1
Pengaruh Variabel Consumer Ethnocentrism dan Consumer Nostalgia Terhadap Minat Pembelian Konsumen pada Produk
Indomie Kuliner Indonesia
NOFAN FELANI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Dimas Hendrawan, SE., MM
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Abstract: This study aims to analyze the impact of consumer ethnocentrism and consumer nostalgia on the purchase intention to Indomie Kuliner Indonesia products. This correlational research investigates the causal relationships between two or more variables in the same population through hypothesis testing involving 100 samples, who were selected using purposive sampling method with the criteria of people who are 17 years of age at the minimum and know about the products of Indomie Kuliner Indonesia. The statistical analyses used in this study are classical assumption test and multiple regression analysis. The result of this study shows that consumer ethnocentrism do not have any significant impact on the purchase intention to Indomie Kuliner Indonesia products, but consumer nostalgia have a significant impact on it.
Keyword: consumer ethnocentrism, consumer nostalgia, purchase intention
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh consumer ethnocentrism (etnosentrisme konsumen) dan consumer nostalgia (nostalgia konsumen) terhadap minat pembelian konsumen Indomie Kuliner Indonesia. Jenis penelitian ini adalah correlational research yang bertujuan untuk meneliti hubungan di antara dua atau lebih variabel di dalam satu populasi melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 orang responden. pengambilan sampel menggunakan teknik purpossive sampling dengan karakteristik usia minimal 17 tahun dan mengetahui produk Indomie Varian Kuliner Indonesia. Alat uji yang digunakan adalah uji instrumen penelitian dan regresi berganda. Hasil dari pengujian penelitian ini menunjukkan bahwa consumer ethnocentrism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pembelian pada produk indomie kuliner Indonesia. Sedangkan consumer nostalgia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pembelian pada produk indomie kuliner Indonesia.
Kata Kunci: consumer ethnocentrism, consumer nostalgia, minat pembelian
PENDAHULUAN
Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia menyebabkan munculnya bermacam hasil kebudayaan yang menjadi warisan dari generasi ke generasi. Kuliner adalah salah satu
warisan budaya yang kaya akan keanekaragamannya di Indonesia.
Kuliner sendiri berasal dari kata culinary yang mengacu pada kekayaan varietas makanan tradisional, makanan, makanan kecil/snack dan
2 minuman yang mengacu pada
identitas regional dan kelompok etnik tertentu (Koentjaraningrat, 1996).
Di Indonesia salah satu makanan yang sangat populer dan digemari masyarakat adalah mi instan. Menurut data yang dipublikasikan oleh WINA (2017), pada tahun 2016 Indonesia berada di urutan kedua negara dengan konsumsi mi terbanyak di dunia dengan angka mencapai 13 juta porsi.
Pelopor dan market leader dari produk mi instan di Indonesia adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, dengan produk andalannya Indomie. Dominasi produk indomie di indonesia baru tergoyahkan ketika muncul pesaing baru yaitu PT.
Prakarsa Alam Segar (Group Wingsfood) dengan produknya Mie Sedaap pada tahun 2003 yang berhasil merebut sekitar 18,7% pangsa pasar mi instan (Daiwa Capital Markets, 2017).
Indofood akhirnya mulai mengimplementasikan strategi- strategi offensive untuk mendapatkan kembali market sharenya, yang salah satunya adalah dengan meluncurkan
produk bertema “kuliner indonesia”
(Darmawan et al., 2016).
Peluncuran varian baru Indomie menunjukkan bahwa Indofood masih melihat tingginya minat konsumen Indonesia akan masakan lokal. Jika memang benar minat konsumen di Indonesia akan masakan lokal masih tinggi, maka faktor yang dapat menjelaskan hal tersebut adalah tingkat etnosentrisme dan nostalgia di masyarakat.
Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel consumer ethnocentrism dan consumer nostalgia terhadap minat pembelian pada produk Indomie Kuliner Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA Consumer ethnocentrism
Ethnocentrism awalnya merupakan konsep dalam bidang sosiologi yang mana didefinisikan sebagai cara pandang yang berpusat pada grupnya sendiri, dan menjadikannya sebagai dasar penilaian dan pertimbangan akan hal-hal lainnya (Sumner, 1906).
3 Singh dan Upadhyay (2006) menyebut
ethnocentrism sebagai kecenderungan untuk membandingkan dan menilai budaya lain berdasarkan norma, nilai adat-istiadat yang ada dalam budayanya sendiri.
