• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL DALAM UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DI KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Nurul Fhadilah Sari

Academic year: 2023

Membagikan " PENGELOLAAN LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL DALAM UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DI KABUPATEN BANTUL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH

BANTUL DALAM UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DI KABUPATEN BANTUL

Pussof Yayazucah Titanic (117222034)

TUGAS AKHIR SEMESTER MATA KULIAH

ORGANISASI DAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAMPU:

DR.Dr.Lamhot Asnir Lumbantobing, SpBS, FINPS, M.H

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA

2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan artikel yang berjudul pengelolaan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul dalam upaya pengendalian pencemaran di Kabupaten Bantul tepat pada waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada dosen pengampu yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya. Artikel ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam perkuliahan.

Tak hanya itu, saya juga berharap artikel ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, saya menyadari dalam penyusunan artikel ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan artikel ini.

Akhirnya kata, saya berharap semoga artikel ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah membaca artikel ini hingga akhir.

Salam Hormat,

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRACT ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ... 4

2.2 Pengangkutan Limbah B3 ... 6

BAB III PEMBAHASAN ... 8

3.1 Pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul ... 8

3.2 Hambatan yang Dihadapi Selama Proses Pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul ... 9

BAB IV PENUTUP ... 13

4.1 Kesimpulan ... 13

4.2 Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(4)

iii ABSTRACT

B3 waste management at the PKU Muhammadiyah Bantul General Hospital reflects the hospital's active involvement in reducing, storing, collecting and transporting waste through a series of activities. The first proactive step is to reduce B3 medical waste, as a strategy to control negative environmental impacts due to increasing waste volumes. The process of storing, collecting and transporting B3 waste is carried out carefully to maintain cleanliness and safety during management.

However, several obstacles such as lack of trash cans, transportation delays, lack of plastic bag supplies, and negligence of cleaning staff require serious attention. Suggestions for increasing the effectiveness of B3 waste management include expanding trash infrastructure, optimizing transportation schedules, better management of plastic bag supplies, increasing training for cleaning staff, regular evaluation of third party services (PT. Arah Environmental), and increasing communication and collaboration between hospitals. and third parties. It is hoped that the implementation of these suggestions will help the PKU Muhammadiyah Bantul General Hospital overcome obstacles and increase the effectiveness of the B3 waste management system in a sustainable manner.

ABSTRAK

Pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul mencerminkan keterlibatan aktif rumah sakit dalam mengurangi, menyimpan, mengumpulkan, dan mengangkut limbah melalui serangkaian kegiatan. Langkah proaktif pertama adalah pengurangan limbah medis B3, sebagai strategi untuk mengendalikan dampak negatif lingkungan akibat peningkatan volume limbah. Proses penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan cermat untuk menjaga kebersihan dan keamanan selama pengelolaan. Meskipun demikian, beberapa hambatan seperti kurangnya tempat sampah, keterlambatan pengangkutan, kekosongan persediaan kantong plastik, dan kelalaian petugas kebersihan perlu perhatian serius. Saran untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan limbah B3 meliputi perluasan infrastruktur tempat sampah, optimalisasi jadwal pengangkutan, manajemen persediaan kantong plastik yang lebih baik, peningkatan pelatihan petugas kebersihan, evaluasi berkala layanan pihak ketiga (PT. Arah Environmental), dan peningkatan komunikasi serta kerjasama antara rumah sakit dan pihak ketiga. Implementasi saran- saran ini diharapkan dapat membantu Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul mengatasi kendala dan meningkatkan efektivitas sistem pengelolaan limbah B3 secara berkelanjutan.

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarana utama dalam mendukung dan meningkatkan kesehatan masyarakat adalah rumah sakit, sejalan dengan ketentuan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan tanggung jawab negara dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. Rumah sakit, sesuai dengan definisi dalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan layanan kesehatan perorangan secara menyeluruh, termasuk rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Data "Profil Kesehatan Indonesia" tahun 2019 mencatat peningkatan jumlah rumah sakit di Indonesia sebesar 13,52% selama periode 2015-2019, mencapai total 2.877 unit pada akhir 2019. Peran rumah sakit tidak hanya signifikan bagi orang sakit, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh individu yang sehat untuk keperluan pemeriksaan kesehatan.

Keberadaan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan menjadi krusial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sesuai dengan tuntutan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945. Dalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit dijelaskan sebagai institusi yang menyelenggarakan layanan kesehatan perorangan secara komprehensif, mencakup rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Data "Profil Kesehatan Indonesia" tahun 2019 menunjukkan pertumbuhan jumlah rumah sakit sebesar 13,52% selama periode 2015-2019, dengan total mencapai 2.877 unit pada akhir tahun 2019. Peran rumah sakit tidak hanya terbatas pada penanganan pasien sakit, namun juga menjadi pilihan bagi individu yang sehat untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Perkembangan pesat rumah sakit di Indonesia, terutama selama pandemi Covid-19, menciptakan kebutuhan mendesak akan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk mengatasi dampak yang diakibatkan oleh pandemi ini. Sebagai penyedia jasa kesehatan, rumah sakit memiliki potensi masalah lingkungan, terutama terkait dengan peningkatan limbah selama masa pandemi. Dengan meningkatnya jumlah rumah sakit secara drastis, masalah limbah menjadi lebih signifikan. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak optimal dapat berdampak negatif pada kesehatan, baik di lingkungan rumah sakit itu sendiri maupun di sekitar pemukiman warga.

