusaha atau produsen

(7)

dalam memperebutkan tenaga kerja sehingga hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium, We. Pada titik We jumlah kesempatan kerja yang diukur pada sumbu mendatar atau horizontal adalah sebesar Ee. Pada titik Ee, inilah tercipta kesempatan atau penyerapan kerja secara penuh (full employment). Artinya, pada tingkat upah ekuilibrium tersebut semua orang yang menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, sehingga sama sekali tidak akan terdapat pengangguran.

Upah

Upah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong semangat kerja dan produktivitas tenaga kerja, dimana hal ini akan menyebabkan output yang dihasilkan tenaga kerja menjadi lebih baik. Upah yang diberikan oleh seorang pekerja tergantung pada kemampuan pekerja tersebut dalam memproduksi barang dan jasa. Semakin produktif seorang pekerja maka akan semakin besar upahnya, begitu pula sebaliknya semakin rendah produktivitas seorang pekerja ma ka akan semakin kecil upah yang dihasilkannya. Pengertian upah menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2000, Bab I, pasal 1, Ayat 30): "Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha / pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan." Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi.

Upah Minimum

Upah Minimum adalah upah terendah yang dijadikan standar oleh pengusaha untuk menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja/buruh yang bekerja diperusahaannya. (Zaeni Asyhadie, 2007, h. 71). Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan yaitu memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah minimum.

Penerapan kebijakan upah minimum merupakan usaha dalam rangka meningkatkan upah perkapita pekerja sehingga tingkat upah rata-rata tenaga kerja dapat meningkat.

Upah minimum adalah upah pokok dan tunjangan yang ditetapkan secara regional, sektoral maupun subsektoral. Peraturan Menteri tersebut lebih jauh juga menetapkan upah minimum sektoral pada tingkat provinsi harus lebih tinggi sedikitnya lima persen dari standar upah minimum yang ditetapkan untuk tingkat provinsi. Demikian juga, upah minimum sektoral di tingkat kabupaten/kota harus lebih tinggi lima persen dari standar upah minimum kabupaten/kota tersebut. Upah minimum ditetapkan berdasarkan persetujuan dewan pengupahan yang terdiri dari Pemerintah, Pengusaha dan Serikat Pekerja. Tujuan dari ditetapkannya upah minimum adalah untuk memenuhi standar hidup minimum sehingga dapat membiayai kebutuhan hidup tenaga kerja yang berpendapatan rendah (Tjiptoherijanto, 1990). Penetapan upah minimum dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Didasarkan pada kebutuhan hidup layak dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan hidup layak yaitu kebutuhan pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan satu bulan. Penetapan upah minimum Provinsi, Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Gubernur.

Upah minimum adalah sebuah kontroversi, bagi yang mendukung kebijakan tersebut mengemukakan bahwa upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja agar sampai pada tingkat pendapatan “living wage” yang berarti bahwa orang yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Namun bagi yang tidak setuju dengan upah minimum mengemukakan alasan bahwa penetapan upah minimum mengakibatkan naiknya pengangguran. Upah minimum memiliki efek buruk pada pasar tenaga kerja dan tingkat pengangguran, ketika undang-undang upah minimum diberlakukan, pengangguran akan meningkat. Hal ini dikarenakan perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja karena upah menjadi mahal daripada apa yang telah mereka anggarkan sebelumnya. UndangUndang upah minimum juga mengurangi ketersediaan lapangan kerja dan hal ini menjadi kontradiksi dari tujuan undang-undang upah minimum. Kebijakan upah minimum secara normatif merupakan jaringan pengaman (safety net) bagi pekerja atau buruh yang masih menerima upah dibawah ketentuan upah minimum.

(8)

Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang (Boediono, 1985). Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara/wilayah secara berkesenambunnan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang berimbas pada meningkatnya penyerapan tenaga kerja.

Soekirno (2008) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Menurut (Nanga, 2007) pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Dengan kata lain, kemampuan ekonomi suatu negara untuk meningkatkan standar hidup penduduknya adalah sangat bergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya (long run rate of economic growth).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik itu atas harga berlaku maupun atas dasar harga konstan merupakan indikator penting yang digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah dalam suatu periode. Menurut (Sadono Sukirno, 2007) laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa melihat besar kecilnya kenaikan pada nilai PDRB tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian diseluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun. (BPS, 2019) Namun, pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan distribusi pendapatan kelapisan masyarakat.

PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar Daerah. (Badan Pusat Statistik, 2005).

Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) disusun dalam dua bentuk, yaitu PDRB atas dasar harga yang berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi sedangkan PDRB atas harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun. Oleh karena itu,pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisis sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.

PDRB menjadi ukuran penting dalam kinerja perekonomian wilayah dan tujuan pembangunan wilayah. Dengan meningkatkan ekonomi, maka diharapkan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja juga kesejahteraan masyarakatnya. PDRB merupakan masalah perekonomian jangka panjang dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa.

Ditinjau dari sudut ekonomi, PDRB menimbukan dua efek penting, yang pertama adalah kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat di setiap daerah tidak hanya wilayah perkotaan saja tetapi juga pada wilayah pedesaaan dan yang kedua adalah penciptaan kesempatan kerja baru.Dengan PDRB yang cukup tinggi diharapkan dapat mencapai stabilitas moneter dan ekonomi yang kuat dan stabil. Dan salah satu tolok ukur bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi adalah dengan meningkatnya pendapat per kapita. Salah satu indikator untuk melihat meningkatkannya pendapatan perkapita dalam suatu Negara adalah

(9)

melihat seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang ada. Karena pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja, sebab jika tidak diimbangi dengan lapangan kerja itu akan menyebabkan banyaknya penganguran dan menjadi ketimpangan dengan pendapatan perkapita itu sendiri.

Inflasi

Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan definisi dari inflasi memiliki pandangan yang berbeda-beda, namun pada dasarnya mereka memiliki kosep yang sama. Inflasi merupakan suatu keadaan dimana meningkatnya harga-harga pada umumnya atau penurunan nilai mata uang. Inflasi merupakan kecendrungan harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.

(Boediono,1985)

Jadi inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga pada barang secara umum dan terus menerus yang mengakibatkan turunnya nilai mata uang. Syarat kenaikan harga- harga dari satu barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain. Juga kecendrungan menaiknya harga yang terus menerus yang diakibatkan pergantian musim, seperti Natal, Idul Fitri, tahun baru dan hari besar lainnya atau terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak dinamakan inflasi. Salah satu contoh adalah ketika pemerintah menaikkanharga BBM (Bahan Bakar Minyak), pada umumnya harga-harga komoditas lain akan ikut naik, karena BBM merupakan komoditas strategis.

Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.

Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terusmenerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Menurut Nanga (2005:248) inflasi yang terjadi pada perekonomian di suatu daerah memiliki beberapa dampak dan akibat yang diantaranya adalah inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan output dan tenaga kerja, dengan cara memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukannya tergantung intensitasi inflasi yang terjadi. Apabila inflasi yang terjadi dalam perekonomian masih tergolong ringan, seperti yang terjad di Kota Malang, perusahaaan seharusnya berusaha akan menambah jumlah output atau produksi karena inflasi yang ringan dapat mendorong semangat kerja produsen dari naiknya harga yang mana masih dapat dijangkau oleh produsen. Keinginan perusahaan untuk menambah output tentu juga dibarengi oleh pertambahan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja. Pada kondisi tersebut permintaan tenaga kerja akan meningkat, yang selanjutnya meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang ada dan pada akhirnya mendorong laju perekonomian melalui peningkatan pendapatan nasional.

Inflasi rendah dan stabil dalam jangka panjang justru akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (suistanable growth). Tingkat inflasi mempunyai hubungan positif terhadap kesempatan kerja. Apabila tingkat inflasi yang dihitung adalah inflasi yang terjadi pada harga-harga secara umum, maka rendahnya tingkat inflasi yang terjadi akan berakibat pada turunnya pada tingkat bunga (pinjaman). Oleh karena itu, dengan tingkat bunga yang rendah akan menambah investasi untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. Hal ini akan berpengaruh pada tingginya kesempatan kerja sebagai akibat dari tingginya investasi.

Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan melihat hasil penelitian sebelumnya, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

• Diduga terdapat pengaruh negatif antara kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja.

• Diduga terdapat pengaruh positif antara kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penyerapan tenaga kerja.

• Diduga terdapat pengaruh negatif antara inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja.

(10)

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Dilihat dari tujuan penelitian yang ingin peneliti capai yakni, untuk mengetahui Pengaruh Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi, dan Inflasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang dan untuk mengetahui diantara variabel Upah Minimum, PDRB, dan Inflasi yang paling berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang. Maka ditinjau dari jenisnya penelitian ini termasuk jenis peneliatian kuantitatif yang menggunakan pendekatan ex post facto.

Penelitian dengan ex post facto merupakan pencarian empirik yang sistematik dimana peneliti tidak dapat mengontrol langsung variabel bebas (X) karena peristiwanya telah terjadi. Lalu mengkaji fakta-fakta yang elah terjadi/pernah dilakukan oleh subyek penelitian, kemudian mengukur efek variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat tertentu (Sudjana dan Ibrohim, 2001:57). Desain penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini berusaha mencari hubungan antara variabel-variabel penelitian, yaitu hubungan Upah Minimum, (X1), PDRB, (X2), dan Inflasi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang (Y).

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan kota terbesar ke-12 di Indonesia. Terletak di dataran tinggi seluas 145,28 km2 . Kota Malang memiliki perekonomian yang maju dan majemuk dan merupakan kawasan ekonomi yang disorot oleh Pemprov Jawa Timur. PDRB Kota Malang mencapai 57.171,60 miliar rupiah dengan kontribusi ekonomi 3,06% terhadap PDRB Jawa Timur. PDRB per kapita Kota Malang, yakni 66.758,1 ratus ribu rupiah merupakan keenam terbesar se-Jawa Timur, setelah Kabupaten Pasuruan. Kota Malang memiliki jumlah pengangguran 7,28%. Pada penelitiani ini menggunakan sampel data selama 16 tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2017 (year on year data). Diharapkan dengan 16 tahun sampel data akan cukup merepresentasikan bagaimana pengaruh dari variabel independen penelitian yaitu Upah Minimum, PDRB, dan Inflasi terhadap variabel dependen penelitian yaitu penyerapan tenaga kerja.

Definisi Operasional Variabel Dependen

Pada penelitian ini variabel dependennya adalah penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menyerap tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk. Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu dengan sektor lainnya.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Upah Minimum, PDRB, dan Inflasi

1. Upah Minimum,

Upah Minimum adalah upah terendah yang dijadikan standar oleh pengusaha untuk menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja/buruh yang bekerja diperusahaannya.

2. PDRB Konstan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian diseluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.

3. Inflasi

Inflasi merupakan suatu keadaan dimana meningkatnya harga-harga pada umumnya atau penurunan nilai mata uang. Inflasi merupakan kecendrungan harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

(11)

kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2014) Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Berkaitan dengan penentuan sampel, dalam penelitian ini digunakan sampel 16 tahun data yakni dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2017. Dengan demikian populasi merupakan jumlah keseluruhan obyek yang diteliti, dan sampel adalah sebagian dari populasi.

Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa deret berkala (time series) yang diambil dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang.

Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari sumber berikut.

1) Badan Pusat Statistik Kota Malang

2) Literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Model Ordinary Least Square (OLS) diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Friedrich Gauss, metode OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut.

Penentuan Model

Analisis kuantitatif adalah analisis data dalam bentuk angka-angka yang pembahasannya, melalui penghitungan statistik. Hasil penghitungan dari skor atau nilai tersebut kemudian dalam analisis statistik untuk membuktikan hubungan dan pengaruh antara variabel - variabel penelitian.

