• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air di Indonesia "

Copied!
40
0
0

Teks penuh

“Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air di Indonesia” berupaya mengadaptasi pemikiran berbagai akademisi, praktisi dan birokrat yang meliputi bidang: pembangunan infrastruktur sumber daya air, transportasi, geoteknik, struktur, bahan bangunan, manajemen konstruksi dan lingkungan hidup. Seminar ini diharapkan menjadi forum dialog untuk membangun pembangunan infrastruktur sumber daya air di Indonesia. Dengan demikian, seminar ini dapat menjadi katalis munculnya pemikiran terpadu dan komprehensif dalam pengembangan sumber daya air di Indonesia.

73 MANAJEMEN RISIKO DENGAN SISTEM KONTRAK HARGA SATUAN DAN SISTEM KONTRAK FLAT RATE PADA PROYEK KONSTRUKSI DI BALI. 141 PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI TOMBAK KEMAJUAN Suatu PROYEK MELALUI PENERAPAN TEORI MASLOW (TINJAUAN PUSTAKA). Risiko manakah yang mempunyai dampak paling besar terhadap proyek pembangunan jalan dengan kontrak harga satuan?

Risiko apa yang paling mempengaruhi proyek konstruksi yang menggunakan kontrak lump-sum? Bagaimana mengelola atau mengatasi risiko yang terkait dengan kontrak harga satuan dan kontrak lump sum. Temukan risiko yang paling berdampak pada proyek pembangunan jalan dengan menggunakan kontrak harga satuan.

Cari tahu tentang risiko yang paling mempengaruhi proyek konstruksi bangunan dengan menggunakan kontrak lump sum.

Definisi Manajemen Risiko

Dalam RBS, risiko secara umum dibagi menjadi 4 level dimulai dari level 0 yaitu program yang berisiko, kemudian pada level 1 dibagi lagi menjadi sub-sub risiko yang lebih spesifik seperti risiko pengelolaan, pelaksanaan proyek, dan risiko eksternal. Misalnya saja pelaksanaan proyek pada level 1 dibagi lagi menjadi tahap perencanaan, kontrak kerja, dan pelaksanaan konstruksi. Pada level 3, risiko-risiko pada level 2 dirinci lebih lanjut menjadi risiko-risiko yang lebih spesifik, begitu pula dengan perencanaan level 2, risiko-risiko yang dirinci yaitu reaksi masyarakat, tujuan dan manfaat proyek, izin proyek dan masih banyak lagi yang lainnya.

Setelah diperoleh hasil kuesioner, langkah selanjutnya adalah menerapkan metode analisis kuantitatif yaitu dengan menghitung tingkat signifikansi risiko untuk mengetahui risiko mana yang paling berpotensi mengganggu kemajuan proyek. Untuk menentukan peringkat risiko, hasil perkalian skala frekuensi dan dampak diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukannya secara bertahap sebagaimana tergambar pada diagram alir penelitian di bawah ini.

Analisis resiko; Alat: Struktur Perincian Risiko (digunakan untuk mengukur tingkat risiko), Pohon Keputusan/Diagram Air (digunakan untuk menganalisis alur proyek dari tahap awal hingga akhir serta risiko yang mempengaruhi setiap tahap), Pembobotan risiko = dampak x probabilitas. Pembahasan Manajemen Risiko berdasarkan pengalaman empiris Project Manager yang diwawancarai, diagram air, tabel perbandingan jumlah risiko, perbandingan tingkat kepentingan risiko (importance level).

Gambar  dibawah  ini  membandingkan  antara  probabilitas  suatu  peristiwa  dengan  dampaknya
Gambar dibawah ini membandingkan antara probabilitas suatu peristiwa dengan dampaknya

Hasil Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

Proyek Pelaksanaan Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Pemeliharaan Berkala Jalan Di Kabupaten Badung

Proyek Pekerjaan Pehabilitasi Puskesmas Payangan Kegiatan Rehabilitasi Sedang / Berat Puskesmas Pembantu, Program Pengadaan, Peningakatan, dan

Diagram Alir Proyek Pelaksanaan Paket Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Pemeliharaan Berkala Jalan Di Kabupaten Badung

Diagram Alir Proyek Pekerjaan Pehabilitasi Puskesmas Payangan Kegiatan Rehabilitasi Sedang / Berat Puskesmas Pembantu, Program Pengadaan,

Nilai proyek pada tahap perhitungan RAB mempunyai resiko paling besar dengan tingkat kepentingan 20, dalam hal ini nilai proyek mempunyai pengaruh yang sangat besar karena jika bisa mendapatkan proyek dengan nilai kontrak sebesar tersebut, maka kemampuan dasar dari RAB adalah: kontraktor ( KD) dapat mengikat yang dapat digunakan untuk membuat proyek pemerintah lebih besar lagi. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan menurunkan persentase keuntungan hingga beberapa persen (tidak setinggi biasanya). Pada beberapa karya harga penawaran diturunkan, namun pada karya lain dinaikkan. Pengelolaan lalu lintas kendaraan proyek pada saat pekerjaan jalan mempunyai resiko paling besar dengan tingkat kepentingan 25, lokasi proyek merupakan lokasi jalan yang struktur perkerasannya akan diperbaiki, sehingga harus dilakukan kehati-hatian untuk menjamin kelancaran lalu lintas melalui jalan tersebut. mulus. jalan agar tidak menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

Penanggulangan permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pengamanan lalu lintas bendera secara lebih intensif, berkoordinasi dengan patroli jalan dan DLLAJR. Resiko yang paling besar adalah kondisi alam yaitu cuaca dengan tingkat kepentingan 12, karena pada akhir proyek datanglah masa hujan sehingga menghambat pekerjaan. Spesifikasi mutu pemilik dan kesesuaian mutu terhadap spesifikasi yang ditentukan mempunyai risiko paling tinggi dengan tingkat kepentingan 20, karena dana tidak menutupi spekulasi yang diperlukan sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan mutu.

Pemilik proyek pada tahap perencanaan mempunyai risiko paling besar dengan tingkat signifikansi 16 karena dalam hal ini kontraktor mempertimbangkan siapa pemilik proyek karena menyangkut pembayaran. Jika ternyata pemilik proyek adalah orang yang tidak percaya diri dalam hal pembayaran, maka kontraktor akan mempertimbangkan kembali keikutsertaannya dalam tender proyek ini. Mengatasi permasalahan ini adalah dengan mencari tahu track record pemilik proyek, apakah mempunyai pengalaman terhadap proyek tersebut.

Risiko terbesar adalah ketersediaan alat dan material logistik pada tahap pembangunan jalan dengan tingkat kepentingan 20, akibat keterlambatan penyediaan material. Resiko terbesar adalah pembayaran termin dengan tingkat kepentingan 20, karena dengan sistem pembayaran Progress Payment pembayaran termin akhir pekerjaan 100% masih belum cukup karena pemilik masih memerlukan perbaikan kecil. Resiko yang paling besar dengan tingkat kepentingan 12 adalah kondisi alam yaitu cuaca, karena menjelang akhir proyek akan memasuki musim hujan sehingga agak menghambat pekerjaan.

Pembengkakan biaya dan waktu tunggu dengan tingkat signifikansi 12 mewakili risiko terbesar karena terdapat sedikit pembengkakan biaya akibat spesifikasi tinggi dan sedikit pembengkakan waktu akibat beberapa kali desain ulang. Solusi untuk masalah ini adalah dengan menegosiasikan harga dengan pemasok dan pemilik serta mendokumentasikan korespondensi dengan jelas untuk menghindari penalti.

Saran

Dari hasil analisa dan pembahasan di RBS, yang membedakan perlakuan risiko pada proyek harga satuan dan proyek lump sum adalah perkiraan harga pasar pada saat untuk proyek harga satuan diperkirakan akan terjadi kenaikan harga material, namun Perlakuannya Risiko dalam pelaksanaannya relatif sama berdasarkan jenis proyek yang dikerjakan, sedangkan pada proyek dengan jumlah total perkiraan harga pasarnya lebih tinggi. Pada tahap ini yang mempunyai resiko paling besar adalah pemilik proyek karena dalam hal ini kontraktor memperhitungkan siapa pemilik proyek karena berkaitan dengan pembayaran. Pada tahap ini, resiko yang paling besar adalah cuaca, dimana proyek tertunda karena memasuki musim hujan di akhir proyek sehingga dapat menghambat pekerjaan.

Referensi

Dokumen terkait