• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tari (Studi kasus pada siswa tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengembangan kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tari (Studi kasus pada siswa tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo)."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

Mengembangkan rasa percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tari (studi kasus anak tuna rungu di SDLB Pertiwi Ponorogo). Bagaimana strategi guru dalam mengembangkan rasa optimisme melalui kegiatan ekstrakurikuler tari pada siswa tuna rungu di SDLB Pertiwi Ponorogo. Untuk mengetahui strategi guru dalam mengembangkan rasa optimisme melalui kegiatan ekstrakurikuler tari bagi siswa tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo.

Kajian Teori 1. Percaya diri

Kegiatan Ekstrakurikuler a. Pengertian Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu mengembangkan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minatnya melalui kegiatan yang bermakna. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar kelas mata pelajaran untuk membantu perkembangan siswa guna memperluas pengetahuan siswa, meningkatkan keterampilan, dan menyalurkan bakat dan minat siswa. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan mengekspresikan diri sesuai dengan lingkungan sekolah, teman, keluarga dan masyarakat sekitar.

Kegiatan ekstrakurikuler juga bertujuan untuk lebih menghubungkan ilmu yang diperoleh dalam kurikulum dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan. siswa di sekolah namun juga dalam kehidupan di masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan sekumpulan pengalaman belajar mempunyai nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan yang dapat menunjang dan mendukung program intrakurikuler, yaitu pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap dalam program intrakurikuler dan kokurikuler.30 .

Ruang lingkup pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler meliputi: (a) keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) kesadaran menaati aturan, (c) kesadaran akan adanya yang partikular, (d) kesadaran akan kemandirian, ( e) kesadaran bersosialisasi, (f) kesadaran untuk mengembangkan panca indera, (g) kesiapan kedewasaan, (h) pengorganisasian tugas fisik sehari-hari, (i) kematangan untuk melakukan aktivitas dalam suasana normal, (j) kehidupan dasar keterampilan, (k) keterampilan sosial, (l) keterampilan manajemen emosi, (m) keterampilan manajemen agresi, (n) keterampilan manajemen stres, (o) keterampilan perencanaan, (p) keterampilan pemecahan masalah, (q) keterampilan pengembangan diri.31 . Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maka waktu luang siswa dapat diisi dengan kegiatan yang bermanfaat dan aspek kognitif dapat terwujud, aspek afektif dan aspek psikomotorik sehingga menjadi aktif dan mandiri.32. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan minat dan belajar lebih banyak tentang dirinya dan orang lain.

Kegiatan ekstrakurikuler tari merupakan salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler bidang seni di sekolah/madrasah yang dilaksanakan di luar jam sekolah.

Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

  • Pendekatan dan Jenis Penelitian
  • Kehadiran Peneliti
  • Lokasi Penelitian
  • Data dan Sumber Data
  • Teknik Analisis Data
  • Pengecekan Keabsahan Temuan
  • Tahapan – Tahapan Penelitian

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Tri Hajuni terletak pada kajian rasa percaya diri, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Tri Hajuni terletak pada fokusnya. Sampel dalam penelitian ini adalah 79 siswa IPA SMUN 1 Setu dan 39 siswa IPS. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Hamdan terletak pada kajian rasa percaya diri, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hamdan terletak pada fokusnya.

Hamdan fokus pada hubungan harga diri dengan motivasi berprestasi, sedangkan penelitian ini fokus pada pengembangan harga diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tari untuk anak tunarungu. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Indra Bangkit Komara dengan judul “Hubungan Harga Diri Siswa dengan Prestasi dan Perencanaan Karir”. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif s. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Indra terdapat pada kajian mengenai harga diri, namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Indra terletak pada fokusnya.

Indra fokus pada hubungan antara harga diri siswa dengan prestasi akademik dan perencanaan karir, sedangkan penelitian ini fokus pada pengembangan harga diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tari untuk anak tunarungu. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus karena peneliti dapat mengetahui terkait dengan pengembangan harga diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tari pada anak tunarungu. Selama ini, peneliti mewawancarai, mendokumentasikan dan mengamati semua hal yang berkaitan dengan penelitian ini dan diperlukan dalam penelitian ini.

Untuk memperoleh data sebagaimana dimaksud maka digunakan teknik, prosedur, alat dan kegiatan nyata dalam penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif ini observasi yang digunakan adalah observasi tidak terstruktur, karena fokus penelitian akan terus berkembang selama kegiatan penelitian ini berlangsung. Namun dalam penelitian ini kami hanya akan menggunakan dua metode untuk menguji kredibilitas, yaitu dengan: Meningkatkan persistensi dan Triangulasi.