Dalam konsteks ekonomi, Shimp dan Sharma (1987) memperluas konsep etnosentrisme kedalam lingkup consumer behavior dan membuat CETSCALE (Consumer Ethnocentrism Tendencies Scale) untuk mengukur tingkat etnosentrisme konsumen. Consumer ethnocentrism didefinisikan sebagai kepercayaan (struktur pengetahuan atau pola pikir) yang di pegang oleh konsumen akan kepatutan dan kebenaran moral atas pembelian suatu produk asing.
Menurut Shimp dan Sharma (1987).
Shimp dan Sharma (1987) juga memandang consumer ethnocentrism sebagai cara untuk memahami tingkah laku pembelian diantara para konsumen didalam suatu wilayah atau negara yang mana mencerminkan identitas nasional.
Consumer ethnocentrism dapat muncul oleh karena berbagai faktor.
Shankarmahesh (2004) menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya consumer ethnocentrism tediri atas empat kategori, yakni socio- psychological, economic environment, political environment dan demographic.
Consumer Nostalgia
Istilah nostalgia pertama kali digunakan pada abad ke-17 dalam desertasi kedokteran yang dibuat oleh pengobat asal Swiss Hofer (1688), yang mengaitkan nostalgia dengan perasaan sedih yang dirasakan seseorang ketika orang tersebut tidak berada di tempat kelahirannya, atau takut bahwa dia tidak akan pernah melihat tempat kelahirannya lagi, atau yang biasa disebut dengan rasa homesick (kangen rumah).
Dalam bidang psikologi, pemahaman terhadap istilah nostalgia mulai bergeser. Nostalgia dipandang sebagai karakteristik psikologis seseorang yang mengalami kerinduan akan masa lalu (Hwang and Hyun, 2013). Dalam bidang kejiwaan, nostalgia dipandang lebih dari sekedar kerinduan akan rumah atau masa lalu, nostalgia adalah keinginan akan masa
4 lalu yg ideal (bersumber dari kesan
pribadi akan masa lalu), bukan hanya ingin merekonstruksi masa lalu, melainkan kombinasi akan berbagai macam memori yang bercampur menjadi satu (Hirsch, 1992).
Berdasarkan pengertian-pengertian dari nostalgia dalam berbagai literatur yang melihat nostalgia dari berbagai sudut pandang, Yikun Zhao (2007) menarik lima dimensi yang paling penting guna memahami konsep dari nostalgia, antara lain emotional, cognitive, attitudinal, behavioral, dan symbolic perspective.
Minat Pembelian
Minat pembelian seringkali digunakan oleh para manajer pemasaran sebagai input dalam pengambilan keputusan tentang produk baru maupun produk yang sudah ada.
Sciffman dan Kanuk (2007) mendefinisikan minat pembelian sebagai suatu model sikap seseorang terhadap objek produk yang sangat cocok dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa, atau merek tertentu. Kotler dan Keller (2012)
menjelaskan bahwa minat pembelian adalah perilaku dari konsumen yang timbul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan seseorang untuk melakukan pembelian.
Kotler dan Keller (2012) lebih jauh juga menyebutkan empat tahapan yang dialami konsumen dalam proses pembetukan minat beli dan pengambilan keputusan beli yakni Attention, Interest, Desire dan Action.
Konsep dari empat tahapan tersebut kemudian dikenal sebagai model AIDA yang banyak digunakan oleh pemasar untuk menjangkau konsumen potensial untuk menjual barang maupun jasa mereka.
Model Hipotesis
Hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa consumer ethnocentrism dan consumer nostalgia dapat berpengaruh terhadap minat pemeblian konsumen. Marchegiani dan Phau (2010) menyatakan bahwa Attitudes and intentions terhadap produk/jasa mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan peningkatan level nostalgia. Salman dan Naem (2015), menemukan bahwa konsumen dengan tingkat
5 ethnocentrism yang tinggi akan
memiliki attitude yang baik terhadap produk lokal dan lebih cenderung membeli produk lokal dari pada produk asing.
Gambar 1 menerangkan 2 hipotesis yang di ajukan di dalam penelitian ini.
Berdasarkan Gambar 1 tersebut, maka dibentuklah 2 hipotesis yakni:
H1 : Consumer ethnocentrism ber- pengaruh signifikan terhadap minat pembelian.