Pandemi Covid-19 telah mempercepat pertumbuhan rumah sakit di Indonesia, memicu kebutuhan akan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih canggih guna mengatasi dampak yang ditimbulkan. Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit mendapati dirinya dihadapkan pada potensi masalah lingkungan, terutama terkait dengan peningkatan limbah yang dihasilkan selama pandemi. Dengan lonjakan jumlah rumah sakit, permasalahan pengelolaan limbah menjadi semakin krusial. Pengelolaan limbah rumah sakit yang kurang optimal dapat menciptakan dampak negatif terhadap kesehatan, baik di lingkungan rumah sakit maupun di sekitar pemukiman warga.

(6)

2

Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di Kabupaten Bantul. Pemilihan rumah sakit tersebut tidak bersifat acak, melainkan didasarkan pada kriteria fasilitas pelayanan kesehatan yang telah diatur dengan sistematis. Meskipun rumah sakit ini memiliki pengelolaan yang tertata baik, tetap saja menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah rumah sakit mencakup semua jenis limbah dari kegiatan medis dan non-medis, yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, atau radioaktif. Jika limbah ini tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan masalah seperti dampak buruk, pencemaran lingkungan, dan menjadi sumber penularan penyakit. Oleh karena itu, pengelolaan limbah rumah sakit perlu mendapat perhatian khusus yang serius dan memadai untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul1.

Dampak negatif yang dimaksud melibatkan penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3), yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan kerugian bagi kesehatan manusia, makhluk hidup, dan lingkungan. Kerugian tersebut mencakup pencemaran udara, tanah, air, dan laut, sehingga diperlukan upaya pengelolaan limbah berbahaya dari rumah sakit. Definisi limbah menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56/MEN-LHK-SETJEN tahun 2015 menyebutkan bahwa limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang dapat mencemarkan, merusak, dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa limbah B3 adalah zat, energi, atau komponen lain yang dapat mencemarkan, merusak, dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pengelolaan limbah B3, termasuk pengurangan, pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, penguburan, dan/atau penimbunan limbah B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul mengelola limbah B3 dalam rangka mengendalikan pencemaran lingkungan.

Pengelolaan limbah medis B3 selama pandemi harus diatur dengan baik untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat merugikan lingkungan dan makhluk hidup sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk mengidentifikasi situasi pengelolaan limbah B3, khususnya selama pandemi, dengan fokus pada Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul di Kabupaten Bantul.

Penelitian akan difokuskan pada pelaksanaan pengelolaan limbah B3 di rumah sakit tersebut, dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sebagai bagian dari upaya pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Bantul.

1 Budiman Chandra, 2019, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hlm. 191.

(7)

3 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul melaksanakan pengelolaan limbah medis B3 sebagai bagian dari upaya pengendalian pencemaran di Kabupaten Bantul?

2. Apa hambatan yang dihadapi selama proses pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul dalam usahanya mencegah pencemaran lingkungan hidup di Kabupaten Bantul?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi dan memahami pelaksanaan pengelolaan limbah medis B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul sebagai bagian dari upaya pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Bantul.

2. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan limbah B3 di rumah sakit tersebut, dengan fokus pada langkah-langkah pencegahan pencemaran lingkungan hidup.

(8)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan hasil sisa dari kegiatan proses produksi yang mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia2. Faktor yang dapat menyebabkan limbah tersebut dikategorikan sebagai B3 meliputi sifat limbah tersebut, konsentrasinya, atau jumlahnya yang dapat mencemari lingkungan. Di Indonesia, masalah limbah B3 semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan jumlah industri yang terus meningkat setiap tahunnya. Meskipun pembangunan di sektor industri membawa dampak positif berupa produksi barang dan jasa yang bermanfaat, namun dampak negatifnya berupa peningkatan volume limbah B3 juga turut terjadi3.

Peningkatan jumlah industri merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya limbah B3 di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan industri, kebutuhan akan produksi meningkat, yang pada gilirannya menghasilkan lebih banyak limbah.

