• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) MELALUI DANA DESA DI KECAMATAN GENTENG

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) MELALUI DANA DESA DI KECAMATAN GENTENG "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja

PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) MELALUI DANA DESA DI KECAMATAN GENTENG

KABUPATEN BANYUWANGI

Tri Ivatul Fitriani, Sulaiman Institut Pemerintahan Dalam Negeri

triivatulfitrias ni35 9b@ gm ail. c om

ABSTRACT

Development of Village Owned Enterprises through Village Funds in Genteng District, Banyuwangi Regency. The village fund are prioritized for development and empowerment of community. One of them for establishment and management BUMDes. BUMDes is economic institution and social institution possessed by village and communit, which beneficial for community and village. However, capital inclusion from village fund for BUMDes is not given routinely. The purpose of research is obtain overview and analyze the development of BUMDes through village fund, inhibitory and supporting the development of BUMDes in Genteng, Banyuwangi, East Java. The research used qualitative research with descriptive methods. The technique of capturing data through observation, documentation, and interviews. The results of research is the development ofBUMDes through village fund in Genteng has not run optimally because not all villages provide village fund to BUMDes and the capacity BUMDes’s operator is low. Therefore, the development of BUMDes needs capital inclusion from village funds and increase BUMDes’s operator through comparative study and internship.

Keywords: development, empowerment, BUMDes, Genteng.

ABSTRAK

Pengembangan Badan Usaha Milik Desa Melalui Dana Desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Dana desa diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Salah satunya untuk pembentukan dan pengelolaan BUMDes. BUMDes merupakan lembaga ekonomi sekaligus lembaga sosial milik desa bersama masyarakat desa yang bermanfaat bagi masyarakat dan desa. Namun, penyertaan modal dari dana desa bagi BUMDes tidak diberikan secara rutin. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menganalisis pengembangan BUMDes melalui dana desa serta faktor penghambat dan pendukung pengembangan BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.

Teknik pengambilan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan pengembangan BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng belum berjalan optimal karena tidak semua desa di Kecamatan Genteng memberikan penyertaan modal dari dana desa kepada BUMDes serta kapasitas pengurus BUMDes masih rendah.

Untuk itu, dalam pengembangan BUMDes dibutuhkan penyertaan modal dari dana desa dan peningkatan kapsitas pengurus BUMDes melalui studi banding dan magang.

Kata kunci: pengembangan, pemberdayaan, BUMDes, Genteng.

(2)

D

118 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 1–12

PENDAHULUAN

esa mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang menjadi tujuan dibentuknya suatu negara.

Pembangunan nasional merupakan upaya pemerintah dalam pembangunan secara berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat (Rudi, 2003: 82). Desa menjadi ujung tombak dalam pembangunan nasional.

Hal ini dikarenakan desa menjadi tempat tinggal mayoritas dari rakyat Indonesia.

Selain itu, desa juga berkontribusi cukup besar dalam menciptakan pembangunan nasional melalui pembangunan pedesaan yang berbasis kearifan lokal. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Negara Indonesia terbagi menjadi 416 kabupaten dan 98 kota, dengan jumlah kecamatan 7.094, kelurahan 8.490, dan desa 74.957. Berdasarkan data tersebut, jumlah desa sekitar sembilan kali lipat dari jumlah kelurahan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari penduduk Indonesia berada di desa.

Desa menjadi wilayah yang secara langsung dapat menyentuh sendi kehidupan penduduk Indonesia, sehingga pembangunan akan lebih efektif dan efisien jika dipusatkan di setiap desa. Menurut Sadu Wasistiono bahwa dengan kuatnya suatu negara belum tentu desanya juga kuat, tetapi dengan kuatnya suatu desa, maka negaranya pasti akan kuat (Paryoto, 2016: 190). Dengan demikian, apabila pembangunan di setiap desa telah berhasil, maka secara tidak langsung pembangunan nasional secara merata akan tercapai dan

akan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Pembangunan desa merupakan implementasi dari program Presiden Joko Widodo, yaitu nawa cita poin ketiga yang berbunyi “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Pembangunan desa mempunyai tujuan utama, salah satunya adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat perdesaan secara merata sesuai dengan tujuan negara dalam mewujudkan kesejahteraan umum (UUD No 6, 2014). Dalam mencapai tujuan pembangunan desa tersebut, pemerintah pusat telah menyediakan dana desa yang cukup besar, yaitu pada tahun 2017 setiap desa mendapatkan dana desa antara Rp.800.000.000 sampai Rp.900.000.000 (Nurhayati, 2017). Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo (2017), menyatakan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan adalah melalui dana desa. Dana desa menjadi salah satu program utama pemerintah pusat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Dana desa dalam penggunaannya diprioritaskan untuk dua hal, yaitu pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Salah satu upaya dalam pemberdayaan masyarakat adalah dengan pembentukan dan pengelolaan BUMDes. BUMDes merupakan salah satu program prioritas yang harus dijalankan oleh pemerintah desa untuk peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat desa. Hal ini juga ditekankan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo yang

(3)

Erliana Hasan 119 menetapkan empat program prioritas

yang harus dilaksanakan oleh pemerintah desa dalam penggunaan dana desa.

Empat program priotas tersebut adalah pendirian BUMDes, menentukan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades), pembangunan Embung Desa, dan pembangunan Sarana Olahraga (Norvan Akbar, 2018).

Pembentukan BUMDes merupakan upaya pemerintah untuk memperkuat pemerintahan tingkat desa, terutama di bidang ekonomi. Dikarenakan perekonomian di desa dibangun berdasarkan pengelolaan BUMDes.

BUMDes tidak hanya berjalan di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang sosial (Permendes DPDTT). Dalam bidang sosial, BUMDes membantu pemerintah desa dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat melalui pelaksanaan program- program pelayanan yang diperuntukkan bagi masyarakat. Selain itu, BUMDes juga merupakan lembaga komersial.

