• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGENDALI PUTARAN TURBIN UAP BERBASIS FUZZY MENGGUNAKAN ARDUINO PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH SKALA MIKRO KAMPUS-II ITN MALANG - Eprints ITN Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM PENGENDALI PUTARAN TURBIN UAP BERBASIS FUZZY MENGGUNAKAN ARDUINO PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH SKALA MIKRO KAMPUS-II ITN MALANG - Eprints ITN Repository"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Gambar diatas menunjukkan hasil pengukuran tachometer, nilai rpm yang diukur dari tachometer adalah 2695. Kalibrasi ini menggunakan frekuensi 50 Hz, berbeda dengan kalibrasi sensor proximity yang hanya menggunakan frekuensi 30 Hz. Pada gambar diatas terlihat hasil sensor kopling spline menggunakan frekuensi yang sama yaitu 50Hz dan mendapatkan hasil pembacaan RPM sebesar 2701 yang hampir sama dengan tachometer dengan RPM sebesar 2695. Pada kalibrasi ini pada saat mesin hidup Sensor akan mendeteksi RPM dan tachometer diarahkan ke pulsa pemicu yang ditandai dengan spidol kertas putih. Pada percobaan diatas dengan menggunakan sumber dari PLN terlihat tegangan masukan dari triac terus meningkat dan watt keluaran juga meningkat, sehingga dianggap linier pada percobaan diatas karena frekuensi PLN stabil dan tidak tidak berfluktuasi.

Dari hasil grafik, Gambar 4.4 merupakan hasil pengukuran tegangan input dan watt output ke TRIAC dengan menggunakan sumber dari generator. Dari grafik tersebut terlihat kenaikan watt versus tegangan tidak linier pada 2v terjadi penurunan daya dan pada 3,2v tidak terbaca daya. Dari grafik tersebut terlihat kenaikan watt output versus tegangan tidak linier pada 2.2v terjadi penurunan daya dan pada 4v tidak ada daya yang terbaca.

Pada gambar grafik diatas terlihat kenaikan watt keluaran hampir linier dengan tegangan triac.Grafik diatas dapat dibandingkan dengan frekuensi dibawah 50 Hz dimana kenaikan watt keluaran sangat signifikan. 14 Grafik input dan output TRIAC 52,5 Hz Pada grafik di atas terlihat bahwa peningkatan watt keluaran hampir linier dengan tegangan triac. Input triac berupa tegangan digunakan untuk menghidupkan triac sehingga dapat menghasilkan output yang diteruskan ke dummy load. Pada gambar grafik di atas terlihat peningkatan watt keluaran hampir linier dengan tegangan triac.

16 Input (PWM) dan output (tegangan) PWM ke tegangan Dari hasil grafik pada Gambar 4.3 diperoleh hasil pengukuran tegangan input dan output PWM ke PWM ke tegangan.

Gambar 4. 3 Pengukuran dari tachometer
Gambar 4. 3 Pengukuran dari tachometer

Hasil pengujian alat

Function membership 3 kurva

Pada tabel hasil percobaan pertama terlihat bahwa pada saat tanpa beban rpm undershoot sebesar 2997 dan tidak mempunyai nilai error, sedangkan dengan beban 100 watt undershoot sebesar 2980 untuk nilai error stable state sebesar 0,60% selama 1 jam. periode waktu.

Tabel 4. 8 Membership pertama
Tabel 4. 8 Membership pertama

Values

Nilai error keadaan tunak ini menunjukkan bahwa pada saat beban masuk maka rpm akan menurun. Jika rpm tidak kembali ke titik setel maka disebut dengan error keadaan tunak.

Gambar 4. 20 Grafik Error
Gambar 4. 20 Grafik Error

Percobaan kedua

Function membership 5 kurva

1] jika kecepatan Stabil dan Error Setpoint maka PWM Rendah [2] jika kecepatan Stabil dan Error A.Minus maka PWM Rendah [3] jika kecepatan Stabil dan Error A.Plus maka PWM Rendah [4] jika kecepatan Stabil dan Error Minus maka PWM Rendah [5] jika kecepatan Stabil dan Error Plus maka PWM Rendah. 6] jika kecepatan A.Lambat dan Error Setpoint maka PWM A.Low [7] jika kecepatan A.Lambat dan Error A.Minus maka PWM Medium [8] jika kecepatan A.Slow dan Error A.Plus maka PWM Medium [ 9 ] sebagai kecepatan A. Lambat dan Error Minus maka PWM A. Tinggi [10] sebagai kecepatan A. Lambat dan Error Plus maka PWM A. Tinggi [11] sebagai kecepatan Lambat dan Error Setpoint maka PWM Rendah [12] sebagai kecepatan Lambat dan Error A.Minus maka PWM A.Tinggi [13] jika kecepatan Lambat dan Error Minus maka PWM Tinggi [14] jika kecepatan Lambat dan Error A.Plus maka PWM A.Rendah [15] jika kecepatan lambat dan error Plus, maka PWM rendah. 16] jika kecepatan A. Cepat dan Error Setpoint maka PWM Sedang [17] jika kecepatan A. Cepat dan Error A. Minus maka PWM A. Rendah.