DESKRIPSI DATA

Deskripsi Data Umum

  • Sejarah singkat SDLB Pertiwi Kecamatan Ponorogo
  • Visi dan Misi SDLB Pertiwi Kecamatan Ponorogo a. Visi
  • Profil Singkat Sekolah SDLB Pertiwi Kecamatan Ponorogo Nama Sekolah : SLB-B Pertiwi
  • Kondisi Ruang Kelas SDLB Pertiwi Kecamatan Ponorogo
  • Kondisi Guru SDLB Pertiwi Kecamatan Ponorogo
  • Prestasi Sekolah (Akademik dan Non Akademik)

Pada tanggal 20 November 1976, sekolah tersebut dipindahkan ke Jalan Anjasmoro nomor 62, yang peresmiannya dilakukan oleh gubernur provinsi Kdh Tk II Jawa Timur.50. Profil Singkat Sekolah SDLB Pertiwi Kabupaten Ponorogo Nama Sekolah : SLB-B Pertiwi Nama Sekolah : SLB-B Pertiwi. Jumlah ruang kelas pada saat peneliti melakukan survey di SDLB Pertiwi tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 15 kelas, 14 kelas mengalami luka ringan dan 1 kelas mengalami luka sedang.

Prestasi sekolah berdasarkan dokumen SDLB Pertiwi yang ditemukan peneliti adalah seni lukis, bulutangkis, tari dan kewirausahaan.

Deskripsi Data Khusus

  • Data tentang Strategi Pengembangan Rasa Optimis melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Siswa Tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo
  • Data tentang Strategi Pengembangan Rasa Tanggung Jawab melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Siswa Tunarungu di SDLB Pertiwi

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Endang Sudarsih yaitu: “Dengan mengajak seluruh siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari dengan baik diharapkan rasa percaya diri anak semakin meningkat.” 56 Ibu juga mengungkapkan hal yang sama. Nurul. Widayati masing-masing: “Mereka disuruh mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari Bu, yang merupakan program di sekolah ini. Kegiatan ekstrakurikuler tari sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri siswa, seperti yang disampaikan oleh Ibu Nurul Widayanti yaitu, “Tentu saja kak, kegiatan ini dapat melatih anak untuk berani tampil dihadapan banyak orang dan melatihnya. agar mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.” 58. Pernyataan diatas ditegaskan oleh Ibu Hartanti, “Sangat berpengaruh sekali kakak, karena dengan kegiatan ini anak-anak tuna rungu dapat menunjukkan bakat terpendamnya.

Pada dasarnya pengembangan rasa optimis yang dilakukan di SDLB Pertiwi Ponorogo juga menggunakan strategi yang berbeda-beda, seperti yang disampaikan oleh Ibu Hartanti yaitu: “Dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung, dengan menggunakan metode praktis, anak yaitu bertanya atau diajarkan oleh gerakan-gerakan pelatih tari.'60 Halaman Hal ini diperkuat oleh Ibu Rusmini: 'Biasanya di sekolah kami anak-anak diminta langsung berlatih setelah pelatihnya. Dalam menerapkan strategi ini, guru menemui kendala, seperti yang diungkapkan oleh Bu Rusmini: “Ya, kadang-kadang mereka berbicara sendiri ya adik-adik saat berlatih, dan ketika saya suruh mereka berlatih gerakan tariannya sendiri di depan teman-temannya, mereka tidak melakukannya. T." Kalau tidak mau, harus disuruh berulang-ulang baru mau.” 62. Menumbuhkan rasa optimis dilakukan dengan berbagai cara, namun SDLB menggunakan strategi pengajaran langsung.

Data Strategi Pengembangan Rasa Tanggung Jawab Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Bagi Siswa Tuna Rungu Di SDLB Pertiwi Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Bagi Siswa Tuna Rungu Di SDLB Pertiwi Ponorogo. Dalam pengembangan karakter tanggung jawab di SDLB Pertiwi juga digunakan strategi, seperti yang disampaikan oleh Ny. Rusmini, masing-masing. Dalam mengembangkan rasa tanggung jawab melalui ekstrakurikuler tari, kami menggunakan strategi pembelajaran tidak langsung dengan metode proyek, Bu. Kami mengajari mereka untuk bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri.

