• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENALAN TEORI AKUNTANSI

N/A
N/A
Venika Venika

Academic year: 2023

Membagikan "PENGENALAN TEORI AKUNTANSI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Venika Kelas : SA701 NIM : 2021038

RANGKUMAN BAB 2 - PENGENALAN TEORI A. BERBAGAI PANDANGAN TERHADAP AKUNTANSI

Akuntan menghadapi masalah beragam dalam analisis transaksi, seperti ekonomi, sosial, hukum, statistik, dan politik. Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang sulit diukur karena akuntansi tidak bersifat matematis. Teoritisi akuntansi memiliki pandangan yang berbeda, sehingga banyak perbedaan interpretasi dalam praktik akuntansi, terutama terkait hutang dan penilaian. Oleh karena itu, Banyak interpretasi berbeda terhadap teori dan praktik akuntansi, yang tidak mengherankan.

Beberapa interpretasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Akuntansi Sebagai Catatan Historis  Teori ini menganggap akuntansi sebagai aktivitas pencatatan transaksi perusahaan dengan dasar-dasar seperti konservatisme, obyektivitas, konsistensi, dan pengamatan praktik akuntansi di masa lalu. Selain itu, standar akuntansi yang dibuat oleh badan yang berwenang menjadi dasar teori ini.

2) Akuntansi Sebagai Bahasa  Meskipun akuntansi tidak diajarkan dalam kelas bahasa, dalam teori, akuntansi sering dianggap sebagai sebuah bahasa karena manajemen perlu berkomunikasi dengan pihak lain, seperti pemegang saham, melalui informasi yang diolahnya.

3) Akuntansi Sebagai Politik Antar Perusahaan  Teori ini mengatakan bahwa sistem akuntansi mencerminkan nilai-nilai dan kebutuhan kelompok tertentu, dan informasi akuntansi digunakan sebagai dasar kebijakan perusahaan, terutama dalam pengambilan keputusan. Contohnya, perusahaan menggunakan anggaran dan laporan eksternal untuk menilai efisiensi divisi-divisi mereka, yang nantinya akan memengaruhi alokasi sumber daya dalam perusahaan.

4) Penentuan Standar Akuntansi Adalah Proses Politik  Manajer sering melobi pembuat standar akuntansi agar standar yang dihasilkan memenuhi kepentingan mereka, seperti meningkatkan kompensasi, mengurangi beban pajak, dan mengurangi biaya pembukuan. Ini menunjukkan bahwa standar akuntansi seringkali dipengaruhi oleh proses politik daripada efisiensi teknis.

5) Akuntansi Sebagai Mitologi  Teori ini melihat sistem akuntansi sebagai alat sosial untuk mempertahankan mitos rasionalisasi, digunakan untuk justifikasi, rasionalisasi, dan melegitimasi keputusan yang pada akhirnya menguntungkan individu lainnya.

6) Akuntansi Sebagai Informasi Komunikasi Dan Keputusan  Teori ini melihat akuntansi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan, seperti alat untuk mengkomunikasikan pengaruh inflasi terhadap kebutuhan pemakai serta perilaku manajer dan investor dalam pengambilan keputusan ekonomi.

7) Akuntansi Sebagai Barang Ekonomi  Teori ini melihat akuntansi sebagai informasi yang memiliki biaya dan manfaat. Ketika standar akuntansi dikeluarkan, itu menghasilkan biaya dalam

(2)

perusahaan, dan regulasi menentukan siapa yang harus membayar biaya tersebut dan merasakan manfaatnya.

8) Akuntansi Sebagai Komoditi Sosial  Teori ini menganggap akuntansi memengaruhi kesejahteraan kelompok dalam masyarakat. Angka-angka akuntansi memengaruhi keputusan investor, perkembangan perusahaan, kesejahteraan karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan, serta mendukung pelaksanaan kebijakan pemerintah.

9) Akuntansi Seabagai Ideologi Dan Eksploitasi  Akuntansi adalah ideologi masyarakat kapitalis yang memungkinkan penggunaan teknik tertentu untuk menguntungkan kelompok elit dengan merugikan masyarakat umum dan karyawan.

10) Akuntansi Sebagai Klub Sosial  Teori ini berpendapat bahwa prinsip, standar, dan masyarakat akuntansi ada untuk mendukung kepentingan kelompok tertentu dan tujuan akuntan. Kelompok ini menciptakan budaya profesional dan memperkuat monopoli pengetahuan mereka. Profesi akuntan berupaya membangun reputasi positif di mata masyarakat terkait kompetensi mereka. Namun, berbagai teori ini memberikan pandangan yang berbeda dan kadang saling bertentangan tentang makna penting akuntansi dan bagaimana prinsip-prinsipnya harus dikembangkan.