20] jika kecepatannya A. Cepat dan Error Plus maka PWM Tinggi [21] jika kecepatan Cepat dan Error Setpoint maka PWM sedang [22] jika kecepatan Cepat dan Error A. Minus maka PWM sedang [23] jika kecepatan Cepat dan Error Minus maka PWM Sedang [24] jika kecepatan Cepat dan Error A.Plus maka PWM Tinggi [25] jika kecepatan Cepat dan Error Plus maka PWM Tinggi. Pada pengujian kurva fungsi keanggotaan 5 digunakan beban nyata sebesar 200 watt dan beban dummy sebesar 300 watt. Digunakan beban Fop sebesar 300 watt karena nilai beban dummy harus lebih besar dari beban sebenarnya. Pada pengujian kali ini untuk menentukan parameter fungsi keanggotaan menggunakan metode trial and error dengan mengubah nilai fungsi keanggotaan pada Arduino Ide.

Pada percobaan kali ini kami menggunakan 5 buah kurva dengan aturan Lambat, Agak Lambat, Stabil, Agak Tinggi, Tinggi. Data diatas dikumpulkan dengan menggunakan metode 'trial and error' dimana motor AC hanya mencapai putaran maksimum 3000 rpm dan pada percobaan ini Hasil percobaan Pertama terlihat bahwa pada operasi tanpa beban undershoot kecepatannya adalah 2,997 dan tidak mempunyai nilai error, sedangkan dengan menggunakan beban 100 watt undershootnya sebesar 2,965 dan nilai errornya sebesar 1,16% pada delay 40 detik, dan terakhir dengan menggunakan beban 200 watt undershootnya sebesar 2,845 dengan. Nilai errornya sebesar 5,16% untuk waktu lebih dari 1 menit. Pada percobaan pertama ini, sistem stabilisasi yang digunakan tidak berfungsi dengan baik karena nilai error yang dihasilkan lebih besar dari 5% pada beban 200 watt.

Tabel tersebut menunjukkan hasil percobaan kedua dengan tanpa beban didapatkan rpm understroke sebesar 2,997 dan tidak mempunyai nilai error, namun dengan beban 100 watt understroke diperoleh sebesar 2,960 dan nilai error sebesar 1,33% dengan waktu tunda. 40 detik dan terakhir menggunakan beban sebesar 200. Boost watt sebesar 2835 dengan nilai error sebesar 5,5% dengan waktu lebih dari 1 menit. Pada percobaan kedua ini, sistem stabilisasi yang digunakan kurang berfungsi dengan baik karena nilai error yang dihasilkan melebihi 5% pada beban 200 watt. Tabel tersebut menunjukkan hasil percobaan ketiga tanpa beban diperoleh rpm understroke sebesar 2,997 dan tidak mempunyai nilai error, sedangkan pada beban 100 watt understroke diperoleh sebesar 2,960 dan nilai error terhadap waktu sebesar 1,33%. lag 40 detik dan terakhir menggunakan beban 200 Watt boostnya sebesar 2840 dengan nilai error 5,3% dengan waktu lebih dari 1 menit.

Pada percobaan ketiga ini, sistem stabilisasi yang digunakan tidak berfungsi dengan baik karena nilai error yang dihasilkan diatas 5% pada beban 200 watt. Pada percobaan ketiga diatas yang menggunakan lima kurva keanggotaan, kestabilannya kurang responsif terhadap beban karena terdapat lima aturan yaitu Lambat, Agak Lambat, Stabil, Agak Cepat, Cepat.

Tabel 4. 14 Membership pertama
Tabel 4. 14 Membership pertama

Gambar

Gambar 4. 6 Ketika pulsa low (kiri) dan ketika pulsa high (kanan)
Gambar 4. 7 Membership Function RPM  Berikut penjelasan dari fungsi keanggotaan di atas:
Gambar 4. 8 Membership Function PWM  Berikut penjelasan dari fungsi keanggotaan di atas:
Gambar 4. 10 Grafik Input dan Output TRIAC
+7

Referensi

Dokumen terkait

4 BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pemrograman sistem kendali menggunakan metode Logika Fuzzy yang nilai parameternya dapat diganti