Limbah B3 dapat berasal dari berbagai sektor industri, seperti kimia, elektronik, farmasi, dan sektor lainnya, yang semuanya memberikan kontribusi terhadap peningkatan volume limbah B3 secara nasional4. Peran pemerintah sangatlah penting dalam mengatasi masalah limbah B3 di Indonesia. Diperlukan regulasi yang ketat untuk mengawasi dan mengontrol aktivitas industri agar sesuai dengan standar lingkungan. Sistem pemantauan dan inspeksi secara berkala juga perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa perusahaan-perusahaan mematuhi peraturan pengelolaan limbah B3 yang berlaku5.

Selain itu, kesadaran dan tanggung jawab perusahaan terhadap pengelolaan limbah juga harus ditingkatkan. Program pelatihan dan sosialisasi mengenai cara yang tepat dalam mengelola limbah B3 dapat membantu perusahaan untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Selain itu, diperlukan inovasi dalam teknologi pengelolaan limbah agar dapat menghasilkan solusi yang lebih efisien dan ramah lingkungan6. Dalam menghadapi tantangan limbah B3, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sangatlah krusial.

Keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan dalam menciptakan solusi berkelanjutan akan memberikan dampak positif dalam mengelola limbah B3 di Indonesia.

2 Chandra, B. (2019). Pengantar Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3 Sukmajati, S. (2021). PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3) RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN (Doctoral dissertation, Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

4 Kusnadi, S. (2023). Kajian Hukum Regulasi Aborsi atas Indikasi Kedaruratan Medis. Penerbit NEM.

5 As, N. A., & Mubarakati, N. J. (2021). Bioprospeksi Benalu Teh–Benalu Mangga Sekarang dan yang Akan Datang (Terapi Adjuvan terhadap Hipertensi) 2021.

6 Parmadi, A., & Pratama, B. (2020). UJI EFEKTIVITAS KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN ILER (coleusatropurpureusl. Benth) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT.

(9)

5

Upaya bersama untuk meminimalkan limbah B3 dan mengadopsi praktik-produktik berkelanjutan akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi generasi mendatang7. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014, limbah B3 didefinisikan sebagai sisa kegiatan atau aktivitas yang mengandung zat atau komponen tertentu yang, karena karakteristiknya, dapat merusak dan membahayakan kesehatan manusia serta kelangsungan makhluk hidup. Definisi ini menggarisbawahi sifat berpotensi merugikan dari limbah B3 terhadap lingkungan dan kehidupan. PP No. 101 Tahun 2014 memberikan dasar hukum yang penting untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengontrol limbah B3 guna melindungi kesehatan manusia dan ekosistem.

Dalam konteks ini, karakteristik limbah B3 yang berpotensi merusak dan membahayakan menjadi fokus utama. Zat atau komponen dalam limbah B3 dapat bersifat racun, korosif, mudah terbakar, reaktif secara kimia, atau memiliki sifat-sifat lain yang dapat menimbulkan risiko serius bagi lingkungan dan kesehatan. Pengidentifikasian karakteristik limbah B3 menjadi langkah awal yang krusial dalam proses pengelolaan limbah untuk mencegah dampak negatif yang dapat ditimbulkan.

Dengan adanya regulasi tersebut, diharapkan pihak-pihak terkait, seperti industri dan instansi pemerintah, dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawabnya dalam meminimalkan dampak limbah B3. Upaya pengelolaan limbah B3 yang berbasis pada kepatuhan terhadap peraturan tersebut akan membantu melindungi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Selain itu, PP No. 101 Tahun 2014 juga memberikan dasar bagi pemerintah untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan industri serta aktivitas lain yang berpotensi menghasilkan limbah B3.

Pentingnya regulasi ini juga terletak pada upaya pencegahan dampak serius yang dapat diakibatkan oleh limbah B3. Dengan memahami karakteristik limbah tersebut, pihak-pihak terkait dapat merancang dan mengimplementasikan strategi pengelolaan limbah yang tepat, seperti pemilihan metode pengolahan yang aman dan efisien, pengurangan produksi limbah, dan kebijakan pembuangan yang terkendali. Dalam konteks lebih luas, regulasi ini memberikan pijakan untuk mewujudkan pengelolaan limbah yang berkelanjutan, mendukung pembangunan industri yang ramah lingkungan, dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi kehidupan. Oleh karena itu, implementasi dan penegakan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 menjadi hal yang sangat penting agar potensi kerusakan dan risiko kesehatan akibat limbah B3 dapat diminimalkan secara efektif8.

7 Nuriyanto, A., & Rahayuwati, L. (2021). Keperawatan Keluarga Sebagai Strategi Peningkatan Indeks Keluarga Sehat Di Indonesia: Suatu Kajian Pustaka.

8 Uyun, F. N., Siska, F., & Chotidjah, N. (2022). Pengawasan Pemerintah Daerah terhadap Pengelolaan Limbah B3 Internal Rumah Sakit. Jurnal Riset Ilmu Hukum, 2(1), 52-56.

(10)

6 2.2 Pengangkutan Limbah B3

Pengangkutan limbah B3 memegang peranan penting dalam rangka manajemen limbah yang berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk mengangkut limbah B3 dari sumbernya ke tempat pengelolaan limbah B3 akhir, di mana limbah tersebut dapat menjalani berbagai proses seperti pemanfaatan kembali, pengelolaan kembali, atau penimbunan yang aman. Dalam konteks ini, kerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki izin untuk melakukan pengangkutan limbah B3 harus tunduk pada ketentuan dan persyaratan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 di Indonesia.

Pertama, pihak ketiga yang terlibat dalam pengangkutan limbah B3 harus berbentuk badan usaha. Hal ini menunjukkan perlunya keterorganisasian dan keberlanjutan dalam menjalankan kegiatan pengangkutan limbah B3. Badan usaha yang terstruktur dapat memastikan bahwa proses pengangkutan dilakukan secara profesional dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya, pihak ketiga harus memiliki izin pengangkutan limbah B3 yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Izin ini menjadi bukti bahwa pihak ketiga telah memenuhi persyaratan tertentu dan dianggap kompeten untuk melakukan pengangkutan limbah B3. Dalam izin tersebut, terdapat informasi penting seperti kode manifes pengangkutan limbah B3, nama limbah B3 yang diangkut, karakteristik limbah B3 yang diangkut, dan masa berlaku rekomendasi. Dokumen ini menjadi dasar yang sah untuk melakukan kegiatan pengangkutan limbah B39.

Dokumen pengangkutan limbah B3 juga menjadi aspek krusial yang harus dimiliki oleh pihak ketiga. Hal ini mencakup informasi terkait jenis alat angkut yang digunakan, jumlah alat angkut yang digunakan, sumber limbah B3 yang diangkut, karakteristik limbah B3 yang diangkut, prosedur penanganan keadaan darurat, peralatan penanganan darurat, dan prosedur bongkar muat limbah B3. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana pengangkutan limbah B3 akan dilaksanakan, bagaimana penanganan keadaan darurat diatur, dan langkah-langkah keamanan yang harus diikuti selama proses pengangkutan10.

Dengan mematuhi ketentuan dan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014, proses pengangkutan limbah B3 dapat dijalankan dengan aman dan efisien. Keteraturan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari status badan usaha pihak ketiga, izin pengangkutan limbah B3 yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, hingga dokumen-dokumen yang mendetail terkait dengan pengangkutan limbah. Keberlanjutan dalam pelaksanaan pengangkutan limbah B3 menjadi fokus utama, dengan memastikan bahwa setiap

9 Firdaus, N. (2021). Analisis Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 2(1), 41-64.

10 Kakyarmabin, Y., Walukouw, A., & Medyati, N. (2022). STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG. Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi, 12(2), 105- 112

(11)

7

tahapan sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tidak memberikan dampak negatif yang merugikan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Kepatuhan terhadap peraturan ini menjadi fondasi penting dalam menegakkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan, pihak ketiga yang terlibat dalam pengangkutan limbah B3 dapat menjadi mitra yang bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pemahaman yang mendalam terkait karakteristik limbah B3, prosedur penanganan keadaan darurat, serta pemilihan alat angkut yang sesuai menjadi bagian integral dari kepatuhan terhadap peraturan tersebut. Selain memberikan jaminan keamanan dan efisiensi, kepatuhan terhadap peraturan juga menjadi bentuk dukungan nyata terhadap pengelolaan limbah B3 yang bertanggung jawab. Langkah-langkah ini membuktikan keseriusan pihak ketiga dalam mengurangi dampak negatif limbah B3 terhadap lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu, komitmen untuk mematuhi regulasi ini seharusnya menjadi bagian integral dari strategi manajemen limbah B3 yang berkelanjutan.

Pentingnya kepatuhan terhadap regulasi juga dapat tercermin dalam tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan menjadi berbadan usaha dan mematuhi regulasi, pihak ketiga tidak hanya menjalankan tugasnya dalam pengangkutan limbah B3 tetapi juga turut berkontribusi dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat. Penerapan prinsip- prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek kegiatan perusahaan, termasuk dalam pengangkutan limbah B3, adalah langkah positif menuju pembangunan yang berkelanjutan secara menyeluruh.

Secara keseluruhan, kepatuhan terhadap ketentuan dan persyaratan yang berlaku bukan hanya sebagai kewajiban hukum, tetapi juga sebagai komitmen nyata untuk melibatkan diri dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pihak ketiga yang terlibat dalam pengangkutan limbah B3 memiliki peran strategis dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan melalui pelaksanaan tindakan-tindakan yang sesuai dengan regulasi yang berlaku.

