• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Pendidikan

N/A
N/A
SIRRUL ALAM

Academic year: 2024

Membagikan "Pengertian Pendidikan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan itu adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah bahkan sampai kepada lingkungan masyarakat. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sehubungan dengan tujuan pendidikan sebagaimana terungkap di atas yakni untuk mengembangkan potensi kognitif, sikap dan keterampilan peserta didik maka pendidik/tenaga kependidikan memikul tanggung jawab untuk membimbing, mengajar dan melatih murid atas dasar norma-norma yang berlaku baik norma agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Untuk mewujudkan tujuan itu perlu ditanamkan sikap disiplin, tanggung jawab, berani mawas diri, beriman dan lain-lain. Pembinaan pun sering diterima siswa manakala mereka melanggar tata tertib yang telah disepakati.

Pembinaan itu dimaksudkan sebagai upaya mendisiplinkan siswa terhadap peraturan yang berlaku. Sebab, dengan sadar pendidik memegang prinsip

1

(2)

bahwa disiplin itu merupakan kunci sukses hari depan. Apakah bentuk-bentuk pembinaan bisa dikembangkan untuk mendisiplinkan siswa? Pertanyaan seperti inilah menjadi dilema bagi kaum pendidik dalam mengemban kewajiban dan tanggung jawabnya.

Disiplin merupakan proses pengawasan ketaatan atau perilaku secara teratur melalui pelatihan dan terdapat adanya hukuman bagi siapa yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan (Lindgren, 1980:426-427). Sekolah sebagai pusat pembelajaran yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan, nilai sikap, watak, dan perilaku hanya dapat terjadi dengan kondisi infrakstruktur, tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan lingkungan yang sesuai”. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa dalam rangka menumbuhkan atau membina kedisiplinan pada siswa (Soedjiarto, 2000: 46). Disiplin dipengaruhi oleh kesadaran diri, pengikutan, dan ketaatan terhadap peraturan, alat pendidikan yang mempengaruhi perubahan perilaku, serta hukuman sebagai penyadaran (Tu’u, 2004: 48)

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilingkungan SMP Islam Ummul Rodhiyah , masih terdapat siswa yang tingkat kedisiplinannya rendah atau melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.

Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud adalah terlambat mengikuti apel pagi, tidak mengerjakan tugas, dan masih banyaknya siswa yang pulang sebelum waktu pelajaran selesai (bolos) dan sebagainya.

(3)

Salah satu guru pembimbing di SMP Islam Ummul Rodhiyah menurut bapak M Ryan Pratama, seluruh siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah memahami akan adanya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Akan tetapi, hal tersebut masih berhenti pada tingkat pemahaman saja belum dimanifestasikan dalam sebuah tindakan. Masih terdapat banyak siswa yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku sehingga perilaku disiplin belum tampak pada diri setiap siswa. Masalah pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa belum di administrasikan dengan baik karena tidak adanya petugas khusus yang menangani masalah kedisiplinan siswa.

Dari permasalahan tersebut, pembenahan utama yang harus dilakukan adalah kedisiplinan. Sikap dan prilaku disiplin merupakan sesuatu yang sangat penting agar kondisi kehidupan tersebut berjalan dengan baik dan layak. Oleh karena itu, sangat beralasan apabila berbagai upaya dilakukan untuk membina, menumbuhkan, dan mengembangkan kedisiplinan dalam wacana kehidupan.

Tanpa penerapan ini, seorang anak akan melakukan penyimpangan sosial, baik tingkah laku, sifat, karakter kebiasaan, dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Andrian (2017) menemukan bahwa pembinaan fisik dan mental yang diberikan di SMK PGRI 3 Cimahi sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karena dengan adanya bentuk-bentuk kegiatan pembinaan yang diselenggarakan kepada siswa SMK PGRI 3 Cimahi khususnya kelas XI dapat memperbaiki tingkah laku kedisiplinan siswa di lingkungan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa siswa SMK PGRI 3 Cimahi memiliki perubahan tingkat kedisiplinan yang baik, yaitu mereka

(4)

dapat melakukan kebiasaan yang positif baik itu di lingkungan formal, informal dan nonformal.

Membangun kedisiplinan tidak hanya dilakukan di dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, melainkan juga harus dalam kegiatan di luar sekolah yang relevan untuk melakukan pembinaan kedisiplinan dikalangan pelajar yang sangat penting dalam kehidupan sekolah. Maka dari itu, dengan adanya disiplin seseorang akan terbiasa untuk hidup secara teratur dan tertib.