B. APA YANG DIMAKSUD DENGAN TEORI?

Teori adalah struktur bahasa yang terbentuk dari elemen-elemen tertentu. Teori dapat dirumuskan dengan berbagai pendekatan sesuai sudut pandang yang digunakan, dan istilah "teori" sering digunakan sebagai sinonim untuk "hipotesis" atau "proposisi". Proposisi adalah pernyataan tentang konsep yang memiliki nilai kebenaran ketika dikaitkan dengan fenomena. Jika proposisi diuji secara empiris, maka disebut hipotesis. Proposisi terbagi menjadi dua jenis, yaitu proposisi a priori dan proposisi a posteriori.

Proposisi a priori adalah pernyataan yang bisa dipastikan kebenarannya melalui penalaran murni atau analisis kata-kata (contohnya: 2 + 2 = 4). Mereka sering digunakan dalam matematika. Sementara itu, proposisi a posteriori adalah pernyataan yang kebenarannya hanya bisa ditentukan setelah memperhatikan realitas dalam dunia nyata (contohnya: lampu lalu lintas merah berarti berhenti). Mereka sering digunakan dalam penyusunan teori dalam ilmu pengetahuan empiris seperti fisika.

Teori ilmiah adalah sistem deduktif di mana konsekuensi logis mengikuti hubungan antara fakta yang diobservasi dan hipotesis dalam sistem tersebut. Ini adalah studi tentang deduktif dalam teori tersebut.

Popper menekankan sifat empiris teori, menggambarkannya sebagai alat untuk memahami dan menjelaskan dunia. Teori adalah argumen logis yang menghasilkan hipotesis dari premis atau pernyataan yang menjelaskan, memprediksi, atau memberikan rekomendasi.

C. PERUMUSAN TEORI

Dalam mereview teori ilmiah, penting untuk menguji asumsi dengan metode ilmiah atau alamiah.

Pendekatan ilmiah lebih terstruktur, dengan perancangan riset yang jelas, sementara pendekatan alamiah

(3)

lebih fleksibel dan teori dapat muncul secara tak terduga. Dalam metode alamiah, peneliti mungkin tidak memiliki konsep sebelumnya dan teori bisa ditemukan tanpa penelitian yang terencana sebelumnya.

1) Teori Sebagai Bahasa

Teori adalah konsep yang diungkapkan dalam bahasa verbal atau matematis, berasal dari abstraksi dalam pikiran manusia, dan harus terhubung dengan dunia nyata untuk menjadi berguna. Unsur teori dapat dilihat pada Tampilan 2.2.

Teori dapat berbentuk kata atau simbol. Studi simbol disebut semiologi dalam filsafat pengetahuan, terdiri dari tiga bagian:

a. Sintaktik Sintaktik adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara simbol-simbol.

Fokus utamanya adalah apakah kata-kata atau simbol-simbol digunakan secara konsisten dan logis. Sintaktik atau hubungan logis (seperti yang digambarkan dalam Tampilan 2.2 sebagai garis lurus) menghubungkan konsep-konsep dasar (diwujudkan dengan simbol lingkaran). Ini berkaitan dengan aturan bahasa yang digunakan, baik dalam bahasa alami maupun matematika. Sintaktik dianalisis dengan metode analitik berdasarkan silogisme, yang menghasilkan proposisi analitik.

Dalam evaluasi sintaktis, yang penting adalah validitas logika, bukan kebenaran proposisi dalam dunia nyata. Jadi, logika tetap valid meskipun proposisi atau konklusi tidak benar.

Contohnya, meskipun konklusi tentang akumulasi depresiasi bersaldo debit adalah salah, logikanya tetap valid karena jika premis-premisnya benar, konklusi pasti benar.

b. Semantik  Semantik adalah studi tentang makna dan hubungan kata, tanda, atau simbol dengan dunia nyata. Pertanyaan semantik mencakup arti kata atau simbol dalam teori dan menghubungkan konsep teori dengan objek dunia nyata melalui hubungan operasional atau koresponden. Keakuratan semantik suatu pernyataan ditentukan oleh keakuratan deskripsi dalam dunia nyata, bukan hanya argumen logis.