(12)

8 BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul

RS PKU Muhammadiyah Bantul telah menunjukkan keterlibatan aktif dalam pengelolaan limbah B3 dengan melaksanakan serangkaian kegiatan yang mencakup tahap pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan limbah. Langkah proaktif pertama yang diambil oleh rumah sakit adalah pengurangan limbah medis B3, sebuah tindakan strategis untuk mengendalikan jumlah limbah yang dihasilkan oleh fasilitas kesehatan ini. Melalui pengurangan ini, RS PKU Muhammadiyah Bantul berupaya meminimalkan dampak negatif lingkungan yang dapat timbul akibat peningkatan volume limbah.

Tahap penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 dilaksanakan dengan cermat untuk memastikan bahwa limbah tersebut tidak mencemari lingkungan sekitar. Dengan memiliki prosedur dan fasilitas yang sesuai, rumah sakit bertujuan menjaga kebersihan dan keamanan selama proses pengelolaan limbah. Pemilihan dan pengaturan tempat penyimpanan menjadi hal krusial dalam upaya ini, memastikan bahwa limbah medis B3 dapat ditangani dengan aman sebelum diangkut ke tempat pemrosesan.

Selain itu, pengangkutan limbah menjadi komponen kritis dalam rangkaian kegiatan ini.

RS PKU Muhammadiyah Bantul menetapkan rencana pengangkutan yang terencana untuk meminimalkan risiko kontaminasi limbah, baik di dalam area rumah sakit maupun selama proses transportasi. Keberhasilan pengangkutan yang terencana akan menjamin bahwa limbah B3 diangkut dengan aman dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Dalam keseluruhan, melalui keterlibatan aktif dalam serangkaian kegiatan pengelolaan limbah B3, RS PKU Muhammadiyah Bantul menunjukkan komitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan sekitar. Dengan memahami pentingnya setiap tahap dalam proses pengelolaan limbah, rumah sakit ini berperan penting dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan dan meminimalkan dampak negatif dari kegiatan pelayanan kesehatan.

RS PKU Muhammadiyah Bantul telah mengambil langkah strategis dengan mengalihkan kegiatan pengolahan dan pemusnahan limbah B3 kepada pihak ketiga, PT. Arah Enviromental. Keputusan ini sejalan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang memberikan opsi untuk pengelolaan limbah B3 melalui pihak lain jika rumah sakit tidak mampu melaksanakannya sendiri. Langkah ini menunjukkan kesadaran RS PKU Muhammadiyah Bantul terhadap kompleksitas pengelolaan limbah B3 dan upaya mereka untuk memastikan pengelolaan limbah tersebut dilakukan secara efektif.

(13)

9

Pihak ketiga, PT. Arah Enviromental, telah memperoleh izin yang sesuai dengan regulasi yang berlaku. Izin ini memastikan bahwa pihak ketiga tersebut memiliki kapabilitas teknis dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola limbah B3 dengan aman dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kerjasama dengan pihak ketiga ini dapat membantu RS PKU Muhammadiyah Bantul untuk fokus pada kegiatan inti mereka, yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Meskipun demikian, perlu diadakan evaluasi berkala terhadap layanan yang diberikan oleh pihak ketiga. Evaluasi ini penting untuk memastikan bahwa kualitas pengelolaan limbah B3 tetap memenuhi standar yang ditetapkan oleh rumah sakit dan regulasi yang berlaku. Dengan mengadakan evaluasi secara berkala, RS PKU Muhammadiyah Bantul dapat memastikan bahwa pihak ketiga terus memenuhi ekspektasi dalam mengelola limbah B3 secara efisien dan bertanggung jawab.

Sebagai bagian dari strategi ini, RS PKU Muhammadiyah Bantul dapat melakukan kerjasama yang lebih erat dengan PT. Arah Enviromental. Komunikasi yang baik antara rumah sakit dan pihak ketiga merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan limbah B3. Dengan terjalinnya kerjasama yang efektif, rumah sakit dapat terus mengoptimalkan pengelolaan limbah B3 mereka, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan memastikan bahwa kegiatan operasional mereka sesuai dengan regulasi yang berlaku.

3.2 Hambatan yang Dihadapi Selama Proses Pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul

Proses pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul merupakan tahapan kritis dalam menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat setempat.

Meskipun telah dilaksanakan dengan baik, beberapa hambatan muncul yang perlu mendapatkan perhatian serius agar proses ini dapat berjalan lebih optimal. Kendala-kendala yang dihadapi melibatkan beberapa aspek, seperti teknis, logistik, dan ketersediaan sumber daya.

Salah satu kendala yang ditemui adalah kurangnya tempat sampah atau Well Bin.

Keberadaan tempat sampah yang memadai sangat penting untuk mendukung pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 secara efisien. Keterbatasan fasilitas ini dapat menghambat proses pengelolaan limbah B3 dan memunculkan potensi risiko pencemaran lingkungan. Selain itu, keterlambatan pengangkutan limbah B3 juga menjadi masalah serius. Proses pengangkutan yang tidak tepat waktu dapat meningkatkan risiko kontaminasi dan menciptakan potensi masalah kesehatan dan lingkungan. Pihak rumah sakit perlu memastikan bahwa jadwal pengangkutan limbah B3 dapat dijalankan dengan konsisten untuk mencegah dampak negatif yang mungkin timbul.