H2 : Consumer nostalgia berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Menurut pendekatan yang digunakan, penelitian ini termasuk kedalam kategori penelitian kuantitatif, yakni penelitian empiris-sistematis akan suatu fenomena yang dapat diamati melalui metode statistik,
matematis, atau perhitungan komputer Menurut Lisa M. Given (2008).
Penelitian ini juga tergolong kedalam correlational research (penelitian korelasi), yakni penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan di antara dua atau lebih variabel di dalam satu populasi atau satu variabel di dalam dua populasi (Leedy and Omrod, 2010).
Lokasi dan Periode Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen indomie di kota Malang.
Pengumpulan data kuesioner dilakukan selama kurang labih dua minggu
Populasi dan Sampel
Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen di kota Malang yang mengetahui produk indomie varian kuliner Indonesia.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 orang responden.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purpossive sampling yang didefinisikan oleh Sugiyono (2017) sebagai teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/
kesempatan sama bagi setiap unsur
H1
H2
Gambar 1. Model Hipotesis
Consumer Ethnocentri
sm Consumer
Nostalgia
Purchase Intention
6 atau anggota pupulasi untuk dipilih
menjadi sampel. dengan karakteristik usia minimal 17 tahun dan mengetahui produk Indomie varian Kuliner Indonesia.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data di dalam penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yakni studi pustaka dan kuesioner. Studi pustaka dilakukan untuk mencari data sekunder dari berbagai sumber seperti buku, jurnal dan skripsi yang dapat ditemukan di perpustakaan maupun di internet.
Sedangkan Pengumpulan data primer yang dibutuhkan sebagai bahan analisa didalam penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner.
Definisi Operasional
Terdapat dua jenis variabel di dalam penelitian ini, yakni variabel bebas yang terdiri dari consumer ethnocentridm dan consumer nostalgia dan variabel terikat yakni minat pembelian.
Pengukuran tingkat consumer ethnocentrism di dalam penelitian ini di lakukan dengan menggunakan Consumer Ethnocentric Tendencies
Scale (CETSCALE). Menurut Lindquist ete al. (2001) jumlah pernyataan dapat diperpendek menyesuaikan dengan kebutuhan penelitian. CETSCALE yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 8 item pernyataan yang diusulkan oleh Schiffman dan Kanuk (2007). Sedangkan pengukuran tingkat nostalgia di lakukan dengan menggunakan Nostalgic Attitude Scale yang ajukan oleh Baker dan Kennedy (1994). Variabel terikat pada penelitian ini yakni minat beli di ukur melalui tiga indikator yang diajukan oleh Ko et al (2008), namun peneliti mengurangi satu indikator yang tidak relevan di dalam penelitian ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Regresi Linier Berganda Analisi regresi linier berganda adalah metode statistik yang digunakan untuk menguji dan mempelajari hubungan antara variabel dependen dengan dua atau lebih variabel independen. Perhitungan regresi berganda pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics versi 25.
7 Ringkasan dari hasil perhitungan
regresi linier berganda pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisi Regresi
Variabel
Standarized Coefficients
t hitung Sig. Keterangan
Beta
X1 ,181 1,813 ,073 Tdk. Signifikan
X2 ,214 2,138 ,035 Signifikan
Signifikasi : 0,05
R : 0,315
Koefisien Determinasi : 0,081
F Hitung : 5,338
F tabel : 3,09
Sig F : 0,006
t tabel : 1,984
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat ditarik sebuah model regresi sebagai berikut:
𝑌 = 0,181𝑋
1+ 0,214𝑋
2Rumus di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Koefisien X1
Nilai koefisien regresi pada variabel consumer ethnocentrism (X1) sebesar 0,181 menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif terhadap minat pembelian (Y), dimana setiap satu satuan pada consumer ethnocentrism akan meningkatkan
minat pembelian sebesar 0,181 dengan asumsi bahwa nilai variabel bebas yang lain tetap.
2. Koefisien X2
Nilai koefisien regresi pada variabel consumer nostalgia (X2) sebesar 0,214 menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif terhadap minat pembelian (Y), dimana setiap satu satuan pada consumer nostalgia akan meningkatkan minat pembelian sebesar 0,214 dengan asumsi bahwa nilai variabel bebas yang lain tetap.