Penegakan kedisiplinan pada siswa mutlak untuk dilakukan. Penegakan kedisiplinan ini dilakukan untuk mendorong siswa untuk berprilaku sepantasnya. Berprilaku sepantasnya disini adalah sebagai kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur yang efektif dan efisien sehingga berdampak positif terhadap sikap dan prilaku siswa. Selain itu, siswa yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan mampu menampilkan perilaku sesuai dengan batasan- batasan, norma yang berlaku, dan mampu mengarahkan dirinya kepada aktivitas-aktivitas yang positif dalam belajar. Menurut Meiyanti (2014 : 28),

“Apabila disiplin itu telah terbentuk maka akan terwujud disiplin pribadi yang kuat dan setelah dewasa akan diwujudkan pula dalam setiap apek kehidupan”.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya suatu usaha untuk menumbuhkan disiplin siswa yang di dasari atas kesadaran dari masing- masing individu.

Dalam penegakan membangun kedisiplinan siswa dapat melalui dengan pembinaan. Pembinaan tersebut merupakan usaha untuk memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui

(5)

bimbingan fisik dan konseling mental sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji, membangun kedisiplinan dalam diri, dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupannya.

Tabel 1.1 Data Siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah Rendah Dalam Minat Belajar Tahun 2022

NO. Bulan

Jenis Kelamin

Jumlah

L P

1 Mei 2022 12 9 21

2 Juni 2022 8 7 15

3 Juli 2022 10 5 15

Jumlah 30 21 51

Sumber Data : SMP Islam Ummul Rodhiyah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Fisik dan Mental (PFM) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa studi pada SMP Islam Ummul Rodhiyah”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penulis dalam penelitian kualitatif ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis peranan pembinaan Fisik dan Mental (PFM) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah. Hal ini didasarkan pada permasalahan yang mencangkup beberapa hal yang terjadi

(6)

pada siswa tentang kurangnya disiplin dalam berbagai hal. Oleh sebab itu penulis memfokuskan penelitian terhadap permasalahan tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan fokus penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk kegiatan Pembinaan Fisik dan Mental (PFM) di SMP Islam Ummul Rodhiyah?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kedisiplinan siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah ?

3. Bagaimana upaya kegiatan Pembinaan Fisik dan Mental (PFM) dalam membangun kedisiplinan siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis untuk menjelaskan dan menganalisis upaya pembinaan fisik dan mental dalam membangun kedisiplinan siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah dalam segala hal serta mengimplentasikanya dalam kehidupan sehari-hari.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, dapat digolongkan kepada dua kategori:

(7)

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengembangkan penelitian tentang pola pembinaan Fisik dan mental dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi Universitas Pamulang, hasil penelitian ini dijadikan sebagai arsip skripsi dan bahan kajian.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman, dakwah dan ilmu pengetahuan.

c. Bagi siswa, dapat memberikan alternatif untuk meningkatkan Fisik dan Mental mereka dalam meningkatkan kedisiplinan.

d. Bagi Ustadz dan Ustadzah, dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan bermakna.

e. Bagi para peneliti, dapat dijadikan bahan pertimbangan terhadap penelitian lain yang ada relevansinya dengan masalah tersebut.

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pembinaan Fisik dan Mental

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Seperti telah diketahui bersama bahwa pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak akan terlepas dari pada bagaimana cara untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dari semula dan/atau bagaimana cara mengajar agar bisa berjalan dengan lancar berdasarkan metode atau alat yang akan digunakan. Alat pendidikan ialah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu.

Pembinaan sebagai salah satu teknik pengelolaan kelas sebenarnya masih terus menjadi bahan perdebatan. Akan tetapi, apa pun alasannya, Pembinaan sebenarnya tetap diperlukan dalam keadaan sangat terpaksa, katakanlah semacam pintu darurat yang suatu saat mungkin diperlukan.

Pembinaan merupakan alat pendidikan represif, disebut juga alat pendidikan korektif, yaitu bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar dan/atau yang tertib.

8

(9)

Beberapa definisi mengenai kebugaran fisik yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktifitas yang bersifat mendadak (Nala, 2011). Pengertian lain menyatakan kebugaran fisik adalah suatu keadaan dan kemampuan fisik yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadaptugas fisik tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus di atasi dengancara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurnasebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo dan Mucchtamaji, 2005) Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Jakarta, 2002).