Keuntungan tersebut akan digunakan untuk pengembangan BUMDes dan upah pengurus BUMDes.

BUMDes dijalankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta potensi yang ada di desa. Dengan adanya BUMDes, potensi-potensi yang ada di desa akan diberdayakan secara optimal. Hal ini dikarenakan salah satu program dari BUMDes adalah membuat produk unggulan dari masing-masing desa. Selain itu, BUMDes juga dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat desa, sehingga dengan adanya BUMDes dapat membantu masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyuwangi

2017, Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan yang terbagi menjadi 189 desa dan 28 kelurahan dengan jumlah penduduk 1.599.811 jiwa (BPS, 2017: 53). Berdasarkan data tersebut, hampir wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah desa dengan persentase 87,09%.

Banyaknya jumlah desa di Kabupaten Banyuwangi, bertimbal balik dengan pembentukan BUMDes. Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaaan pada akhir Bulan Mei 2017, menurut Jauhariyah, dkk. (2017: 32) jumlah BUMDes di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 130 dengan beberapa kriteria berdasarkan kurun waktu pengelolaan BUMDes dan penyertaan modal dari dana desa, yaitu sebagai berikut.

a. BUMDes dengan kriteria berkembang berjumlah 12 dengan kurun waktu pengelolaan atau progres unit usaha yang dijalankan 0-10 tahun dan berkontribusi menambah PAD.

b. BUMDes dengan kriteria kurang berkembang berjumlah 17 dengan kurun waktu pengelolaan atau progres unit usaha yang dijalankan lebih dari 2 tahun.

c. BUMDes dengan kriteria rintisan berjumlah 101 dengan kurun waktu pengelolaan atau progres unit usaha yang dijalankan kurang dari 2 tahun.

Dari 189 desa di Kabupaten Banyuwangi, hanya mampu membentuk BUMDes sebanyak 130. Itupun masih belum dikategorikan berkembang semua.

Untuk itu, diperlukan kebijakan dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam memberdayakan BUMDes.

Data dari BPS Banyuwangi (2017: 7), Kecamatan Genteng memiliki luas wilayah 51,24 km2 dengan jumlah penduduk

(4)

120 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 1–12

84.063 jiwa. Kecamatan Genteng menjadi kawasan sentra transaksi di Kabupaten Banyuwangi. Adapun sentra transaksi Kecamatan Genteng berada di Pasar Genteng. Selain itu, di Kecamatan Genteng juga terdapat tiga pusat perbelanjaan, yaitu Sun East Mall, Karunia Damai Sejahtera, dan Kalisari. Kecamatan Genteng terdiri dari lima desa, yaitu Desa Genteng Kulon, Desa Kembiritan, Desa Setail, Desa Genteng Wetan, dan Desa Kaligondo. Dari lima desa tersebut telah memilik BUMDes dengan kategori yang berbeda-beda.

Perbedaan kategori tersebut berdasarkan beberapa indikator yang diatur oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

Salah satu indikatornya adalah penyertaan modal dari desa untuk pengembangan BUMDes. Penyertaan modal tersebut berasal dari dana desa yang diberikan oleh pemerintah desa kepada BUMDes.

Penyertaan modal dari dana desa untuk BUMDes di Kecamatan Genteng berbeda- beda tiap desanya. Perbedaan penyertaan modal dari dana desa tersebut berdampak terhadap pengembangan BUMDes, salah satunya unit usaha dan kontribusi BUMdes dalam peningkatan pendapatan asli desa (PAD). Dengan penyertaan modal yang telah diterima, BUMDes di Kecamatan Genteng mengembangkan badan usahanya agar memberikan manfaat, baik untuk keanggotaan maupun masyarakat desa secara keseluruhan. BUMDes di Kecamatan Genteng juga menjalankan program-program yang bernilai ekonomis dan sosial. Berikut program atau kegiatan BUMDes di Kecamatan Genteng.

1. BUMDes Lembu Suro di Desa Genteng Kulon memiliki kegiatan Rantang Kasih, BPNT, parkir, mainan anak, lapak RTH, PKL RTH, dan Kantin Desa.

2. BUMDes Rukun Makmur di Desa Kembiritan memiliki kegiatan Rantang Kasih, BPNT, HIPPAM, BPJS Ketenagakerjaan, dan kantin desa.

3. BUMDes Gondo Wangi di Desa Kaligondo memiliki kegiatan Rantang Kasih, BPNT, cafe desa, pemeliharaan ikan lele, dan kantin desa.

4. BUMDes Lumbung Makmur di Desa Genteng Wetan memiliki kegiatan Rantang Kasih, BPNT, pemasangan wifi, cathering makanan, dan kantin desa.

5. BUMDes Harapan di Desa Setail memiliki kegiatan Rantang Kasih, BPNT, dan kantin desa.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam upaya pengembangan BUMDes telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Tidak hanya payung hukum, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga menyalurkan dana desa dan mengucurkan alokasi dana desa kepada desa untuk mengurus urusan pemerintahannya, salah satunya untuk mengembangakan BUMDes. Pada tahun 2016 untuk menunjang pemodalan BUMDes, masing-masing desa di Kabupaten Banyuwangi mendapatkan dana dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Rp.950.000.000 sampai Rp.1.600.000.000 yang berasal dari dana desa dan alokasi dana desa (ADD).

Dengan dana desa yang diterima oleh masing-masing desa, tidak banyak yang disalurkan untuk pembentukan dan pengembangan BUMDes. Salah satunya di desa Kecamatan Genteng, yaitu Desa

(5)

Erliana Hasan 121 Kembitiran yang tidak menyalurkan dana

desa untuk pengelolaan BUMDes secara rutin tiap tahunnya. Selain itu, Desa Setail juga baru membentuk BUMDes pada tahun 2018.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menganalisis pengembangan BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran dan menganalisis faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dan pendekatan induktif. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif diartikan sebagai berikut.

Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2017: 9) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Fernandes Simangunsong (2017: 19), data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang artinya data yang dikumpulkan dapat berupa kata-kata hasil dari wawancara dengan didukung catatan lapangan, dokumentasi, rekaman, dan pendukung lainnya. Penelitian kualitatif

bersifat induktif karena didasarkan pengamatan di lapangan. Untuk itu, dalam melakukan penelitian dibutuhkan peralatan dan perlengkapan penelitian untuk merekam atau mendokumentasi penelitian, seperti kamera, handycam, laptop, recorder atau alat perekam, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Selain itu, untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, penulis juga menerapkan teknik triangulasi, yaitu menggabungkan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Observasi pada hakikatnya merupakan kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan pancaindera yang dimiliki peneliti, baik dari penglihatan, penciuman, ataupun pendengaran peneliti untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan guna menjawab permasalahan dalam penelitian. Penulis melakukan observasi dengan mengamati, mencatat, dan menganalisis kegiatan pengembangan usaha BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng kabupaten Banyuwangi.

Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono, adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam kegiatan wawancara ini penulis menggunakan wawancara semistruktur, yaitu wawancara yang akan mengembangkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya, sehingga data yang diperoleh dapat lebih luas sesuai dengan konteks perkembangan magang.

Dokumentasi, dalam hal ini dokumen, diartikan Lexy J. Moleong (2011: 217)

(6)

122 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 1–12

sebagai sumber data dibagi menjadi dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan dalam bentuk tulisan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengarang. Dokumen resmi dibagi menjadi dua, yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal yang dimaksud adalah dokumen yang digunakan untuk kalangan lembaga sendiri, sedangkan dokumen eksternal adalah dokumen yang diperuntukkan untuk massa atau masyarakat. Dokumen yang penulis amati dan telusuri salah satu diantaranya adalah peraturan daerah, peraturan bupati, peraturan desa, peraturan kepala desa, pedoman teknis, laporan pertanggungjawaban BUMDes, serta gambar-gambar pendukung lainnya. Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis juga menerapkan teknik pengumpulan data triangulasi.

Menurut Sugiyono (2017: 9), triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam hal ini, penulis tidak hanya mengumpulkan data yang tersedia, tetapi juga menguji kredibelitas data tersebut melalui check, recheck, and cross check. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda dengan sumber data yang sama untuk mendapatkan data hasil penelitian yang memiliki kredibilitas ataupun validitas. Selain itu, penulis juga menggunakan sumber data yang berbeda dengen teknik pengumpulan data yang sama.

Dalam analisis data, penulis menggunakan beberapa tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Menurut Sugiyono, mereduksi data yaitu

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Penyajian data merupakan tahapan setelah mereduksi data, yaitu data yang diperoleh menajdi lebih spesifik sesuai dengan permasalahan penelitian yang dilakukan. Tahapan selanjutnya setelah penyajian data adalah membuat konklusi atau penarikan kesimpulan dan verifikasi data yang telah diperoleh dan dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kecamatan Genteng Kecamatan Genteng merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5.449,57 Ha yang terdiri dari lima desa, yaitu Desa Genteng Kulon, Desa Kembiritan, Desa Setail, Desa Genteng Wetan, dan Desa Kaligondo (BPS, 2018:

9). Adapun tipologi Kecamatan Genteng ada dua jenis, yaitu perindustrian/jasa dan persawahan (Prodeskel, 2019). Visi Kecamatan Genteng adalah “Terwujudnya masyarakat Banyuwangi yang semakin sejahtera, mandiri dan berakhlak mulia melalui peningkatan perekonomian dan kualitas sumber daya manusia”. Adapun misi untuk mencapai visi tersebut adalah mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean Governance) serta layanan publik yang berkualitas berbasis teknologi informasi.

Kecamatan Genteng memiliki keseimbangan penduduk atau ratio jenis kelamin paling seimbang antara penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk laki-laki hampir sama dengan jumlah penduduk perempuan. Selain itu, Kecamatan

(7)

Erliana Hasan 123 Genteng memiliki kepadatan penduduk

sebanyak 1.034 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tersebut paling banyak nomor tiga di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, sektor mata pencaharian masyarakat Kecamatan Genteng juga beraneka ragam.

Desa di Kecamatan Genteng semua telah memiliki BUMDes dengan kategori

yang berbeda-beda. Dalam hal ini, penulis mengambil tiga desa sebagai sampel, yaitu Desa Genteng Kulon dengan kategori BUMDes berkembang, Desa Kembiritan dengan kategori BUMDes kurang berkembang, dan Desa Setail dengan kategori BUMDes rintisan.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Genteng

No Desa Penduduk

Jumlah Jumlah KK Kepadatan (Jiwa/km2) Laki-Laki Perempuan

1 Kaligondo 7.421 7.592 15.013 4.635 1.026

2 Setail 8.622 8.401 17.023 4.949 1.482

3 Genteng Kulon 11.057 11.254 22.311 7.310 4.779

4 Genteng Wetan 10.473 10.018 20.491 6.112 3.262

5 Kembiritan 9.253 9.224 18.477 6.783 1.218

Sumber : Prodeskel, 2019

Tabel 2

Sektor Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Genteng

No Sektor Mata Pencaharian Kaligondo Setail Genteng Kulon

Genteng

Wetan Kembiritan 1 Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 3.084 3.070 1.282 1.342 4.080

2 Tambang dan Penggalian 2 35 20 7 19

3 Industri Pengolahan 648 799 662 1.961 1.643

4 Listrik, Air, dan Gas 11 8 18 14 10

5 Bangunan 970 1.013 825 982 972

6 Perdagangan, Rumah makan,

dan Hotel 1.435 1.999 5.239 4.589 2.250

7 Angkutan, Pergudangan dan

Komunikasi 147 230 617 378 332

8 Keuangan dan Asuransi 138 153 617 281 123

9 Jasa 681 1.004 2.515 1.1661 1.034

Sumber : Kantor Kecamatan Genteng, 2018

(8)

124 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 1–12

Tabel 3

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kecamatan Genteng 2018

No Desa Nama BUMDes Kategori

Berkembang Kurang Berkembang Rintisan

1 Genteng Kulon Lembu Suro

2 Kaligondo Gondo Wangi

3 Genteng Wetan Lumbung Makmur

4 Kembiritan Rukun Makmur

5 Setail Harapan

Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2018

Tabel 4

Kategori BUMDes Lembu Suro, BUMDes Rukun Makmur, dan BUMDes Harapan

No Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) Desa Kategori Pembe- ntukan

Unit

Usaha PAD

1 Lembu Suro Genteng Kulon

Berkembang 3 tahun 7 unit 2016 : Rp.16.188.000 2017 : Rp.17.157.012 2018 : Rp.10.778.693 2 Rukun Makmur Kembiritan Kurang

Berkembang

3 tahun 5 unit -

3 Harapan Setail Rintisan 1 tahun 3 unit 2018 : Rp.2.174.000

Sumber : Diolah Penulis, 2019

Pengembangan BUMDes Melalui Dana Desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

BUMDes merupakan badan usaha milik desa yang berjalan di bidang ekonomi dan bidang sosial. BUMDes tidak hanya berorientasi untuk mencari keuntungan atau profit, tetapi juga untuk melayani masyarakat desa guna mencapai kesejahteraan. Selain itu, BUMDes juga merupakan pilar perekonomian desa dengan menghasilkan pendapatan asli desa (PAD). Untuk itu, dibutuhkan pengembangan BUMDes di setiap desa sebagai upaya kesejahteraan dan mewujudkan kemandirian masyarakat desa.

BUMDes tergolong sebagai organisasi yang dijalankan oleh masyarakat desa. Menurut Miftah Thoha (2011:

35), organisasi sebagai wadah bagi sekelompok orang untuk bekerjasama secara terkoordinasi dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Dalam hal ini, BUMDes sebagai wadah masyarakat desa dalam berwirausaha serta wadah dalam menjalin kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat desa. Dalam mencapai tujuan bersama dalam organisasi dibutuhkan manajemen.

Begitu juga dalam BUMDes, manajemen dibutuhkan untuk pengembangan BUMDes. Manajemen merupakan inti dari organisasi yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan organisasi atau suatu usaha dari

(9)

Rendra Kurnia Wardana 125 sekelompok orang yang bekerjasama

dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Pengembangan BUMDes

membutuhkan adanya kerjasama antara pemerintah desa dan masyarakat desa, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Pengembangan BUMDes dapat diukur dari dua aspek, yakni aspek kualitas dan aspek kuantitas dari BUMDes. Aspek kuantitas tersebut berkaitan dengan jumlah unit usaha dan jumlah Pendapatan Asli Desa (PAD) yang dihasilkan BUMDes. Di sisi lain, dalam aspek kualitas berkaitan dengan kemampuan pemerintah desa dan masyarakat desa sebagai pengelola dan penggerak jalanya BUMDes. Oleh karena itu, diperlukan pemberdayaan masyarakat untuk pengembangan BUMDes. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah subjek dalam pengembangan BUMDes. Hal ini selaras dengan teori FDCL dalam Zubaedi, inti dari pengembangan masyarakat adalah mendidik masyarakat dan memampukan masyarakat dengan memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan dan memberdayakan masyarakat. Berdasarkan teori tersebut, dalam mengembang-kan BUMDes diperlukan pemberdayaan BUMDes itu sendiri, yaitu melalui pemberdayaan pengurus BUMDes. Menurut Subejo dan Supriyanto dalam Muhammad Faisal dan Dahyar Daraba (2016), pemberdayaan masyarakat memiliki merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proposional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.

Berdasarkan pengertian pemberdayaan masyarakat tersebut, maka dalam pengembangan BUMDes dibutuhkan peran aktif dari pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun pemerintah desa dalam memberikan fasilitas dan dorongan kepada pengurus BUMDes untuk pengembangan BUMDes.

Pemerintah desa, dalam hal ini kepala desa menjadi penasehat atau komisaris BUMDes yang mempunyai kewajiban memberikan nasehat dan saran dalam pengelolaan BUMDes. Pihak Kecamatan Genteng juga berperan dalam pengembangan BUMDes.

Camat Kecamatan Genteng memberikan satu program yang awalnya dijalankan oleh pemerintah Kecamatan Genteng kemudian diserahkan ke BUMDes.

Program tersebut adalah Rantang Kasih, yaitu program pemberian makanan bergizi kepada lansia miskin dan sebatangkara yang ada di daerahnya dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang diserahkan kepada pemerintah Kecamatan Genteng.

Adapun untuk aggaran program Rantang Kasih ditanggung oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Melalui program Rantang Kasih ini, pemerintah Kecamatan Genteng mengembangkan BUMDes dalam aspek unit usaha. Selain itu, pemerintah Kecamatan Genteng juga membantu dalam pembuatan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) bagi setiap BUMDes di Kecamatan Genteng. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi membuat Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, sebagai payung hukum pembentukan dan pengelolaan BUMDes.

Selain itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi juga membuat Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 17 Tahun 2016

(10)

126 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 135–144

Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Penetapan Besaran Dana Desa Bagi Setiap Desa di Kabupaten Banyuwangi. Dengan peraturan tersebut, desa mempunyai kewenangan untuk membentuk BUMDes dan memberikan penyertaan modal dari dana desa untuk BUMDes.

Penulis dalam menganalisis pemberdayaan pengurus BUMDes untuk pengembangan BUMDes menggunakan teori pemberdayaan menurut Totok Mardikanto. Totok Mardikanto (2017: 113) merumuskan lingkup pemberdayaan dalam empat upaya bina, yaitu bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan.