8 Hasil Uji Ketepatan Model (Uji F)
pengujian t dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan
ttabel dengan tingkat signifikasi sebesar 5% atau 0,05. Hasil perhitungan uji F dapat dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Ketepatan Mode
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25,386 2 12,693 5,338 ,006b
Residual 230,654 97 2,378
Total 256,040 99
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat di lihat bahwa nilai Fhitung pada persamaan regresi adalah sebesar 5,338. Angka tersebut lebih besar dari pada nilai Ftabel (3,09), maka dari itu H0
ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi
layak/tepat untuk dijadikan alat uji dalam menjelaskan pengaruh di antara variabel.
Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Hasil perhitungan uji F dapat dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Model
Unstandarized Coefficients
Standarized Coefficients
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta t Sig. Toler
ance VIF
1 (Constant) 4,611 1,009 4,570 ,000
Sum_Ethnocentrism ,053 ,029 ,181 1,813 ,073 ,929 1,076
After_Nostlagia ,104 ,049 ,214 2,138 ,035 ,929 1,076
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat di lihat bahwa thitung pada variabel consumers ethnocentrism
bernilai 1,813 yang mana lebih kecil dari ttabel (1,984), sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut
9 menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengatuh signifikan antara variabel consumers ethnocentrism (X1) terhadap minat pembelian (Y).
Berdasarkan tabel 4.13 kita juga dapat melihat bahwa thitung pada variabel consumers nostalgia bernilai 2,138 yang mana lebih besar dari ttabel
(1,984), sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengatuh signifikan antara variabel consumers nostalgia (X1) terhadap minat pembelian (Y).
Hasil Uji Koefisien Determinasi Selain dari mengetahui di terima atau tidaknya hipotesis, kita juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen dapat menerangkan variasi dari variabel dependen.
Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Mo
del R R
Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 ,315a ,099 ,081 1,54204 Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat di lihat bahwa nilai koefisien regresi pada model regresi adalah sebesar 0,081. Hal ini menunjukkan
bahwa 8,1% dari variance pada variabel minat pembelian (Y) dijelaskan/dipengaruhi oleh variabel consumer ethnocentrism (X1) dan consumer nostalgia (X2). Sisanya 91,9% dari variance pada variabel minat pembelian dijelaskan/
dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak di bahas di dalam penelitian ini.
Berdasarkan tabel di atas dapat juga dilihat nilai Pearson’s R adalah sebesar 0,315. Nilai koefisien ini mengindikasikan kekuatan dari pengaruh variabel consumer ethnocentrism (X1) dan consumer nostalgia (X2) terhadap minat pembelian. Nilai 0,315 menandakan adanya pengaruh positif dari variabel independen terhadap dependen yang dengan kekuatan yang tidak terlalu besar.
Pembahasan
Penelitian ini menginvestigasi secara sistematis pengaruh dari consumer ethnocentrism dan consumer nostalgia terhadap minat pembelian pada produk Indomie varian Kuliner Indonesia. Berdasarkan pengujian statistik yang telah
10 dilakukan, didapatkan dua temuan
utama.
Hasil pertama yang di dapat dari pengujian di dalam penelitian ini adalah bahwa consumer ethnocentrism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pembelian.
Hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor utama. Faktor yang pertama adalah tingkat keterbukaan budaya yang tinggi di masyarakat. Faktor yang kedua adalah tingginya tingkat materialisme di masyarakat di kota Malang.
Hasil yang kedua yang di dapat dari penelitian ini adalah bahwa consumer nostalgia telah terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pembelian. Penemuan ini masih harus di evaluasi dengan cermat dikarenakan hasil survey di dalam penelitian ini menunjukkan tingkat consumer nostalgia konsumen di kota Malang yang tidak terlalu tinggi.
Walaupun demikian fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan melihat bahwa Indomie merupakan merk mie instant yang telah lama menjadi penguasa pangsa pasar mi instant di Indonesia. Kondisi
konsumen yang telah mengenal produk Indomie, memungkinkan produk-produk baru indomie untuk mendapat minat yang tinggi dari konsumen tidak peduli apa varian dari produk baru tersebut
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel consumer ethnocentrism dan consumer nostalgia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pembelian produk Indomie Kuliner Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari consumer ethnocentrism terhadap minat pembelian pada produk Indomie Kuliner Indonesia
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel consumer nostalgia terhadap minat pembelian pada produk Indomie Kuliner Indonesia
11 Berdasarkan hasil dari penelitian ini,
penulis mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk perusahaan.
Saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan pada peneliti untuk melakukan penelitian di daerah- daerah lain di wilayah Indonesia selain kota Malang untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai tingkah laku konsumen di Indonesia.
Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya atas objek penelitian lain seperti produk minuman, makanan ringan dsb.
Saran untuk perusahaan, PT Indofood Sukses Makmur perlu untuk melanjutkan produksi indomie dengan varian kuliner Indonesia untuk memicu perasaan nostalgia konsumen.
Penulis juga menambahkan bahwa selain pilihan rasa, tempat dan simbol juga dapat menjadi sarana untuk memicu perasaan nostalgis.
Berkaitan dengan consumer ethnocentrism, penulis menyarankan bahwa pilihan-pilihan rasa khas luar negeri dapat di ambil tanpa perlu
terlalu menghawatirkan brand image indomie sebagai mi instant dari Indonesia. Selain dari pilihan rasa, indofood juga dapat menambahkan atribut-atribut ber”nuansa” luar negeri pada kemasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, SM. & Kennedy, PF. 1994.
‘Death By Nostalgia: a Diagnosis of Context-Specific Cases’, Advances in Consumer Research, vol 21, pp.
169-174.
Daiwa Capital Market. 2017.
Coorporate Flash: Indofood CBP Sukses Makmur 2017, Bahana Securities, Surabaya.
Darmawan et al. 2016. ‘Perbandingan Ekuitas Merek Indomie dan Mie Sedaap’ Jurnal Manajemen, vol 8, no 2, pp 113-135.
Given, LM. 2008. The Sage encyclopedia of qualitative research methods, Calif: Sage Publications.
Los Angeles.
Hirsch, AR. 1992. ‘Nostalgia: a neuropsychiatric understanding’, Advances in Consumer Research, vol.
19, pp. 390-395.
Hofer, J. 1688. ‘Medical dissertation on nostalgia’, Bulletin of the History of Medicine, vol. 2, pp. 376-391.
Hwang, J. & Hyun, SS. 2013. ‘The impact of nostalgia triggers on emotional responses and revisit intentions in luxury restaurants: the moderating role of hiatus’,
12 International Journal of Hospitality
Management, vol. 33, pp. 250-262.
Ko et al.,
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi, 1st edition. Rineka Cipta, Jakarta
Kotler, P & Keller, KL. 2012.
Marketing Management, 14th edn.
Upper Saddle River, New Jersey.
Leedy, PD. & Ormrod, JE. 2013.
Practical research: planning and design, Pearson, Boston.
Marchegiani, C. & Phau, I. 2010.
‘Effects of personal nostalgic response intensity on cognitions, attitudes, and intentions’, Journal of Research in Interactive Marketing, vol. 4, no. 3, pp. 241-256.
Salman, M. & Naeem, U. 2015. ‘The impact of consumer ethnocentrism on purchase intention: local versus foreign brands’, The Lahore Journal of Business, vol. 3, no. 2, pp. 17-34.
Schiffman, LG. & Kanuk, LL. 2007.
Consumer Behavior, 9th Edn, Upper Saddle River, New Jersey.
Shankarmahesh, MN. 2004.
‘Consumer ethnocentrism: an integrative review on its anteccedents and consequences’,
International Marketing Review, vol.
23, no. 2, pp. 146-172.
Shimp, TA. & Sharma, S. 1987.
‘Consumer ethnocentrism:
construction and validation of the CETSCALE’, Journal of Marketing Research, vol. 24, no. 3, pp. 280-289.
Singh, KS & Upadhyay, Y. 2006.
‘Preference for domestic goods: A study of consumer ethnocentrism’, VISION-The Journal of Business Perspective, vol 10, no. 3, pp. 58-68.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Pusat Bahasa Depdiknas, Bandung.
Sumner, WG. 1906. Folkways : a study of the sociological importance of usages, manners, customs, mores, and morals, 1st edn. .Dover Publication Inc, New York.
WINA 2017, Expanding Market:
World Instant Noodles Association, diakses 11 Mei 2018, dari http://instantnoodles.org/noodles/ex panding-market.html
Zhao, Y. 2007. ‘Nostalgic marketing and its working mechanism in three cultural groups: Canadians Chinese, and Chinese immigrants to Canada’, Master Thesis. The Concordia University, Montreal.