Kebugaran fisik dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas sehari-hari secara efisien, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan masih memiliki cadangan energi yang dapat digunakan untuk menikmati waktu luang. Oleh karena itu kebugaran jasmani sangatlah penting untuk menunjang aktifitas seseorang sehari-hari (Sita, 2018) Kebugaran fisik ialah kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan ringan tanpa merasakan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain (pendidikanmu, 2018). Jika anak tidak melalukan aktifitas fisik

(10)

maka resiko obesitas pada anak akan tinggi karena energi yang masuk tidak seimbang dengan yang dikeluarkan. Timbunan lemak akan lebih banyak karena tidak dikeluarkan melalui aktifitas fisik tersebut. Kebugaran jasmani memiliki peranan penting yang menentukan produktivitas kerja pada umumnya dan belajar pada khususnya, manfaat kebugaran jasmani sangat bermacam-macam, salah satunya ialah kebugaran bagi anak dapat mempertinggi kemauan dan kemampuan belajar. Contoh yang dapat dilihat adalah jika kondisi fisik terganggu (sakit), siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Jika kondisi ini terus berlangsung, akan sangat mungkin prestasi belajar siswa akan mengalami penurunan (Bugiarto, 2009) dalam (sita, 2018). Jika seseorang memiliki kebugaran jasmani dan status gizi yang tidak seimbang dapat terjadi gangguan perkembangan dan pertumbuhan karena, setiap kali anak melakukan gerak memerlukan energi. Energi tersebut didapat dari makanan yang cukup mengandung nilai gizi yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya tahan otot, kelentukan, koordinasi, dan kelincahan yang baik (Rismayanthi, 2012) dalam (Sita, 2018).

Mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula. Pembentukan mental atau jiwa siswa merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi Islam. Untuk

(11)

menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembentukan jiwa harus lebih diutamakan dari pada pembinaan fisik atau pembentukan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada gilirannya akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.

Definisi Mental Kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens atau mentis yang memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental. Sedangkan secara terminologi para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi ada perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan Langgulung, mendefinisikan mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi pada kondisi mental. Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya.

(12)

Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejalagejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.

Membentuk mental tidak bisa dilakukan dalam sekejap dengan memberikan nasihat, perintah, atau instruksi, namun lebih dari hal tersebut.Pembentukan mental siswa memerlukan teladan atau rolemodel, kesabaran, pembiasaan, dan pengulangan. Dengan demikian, proses pendidikan mental merupakan proses pendidikan yang dialami oleh siswa sebagai bentuk pengalaman pembentukan kepribadian melalui mengalami sendiri nilai-nilai kehidupan, agama, dan moral.

Guru sebagai pelaku langsung pendidikan memiliki peran dalam menanggulangi kenakalan remaja yang terjadi di sekolah. Pada dasarnya, peran guru antara lain sebagai: 1) Pendidik; 2) Pengajar dan pembimbing;

3) Komunikator; 4) Motivator; 5) Mediator; 6) Informator; 7) Evaluator, 8)

(13)

Fasilitator; dan 9) Sebagai Director. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi kenakalan remaja antara lain:

1. Memberikan contoh tingkah laku yang tidak menyimpang norma- norma, baik norma hukum maupun norma sosial kepada peserta didik.

2. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik (siswa).

3. Guru memberikan informasi tentang bahayanya melakukan tindakan kriminal.

4. Guru selalu mengawasi perkembangan tingkah laku siswa.

5. Guru memberikan bimbingan kepribadian di sekolah.

6. Guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk selalu melakukan hal yang positif, dll.

Dalam upaya tersebut, siswapun akan lebih mengetahui dan memahami segala bentuk pengarahan yang telah diberikan oleh guru dan siswa mampu mengatasi segala bentuk permasalahan yang akan terjadi dikehidupannya.

Dalam kegiatan proses pembelajaran, membentuk mental siswa dapat dimulai dari pembuatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Karakter yang akan dikembangkan dapat ditulis secara eksplisit pada RPP.

Dengan demikian, dalam setiap kegiatan pembelajaran perlu menetapkan mental yang akan dikembangkan sesuai dengan materi, metode, dan strategi pembelajaran. Ketika guru ingin menguatkan karakter kerjasama, disiplin waktu, keberanian, dan percaya diri, maka guru perlu memberikan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran sehari-hari.

(14)

Guru perlu menyadari bahwa guru harus memberikan banyak perhatian pada karakter yang ingin dikembangkan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Seperti kita ketahui bahwa belajar tidak hanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan saja, namun juga dapat menerapkan ilmu pengetahuan dalam bentuk karya yang mencerminkan keterampilan dan meningkatkan sikap positif.

Untuk pembinaan mental keagamaan para siswa, diberikan beberapa materi yang terkait dengan persoalan akidah, ibadah, dan akhlak, bahwa pembinaan mental ini dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran Al- Quran dan Hadist. Memang, akhirnya terkesan bahwa kegiatan pembinaan mental justru menjadi pelengkap dari kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam tetapi cara itulah ternyata yang di anggap cukup efektif. Salah satu program dengan adanya poin penilaian untuk sikap siswa itu dilakukan penilaian dalam pembobotan dengan bentuk pelanggaran, tata tertib dan biasanya pelanggaran akhlak itu relatif poinnya cukup berat, seperti pergaulan yang menyimpang. Penyimpangan norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk kenakalan siswa di SMP Islam Ummul Rodhiyah seperti dibawah ini

a. Kurang hormat kepada guru dan karyawan. Perilaku ini tampak dalam hubungan siswa dengan guru atau karyawan di mana siswa sering acuh tak acuh terhadap keberadaan guru dan karyawan sekolah.

b. Kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan.

Siswa masih sering terlambat masuk kelas, membolos, tidak memakai

(15)

seragam dengan lengkap, dan menggunakan model baju yang tidak sesuai ketentuan sekolah dan membawa senjata tajam.

c. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan. Perilaku ini tampak dengan adanya perbuatan mencoratcoret dinding sekolah atau kelas, merusak tanaman, dan membuang sampah seenaknya.

d. Perkelahian antar pelajar, sering terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah bahkan perkelahian antar sekolah.

e. Merokok di sekolah pada jam istirahat.

f. Berbuat asusila, seperti adanya siswa putra yang mengganggu siswa putri dan melakukan perbuatan asusila di lingkungan sekolah.

Dalam pelaksanaan pembentukan mental siswa tidak menutup kemungkinan terdapat beberapa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat, dalam hal ini faktor yang mendukung adalah adanya kerjasama guru antar lembaga, adanya kesadaran para siswa, adanya motivasi dan dukungan dari orang tua.Sedangkan yang menjadi hambatannya adalah latar belakang siswa yang kurang mendukung, lingkungan masyarakat/pergaulan yang minus, kurangnya sarana dan prasarana sertaadanya pengaruh negatif dari tayangan televisi dan media cetak.Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pembentukan mental siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah selain menggunakan beberapa metode dalam pembelajaran, juga didukung oleh adanya kegiatan-kegiatan yang sudah diprogramkan guna pembentukan mental siswa

(16)

Dari pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud mental adalah sesuatu yang berbeda dalam tubuh atau fisik manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungan.Mental merupakan sebuah identitas atau jati diri manusia. Identity yaitu sifat kedirian sebagai satu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar dimana jati tersebut kemudian akan menentukan arah perilaku seseorang sebagai sebuah bentuk manusia.

Beberapa definisi Pembinaan telah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya:

a. Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.

b. Menurut Mathis (2002:112), pembinaan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi, pembinaan dapat dipandang secara sempit maupun luas.

c. Sedangkan Ivancevich (2008:46), mendefinisikan pembinaan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Selanjutnya sehubungan dengan definisi tersebut, Ivancevich mengemukakan sejumlah butir penting yaitu, pembinaan adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Pembinaan terkait dengan keterampilan dankemampuan yang

(17)

diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pembinaan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (konpetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.

Pembinaan juga dapat diartikan : “bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan”.

Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan terdapat unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan pembinaan. Selain itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan adanya perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian.

2. Sikap Disiplin Peserta Didik

Sikap dapat dilihat dari dua aspek bahasa dan istilah (etimologi dan terminologi). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan dan (sikap). Artinya perilaku ada dalam bentuk sikap, seperti bangun pagi membersihkan dan sebagainya.

Sedangkan Sikap dari segi terminologi adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang didorong oleh faktor intern dan ekstern, baik aktivitas yang sifatnya kongkrit (yang dapat dilihat oleh mata maupun yang abstrak (tak tampak oleh mata). Dengan demikian perilaku adalah tata cara pola perlakuan yang diterapkan atau dimunculkan oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

(18)

Sikap pada hakekatnya merupakan aplikasi dai suatu sikap anak didik dalam berinteraksi dengan lingkungannya, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan alam sekitarnya. Oleh karena itu, perilaku atau tingkah laku ini dapat ditentukan dan dibentuk oleh beberapa faktor yakni norma-norma, motivasi, tujuan dan situasi atau kondisi.

3. Faktor Yang Mempengaruhi

Sikap Disiplin Peserta Didik Secara almiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai dia meninggal, melalui proses tahap demi tahap. Dalam proses ini pendidikan merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan.

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan perilaku manusia dari aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Akan tetapi suatu proses yang terarah dan bertujuan, yang itu mngarahkan anak didik demi terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu dan sosial serta hamba Allah swt. yang mengabdi kepadanya. Dalam proses tersebut, terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai suatu rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, yakni kegiatan yang saling mempengaruhi. Proses ini diharapkan bertujuan membentuk akhlak yang mulia dengan wujud penekanannya adalah perubahan tingkah laku.

Karena bermaknaan hidup seseorang terwujud dalam sikap dan perilaku yang sepadan dengan nilai kemakhlukannya sebagai hamba dan

(19)

khalifah di bumi. Keutuhan sosok pribadi seseorang sebagai perwujudan dari dimensi fitrahnya merupakan tujuan dari pendidikan, yang dalam proses perkembangnya sering mengalami kendala-kendala dan hambatan, baik iternal maupun eksternal. Perkembangam itu sering dengan rentang kahidupan mulai dari masa konsepsi, bayi, kanak-kanak, remaja sampai ia dewasa. Rentang kehidupan ini mempunyai kaitan yang erat antara satu fase berikutnya. Untuk pembentukan sikap dan perilaku anak didik sekurang- kurangnya dapat dilihat pada jalur dan lingkungan pendidikan. Sperti rumah tangga, sekolah dan masyarakat.

a. Faktor Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa.

Menurut penelitian ahli jiwa, terbukti bahwa semua pengalaman yang dilalui orang sejak lahir merupakan unsur dalam pribadinya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pembinaan perilaku anak telah mulai dalam keluarga sejak dalam kandungan. Kepribadian yang masih dalam permulaan pertumbuhan itu sangat peka dan mendapat kanunsur- unsur pembinaan melalui pengalaman yang dirasakan, baik melalui pendengaran, penglihatan, perasaan dan perlakuan yang diterimanya.

Oleh karena itu, sikap dan perilaku anak yang tumbuh tergantung kepada pengalamannya dalam keluarga, yakni sikap dan pandangan hidup orang tuanya, sopan santun dalam pergaulan, baik dengan anggota

(20)

keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Demikian juga sikap terhadap agama, ketekunan menjalankan ibadah, kepatuhan kepada ketentuan agama serta pelaksanaan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehari-hari, juga menjadi faktor pembinaan anak-anak secara disengaja.

b. Faktor Pendidikan Sekolah

Kenyataan telah menunjukkan bahwa rumah tangga atau keluarga merupakan lembaga pendidikan bagi umat Islam. Akan tetapi, kemudian anak diserahkan dan dititipkan kepada pendidikan di sekolah. Karena itu selain keluarga yang mempengaruhi kehidupan anak didik demikian pula lingkungan sekolah. Satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Salah satu cirinya adanya seperangkat kurikulum yang dimaksudkan sebagai salah satu untuk membentuk dan mengembangkan peserta didik, baik di dalam maupun di luar sekolah.

Kegiatan-kegiatannya diharapkan akan menimbulkan berbagai perubahan dalam arti peningkatan dalam perilaku peserta didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Dalam hal ini, maka diharapkan memperoleh kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya, cara berpikir dan bertingkah laku yang diinginkan, cara-cara bergaul yang sehat, sikap saling bekerja sama serta menghargai tanggung jawab.

(21)

Pendidikan budi pekerti dan keagaman yang diselanggarakan di sekolah- sekolah haruslah merupakan kelanjutan dan setidaknya- tidaknya jangan bertentang dengan apa yang diberikan dalam lingkungan keluarga. Artinya seorang guru berupaya memberikan pemahaman agama pada anak dan menjadi contoh tauladan dalam pola tingkah lakunya. Setiap guru harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya akan merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Sikap cara hidup, cara berpakaian, cara bergaul, berbicara, semuanya akan berpengaruh bagi perkembangan perilaku anak didik.

Oleh karena itu, guru jangan lupa bahwa ia adalah unsur penting dalam pendidikan di sekolah. Hari depan anak didik tergantung banyak pada guru atau pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, guru yang bijaksana dan mempunyai keikhlasan dan sikap positif pada pekerjaannya akan dapat membimbing anak didik kearah sikap yang positif pula.

Hurlock mengemukakan, bahwa pengaruh sekolah terhadap perkembangan perilaku dan pribadi anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru subsistusi dari orang tua.

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkah laku seorang anak. Yang dimaksudkan dengan lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau

(22)

kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan (fitrah) anak.

Corak pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini, cukup banyak, yakni meliputi segala bidang, baik pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan, dan keagamaan. Dalam masyarakat, individu (terutama anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. apabila teman sepergaulan itu menampilakn perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak yang baik), maka anak/remaja pun cenderung akan berakhlak baik, namun apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang baik, amoral atau melanggar norma-norma agama, maka anak tentu cenderung akan terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh perilaku tersebut.

Hal ini akan terjadi jika anak kurang mendapat bimbingan dan pengarahan dari lingkungan keluarganya. Pelitian Terdahulu yang Relevan Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang pemberian hukuman di SMP Islam Ummul Rodhiyah belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian yang dilaksanakan di sekolah ini tentang pembinaan fisik dan mental merupakan penelitian yang masih baru di sekolah tersebut.

Namun demikian, penelitian ini pada dasarnya erat kaitannya dengan penelitian tentang peningkatan kualitas dan mutu pendidikan.

(23)

Oleh karena itu, penelitian ini ada relevansinya dengan beberapa penelitian yang terkait dengan hal tersebut. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Rozali tentang Pembinaan Dalam Dunia Pendidikan.

Menurut Rozali, Apabila sanksi hukuman/pembinaan sama sekali tidak diadakan niscaya perilaku siswa akan lebih semrawut. Kita bisa menduga-duga, ada penerapa hukuman saja siswa yang melanggar masih banyak, apalagi jika sanksi hukuman ditiadakan. Penelitian ini tentu sangat meanrik mengingat bahwa Pembinaan dimaksudkan untuk mendidik dan membina peserta didik, tetapi di sisi lain terjadi dilema dalam pelaksanaannya.

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik a. Umur

Daya tahan kardiorespiratori akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya umur, namun penurunan ini dapat berkurang, bila seseorang berolahraga teratur sejak dini (Moeloek, 1984 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011). Kebugaran meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25 – 30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8 – 1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Buku Panduan Kesehatan Bagi Petugas Kesehatan, 2002 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).

b. Jenis Kelamin

(24)

Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas paruparu, dan sebagainya. Sampai pubertas biasanya kebugaran pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas kebugaran laki-laki dan perempuan biasanya semakin berbeda, terutama yang berhubungan dengan daya kardiorespiratori. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki jaringan lemak yang lebih banyak, adanya perbedaan hormone testosterone dan estrogen, dan kadar hemoglobin yang lebih rendah (Ruhayati dan Fatmah, 2011).

c. Genetik

Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam ledakan kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari, kecepatan fleksibilitas, dan keseimbangan pada setiap orang. Selain itu, sifat genetik mempengaruhi fungsi pergerakan anggota tubuh dan kontraksi otot. Hal ini berhubungan dengan perbedaan jenis serabut otot seseorang, dimana serabut otot skeletal memperlihatkan beberapa struktural, histokimiawi, dan sifat karakteristik yang berbeda-beda (Ruhayati dan Fatmah, 2011).

d. Aktivitas

(25)

Fisik Secara teoritis tingkat kebugaran setiap orang berbeda-beda artinya tidak semua orang memiliki kebugaran jasmani pada kategori yang memadai. Aktivitas jasmani merupakan fungsi dari kebugaran jasmani maka seseorang yang tidak memiliki kebugaran jasmani memadai, produktivitasnya juga tidak akan sebaik orang yang memiliki kategori kebugaran baik. Begitu juga sebaliknya seseorang yang tidak melakukan aktivitas jasmani memadai tidak akan memiliki kebugaran yang baik (Mahardika, 2009). Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kebugaran jasmani, latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur akan mempengaruhi atau menigkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh (Depkes, 1994 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).

5. Komponen – Komponen Kebugaran Fisik

Komponen kebugaran fisik yang penting adalah komposisi tubuh.Beberapa penelitian tentang kebugaran fisik berkaitan dengan komposisi tubuh telah dilakukan. Penelitian di Jakarta yang mengukur tingkat kebugaran fisik secara umum yakni didapatkan bahwa makin tinggi persen lemak tubuh makin rendah tingkat kebugaran fisiknya.

Komponen-komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu :

a) Daya tahan jantung paru : merupakan kesanggupan dari sistem jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk bekerja secara optimal

(26)

saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan berarti;

b) Kekuatan otot dapat diartikan kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melakukan kerja seperti menggerakan anggota tubuh saat berlari, berjalan, dan mengangkat. Kekuatan otot ini dipengaruhi oleh faktor latihan yang teratur dan terencana secara sistematis;

c) Fleksibelitas atau kelenturan ialah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian, tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan;

d) Komposisi tubuh ialah perbandingan jumlah lemak yang terkandung didalam tubuh dengan berat badan seseorang. (Palar, Wongkar, Ticoalu, 2015) Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan meliputi: Kecepatan (speed) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya;

Kecepatan reaksi (reaction speed) adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respom setelah menerima suatu stimulasi atau rangsangan.; Daya ledak (power) adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk bekerja secara ekplosif; Kelincahan (agility) adalah kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara cepat tanpa adanya gangguan keseimbangan atau kehilangan keseimbangan; Keseimbangan (balance) adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan; Ketepatan (accurancy) adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk mengarahkan sesuatu

(27)

sesuai dengan sasaran yang dikehendaki; Koordinasi (coordination) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat, cermat, dan efisien. Koordinasi menyatakan hubungan berbagai unsur yang terjadi pada setiap gerakan (Wahjoedi, 2000).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Andrian (2017) menemukan bahwa pembinaan fisik dan mental yang diberikan di SMK PGRI 3 Cimahi sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karena dengan adanya bentuk-bentuk kegiatan pembinaan yang diselenggarakan kepada siswa SMK PGRI 3 Cimahi khususnya kelas XI dapat memperbaiki tingkah laku kedisiplinan siswa di lingkungan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa siswa SMK PGRI 3 Cimahi memiliki perubahan tingkat kedisiplinan yang baik, yaitu mereka dapat melakukan kebiasaan yang positif baik itu di lingkungan formal, informal dan nonformal.

Membangun kedisiplinan tidak hanya dilakukan di dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, melainkan juga harus dalam kegiatan di luar sekolah yang relevan untuk melakukan pembinaan kedisiplinan dikalangan pelajar yang sangat penting dalam kehidupan sekolah. Maka dari itu, dengan adanya disiplin seseorang akan terbiasa untuk hidup secara teratur dan tertib.

Penegakan kedisiplinan pada siswa mutlak untuk dilakukan. Penegakan kedisiplinan ini dilakukan untuk mendorong siswa untuk berprilaku sepantasnya. Berprilaku sepantasnya disini adalah sebagai kepatuhan terhadap

(28)

peraturan dan prosedur yang efektif dan efisien sehingga berdampak positif terhadap sikap dan prilaku siswa.

Selain itu, siswa yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan mampu menampilkan perilaku sesuai dengan batasan-batasan, norma yang berlaku, dan mampu mengarahkan dirinya kepada aktivitas-aktivitas yang positif dalam belajar. Menurut Meiyanti (2014 : 28), “Apabila disiplin itu telah terbentuk maka akan terwujud disiplin pribadi yang kuat dan setelah dewasa akan diwujudkan pula dalam setiap apek kehidupan”. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya suatu usaha untuk menumbuhkan disiplin siswa yang di dasari atas kesadaran dari masing-masing individu.

Dalam penegakan membangun kedisiplinan siswa dapat melalui dengan pembinaan. Pembinaan tersebut merupakan usaha untuk memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui bimbingan fisik dan konseling mental sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji, membangun kedisiplinan dalam diri, dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupannya.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Fisik dan Mental (PFM) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa studi pada SMP Islam Ummul Rodhiyah”.

C. Kerangka berfikir

Untuk memudahkan memahami alur pemikiran penulis yang dikembangkan di dalam proposal ini, maka berikut dikemukakan bagan

(29)

kerangka pikir, yang menunjukkan alur-alur rangkaian fokus penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian

Pendekatan penelitian adalah usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk memahami, mengkaji dan mendalami materi dan obyek penelitian dengan menggunakan sejumlah teori. Teori yang relevan akan menjadi dasar pijak bagi peneliti untuk memberikan analisa, serta uraian atas berbagai temuan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan psikologi; yaitu upaya memahami, mengkaji dan menganalisa data peneltian atau temuan hasil penelitian dengan menggunakan teori- teori psikologi. Dalam hal ini, teori psikologi akan menjadi alat bedah analisa terhadap data atau fakta yang ada.

2. Pendekatan religius; yaitu memahami, mengkaji, dan menganalisa temuan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan keagamaan. Pendekatan ini cukup relevan, mengingat SMP Islam Ummul Rodhihyah, merupakan komunitas pembelajar dengan karakteristik pendidikan Islam, sehingga pendekatan itu dapat dilakukan melalui pendekatan religious.