(4)

Pernyataan pertama salah dan logika yang digunakan tidak valid karena tidak ada informasi jelas tentang saldo rekening non-aktiva. Namun, secara semantik, konklusi bahwa retur penjualan bersaldo debit benar. Hipotesis atau teori dalam kasus ini memerlukan unsur empiris dan sintaktis, dan kebenarannya tergantung pada hasil observasi. Untuk membuktikan bahwa akumulasi depresiasi bersaldo debit, diperlukan bukti yang menunjukkan status aktual rekening tersebut.

c. Pragmatis  Hubungan pragmatis dalam konteks akuntansi adalah tentang bagaimana konsep dan praktik akuntansi mempengaruhi perilaku individu. Hubungan ini tidak ditunjukkan dalam Tampilan 2.2 karena banyak teori yang tidak memiliki aspek pragmatis. Ini terkait dengan tujuan pelaporan keuangan yang adalah memberikan informasi bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi. Pendekatan yang umum digunakan dalam merumuskan teori adalah model keputusan, yang menekankan bahwa akuntansi harus memenuhi kebutuhan informasi pemakai. Selain itu, pendekatan pragmatis juga melibatkan observasi terhadap berbagai reaksi individu terhadap informasi yang sama dengan metode yang berbeda, seperti manajer yang mendukung atau melobi standar akuntansi, atau investor yang membeli atau menjual saham berdasarkan informasi yang sama. Akuntan juga dapat memberikan respons teknis yang berbeda terhadap peristiwa yang sama dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda.

2) Teori Sebagai Penalaran (Reasoning)

Teori bisa dianggap sebagai bahasa, dan cara teori dibuat bisa melalui penalaran deduktif dari umum ke khusus atau penalaran induktif dari khusus ke umum.

a. Pendekatan Deduktif  Pendekatan deduktif menekankan pada pentingnya tujuan, yang berbeda dapat menghasilkan struktur dan prinsip yang berbeda. Metode deduktif menggunakan aksioma atau matematika, dimulai dengan asumsi dasar dan aturan yang digunakan untuk mengambil kesimpulan logis dari masalah yang sedang dianalisis. Kebenaran teori hanya diuji melalui logika analitis atau operasional matematika. Jika tujuan benar dan asumsi-logika-logika-nya tepat, maka teori yang dihasilkan dianggap benar.

b. Pendekatan Induktif  Pendekatan induksi berawal dari observasi terhadap fenomena khusus untuk menghasilkan generalisasi berdasarkan bukti empiris, berbeda dengan pendekatan deduktif yang menggunakan pernyataan umum untuk membuat prediksi khusus.

(5)

3) Teori Sebagai Justifikasi (Pembenaran)

Teori pembenaran, yang bersifat normatif, merumuskan resep atau pedoman tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam praktik berdasarkan pertimbangan nilai. Teori ini bersifat deduktif dan tidak didasarkan pada penelitian empiris, melainkan lebih sebagai panduan hipotesis tentang bagaimana suatu hal seharusnya dipraktikkan tanpa menguji hipotesis tersebut.

4) Teori Sebagai Penjelasan Dan Prediksi

Teori positif adalah pendekatan yang dianggap netral dalam akuntansi. Ini berdasarkan bukti empiris untuk menjelaskan praktik saat ini dan memprediksi perubahan yang mungkin terjadi. Teori ini populer di kalangan akademisi dan didasarkan pada pandangan bahwa kekuasaan dan politik adalah hal yang konsisten, dan sistem sosial dalam organisasi adalah fenomena yang netral dan tidak tergantung pada individu. Pendukung teori positif menganggap diri mereka sebagai pengamat netral dan obyektif dalam mengamati fenomena yang ada.

D. PENGUJIAN TERHADAP TEORI

Fungsi metodologi ilmiah adalah menguji kebenaran suatu teori melalui kriteria yang jelas. Kebenaran suatu teori harus dapat diuji baik secara logis maupun empiris sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam perumusan teori.

Dalam menguji teori, perlu membedakan definisi kebenaran (apa yang dimaksud dengan pernyataan yang benar) dengan kriteria kebenaran (bagaimana kita mengakui bahwa suatu pernyataan itu benar).

Meskipun definisi kebenaran sulit disetujui, kriteria kebenaran tetap dapat digunakan. Kebenaran dalam epistemologi merujuk pada kualitas yang terkait dengan pernyataan atau keyakinan. Berbagai cara dapat digunakan untuk menentukan kebenaran, tergantung pada tingkat keyakinan seseorang, seperti dogmatis, terbukti sendiri, dan ilmiah.

1) Dasar Dogmatis

Dogmatisme dalam akuntansi digunakan untuk menerima validitas aturan tertentu demi menjaga keseragaman praktik akuntansi. Namun, masalahnya adalah sejauh mana keyakinan ini harus ditempatkan pada badan berwenang. Pendekatan dogmatis sering melibatkan unsur bias dalam menilai kebenaran suatu pernyataan, di mana pandangan pribadi terhadap orang atau kelompok yang membuat pernyataan memainkan peran penting. Bukti objektif hanya berperan sebagai bukti pelengkap.

2) Terbukti Sendiri (Self Evident)

Kebenaran yang terbukti sendiri adalah kelogisan, perasaan, dan kejelasan pernyataan berdasarkan pengetahuan umum, pengalaman, dan pengamatan. Misalnya, pernyataan "akuntansi menggunakan harga pasar" adalah kebenaran yang terbukti sendiri tanpa perlu studi empiris. Ini memastikan validitas praktek akuntansi dalam lingkungan yang sesuai. Kriteria self-evident bisa mengungkapkan

(6)

kesalahan dalam pengetahuan ilmiah. Pernyataan yang sebelumnya dianggap benar secara self-evident bisa menjadi salah jika definisi istilah-istilah dalam pernyataan tersebut berubah. Contohnya, dalam Geometri, pernyataan bahwa "garis lurus adalah jarak terpendek antara dua titik" bisa menjadi tidak benar jika definisi kata-kata seperti "garis lurus", "titik", "jarak terpendek", dan "antara" berubah.

3) Dasar Ilmiah

Tiga unsur teori yang berbeda (sintaktik, semantik, pragmatik) menghasilkan metode ilmiah yang berbeda dalam pengembangan teori. Cara pengembangan dan pengujian teori sering menjadi subjek perdebatan dalam filsafat ilmu pengetahuan, seperti :

a. Sintatik dan Induksi (Syntactics dan Indusctions)  Kritik terhadap pendekatan induktif menyatakan bahwa prinsip-prinsip induksi sering gagal karena bergantung pada pengamatan manusia. Filsuf Kant mengusulkan alternatif dengan menekankan bahwa pengamatan adalah aktivitas interpretatif. Ini berarti bahwa pengalaman di dunia nyata diinterpretasikan dalam kerangka budaya dan individu, sehingga dunia nyata dipengaruhi oleh faktor luar dan pengetahuan individu. Dengan demikian, pengamatan empiris dianggap tidak selalu dapat diandalkan sebagai dasar untuk hukum ilmiah karena dipengaruhi oleh konteks budaya, sosial, dan pengetahuan individu.-

b. Falsifikasi  Pendekatan Falsifikasi oleh Karl Popper menyatakan bahwa penelitian ilmiah bertujuan untuk membuktikan kesalahan hipotesis, bukan untuk membuktikan kebenarannya.

Teori dalam pendekatan ini adalah hipotesis yang belum terbukti salah, bukan sesuatu yang sudah benar atau faktual. Jika teori tidak mampu menghasilkan hipotesis yang bisa dibuktikan salah melalui observasi, maka teori tersebut dianggap tidak valid.

c. Paradigma dan Revolusi  Pendekatan ini, dikembangkan oleh Thomas Kuhn, menyatakan bahwa kemajuan pengetahuan bukan hasil evolusi, melainkan hasil revolusi. Teori dapat digantikan oleh teori lain yang tidak sesuai. Kemajuan pengetahuan terjadi melalui berbagai tahap, mulai dari pre-science hingga new normal science, melalui krisis dan revolusi. Paradigma, atau pandangan yang diterima secara umum, menjadi landasan dalam periode normal science, di mana para peneliti bekerja sesuai dengan paradigma tersebut. Ketika terjadi anomali atau masalah yang tidak dapat dipecahkan, muncul krisis yang memicu revolusi pengetahuan untuk mencapai normal science kembali. Proses ini berulang sesuai perkembangan paradigma dan situasi.

d. Research Programmes  Lakatos (1974) mengajukan interpretasi teori ilmiah berdasarkan program penelitian. Teori ilmiah terdiri dari "hard core" (inti keras) yang tidak diuji oleh peneliti dan "protective belt of auxiliary hypotheses" (sabuk pelindung hipotesis tambahan) yang memungkinkan penelitian. Inti keras tidak dapat dibuktikan kesalahannya (negative heuristic), sedangkan hipotesis tambahan mendukung penelitian (positive heuristic). Pendekatan ini menekankan upaya menemukan fenomena baru dalam sains. Dalam ilmu ekonomi makro, contoh

(7)

research programmes adalah ketika asumsi inti bahwa manusia berpikir rasional tidak diuji ulang.

Sebaliknya, penelitian berfokus pada aspek lain yang bergantung pada asumsi inti tersebut.

Research programme bersifat progresif jika :

- memiliki positive heuristic yang memberikan peluang untuk penelitian lebih lanjut - menghasilkan fenomena baru dari waktu ke waktu.

Referensi

Dokumen terkait