Penentuan model dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Upah Minimum, PDRB, dan Inflasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas digunakan rumus:

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e keterangan :

α : konstanta

b1 : koefisien regresi untuk X1

b2 : koefisien regresi untuk X2

X1 : Upah Minimum X2 : PDRB

X3 : Inflasi

e : variabel pengganggu, error term Y : Penyerapan Tenaga Kerja

Uji Asumsi Klasik

Adapun pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini, meliputi:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi variabel dependen memiliki nilai signifikan lebih dari 5%. Model regresi yang berdistribusi normal memiliki nilai probabilitas > 0,05 (α = 0,05). Sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. (Ghozali, Imam. 2001)

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Karena model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. (Ghozali, Imam. 2001)

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1

(12)

(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

(Ghozali, Imam. 2001) 4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apabila terjadi penyimpangan model karena variance gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi lain (Ghozali, 2009:125). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi hetereoskedastisitas.

(Ghozali, Imam. 2001) Uji Statistik

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel- variabel independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi signifikan terhadap variabel dependen.

1) Uji Parsial (Uji t)

Untuk menguji apakah variabel bebas mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat, maka digunakan uji t. (Ghozali, Imam. 2001) Apabila dari perhitungan diperoleh probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel Upah Minimum, PDRB, dan Inflasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang secara persial.

2) Uji Simultan (Uji F)

Untuk menguji apakah variabel bebas mempunyai pengaruh secara simultan atau secara bersama-sama terhadap variabel terikat, maka digunakan uji F. (Ghozali, Imam. 2001).

Apabiladari perhitungan diperoleh probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi, dan Inflasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang secara simultan.

3) Menentukan Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi simultan (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya sumbang atau kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat secara keseluruhan. (Ghozali, Imam. 2001). Koefisien ini menunjukan seberpa besar variasi variabel independen digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik (classical assumptions) adalah uji statistik untuk mengukur sejauh mana sebuah model regresi dapat disebut sebagai model yang baik. Model regresi disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi-asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Uji Normalitas

Adapun cara luntuk menguji normalitas dapat dilakukan dengan uji KolmogorovSmirnov. Data yang dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Hasil analisis terhadap asumsi normalitas dengan kolmogrof-smirnov terhadap nilai residual dari persamaan regresi.

Tabel 3: Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 17

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.63263294E4

Most Extreme Differences Absolute .167

Positive .118

Negative -.167

Kolmogorov-Smirnov Z .688

Asymp. Sig. (2-tailed) .731

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

(13)

Hasil uji normalitas pada tabel di atas dengan menggunakan metode one sample kolmogrov-smirnov menunjukkan bahwa nilai residual dari variabel independen dan variabel dependen pada jumlah (N) sebesar 16 adalah 0,731. Berarti data dari penelitian ini berdistribusi normal karena nilai residualnya lebih besar dari signifikansi 0,05 atau 0, 731 >

0,05, sehingga model regresi dapat digunakan untuk pengujian hipotesis.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dengan SPSS ditunjukkan lewat tabel Coefficient, yaitu pada kolom Tolerance dan kolom VIF (Variance Inflated Factors). Antara variabel bebas dikatakan tidak terjadi korelasi jika nilai tolerance lebih dari 10 persen (Tolerance > 0,01) dan memiliki nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10). (Imam Ghozali (2001:63-64)

Tabel 4: Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 304779.623 14199.865 21.464 .000

UPAH MINIMUM -.014 .021 -.229 -.652 .526 .129 7.745

PERTUMBUHAN

EKONOMI .003 .001 1.148 3.308 .006 .132 7.575

INFLASI 1590.332 1265.334 .173 1.257 .231 .838 1.193

a. Dependent Variable: PENYERAPAN TENAGA KERJA Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat diketahui nilai VIF dan toleransi untuk masing- masing variable penelitian sebagai berikut:

• Nilai VIF untuk variabel upah minimum sebesar 7.745 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,129 > 0.1 sehingga variabel upah minimum dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

• Nilai VIF untuk variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 7.575 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,132 > 0.1 sehingga variabel pertumbuhan ekonomi dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

• Nilai VIF untuk variabel inflasi sebesar 1.193 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,838 > 0.1 sehingga variabel inflasi dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam model regresi adalah dengan Uji Glejser. Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05, maka kesimpulannya adalah tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.

2. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05, maka kesimpulannya adalah terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.