Dalam pelaksanaan metode proyek ini guru menemui kendala, hal tersebut diungkapkan oleh Bu Rusmini selaku pengawas ekstrakurikuler tari sebagai berikut: “Kadang-kadang kurang hafal kakak, kadang anak-anak yang menari di belakangnya hanya meniru gerak-gerik temannya di depan padahal yang di depan salah.”65.

ANALISIS DATA

Analisis Data tentang Strategi Pengembangan Rasa Optimis melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Siswa Tunarungu di SDLB Pertiwi

Dengan mengikuti program ekstrakurikuler tari mereka akan semakin berani dan percaya diri tampil di hadapan banyak orang.68. Rasa percaya diri dapat dibangun melalui berbagai bentuk kegiatan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Sebab sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan dalam berkembangnya rasa percaya diri.

Guru harus memberikan keyakinan kepada siswa bahwa cara yang efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri adalah dengan selalu berusaha berani bertanya. Gunakan situasi seperti ini sebagai latihan mental ekstra untuk membangun kepercayaan diri yang lebih baik. Yang lebih penting adalah guru mengenal siswanya lebih dalam. . 68 Lihat transkrip wawancara pada file terlampir penelitian ini, kode 01/W/05-V/2017.

Siapa pun yang ingin melibatkan diri dalam situasi persaingan yang sehat dan ingin memenangkan persaingan secara sehat harus berupaya membangkitkan keberanian, semangat juang, dan rasa percaya diri secara maksimal. Dengan berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi, kepercayaan diri dapat diperoleh melalui hubungan atau sosialisasi yang lebih luas. Optimisme adalah sikap atau pandangan positif seseorang terhadap sesuatu yang digambarkan dengan ciri-ciri keyakinan yang kuat, kegembiraan, harapan dan keyakinan yang tinggi terhadap hasil yang maksimal di masa depan.

71 Di sini guru mempraktikan langsung bagaimana gerak tarinya, kemudian melakukan evaluasi, dan agar rasa optimismenya dapat tertumbuh, maka metode latihannya mereka gunakan agar lebih percaya diri, sehingga mampu menari dengan baik sesuai irama, bahkan jika mereka tidak dapat mendengarnya.

Analisis Data tentang Strategi Pengembangan Rasa Tanggung Jawab melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Siswa Tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo

Misalnya siswa berani mengemukakan pendapat, harus mampu tampil di depan orang lain (misalnya berpidato, menyanyi, menari, dan lain-lain); harus yakin dan tidak ragu terhadap tindakan yang dipilihnya; dan tidak menjiplak karya orang lain.72. Analisis data strategi pengembangan rasa tanggung jawab melalui kegiatan ekstrakurikuler tari pada siswa tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo. Tanggung jawab selalu mengenai kesadaran untuk berbuat, kemauan untuk berbuat dan kemampuan untuk berbuat.73.

Dalam menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab anak tunarungu dalam kegiatan ekstrakurikuler tari, SDLB menggunakan strategi pembelajaran tidak langsung dengan metode proyek. Mereka bertugas untuk menghafal setiap gerakan yang diajarkan oleh instruktur, karena gerakan tersebut merupakan tanggung jawab mereka. Jadi ketika mereka diminta menari sendiri, mereka bisa melakukannya tanpa bergantung pada temannya sehingga menjadi mandiri.74.

Pemberian tanggung jawab individu kepada setiap siswa sangatlah penting, yaitu setiap siswa tetap bertanggung jawab secara individu (pribadi) dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan pemberian tugas dalam proses pembelajaran adalah guru berharap agar semua ilmu yang diperoleh siswa lebih mantap, sehingga mengaktifkan siswa untuk belajar mandiri. 74Lihat transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 04/W/05-V/2017. . masalah dengan membaca sendiri, membuat soal sendiri agar siswa belajar lebih tekun.75. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menanamkan rasa tanggung jawab yang kuat pada setiap siswa. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1) memulai dengan memberikan tugas sederhana, 2) memperbaiki kesalahan jika melakukan kesalahan, 3) segala sesuatu mempunyai konsekuensi, 4) sering mendiskusikan pentingnya bertanggung jawab.76.

75Siti Harlina, Hasdin dan Arif Firmansyah, “Penggunaan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab dalam Pembelajaran Kewarganegaraan di Kelas III SDN Baho Makmur”, Jurnal Kreatif Tadulako Online, no.

PENUTUP

Simpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait