• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

at-Tarbiyah al-Mustamirrah: Jurnal Pendidikan Islam

Penerbit: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar

Website: https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/at-tarbiyah Email: [email protected]

P-ISSN: 2775-7099 ; E-ISSN: 2775-7498

Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural

Nurul Aulia Verona

Universitas Islam Negeri Batusangkar, Sumatera Barat, Indonesia [email protected]

Abstrak

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengindikasikan seluruh aspek PAI (materi al- Quran hadist, fiqh, akidah akhlak dan sejarah kebudayaan Islam) yang relevan dengan keragaman lintas budaya lokal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kepustakaan (library research). Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi kesimpulan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pengembangan kurikulum PAI berbasis multikultural dapat menjadi salah satu solusi dalam penerimaan kebudayaan yang beragam dalam lingkup pendidikan agama Islam yang menggunakan berbagai pendekatan seperti dimensi materi, dimensi konstruksi pengetahuan, dimensi prejudice reduction, dimensi pendidikan yang adil dan dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial guna menampilkan wajah toleran dalam bergama dan berbudaya.

Kata Kunci: Pengembangan kurikulum, PAI, Multikultural

Abstract

This article aims to provide an overview of the development all about PAI aspect included (material al-Quran hadist, fiqh, akidah akhlak dan sejarah kebudayaan Islam) which is have relevance with local culture differentials. Using library research, the study revealed that the steps of developing a multicultural-based Islamic Education curriculum are collecting sources, analysis and interpretation to get conclution. Thus, the development of this curriculum is one of the most appropriate solutions in accepting diverse cultures within the scope of Islamic Education across diverse cultures use any approach like material, science constructive, prejudice reduction, eligatery school apperiance for cultural based on social structure to facing of tolerance in religion and wisdom.

Keywords: Multicultural-based curriculum, Islamic education PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan pedoman penting sebagai tujuan pendidikan, mengarahkan seluruh kegiatan pendidikan dan mempengaruhi hasil pendidikan. Implikasinya pengembangan kurikulum tidak dapat dirancang sembarangan tanpa memperhatikan landasan pengembangan kurikulum. Kurikulum harus mempunyai pondasi kuat, tidak

(2)

mudah roboh dan dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam mengembangkan kurikulum PAI membutuhkan landasan yang didasarkan pada hakikat penerimaan manusia dengan keberagaman yang ada, agar perancangan dalam pengembangan kurikulum saling menghargai, menyetarakan dan tidak membedakan satu sama lain. Salah satu landasan yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum PAI adalah landasan multikultural.

Istilah multikultural merupakan gabungan dari kata multi dan kultural. Multi dapat diartikan sebagai sesuatu yang banyak atau beragam, sedangkan kultural berarti budaya atau kebudayaan. Budaya atau kultur dalam Elly (2006: 30-33) dijelaskan sebagai aktivitas dan daya manusia dalam mengubah serta mengelola alam. Paham mengenai segala cipta rasa karsa yang bermacam-macam dan beragam itulah yang dipahami sebagai multikulturalisme. Menurut Andersen dan Cusher (1994) dalam (Rusdiana, 2015, hal.

196) bahwa pendidikan multikultural diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Defenisi ini mengandung makna yang luas. Kebudayaan tidak hanya terfokus kepada benda ataupun hasil karya tapi juga berisikan nilai-nilai, tata kelakuan, adat istiadat, identitas atau jati diri, gaya hidup maupun ide dan pengalaman sosial yang tentunya berbeda-beda setiap etnis, ras atau suku bangsa.

Peneliti mengutip pendapat Ansori (2019) menjelaskan bahwa multikultural dapat berupa pisau bermata dua, di satu sisi memberikan dampak positif, dan sisi lainnya negatif. Dua kemungkinan ini tentunya dibutuhkan paradigma baru yang lebih luwes dan toleran untuk mencegah bentrok yang mungkin akan terjadi. Pendidikan dengan paradigm ini mengantarkan peserta didik untuk memiliki pemahaman terhadap keberagaman budaya sehingga menghargai perbedaan dengan sikap demokratis dan toleransi.

Pendidikan agama Islam juga mengajarkan kepada peserta didik mengenai cara bersikap dan berinteraksi tidak hanya kepada sang pencipta (hablumminallah) tetapi kepada seluruh makhluk ciptaan Allah SWT (hablumminannas) yang terlihat dalam akhlak dengan sesame manusia, misalnya tidak saling merendahkan satu sama lain, menerima perbedaan yang ada baik dari segi agama, budaya, ras, suku, bahasa dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas, kurikulum PAI berdasarkan paradigma multikultural sangat relevan dengan kebudayaan dan penerapan agama yang berbeda dari masing- masing peserta didik, seperti membangun rasa menghormati, saling percaya, konflik tanpa kekerasan, saling memahami dan belajar hidup dalam perbedaan. Paradigma ini

(3)

memotivasi peneliti untuk mengkaji lebih mendalam mengenai “Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (library research).

Penelitian studi kepustakaan merupakan penelitian dengan menggunakan informasi yang berasal dari perpustakaan seperti buku referensi, artikel, hasil peneltian sebelumnya yang sejenis, jurnal, serta catatan-catatan yang berkaitan dengan topik yang dikaji dalam pembahasannya (Sari & Asmendri, 2020). Untuk menjawab permasalahan yang terjadi, maka dilakukan langkah sistematis guna mendapatkan hasil atau solusi dari sebuah masalah. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap pengumpulan data, pengolahan data dengan pengutipan referensi yang ditampilkan dalam tulisan sebagai temuan penelitian lalu diinterpretasikan menjadi sebuah kesimpulan.

PEMBAHASAN

A. Konsep Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata Curir artinya pelari.

Kata Curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Pada saat itu kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik mulai dari masuk sekolah sampai selesai untuk mencapai ijazah. Dalam kamus Webster tahun 1856, kurikulum diartikan dua macam, Pertama, Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari peserta didik di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Kedua, Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan (Sya'bani, 2018, hal. 102).

Kurikulum juga tidak hanya sebatas mata pelajaran yang harus diikuti oleh peserta didik selama mengikuti sekolah tetapi meliputi segala usaha sekolah yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik. Menurut Ronald C. Doll dalam (Muhaimin, 2007) bahwa kurikulum merupakan pengalaman yang ditawarkan kepada peserta didik di bawah bimbingan dan arahan sekolah. Selain itu, Muritz Johnson juga mengartikan kurikulum sebagai dokumen dan program yang tersusun secara sistematis untuk dicapai oleh peserta didik.

(4)

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan melalui pedoman kurikulum dengan memperhatikan tahapan perkembangan peserta didik, seperti kesesuian jenjang masing-masing satuan pendidikan, kebutuhan pembangunan nasional maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Firmansyah, 2020, hal. 167). Hal ini perlu dilakukan mengingat masyarakat Indonesia yang majemuk. Kurikulum PAI yang ideal adalah kurikulum yang dapat menunjang peserta didik menjadi manusia yang demokratis dengan pengahayan hidup yang bermoral (Heriadi, 2020, hal. 95).

Menurut Cawsell, pengembangan kurikulum adalah alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas mengajarkan bahan, menarik minat peserta didik, dan memenuhi kebutuhan masyarakat (Muhaimin, 2007). Menurut Beane, Toefer dan Allesia menyatakan bahwa perencanaan atau pengembangan kurikulum merupakan suatu proses kajian kebutuhan pada tingkat pendidikan secara menyeluruh dalam membuat keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif (Sya'bani, 2018). Ahli kurikulum memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu perubahan dari adanya keterjalinan, hubungan antara komponen kurikulum, yaitu antara komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Menurut pandangan modern, pengembangan kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran saja akan tetapi dilihat dari pengalaman belajar yang diterima oleh peserta didik yang mempengaruhi perkembangannya.

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum untuk mendapatkan rencana kurikulum yang lebih luas dan spesifik. Proses ini berkaitan dengan seleksi dan pengelompokkan komponen pembelajaran, seperti, materi, sumber-sumber, strategi, alat evaluasi (Taufik, 2023, hal. 55). Berdasarkan pendapat tersebut, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang merancang, merencanakan, menghasilkan suatu kurikulum baru yang lebih baik berdasarkan hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang lebih baik.

Pendidikan agama Islam diartikan sebagai proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal peserta didik untuk terbentuknya pribadi muslim yang baik sesuai ajaran Islam (Mansur, 2016). Menurut zakiyah

(5)

Drajat, pendidikan Islam merupakan pendidikan yang lebih diarahkan pada perbaikan sikap mental yang terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain baik bersifat teori ataupun praktek. Pendidikan Agama Islam multikultural adalah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai dasar dan ideal ajaran Islam yang berusaha mengaksentuasikan aspek perbedaan dan disparitas kemanusiaan dalam konteks yang luas sebagai Sunnatullah yang harus diterima secara bijak di tengah kenyataan kehidupan manusia yang plural dan multikultural dalam segala dimensinya untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan (Rusdiana, 2015, hal. 325).

Berdasarkan penjelasan diatas, Pendidikan Agama Islam multikultural diartikan sebagai suatu pendidikan yang memiliki tujuan yang lebih luas yakni mampu melihat sisi kemanusiaan yang melintas antara agama dengan tradisi budaya sebagai suatu kesatuan yang memiliki perbedaan ataupun kesamaan cita- cita. Model pendidikannya menekankan kepada integrasi nilai-nilai yang ada dalam agama Islam, seperti kasih sayang, tolong-menolong, nilai toleransi, menghargai keberagaman, sikap yang menjunjung rasa kemanusiaan, nilai perdamaian, nilai kearifan, nilai humanisme dan nilai kebebasan. Peneliti menyimpulkan bahwa kurikulum PAI berbasis multikultural diartikan sebagai kegiatan mengintegrasikan nilai-nilai budaya dengan pendidikan Islam.

B. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural Pendidikan agama Islam berbasis multicultural menekankan pada pendekatan dialogis untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan. Pendidikan ini dibangun atas dasar kekuatan relasi kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami, menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan satu sama lain yang berbeda tiap individu maupun kelompok.

Adapun langkah-langkah pengembangan kurikulum PAI berbasis multicultural, yang harus dilakukan adalah (1) mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam seperti saat ini kepada filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit pendidikan.Selain itu, (2) teori kurikulum tentang konten (curriculum content) yang berisikan fakta, teori serta generalisasi harus berubah kearah yang mencakup nilai moral, prosedur

(6)

dan keterampilan (skills) yang harus di miliki oleh peserta didik. Selain itu, (3) Penggunaan teori belajar dalam kurikulum di masa depan yang memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik tidak boleh hanya mendasarkan kepada teori psikologi belajar yang menempatkan peserta didik sebagai makhluk sosial, budaya, politik, tetapi juga sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa, dan dunia yang harus diseragamkan oleh institusi pendidikan. (4) Proses belajar yang dikembangkan untuk peserta didik harus berdasarkan pada proses yang memiliki tingkat isomorphisme yang tinggi dengan kenyataan sosial. Artinya, proses belajar yang mengandalkan peserta didik belajar secara individualistis dan bersaing secara kompetitif individual harus ditinggalkan dan diganti dengan cara belajar kelompok dan bersaing secara kelompok dalam situasi positif. Diharapkan dengan cara demikian, perbedaan antar individu dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan kelompok, dan peserta didik terbiasa hidup dengan berbagai budaya, social, intelektualitas, ekonomi, dan aspirasi politik. Evaluasi yang digunakan haruslah meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik, sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan guna menilai berbagai kemampuan yang dimiliki (Qomarudin, 2019, hal. 99-100)

Berdasarkan penjelasan diatas, langkah-langkah pengembangan kurikulum PAI berbasis multikultural menginginkan dalam proses belajar, guru dapat mengubah model pembelajaran baru yang lebih komunikatif, dengan menekankan pada aspek perbedaan dan keragaman peserta didik.

C. Pendekatan dan Tahapan Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural

1. Pendekatan pengembangan kurikulum PAI Berbasis Multikultural

Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru tidak hanya sekedar memberikan pelajaran secara teori tanpa menimbang aspek apa yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Tentunya perlu strategi seperti halnya pendekatan. Tujuannya agar pembelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik dapat tersampaikan dengan baik. Hal itu harus melihat kondisi yang baik dalam penyampaiannya. Adapun Menurut James A.Banks mengidentifikasi ada lima dimensi atau pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI berbasis multikultural yang dapat di implementasikan terhadap

(7)

kondisi perbedaan peserta didik yaitu: (1) Dimensi isi atau materi (content integration) ini digunakan untuk memberikan keterangan pengalaman belajar

“poin kunci” dengan materi reseptif yang beragam. Guru menyisipkan bahan ajar ke dalam kurikulum dengan menggunakan berbagai metode yang kompleks. (2) Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction), guru membantu peserta didik memahami sudut pandang lain dan mendiskusikan masalah yang muncul karena disiplin pribadi yang mereka miliki. Faktor ini juga terkait dengan pemahaman yang diberikan guru kepada peserta didiknya mengenai setiap perubahan pemahaman yang mungkin ada dalam dirinya. (3)Penurunan dimensi prasangka (prejudice reduction), guru melakukan beberapa upaya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan persepsi positif tentang perbedaan antar kelompok. (4) Dimensi pendidikan yang sama/adil (equitable pedagogy), Aspek ini mempertimbangkan semua kemungkinan cara untuk meningkatkan fasilitas belajar sehingga dapat menyederhanakan perhitungan hasil belajar bagi banyak peserta didik dari berbagai kelompok. (5) Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture and social structure), faktor ini sangat penting dalam memastikan kesejahteraan peserta didik sekolah yang berasal dari berbagai kelompok. Sebagai alternatif, dapat digunakan untuk menciptakan struktur sosial sekolah yang memanfaatkan potensi peserta didik untuk perubahan sosial yang positif. Contohnya termasuk mengikat semangat staf untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, iklim sosial, latihan-latihan, dan latihan-latihan, serta karakteristik struktur sekolah lainnya (Yusuf, 2019, hal. 269-270)

2. Tahapan pengembangan kurikulum

Dalam tahapan pengembangan kurikulum ada tiga fase yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik, diantaranya ialah:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Dalam

(8)

perencanaan tentunya harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran sebab peserta didik yang diajarkan tidak hanya terdiri dari satu agama saja (beranekaragam agamanya)

b. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik, diantaranya aspek pendekatan dalam pembelajaran, aspek strategi dan metode dalam pembelajaran dan proseduar pembelajaran.

c. Evaluasi

Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Instrumen evaluasi ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk non tes (Mulyono, 2019, hal. 60-61)

Berdasarkan penjelasan diatas, keseluruhan tahapan pengembangan kurikulum sangat sistematis karena kurikulum yang akan dihasilkan berguna untuk menentukan keberhasilan dan ketercapaian dari tujuan pembelajaran yang akan diterapkan.

D. Pengembangan Materi PAI berbasis Multikultural

Dalam pengembangan materi PAI berbasis multikultural tentunya penyampaian yang diberikan guru harus sesuai dengan kebutuhan materi ajar.

Adapun beberapa materi PAI yang dapat dikembangkan dengan nuansa multikultural yakni (1) Materi Al-Quran Hadist yaitu Al-Quran menyatakan bahwa manusia diciptakan dari asal yang sama. Terdapat dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari asal yang sama sebagai keturunan Adam dan Hawa yang tercipta dari tanah. Selain itu, Al-quran menyatakan bahwa dahulu manusia adalah umat yang satu. Terdapat dalam Qs. Al-Baqarah ayat 213. Dalam ayat ini dipahami bahwa sumber perselisihan, permusuhan dan perpecahan umat beragama bukan karena

(9)

perbedaan ajaran agama yang dianutnya, hal itu karena rasa dengki. Sehingga, tiap-tiap agama mengajarkan pemeluknya menjadi manusia yang menghargai orang lain. Adapun multikulturalisme dalam hadis yakni hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan hamba Allah itu bersaudara. Terdapat dalam Shahih Bukhari No. 5604. Selain itu, Hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan tidak ada keutamaan dari orang Arab dengan bukan orang Arab. Semua suku bangsa yang ada di dunia sama dihadapan Allah Swt, kecuali ketakwaan serta hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa agama yang dicintai Allah adalah agama yang lurus dan toleran.

(2) Materi Aqidah, lebih menekankan kepada ketauhidan yakni berupa kekuasaan dan keyakinan yang mutlak hanya kepada Allah Swt. Materi yang dapat di integrasikan dengan multikultural adalah materi tentang sifat-sifat Allah SWT dalam Asmaul Husna. (3) Materi Akhlak, lebih memfokuskan pada prilaku baik dan buruk terhadap Allah, Rasul, sesama manusia, diri sendiri dan lingkungan. Sehingga, sangat berkaitan materi akhlak dengan multikultural sebagai peletakan dasar-dasar kebangsaan yang dapat diintegrasikan dengan nilai- nilai multikultural. Dengan begitu, peran guru agama Islam adalah memberikan keteladanan yang baik kepada peserta didik nya.

(4) Materi Fiqih, dapat di integrasikan dengan nilai-nilai multikultural adalah pada konsep fiqih siyasah (pemerintahan). Materi ini mengandung konsep kebangsaan yang telah dicontohkan Nabi, sahabat ataupun para khalifah.

Misalnya, dalam pengelolaan dan sebagai pemimpin masyarakat yang multietnis, multikultural dan multiagama dizaman Nabi. (5) Materi sejarah kebudayaan Islam, bersumber dari fakta dan realitas historis yang dapat dicontohkan dari interaksi sosial yang diterapkan Nabi Muhammad Saw., misalnya peristiwa pembangunan Madinah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw., ditemukan fakta tentang pengakuan dan penghargaan atas nilai pluralisme dan toleransi (Rusdiana, 2015, hal. 331-334).

KESIMPULAN

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang

(10)

lebih baik. Pengembangan kurikulum PAI berbasis multikultural adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar mengkaitkan satu komponen keagamaan dengan komponen berupa lintas budaya atau keberagaman budaya. Dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam berbasis multikultural diperlukan tahap perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan materi yang akan disampaikan, kemudian diperlukannya tahap pelaksanaan sebagai implementasi atau penerapan dari kurikulum yang digunakan dan dilakukan tahap evaluasi sebagai alat ukur untuk melihat ketercapaian tujuan yang diharapkan.

Adapun pendekatan pengembangan kurikulum PAI berbasis multikultural turut diperhatikan, terdiri dari (1) Dimensi isi atau materi (content integration) (2) Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction), (3) Penurunan dimensi prasangka (prejudice reduction) (4) Dimensi pendidikan yang sama/adil (equitable pedagogy), (5) Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture and social structure). Dalam pengembangan kurikulum PAI berbasis multicultural, tentunya seluruh aspek pembelajaran materi PAI terintegrasi dengan nilai-nilai budaya seperti, materi Al-quran dan hadis, materi akidah, materi akhlak, materi fiqh serta materi sejarah kebudayaan Islam.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ansori, Y. Z. (2019). Islam dan Pendidikan Multikultural. Jurnal Cakrawala Pendas, V(2), 113.

Elly M. Setiadi, H. K. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Firmansyah. (2020). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural. Anthropos : Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya Vol.5 (2), 164- 169.

Heriadi. (2020). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Multikultural.

Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender dan Agama, 87-102.

Mansur, R. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Multikultural.

Jurnal Ilmiah Vicratina, Vol. 10 (2).

Mellya Sari, A. (2020). Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian Pendidikan IPA. Natural Science, VI (1), 44.

(11)

Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Mulyono. (2019). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural. El- Wasathiya: Jurnal Studi Agama Vol.7 (1), 46-62.

Qomarudin, M. (2019). Model Pengembangan Kurikulum PAI Multikultural. Al-Itibar:

Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 (2), 98-101.

Rusdiana, Y. S. (2015). Pendidikan Multikultural. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sya'bani, M. A. (2018). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Pendidikan Nilai. Jurnal Tamaddun Vol. XIX (2), 101-114.

Taufik, N. (2023). Implementasi Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural.

At-Tarbiyah: Jurnal Pendidikan, Kebudayaan dan Keislaman, 52-62.

Yusuf, A. (2019). Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural (Perspektif Psikologi Pembelajaran). AL-MURABBI: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol.4 (2), 251-274.

Referensi

Dokumen terkait

Hij wil ûeh "nll tlo Chri"lun-huwlking tlcr r..onll1l budiulll!ll Jui~1 mn do Porlu lu Ilringun tot Iwt tloon \'jin bowilligillg'On mn \'.'I.l1 groolur oru"Ultg dlln die!. du ,'ur,1t

also describe that women favour online methods for advertising and recruitment for weight manage- ment trials.13 Athletes equally prefer the internet and dieti- tians as their nutrition