Tabel 5 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 24255.510 5547.386 4.372 .001

UPAH MINIMUM -.004 .008 -.357 -.537 .600 .129 7.745

PERTUMBUHAN

EKONOMI 1.769E-5 .000 .038 .058 .955 .132 7.575

INFLASI -1024.105 494.322 -.541 -2.072 .059 .838 1.193

a. Dependent Variable: ar1

Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

(14)

Dari tabel (Sig.) untuk setiap variabel bebasnya nilai signifikan parsial dari regresi lebih besar dari 0,05, yaitu 0,6 untuk variabel Upah Minimum, 0,955 untuk variabel pertumbuhan ekonomi, dan 0,059 untuk variabel inflasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model persamaan regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Runs Test, dasar pengambilan keputusan dalam uji Runs Test yaitu:

1. Jika nilai Asyim. Sig. (2-tailed) < dari 0.05 maka terdapat gejala autokorelasi.

2. Sebaliknya, jika nilai Asyim. Sig. (2-tailed) > dari 0.05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi.

Tabel 6: Hasil Uji Autokorelasi Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea 1276.97785

Cases < Test Value 8 Cases >= Test Value 9

Total Cases 17

Number of Runs 10

Z .015

Asymp. Sig. (2-tailed) .988 a. Median

Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

Hasil uji autokorelasi (Runs Test) pada tabel menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2- tailed) 0,988 diatas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi.

Analisis Uji Statistik

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel- variabel independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Uji F ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau keseluruhan. Adapaun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : Upah minimum, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi, secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Ha : Upah minimum, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Pengambilan keputusan, jika :

1) Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Dengan taraf signifikansi (α) = 5% atau 0,05.

2) Jika F hitung ≤ Ftabel , maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan.

Dengan taraf signifikansi (α) = 5% atau 0,05.

Tabel 7: Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.635E10 3 5.451E9 16.614 .000a

Residual 4.265E9 13 3.281E8

Total 2.062E10 16

a. Predictors: (Constant), INFLASI, PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM b. Dependent Variable: PENYERAPAN TENAGA KERJA

Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

(15)

Dari tabel Anova diperoleh nilai probabilitas (Sig) sebesar 0,000. Karena nilai Sig < 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima, kesimpulannya signifikan artinya bahwa Upah minimum, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Adapun cara lain untuk melihat uji F ini dapat membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Caranya yaitu dengan menentukan nilai derajat bebas (df) untuk pembilang (df1) dengan rumus df1= k-1. Kemudian menentukan derajat bebas/degree of freedom (df) untuk penyebut atau df2 dengan rumus df2 = n – k. Dimana k adalah jumlah variabel (bebas + terikat) dan n adalah jumlah data. Dalam penelitian ini nilai k = 3 dan n = 16. Maka nilai df1 dalam penelitian ini adalah df1 = 3-1 = 2, dan df2 = 16-3 = 13, sehingga dengan melihat nilai pada Ftabel dengan df1 = 2 dan df2 = 13 diperoleh nilai Ftabel adalah sebesar 3,81.

Selanjutnya membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel, dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 16,614. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Fhitung > Ftabel (16,614 > 3,81), artinya Upah minimum, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi secara bersama atau simultan bepengaruh signifikatn terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Pengujian Secara Individual (Uji t)

Untuk menguji pengaruh tersebut, digunakan uji t, yakni dengan membandingkan nilai thitung

dengan ttabel atau nilai signifikansi dengan α 5%. Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel independentterhadap variabel dependen;

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel independentterhadap variabel dependen.

Pengambilan keputusan :

H0 ditolak jika |thitung|> ttabel, atau nilai Signifikansi < α H0 diterima jika |thitung|< ttabel, atau nilai Signifikansi > α Tabel 8: Hasil Uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 304779.623 14199.865 21.464 .000

UPAH MINIMUM -.014 .021 -.229 -.652 .526

PERTUMBUHAN EKONOMI .003 .001 1.148 3.308 .006

INFLASI 1590.332 1265.334 .173 1.257 .231

a. Dependent Variable: PENYERAPAN TENAGA KERJA Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

Berdasarkan tabel didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Terlihat dari statisitik uji t dengan |thitung| lebih kecil dari ttabel (0.652 < 1,771) dan nilai signifikan t yang lebih besar dari α (0. 526 > 0.050). Pengujian ini menunjukkan keputusan bahwa H0 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa Variabel Upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja. Koefisien yang negatif menunjukkan bahwa jika variabel X1 (Upah minimum) meningkat, dapat menurunkan variabel Y (Penyerapan).

b. Terlihat dari statisitik uji t dengan |thitung| lebih besar dari ttabel (3,308 > 1,771) dan nilai signifikan t yang lebih kecil dari α (0.006 < 0.050). Pengujian ini menunjukkan keputusan bahwa H0 ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa Variabel Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja. Koefisien yang positif menunjukkan bahwa jika variabel X2 (Pertumbuhan ekonomi) meningkat, dapat meningkatkan variabel Y (Penyerapan).

c. Terlihat dari statisitik uji t dengan |thitung| lebih kecil dari ttabel (1.257 < 1,771) dan nilai signifikan t yang lebih besar dari α (0.231 > 0.050). Pengujian ini menunjukkan keputusan bahwa H0 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja. Koefisien yang positif menunjukkan bahwa jika variabel X3 (Inflasi) meningkat, dapat meningkatkan variabel Y (Penyerapan).

(16)

Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 9: Hasil Uji R2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .891a .793 .745 18112.43628 1.982

a. Predictors: (Constant), INFLASI, PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM b. Dependent Variable: PENYERAPAN TENAGA KERJA

Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,793 atau 79.3%. Besarnya nilai koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa variabel independent yang terdiri dari, Upah minimum (X1), pertumbuhan ekonomi (X2), dan inflasi (X3), mampu menjelaskan variable dependent, yaitu Penyerapan Tenaga Kerja (Y) sebesar 79.3%, sedangkan sisanya sebesar 20.7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Model Persamaan Regresi Linier Berganda Tabel 10: Hasil Uji Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 304779.623 14199.865 21.464 .000

UPAH MINIMUM -.014 .021 -.229 -.652 .526

PERTUMBUHAN

EKONOMI .003 .001 1.148 3.308 .006

INFLASI 1590.332 1265.334 .173 1.257 .231

a. Dependent Variable: PENYERAPAN TENAGA KERJA Sumber: Hasil Analisis Data, 2019

Berdasarkan tabel di atas, terdapat nilai koefisien regresi dengan melihat hasil pada tabel coefficients pada kolom unstandardized dalam kolom B. Dalam sub kolom tersebut terdapat nilai constant (konstanta), dengan nilai konstanta sebesar 304779.623 sedangkan nilai koefisien regresi untuk Upah minimum (X1) = -0.014, pertumbuhan ekonomi (X2) = 0.003 dan Inflasi (X3) = 1590.332 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dirumuskan model persamaan regresi berganda dalam penelitian ini yang kemudian akan diinterpretasikan makna dari model persamaa regresi tersebut. Adapun model persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Y= 304779.623 - 0.014X1 + 0.003 X2 + 1590.332 X3 + e Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang

Pada variabel upah minimum, dari hasil penelitian secara parsial selama tahun 2001-2017 di dapat bahwa variabel upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Yang ditunjukan dari nilai probabilitas (0,526 > α 0,05). Berdasarkan analisis diatas terdapat kesesuaian dengan teori yang ada yaitu menurut N. Gregory Mankiw, yang menyebutkan bahwa bagi sebagian besar pekerja, upah minimum ini tidak berpengaruh, karena mereka menikmati upah di atas upah minimum. Sementara menurut Suparmoko, biasanya di kota dibutuhkan tenaga-tenaga yang punya kepandaian atau pendidikan tertentu.

Artinya disini bahwa upah minimum kota dapat tidak berpengaruh bagi sebagian besar pekerja karena mereka telah menikmati upah diatas upah minimum yang telah ditetapkan dan umumnya mereka adalah tenaga kerja yang berpendidikan.

(17)

Kemudian hal lain yang mendukung pernyataan bahwa upah minimum tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga di Kota Malang dapat disebabkan karena penduduk yang bekerja di Kota Malang jumlahnya lebih besar yang bekerja pada pasar kerja primer/pasar kerja di sektor formal daripada yang bekerja pada pasar kerja sekunder/informal. Dimana pada pasar kerja sektor formal ada aturan atau prosedur yang jelas pada mekanisme pasar kerja dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Sebaliknya, pasar kerja sektor informal hanya menawarkan tingkat upah yang relatif rendah, tidak mempunyai jenjang jabatan (dead end job).

Tabel 11: Penduduk 15 Tahun ke Atas di Kota Malang yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Malang, 2017

Pada status pekerjaan buruh/karyawan/pekerja yang dibayar dan status pekerjaan berusaha dengan buruh tetap termasuk dalam sektor pasar tenaga kerja primer/formal yang mempunyai karakteristik menawarkan tingkat upah yang relatif tinggi dan mengikuti peraturan- peraturan kepegawaian yang jelas, dengan begitu mereka yang terlibat dalam status pekerjaan tersebut sudah sepatutnya memberlakukan peraturan dari pemerintah dengan menetapkan upah minimumnya bagi karyawan mengikuti upah minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Malang, bahkan dapat memberlakukan upahnya lebih dari upah minimum karena disesuaikan dari jabatan, pendidikan, maupun skills karyawannya. Lain halnya dengan mereka yang bekerja pada status pekerjaan berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga yang termasuk dalam pasar tenaga kerja sekunder/pasar tenaga kerja informal, yaitu hanya menawarkan tingkat upah yang relatif rendah, tidak mempunyai jenjang jabatan ( dead end job), yang berarti tidak terikat oleh pemerintah dalam menetapkan upah minimumnya.

Maka meskipun upah minimum Kota Malang terus mengalami peningkatan, namun tidak mempengaruhi berkurangnya jumlah penduduk yang bekerja, karena penduduk yang bekerja di Kota Malang jumlahnya sebagian besar telah bekerja pada sektor pasar tenaga kerja primer/formal. Studi yang mendukung temuan ini berasal dari studi Azis Umar (2013), dimana upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Provinsi Sulawesi Selatan, dan studi Izhartati (2017) dimana upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Bandar Lampung.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang

Pada variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB), dari hasil penelitian secara parsial selama tahun 2001-2017 di dapat bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Yang ditunjukan dari nilai probabilitas (0.006 < 0.050). Hal ini berarti semakin tinggi atau rendahnya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi tinggi rendahnya

(18)

penyerapan tenaga kerja. Koefisien yang bertanda positif bermakna bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja adalah searah, artinya apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi, maka berpotensi untuk menaikkan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya, di mana pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang.

Produk Domestik Regional Bruto merupakan gambaran aktivitas perekonomian dalam suatu daerah. Pengukuran PDRB sangat diperlukan dalam kebijakan makroekonomi.

Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran faktor penentu inflasi. Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut.

PDRB merupakan cerminan dari pertumbuhan ekonomi (penambahan output yang dihasilkan), apabila PDRB meningkat maka jumlah kesempatan kerja akan semakin besar.

PDRB dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat maka jumlah nilai output atau penjualan dalam seluruh unit ekonomi di suatu daerah akan meningkat. Semakin besar output atau penjualan yang dilakukan perusahaan maka akan mendorong perusahaan untuk menambah tenaga kerja agar produksinya dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan. Hal tersebut secara langsung dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febryana Rizqi (2016) yang menyatakan PDRB berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa, dan hasil penelitian Indradewa dan Natha (2015) yang menyatakan PDRB berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali.

Pengaruh Inflasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang

Pada variabel inflasi, dari hasil penelitian secara parsial selama tahun 2001-2017 di dapat bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Yang ditunjukan dari nilai probabilitas (0.231 > 0.050). Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam pengendalian ekonomi makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi.

Tingkat inflasi yang relatif tinggi merupakan hal yang sangat merugikan perekonomian sebab berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat dan dapat juga berdampak melambatnya perkembangan produksi.