Bina Manusia

Dalam bina manusia diupayakan untuk penguatan atau pengembangan tiga kapasitas, yaitu pengembangan kapasitas individu, pengembangan kapasitas entitas atau kelembagaan, dan pengembangan kapasitas sistem atau jejaring. Dalam hal ini, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Banyuwangi melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap BUMDes setiap tahunnya dengan materi yang berkaitan dengan pengelolaan usaha dan keuangan BUMDes. Pemerintah Kecamatan Genteng juga melakukan pendampingan secara rutin kepada BUMDes yang dilakukan oleh pendamping desa. Adapun pendamping desa di Kecamatan Genteng ada tiga orang yang dibagi berdasarkan desa dampingannya.

Pendamping desa melaporkan permasalahan-permasalahan yang ada di desa dampingannya kepada Camat Genteng saat rapat rutin di Kecamatan Genteng.

Begitu pula mengenai permasalahan pengembangan BUMDes. Pendamping desa tidak hanya mengawasi pengembangan

BUMDes, tetapi juga memberikan saran dan solusi kepada pengurus BUMDes untuk menyelesaikan permasalahannya.

Pemerintah desa di Kecamatan Genteng dalam menentukan pengurus BUMDes memberikan beberapa persyaratan yang menunjang dalam pengembangan BUMDes. Persyaratan tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015, yaitu sebagai berikut. Persyaratan menjadi Pelaksana Operasional meliputi:

a. masyarakat Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;

b. berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap usaha ekonomi Desa; dan

d. pendidikan minimal setingkat SMU/

Madrasah Aliyah/SMK atau sederajat;

Hal ini terlihat dari ketua BUMDes yang memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni.. Ketua BUMDes Lembu Suro, Bapak Supriyadi, memiliki tingkat pendidikan Strata 1 Fakultas Hukum dengan profesinya sebagai pengacara.

Dengan pendidikan dan pengalamannya, Bapak Supriyadi mampu mengembangkan Badan BUMDes melalui modal dari dana desa dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron. Begitu pula dengan bendahara BUMDes Rukun Makmur, Bapak Agus, memiliki tingkat pendidikan Strata 1 Fakultas Ekonomi, sehingga dalam keuangan BUMDes Rukun Makmur dapat dikelola dengan baik. Walaupun tanpa adanya penyertaan modal dari dana desa secara rutin, pengurus BUMDes Rukun Makmur mampu menjalankan BUMDes

Rukun Makmur.

(11)

Rendra Kurnia Wardana 127

Bina Usaha

Dalam hal ini bina usaha meliputi beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

(1) Pemilihan komoditas dan jenis usaha;

(2) Studi kelayakan dan perencanaan bisnis;

(3) Pembentukan badan usaha;

(4) Perencanaan investasi dan penetapan sumber-sumber pembiayaan;

(5) Pengelolaan SDM dan pengembangan karir;

(6) Manajemen produksi dan operasi;

(7) Manajemen logistik dan finansial (8) Penelitian dan pengembangan;

(9) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi bisnis;

(10)Pengembangan jejaring dan kemitraan;

(11)Pengembangan sarana dan prasarana pendukung;

Dalam pengembangan BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, bina usaha difokuskan dalam pengelolaan modal, pengelolaan laba hasil usaha, peningkatan efisiensi unit usaha dan pengembangan kerjasama dalam BUMDes.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015, BUMDes memiliki klasifikasi jenis usaha, yaitu sebagai berikut.

a. Bisnis sosial sederhana, yaitu BUMDes membantu memberikan pelayanan umum kepada masyarakat desa. Bisnis sosial sederhana ini dijalankan oleh BUMDes Rukun Makmur, yaitu pengelolaan unit usaha Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM). BUMDes Rukun Makmur mampu menjalankan usaha Himpunan Penduduk Pemakai

Air Minum (HIPPAM) dengan baik karena lingkungan Desa Kembiritan dan masyarakat Desa Kembiritan yang mendukung, yaitu adanya sumber air minum di Desa Kembiritan dan hampir semua masyarakat Desa Kembiritan menggunakan HIPPAM.

b. Bisnis penyewaan, yaitu BUMDes memenuhi kebutuhan masyarakat desa melalui usaha penyewaan barang. Bisnis penyewaan ini dijalankan oleh BUMDes Lembu Suro, yaitu penyewaan lapak Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron. Jumlah lapak yang dikelola BUMDes Lembu Suro sejumlah 13 lapak dengan penyewaan Rp.6.000.000/

tahun. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis sejumlah 8 lapak sudah tersewakan dan masih ada 5 lapak yang belum tersewakan.

Selain itu, BUMDes Lembu Suro juga menyewakan lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron untuk tempat PKL berdagang dan lahan parkir.

Adapun harga sewa yang diberikan untuk PKL sebesar Rp.5.000/malam dengan fasilitas listrik dan untuk parkir sebesar Rp.2.000/hari.

c. Usaha perantara yang memberikan jasa pelayanan kepada warga.

Bisnis perantara ini dijalankan oleh BUMDes Rukun Makmur, yaitu BPJS Ketenagakerjaan. Masyarakat dapat membayar BPJS Ketenagakerjaan di BUMDes Rukun Makmur, sehingga tanpa harus pergi ke Kantor BPJS yang berada di Kota Banyuwangi.

d. Bisnis berproduksi dan/atau berdagang barang-barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa serta dipasarkan dalam cangkupan yang

(12)

128 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 135–144

lebih luas. Bisnis berproduksi ini dijalankan oleh semua BUMDes di kecamatan Genteng, yaitu Kantin Desa. Kantin Desa menjual berbagai macam makanan dan minuman.

e. Bisnis keuangan, yaitu BUMDes memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi desa dengan memberikan akses kredit dan peminjaman. Bisnis keuangan ini belum ada BUMDes di Kecamatan Genteng yang menjalankannya karena belum siapnya pengurus BUMDes.

f. Usaha bersama, yaitu BUMDes bertindak sebagai induk dari unit- unit usaha masyarakat desa. Usaha bersama ini dijalankan oleh BUMDes Lembu Suro dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron.

BUMDes Lembu Suro bekerja sama dengan PKL, tukang parkir, dan pedagang sembako. Adapun BUMDes Lembu Suro sebagai induk dari usaha- usaha yanhg dijalankan PKL, tukang parkir, dan pedagang sembako.

Bina usaha dalam penyertaan modal bagi BUMDes di Kecamatan Genteng kurang berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan hanya ada satu BUMDes yang diberikan penyertaan modal dari dana

desa secara rutin, yaitu BUMDes Lembu Suro di Desa Genteng Kulon. Adapun dua BUMDes, yaitu Badan BUMDes Rukun Makmur dan BUMDes Harapan tidak memperoleh modal dari dana desa secara rutin. Penyertaan modal dari dana desa yang diberikan kepada kedua BUMDes tersebut hanya di awal pembentukannya.

Adapun modal untuk tahun berikutnya, kedua BUMDes tersebut mengandalkan hasil usaha yang dijalankannya. Berikut tabel penyertaan modal yang diperoleh BUMDes Lembu Suro, BUMDes Rukun Makmur, dan BUMDes Harapan di Kecamatan Genteng.

Selain itu, bina usaha dalam pengelolaan laba hasil usaha diatur dalam peraturan desa.

BUMDes membagi hasil usahanya untuk BUMDes sendiri dan desa dalm bentuk pendapatanm asli desa (PAD). Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015 yang menyatakan tujuan dari dibentuknya BUMDes adalah untuk meningkatkan pendapatan asli desa (PAD) dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa. Adapun untuk persentase pembagian hasil usaha BUMDes berpedoman kepada AD/ART BUMDes yang sebelumnya telah dimusyawarahkan oleh pihak BUMDes dan pihak pemerintah desa.

BUMDes Lembu Suro

40%

60%

BUMDes Harapan

25%

75%

BUMDes Rukun Makmur

0%

100%

PAD BUMDes PAD BUMDes PAD BUMDes

Gambar 1

Persentase Bagi Hasil Usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

(13)

Rendra Kurnia Wardana 129

Tabel 5

Penyertaan Modal Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kecamatan Genteng

No BUMDes

Penyertaan Modal

Desa Masyarakat Desa

Tahun Dana Desa Modal Pemberi

1 Lembu Suro

2016 2017 2018

Rp.11.104.900 Rp.100.000.000 Rp.100.000.000

Bangunan Kantin Lahan RTH Maron Paving

SPLU

Pem. Desa Genteng Kulon Pem. Provinsi Jawa Timur Pem. Provinsi Jawa Timur dan Bank Mandiri

PLN 2 Rukun

Makmur

2016 2017 2018

-

Rp.50.000.000 -

Bangunan Kantin Water Tank Motor Viar

Pemerintah Desa Kembiritan Bantuan Presiden

BPJS Ketenagakerjaan 3 Harapan 2018 Rp.75.000.000 Bangunan Kantin Pem. Desa Setail

Sumber : Diolah Penulis, 2019

Tabel 6

Rincian Presentase Bagi Hasil Usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kecamatan Genteng Tahun 2018

No Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Hasil Usaha BUMDes

Pendapatan Asli Desa BUMDes

% Jumlah Nominal % Jumlah Nominal 1 Lembu Suro

Rp.26.946.732 40% Rp.10.778.693 60% Rp.16.168.039 2 Rukun Makmur

Rp.57.500.000 - - 100% Rp.57.500.000

3 Harapan

Rp.8.696.000 25% Rp.2.174.000 75% Rp.6.522.000

Sumber : Diolah Penulis, 2019

Bina Lingkungan

Dalam bina lingkungan dibagi menjadi dua unsur, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Bina lingkungan dalam lingkungan fisik berkaitan dengan pelestarian, perlindungan dan pemulihan sumberdaya alam atau lingkungan hidup yang ada. Dalam hal ini, BUMDes di Kecamatan Genteng melakukan kerja bakti bersih desa dengan mengajak masyarakat desa.

Salah satunya, BUMDes Lembu Suro melakukan kerja bakti di Ruang

Terbuka Hijau (RTH) Maron bersama masyarakat desa sekitar.

Bina lingkungan dalam lingkungan sosial berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam hal ini BUMDes di Kecamatan Genteng mempunyai program sosial yang dijalankan oleh masing-masing Badan BUMDes. Ada dua program yang dijalankan oleh semua BUMDes di Kecamatan Genteng, yaitu BPNT dan Rantang Kasih. BPNT atau Bantuan Pangan Non Tunai merupakan

(14)

130 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 135–144

program nasional dengan memberikan bantuan pangan berupa beras dan telur bagi masyarakat yang membutuhkan. BUMDes membantu dalam menyediakan beras dan telur untuk dibagikan kepada masyarakat.

Rantang Kasih merupakan program baru Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi yang diselenggarakan mulai tahun 2018. Rantang Kasih merupakan kegiatan sosial dengan memberikan makanan bergizi kepada lansia miskin dan sebatangkara. Program Rantang Kasih setiap desa dibatasi hanya diperuntukkan bagi enam lansia, dengan prioritas usia 80 tahun ke atas, miskin, dan sebatangkara.

Adapun biaya atau anggaran untuk Rantang Kasih disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, yaitu sebesar Rp.15.000 per harinya bagi masing- masing lansia. Program sosial yang lain adalah santunan anak yatim yang biayanya diperoleh dari hasil usaha BUMDes. Hasil usaha BUMDes juga ada pembagian untuk kegiatan sosial. Selain itu, BUMDes juga telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa dan mengurangi pengangguran yang ada melalui unit usaha yang dijalankan BUMDes. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa adanya BUMDes telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat desa untuk menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, terutama di bidang ekonomi.

Bina Kelembagaan

Menurut Hayami dan Kikuchi, dalam Mardikanto (2017: 116) kelembagaan memiliki pengertian, yaitu “Kelembagaan sebagai suatu perangkat umum yang ditaati oleh anggota suatu komunitas (masyarakat)”.

Berdasarkan pengertian tersebut, bina kelembagaan berkaitan dengan pranata sosial dan organisasi sosial yang membentuk relasi

dalam masyarakat. Bina kelembagaan dalam pengembangan BUMDes di Kecamatan Genteng salah satunya adalah pelatihan dan pendampingan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Dengan adanya pelatihan dan pembinaan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menambah pengetahuan dan pemahaman masyaraka desa, terutama pengurus BUMDes di Kecamatan Genteng. Pelatihan dan pembinaan tersebut dilakukan secara rutin tiap tahunnya. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa juga mendorong pemerintah desa untuk ikut serta dalam pengembangan BUMDes yang merupakan milik bersama antara masyarakat desa dan pemerintah desa.

Pemerintah desa dalam bina kelembagaan membantu dalam pembentukan BUMDes, yaitu dengan pembuatan peraturan desa sebagai landasan BUMDes. Sebelumnya, pemerintah desa mengadakan musyawarah desa dengan masyarakat desa mengenai pembentukan BUMDes. Adapun dalam pembentukan BUMDes, pemerintah desa mempertimbangkan beberapa hal, yaitu potensi usaha ekonomi masyarakat, kebutuhan masyarakat, sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal,dan sumber daya manusia, unit- unit usaha masyarakat desa, dan modal dari pemerintah desa untuk BUMDes. Hasil musyawarah desa tersebut akan dituangkan dalam AD/ART BUMDes yang menjadi pedoman dalam penyusunan peraturan desa tentang pembentukan BUMDes. Berikut peraturan desa tentang pembentukan BUMDes di Kecamatan Genteng.

a. Desa Genteng Kulon

Pembentukan BUMDes Lembu Suro diatur dalam Peraturan Desa Genteng Kulon Nomor 4 Tahun 2016.

(15)

Rendra Kurnia Wardana 131

Tabel 7

Kelembagaan BUMDes Lembu Suro, BUMDes Rukun Makmur, dan Badan BUMDes Harapan

No Indikator BUMDes Lembu Suro BUMDes Rukun Makmur BUMDes Harapan 1 Peraturan

Desa

Peraturan

Desa Genteng Kulon Nomor 4 Tahun 2016

Peraturan

Desa Kembiritan Nomor 27 Tahun 2016

Peraturan

Desa Setail Nomor 2 Tahun 2018

2 Penyertaan Modal

2016 : Rp.11.104.900 2017 :

Rp.100.000.000 2018 :Rp.100.000.000

2016 : -

2017 : Rp.50.000.000 2018 : -

2018 : Rp.75.000.000

3 Pengelola Ketua : Supriyadi, SH Sekretaris : Faruq, SE Bendahara : Yayuk Sri Utami

Ketua : Faruq Sekretaris : Candra Hermawan

Bendahara : Agus Srianto

Ketua : Anton Mulyono

Sekretaris : Yusuf Ali Ghani

Bendahara : Purwati Ningsih

4 Unit Usaha Rantang Kasih

BPNT

Parkir

Mainan Anak

Lapak RTH

PKL RTH

Kantin Desa

Rantang Kasih

BPNT

HIPPAM

BPJS Ketenagakerjaan

Kantin Desa

Rantang Kasih

BPNT

Kantin Desa

Sumber : Diolah Penulis, 2019

b. Desa Kembiritan

Pembentukan BUMDes Rukun Makmur diatur dalam Peraturan Desa Kembiritan Nomor 27 Tahun 2016.

c. Desa Setail

Pembentukan BUMDes Harapan diatur dalam Peraturan Desa Setail Nomor 2 Tahun 2018.

Faktor Pendukung Pengembangan BUMDes Melalui Dana Desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

pengembangan BUMDes. Salah satunya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015, program BPNT, dan program Rantang Kasih.

2. Adanya dukungan dari pemerintah desa melalui kebijakan-kebijakan dan bantuan bangunan. Salah saytunya peraturan desa pembentukan BUMDes sebagai peyung hukum BUMDes, penyertaan modal dari dana desa untuk pembentukan dan pengembangan BUMDes, bangunan kantin, dan bangunan kantor.

1. Adanya dukungan dari pemerintah daerah melalui pembuatan kebijakan- kebijakan dan program-program yang mendukung dalam mewujudkan

3. Potensi yang dimiliki desa, salah satunya sumber mata air di Desa Kembiritan, pupuk tani unggul di Desa Setail, dan lahan Ruang Terbuka

(16)

132 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 135–144

Hijau (RTH) Maron di Desa Genteng Kulon.

4. Adanya kerjasama, jiwa gotong royong, dan rasa saling percaya antar pengurus BUMDes.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Pengembangan BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng Kabupaten

Faktor Penghambat Pengembangan BUMDes Melalui Dana Desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

Banyuwangi sudah berjalan dengan cukup baik. Adapun faktor pendukung pengembangan BUMDes melalui dan desa di Kecamatna Genteng Kabupaten Banyuwangi, yaitu adanya dukungan 1. Keterbatasan modal yang dimiliki

BUMDes dikarenakan penyertaan modal dari dana desa bagi BUMDes di Kecamatan Genteng tidak rutin dilakukan oleh pemerintah desa setiap tahunnya.

2. Kurangnya sumber daya manusia atau pengurus BUMDes, baik dari segi kualiatas maupun segi kuantitas.

Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di Kecamatan Genteng masih kurang. Adapun dari segi kuantitas dapat dilihat dari jumlah kepengurusan BUMDes yang hanya beberapa orang saja. Dengan jumlah pengurus BUMDes yang terbatas tersebut menghambat dalam dalam menjalankan unit usaha BUMDes dan mempersulit dalam mengembangan usaha BUMDes.

Adapun dari segi kualitas dapat dilihat dari keterampilan atau skill yang dimiliki kepengurusan BUMDes yang masih kurang, terutama dalam pengelolaan keuangannya. etos kerja pengurus atau pengelola BUMDes di Kecamatan Genteng juga masih kurang.

3. Lokasi kantin desa BUMDes kurang strategis, semuanya berada di kantor desa masing-masing. Kantin BUMDes yang berada di kantor desa sulit dijangkau oleh masyarakat desa, sehingga menghambat BUMDes memasarkan produknya.

pemerintah daerah dalam bentuk landasan hukum pedoman pembentukan BUMDes, program BPNT dan program Rantang Kasih yang dikelola BUMDes, serta bantuan lain untuk pengembangan BUMDes.

Selain dukungan dari pemerintah daerah, pengembangan BUMDes juga mendapat dukungan dari pemerintah desa.

Dukungan dari pemerintah desa dalam bentuk landasan hukum pembentukan BUMDes, penyertaan modal dari dana desa maupun dari aset desa, seperti lahan kosong dan bangunan di kantor desa.

Faktor pendukung lainnya adalah adanya potensi yang dimiliki desa, serta adanya jiwa gotong royong antar pengurus atau pengelola BUMDes.

Adapun faktor penghambat pengembangan BUMDes melalui dana desa di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi, yaitu keterbatasan modal yang dimiliki BUMDes dikarenakan penyertaan modal dari pemerintah desa tidak secara rutin dilakukan, sumber daya manusia pengelola atau pengurus BUMDes masih kurang dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya, serta bangunan kantin yang diberikan pemeritah desa kepada BUMDes terletak di tempat

yang kurang strategis.

(17)

Rendra Kurnia Wardana 133

Saran

1. Pemerintah daerah ataupun pemerintah desa mengadakan program studi banding ke BUMDes yang sudah maju atau berhasil untuk menambah pengalaman dan pegetahuan pengurus dan pengelola BUMDes.

2. Pemerintah daerah ataupun pemerintah desa mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai BUMDes, sehingga masyarakat desa dapat mengetahui keuntungan adanya BUMDes, yaitu untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat desa akan berkontribusi dalam pengembangan BUMDes.

1. Pemerintah Desa memberikan penyertaan modal dari dana desa secara rutin dan sesuai dengan kebutuhan BUMDes. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki BUMDes untuk mengembangakan unit usahanya.

pengembangan BUMDes seutuhnya.

Dengan demikian, BUMDes tidak mengalami keterbatasan modal dan mampu menjadi BUMDes yang mandiri dan tidak bergantung atas penyertaan modal dari dana desa.

5. Masyarakat desa turut dalam pengembangan BUMDes, seperti membeli produk-produk BUMDes dan ikut serta dalam kegiatan sosial yang diadakan BUMDes.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Muhammad dan Dahyar Daraba. 2016.

Pemberdayaan Masyarakat. Jatinangor:

IPDN.

Mardikanto, T dan Soebiato P. 2017.

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:

Alfabeta.

Meleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.

2. Pemerintah daerah maupun pemerintah desa mengadakan magang bagi pengurus BUMDes ke BUMDes yang telah maju atau berkembang. Dengan demikian, pengurus BUMDes yang kurang berkembang dapat mengetahui strategi-strategi yang harus digunakan untuk mengembangkan BUMDes.

3. Pemerintah desa memberikan bantuan, baik dalam bentuk lahan maupun bangunan yang terletak secara strategis, sehingga mempermudah BUMDes dalam pengelolaan lahan ataupun bangunan tersebut.

4. Pemerintah daerah maupun pemerintah desa tidak mewajibkan BUMDes untuk berkontribusi menambah Pendapatan Asli Desa, sehingga hasil usaha BUMDes digunakan untuk

Remaja Rosdakarya.

Nur Anim Jauhariyah dkk. 2017. Laporan Akhir Dampak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bagi Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.

Banyuwangi: IAIDA Banyuwangi.

Paryoto. 2016. Menuju Desa Mandiri dan Sejahtera.Jatinangor: IPDN PRESS.

Rudi. 2003. Hukum Pemerintahan Daerah.

Bandar Lampung: PKPPUU FH UNILA. Salam, Dharma Setyawan.

2007. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarat: Djambatan

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Simangunsong, Fernandes. 2014. Transformasi Organisasi Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan. Bandung: Alfabeta

(18)

134 Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja Vol. 12 No. 2, Juni 2019: 135–144

Thoha, Miftah. 2011. Birokrasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2017, Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kencana Prenada Media Group. Banyuwangi

Zubaedi. 2013. Pengembanga Masyarakat Kecamatan Genteng Dalam Angka 2017, Badan Wacana dan Praktik. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2018,

Badan Pusat Statistik Kabupaten Peraturan Perundang-Undangan Banyuwangi

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa Sumber Lain

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN

Peraturan Menteri Desa, PembangunanDaerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Peraturan

Daerah Kabupaten Banyuwangi nomor 13 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

https://www.banyuwangikab.go.id/ ( 0 7 oktober 2018)

https ://jpp. go. id/nas ion a l/pem bang unan- desa/309682-realis as i-nawa-c ita- butir- ketiga- meningkatkan- kesejahter aan- dari-pinggiran (07 Oktober 2018) http://bangka. tr ibunnews.com/2017/01/24/

pemer intah- kuc ur kan- rp- 60- trilyun- untuk- des a- s emua- kades - bis a- jadi- milyarder (25 Oktober 2018) h t t p s :/ / id . w ik ip e d ia . o r g/ w ik i/ D a f t a r _

kecamatan_dan_kelurahan_di_Indonesia (26 Oktober 2018)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu BUMDes yang didirikan dengan tujuan sebagai penopang ek o no mi ad alah BUMDes Duara Mandiri yang didirikan pada tahun 2017 di desa Duara di Kecamatan Lin gga Utara Kabupaten