(14)

10

Kekosongan persediaan kantong plastik berukuran 60x100 cm juga menjadi kendala yang perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut. Kantong plastik berperan penting dalam pengemasan limbah medis B3 untuk menjaga keamanan dan isolasi limbah. Ketersediaan kantong plastik yang cukup dan berkualitas tinggi menjadi faktor kunci dalam menjaga kelancaran proses pengelolaan limbah B3. Terakhir, kelalaian petugas kebersihan dalam mengelola limbah menjadi kendala lain yang dihadapi. Kedisiplinan dan pengetahuan yang kurang dari petugas dapat menciptakan celah dalam pengelolaan limbah, meningkatkan risiko kesalahan dalam prosedur, dan memerlukan peningkatan pelatihan serta pengawasan. Upaya perbaikan dalam hal ini akan mendukung peningkatan keseluruhan efektivitas sistem pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul.. Berikut adalah beberapa hambatan yang perlu diperhatikan

1) Kurangnya Tempat Sampah atau Well Bin:

Keterbatasan tempat sampah atau Well Bin menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam pelaksanaan pengelolaan limbah B3. Keberadaan tempat sampah yang memadai sangat penting untuk mendukung proses pengumpulan limbah B3 dengan efisien. Dengan keterbatasan fasilitas ini, risiko pencemaran lingkungan dan keberlanjutan proses pengelolaan limbah B3 di rumah sakit dapat meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan infrastruktur tempat sampah agar sesuai dengan kebutuhan dan standar pengelolaan limbah medis.

Selain itu, keterlambatan pengangkutan limbah B3 juga menjadi masalah serius yang dihadapi oleh RS PKU Muhammadiyah Bantul. Pengangkutan limbah yang tidak tepat waktu dapat menimbulkan risiko kontaminasi di tempat asalnya, meningkatkan potensi dampak negatif pada kesehatan dan lingkungan sekitar. Pihak rumah sakit perlu memastikan jadwal pengangkutan limbah B3 dapat dijalankan secara konsisten agar proses pengelolaan limbah dapat berlangsung lancar dan aman. Upaya peningkatan kerjasama dengan pihak yang bertanggung jawab atas pengangkutan limbah B3 dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala ini.

2) Keterlambatan Pengangkutan Limbah B3:

Proses pengangkutan limbah B3 merupakan tahap kritis dalam manajemen limbah medis di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Sayangnya, rumah sakit ini mengalami kendala serius berupa keterlambatan dalam pelaksanaan pengangkutan limbah B3. Keterlambatan ini dapat menimbulkan dampak yang signifikan, terutama dalam hal risiko kontaminasi yang dapat merugikan kesehatan dan lingkungan sekitar. Keberlanjutan proses pengangkutan yang tidak tepat waktu dapat menghambat efisiensi sistem pengelolaan limbah B3 dan meningkatkan potensi penyebaran bahan berbahaya.

(15)

11

Upaya perbaikan yang perlu dilakukan oleh RS PKU Muhammadiyah Bantul mencakup perbaikan jadwal pengangkutan limbah B3, peningkatan koordinasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas pengangkutan, dan pemantauan yang lebih cermat terhadap ketersediaan sarana transportasi. Dengan langkah-langkah tersebut, rumah sakit dapat mengurangi risiko keterlambatan pengangkutan limbah B3, sehingga proses pengelolaan limbah medis dapat berjalan lebih efektif dan sesuai dengan standar keselamatan kesehatan dan lingkungan.

3) Kosongnya Persediaan Kantong Plastik:

Kekosongan persediaan kantong plastik berukuran 60x100 cm menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam proses pengelolaan limbah medis B3. Kantong plastik memiliki peran krusial dalam mengemas limbah medis B3 agar dapat diisolasi dengan aman dan efektif. Keterbatasan persediaan kantong plastik dapat menjadi hambatan serius yang mengganggu kelancaran proses pengelolaan limbah, mengingat penggunaan kantong plastik yang sesuai standar merupakan prasyarat untuk menjaga keamanan dan mencegah kontaminasi limbah.

Untuk mengatasi kendala ini, RS PKU Muhammadiyah Bantul perlu memperkuat manajemen persediaan kantong plastik dengan pemantauan yang lebih teliti dan perencanaan yang lebih baik. Hal ini termasuk memastikan bahwa pasokan kantong plastik selalu tersedia dalam jumlah yang memadai untuk mendukung operasional pengelolaan limbah medis. Dengan mengoptimalkan persediaan kantong plastik, rumah sakit dapat meningkatkan efisiensi proses pengelolaan limbah B3 dan memastikan kepatuhan terhadap protokol keamanan dan lingkungan yang berlaku.

4) Kelalaian Petugas Kebersihan dalam Mengelola Limbah:

RS PKU Muhammadiyah Bantul menghadapi kendala yang signifikan terkait dengan kelalaian petugas kebersihan dalam proses pengelolaan limbah B3. Meskipun petugas kebersihan memainkan peran penting dalam menjaga keamanan dan kebersihan selama pengelolaan limbah, namun kedisiplinan dan pengetahuan yang kurang dari beberapa petugas dapat menciptakan celah yang berpotensi merugikan. Kelalaian tersebut dapat mencakup penggunaan alat pelindung diri yang tidak sesuai, penanganan limbah yang kurang hati-hati, atau pemilahan limbah yang tidak tepat.

Untuk mengatasi kendala ini, RS PKU Muhammadiyah Bantul harus memberikan perhatian lebih pada pelatihan dan pengawasan terhadap petugas kebersihan. Program pelatihan yang komprehensif tentang pengelolaan limbah B3, prosedur keamanan, dan praktik kerja yang baik perlu diperkuat. Selain itu, pengawasan rutin dan penilaian kinerja petugas kebersihan dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi potensi kelalaian secara proaktif. Dengan demikian, rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pengelolaan limbah B3 dan meminimalkan risiko dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan.

(16)

12

Pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul menghadapi sejumlah hambatan yang memerlukan identifikasi, pemahaman, dan penanganan serius. Salah satu hambatan yang dihadapi adalah kurangnya tempat sampah atau Well Bin. Keberadaan tempat sampah yang memadai sangat penting dalam proses pengumpulan limbah B3 agar dapat dilakukan dengan efisien. Kurangnya fasilitas ini dapat membahayakan efisiensi dan keamanan pengelolaan limbah B3 di rumah sakit.

Selain itu, keterlambatan pengangkutan limbah B3 menjadi kendala serius dalam proses ini.

Proses pengangkutan yang tidak tepat waktu dapat meningkatkan risiko kontaminasi di tempat asal limbah, menciptakan potensi masalah kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu, penanganan yang tepat waktu dan terencana dalam pengangkutan limbah B3 sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko ini. Kekosongan persediaan kantong plastik berukuran 60x100 cm juga menjadi kendala yang signifikan. Kantong plastik memiliki peran penting dalam mengemas limbah medis B3 untuk memastikan keamanan dan isolasi yang baik. Keterbatasan persediaan kantong plastik dapat menghambat kelancaran proses pengelolaan limbah B3, sehingga perlu upaya untuk memastikan ketersediaan yang memadai.

Kelalaian petugas kebersihan merupakan kendala lain yang perlu diperhatikan. Kedisiplinan dan pengetahuan yang kurang dari petugas kebersihan dapat menciptakan celah dalam pengelolaan limbah, termasuk penggunaan alat pelindung diri yang tidak sesuai atau pemilahan limbah yang tidak tepat. Oleh karena itu, peningkatan pelatihan dan pengawasan terhadap petugas kebersihan menjadi langkah krusial untuk mengatasi kendala ini. Pengelolaan limbah B3 yang dialihkan kepada pihak ketiga, PT. Arah Enviromental, memunculkan kebutuhan akan evaluasi berkala. Meskipun sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu memastikan bahwa layanan dari pihak ketiga tetap memenuhi standar yang ditetapkan. Evaluasi ini harus dilakukan secara berkala guna memastikan kualitas layanan yang optimal dan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Dengan mengidentifikasi, memahami, dan menangani hambatan-hambatan ini, Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan limbah B3 dan menjaga keberlanjutan proses ini secara aman dan efisien.

(17)

13 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul menggambarkan keterlibatan aktif rumah sakit dalam menjalankan serangkaian kegiatan untuk mengurangi, menyimpan, mengumpulkan, dan mengangkut limbah. Langkah proaktif pertama adalah pengurangan limbah medis B3, yang merupakan strategi untuk mengendalikan jumlah limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit. Melalui pengurangan ini, RS PKU Muhammadiyah Bantul berupaya meminimalkan dampak negatif lingkungan yang dapat timbul akibat peningkatan volume limbah.

Proses penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan limbah B3 juga dilakukan dengan cermat untuk menjaga kebersihan dan keamanan selama proses pengelolaan.

Pengangkutan yang terencana menjadi komponen penting untuk meminimalkan risiko kontaminasi di tempat asal limbah. Keseluruhan, rumah sakit ini menunjukkan komitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan sekitar melalui pemahaman pentingnya setiap tahap dalam pengelolaan limbah.

Meskipun demikian, terdapat sejumlah hambatan yang dihadapi selama proses pengelolaan limbah B3. Kurangnya tempat sampah atau Well Bin, keterlambatan pengangkutan limbah, kekosongan persediaan kantong plastik, dan kelalaian petugas kebersihan menjadi kendala yang memerlukan perhatian serius. Upaya perbaikan dan peningkatan pada setiap aspek ini diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sistem pengelolaan limbah B3 di RS PKU Muhammadiyah Bantul.

4.2 Saran

Berikut adalah beberapa saran untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul:

1) Perluasan Infrastruktur Tempat Sampah: Melihat kendala kurangnya tempat sampah atau Well Bin, disarankan untuk melakukan perluasan infrastruktur tempat sampah di seluruh area rumah sakit. Peningkatan jumlah dan lokasi tempat sampah yang strategis dapat membantu dalam pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 dengan lebih efisien

2) Optimalkan Jadwal Pengangkutan Limbah: Untuk mengatasi keterlambatan pengangkutan limbah B3, perlu dilakukan optimalisasi jadwal pengangkutan. Koordinasi yang baik dengan pihak yang bertanggung jawab atas pengangkutan limbah dapat memastikan kepatuhan pada jadwal yang telah ditentukan, sehingga mengurangi risiko kontaminasi dan potensi masalah kesehatan.

(18)

14

3) Pengelolaan Persediaan Kantong Plastik: Untuk menghindari kekosongan persediaan kantong plastik, diperlukan manajemen persediaan yang lebih baik. Pemantauan yang lebih cermat terhadap tingkat persediaan, serta perencanaan yang lebih efektif untuk pemenuhan kebutuhan, dapat membantu mengatasi kendala ini dan menjaga kelancaran proses pengelolaan limbah.

4) Peningkatan Pelatihan Petugas Kebersihan: Dalam mengatasi kelalaian petugas kebersihan, diperlukan peningkatan dalam hal pelatihan. Program pelatihan yang lebih komprehensif tentang pengelolaan limbah B3, prosedur keamanan, dan praktik kerja yang baik harus diberikan secara teratur. Pemantauan dan penilaian kinerja petugas kebersihan dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi potensi kelalaian secara proaktif.

5) Evaluasi Berkala Layanan Pihak Ketiga: Untuk memastikan bahwa layanan pihak ketiga (PT. Arah Enviromental) tetap memenuhi standar yang ditetapkan, diperlukan evaluasi berkala. Rumah sakit dapat membuat mekanisme evaluasi rutin untuk memonitor kualitas layanan, kepatuhan terhadap regulasi, dan kinerja pihak ketiga secara keseluruhan.

6) Peningkatan Komunikasi dan Kerjasama: Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara rumah sakit dan pihak ketiga sangat penting. Pertemuan rutin, laporan berkala, dan saling berbagi informasi dapat memastikan bahwa keduanya tetap berada pada jalur yang sama untuk mencapai tujuan pengelolaan limbah B3 yang efektif dan berkelanjutan.

Dengan mengimplementasikan saran-saran ini, diharapkan Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dan meningkatkan efektivitas serta keberlanjutan sistem pengelolaan limbah B3 mereka.

(19)

15

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. (2019). Pengantar Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sukmajati, S. (2021). PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3) RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN (Doctoral dissertation, Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Kusnadi, S. (2023). Kajian Hukum Regulasi Aborsi atas Indikasi Kedaruratan Medis. Penerbit NEM.

As, N. A., & Mubarakati, N. J. (2021). Bioprospeksi Benalu Teh–Benalu Mangga Sekarang dan yang Akan Datang (Terapi Adjuvan terhadap Hipertensi) 2021.

Parmadi, A., & Pratama, B. (2020). UJI EFEKTIVITAS KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN ILER (ColeusatropurpureusL. Benth) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT.

Nuriyanto, A., & Rahayuwati, L. (2021). Keperawatan Keluarga Sebagai Strategi Peningkatan Indeks Keluarga Sehat Di Indonesia: Suatu Kajian Pustaka. Daftar Isi, 77.

Uyun, F. N., Siska, F., & Chotidjah, N. (2022). Pengawasan Pemerintah Daerah terhadap Pengelolaan Limbah B3 Internal Rumah Sakit. Jurnal Riset Ilmu Hukum, 2(1), 52-56.

Kusumaningtiar, D. A., Irfandi, A., Azteria, V., Veronika, E., & Nitami, M. (2021). Tantangan limbah (sampah) infeksius covid-19 rumah tangga dan tempat-tempat umum. Jurnal Pengabdian Masyarakat AbdiMas, 7(2), 87-88.

Rohim, N., & Rizka, S. A. (2021). Kebijakan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Firdaus, N. (2021). Analisis Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 2(1), 41-64.

Pratiwi, S. A. (2022). TINJAUAN YURIDIS PEMBUANGAN LIMBAH MEDIS DITINJAU DARI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 2021 TENTANG

PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Doctoral dissertation, Universitas Djuanda Bogor).

Kakyarmabin, Y., Walukouw, A., & Medyati, N. (2022). STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG. Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi, 12(2), 105-112.

Referensi

Dokumen terkait