Hasil yang menyatakan bahwa variabel tingkat inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang ini adalah karena inflasi yang terjadi di Kota Malang bukan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan melainkan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang disebabkan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik. Pada tahun 2010 inflasi cenderung meningkat dari tahun sebelumnya akibat kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif listrik sebesar 10% dan adanya kenaikan harga BBM yang memperbesar tingkat inflasi tahun 2005 sebesar 15,74%, tahun 2008 sebesar 10,49%, juga tahun 2014 dimana inflasi mencapai 8,14%. Adanya kenaikan tarif listrik dan BBM ini akan meningkatkan biaya produksi sehingga harga produk-produk menjadi naik.

Tingginya biaya produksi yang dikeluarkan membuat produsen akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan itu berarti jumlah penyerapan tenaga kerja akan semakin berkurang.

Penelitian yang mendukung temuan ini adalah penelitian dari Indradewa dan Natha (2015) yang menyatakan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali, dan penelitian dari Hutagalung dan Santosa (2013) yang menyatakan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah.

E. PENUTUP Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan selama periode 2001-2017 ini berfokus pada pengaruh upah minimum, Pertumbuhan Ekonomi dan inflasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang. Berdasarkan pembahasan hasil analisis pada bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan:

(19)

1. Upah minimum memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang tahun 2001-2017. Upah minimum kota Malang tidak berpengaruh bagi sebagian besar pekerja karena mereka telah menikmati upah diatas upah minimum yang telah ditetapkan dan umumnya mereka adalah tenaga kerja yang berpendidikan. Selain itu penduduk yang bekerja di Kota Malang jumlahnya lebih besar yang bekerja pada pasar kerja primer/pasar kerja di sektor formal daripada yang bekerja pada pasar kerja sekunder/informal.

2. PDRB memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang tahun 2001-2017. PDRB merupakan cerminan dari pertumbuhan ekonomi (penambahan output yang dihasilkan), apabila PDRB meningkat maka jumlah kesempatan kerja akan semakin besar. PDRB dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat maka jumlah nilai output atau penjualan dalam seluruh unit ekonomi di suatu daerah akan meningkat. Semakin besar output atau penjualan yang dilakukan perusahaan maka akan mendorong perusahaan untuk menambah tenaga kerja agar produksinya dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan. Hal tersebut secara langsung dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

3. Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang tahun 2001-2017. Hal ini karena inflasi yang terjadi di Kota Malang bukan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan melainkan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang disebabkan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik.

Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran bagi pihak terkait (dalam hal ini pemerintah) sebagai berikut:

1. Hendaknya pemerintah daerah memperbaiki iklim investasi, baik Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), juga sarana dan prasarana bagi para investor. Terutama untuk sektor-sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mampu menekan angka pengangguran.

2. Sebaiknya pemerintah melakukan pengawasan kepada setiap perusahaan maupun industri di Kota Malang dan mengevaluasi apakah jumlah UMK yang ditetapkan, betul-betul diterapkan. Sehingga kebijakan pengupahan akan berorientasi kepada kepentingan seluruh pihak.

3. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya, dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebuah bahan referensi untuk kegiatan mengajar ataupun penelitiannya.

Dikarenakan penelitian ini masih memiliki keterbatasan dimana periode waktu yang digunakan 16 tahun, maka penelitian selanjutnya diharapkan mampu meneliti dengan menambah variabel bebas lainnya dan tahun penelitian, sehingga mampu memberikan hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2019. Upah Minimum Kota Malang, 2001-2017.

BPS. 2019. Laju Pertumbuhan PDRB Konstan Kota Malang, 2001-2017.

BPS. 2019. Angkatan Kerja Kota Malang, 2001-2017.

BPS. 2019. Tingkat Pengangguran Kota Malang, 2001-2017.

Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.

Chor Foon Tang. 2014. The effect of real wages and inflation on labour productivity in Malaysia.

International Review of Applied Economics

Cuong Viet Nguyen. 2017. Do minimum wages affect firms’ labor and capital? Evidence from Vietnam. Journal of the Asia Pacific Economy

Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: UI-Press.

Ghozali, Imam. 2001. Pengantar Statistik Dan Aplikasi SPSS. Bandung: Salemba 4.

Gianie. 2009. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga kerja Berpendidikan Rendah Di Sektor Industri dan Perdagangan. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Availability of tourism products is very important in the tourism sector and it improves tourist satisfaction toward Indonesian tourism, the varieties of product availability,