3. Pendekatan pedagogi; yaitu menggunakan sejumlah teori pendidikan untuk mengkaji masalah penelitian yang terkait. Pendekatan ini menjadi

30

(31)

sangat relevan, karena obyek bahasan dalam penelitian ini terkait erat dengan pendidikan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk membahas suatu permasalahan dengan cara meneliti, mengolah data, menganalisis, dan mendeskripsikan dengan pembahasan yang teratur dan sistematis dengan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan metode ini akan dapat diperoleh informasi secara lengkap berkenaan dengan masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat. dan didesain dalam kerangka peneitian kualitatif. Disain penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Sebagai penelitian kualitatif, maka peneliti lebih banyak terlibat sebagai bagian penting dari instrumen dalam pengumpulan data.

B. Latar Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Islam Ummul Rodhiyah, hingga kini membina siswa-siswi yang berasal dari sekitar wilayah Tangerang dan luar Tangerang . Secara statistik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Data Siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah Tahun 2022

NO. Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

L P

1 1 30 35 65

2

2 27 25 47

3

2 22 21 43

(32)

Jumlah

79 81 155

Sumber Data : SMP Islam Ummul Rodhiyah

C. Subyek Penelitian

Di dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa di SMP Islam Ummul Rodhiyah. Pembahasan Proposal terkait dengan pemberian dukungan dalam bentuk pembinaan fisik dan mental di SMP Islam Ummul Rodhiyah di Kota Tangerang. Sebagai penelitian lapangan, penelitian ini tetap harus dibatasi dalam suatu ruang lingkup populasi yang jelas sehingga dapat memberikan gambaran yang tentang wilayah penlitian. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata populasi mempunyai beragam arti, salah satu definisinya adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel, sekumpulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Penelitian ini sendiri tetap akan membatasi diri terhadap besarnya populasi, yang berarti bahwa peneliti akan menggunakan sampel atas populasi dengan pertimbangan pokok bahwa karakteristik populasi adalah homogen, sehingga penarikan sampel cukup relevan dan memenuhi syarat.

D. Sumber Data

Untuk memperoleh data, tentu dibutuhkan tempat pengambilan data yang menjadi sumber ialah SMP Islam Ummul Rodhiyah yang bertempat di kampung doyong kelurahan alamjaya kecamatan jatiuwung kota tangerang

(33)

banten. Dalam hal ini, peneliti menempatkan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber data secara langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak lain secara tidak langsung.

Untuk memperoleh data dari sumbernya, digunakan instrumen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan umumnya berupa data lapangan. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian atau pengamatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki. Teknik pengumpulan data yang pertama adalah observasi.

Menurut Sugiyono (2008, hlm. 203) mengemukakan bahwa “metode pengumpulan data berupa observasi adalah teknik pengumpulan data yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. Oleh sebab itu, observasi dapat pula diartikan sebagai pengamatan dilapangan penelitian yang bertujuan untuk mendapat data informasi tentang suatu masalah yang sedang diteliti. Dalam penelitian observasi digunakan apabila penelitian tersebut menyangkut perilaku manusia, proses kerja, sikap dan tindakan manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam penelitian ini observasi dilakukan di lingkungan sekolah, khususnya siswa-siswa yang melanggar tata tertib, sikap dan tindakan guru-guru serta kepala sekolah dalam menerapkan nilai kedisplinan pada siswa dan bagaimana cara dan upaya sekolah dalam mengatasi semua kendala yang terjadi dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti adalah dengan mengamati

(34)

pelanggaran kedisiplinan siswa di sekolah terutama jenis pelanggaran yang sering maupun yang jarang dilakukan oleh siswa selama berada di sekolah. Selain itu peneliti juga akan mengamati proses penerapan nilai disiplin pada siswa yang dilakukan oleh guru dan pihak sekolah yang terkait dalam setiap kegiatan sehari- hari. Dengan begitu peneliti akan mengobservasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang terdapat di SMP Islam Ummul Rodhiyah Tangerang, terutama kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa, upaya yang dilakukan oleh guru dan kendala yang terjadi dalam menghadapi siswa yang melanggar disiplin, agar mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai bagaimana upaya sosialisasi dan penerapan nilai kedisiplinan pada siswa.

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mencatat segala dokumen yang relevan dengan pembahasan skripsi. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 329) mengemukakan bahwa “studi dokumentasi adalah pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara”. Hasil wawancara dan observasi akan lebih dapat dipercaya atau memiliki nilai kredibilitas jika didukung dengan adanya sebuah bukti konkrit, baik berupa tulisan, gambar hidup, atau karya-karya monumental seseorang. Studi dokumentasi dapat mempermudah peneliti dalam melakukan pengolahan data. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam menunjang observasi dan wawancara adalah dengan mempersiapkan kamera dan alat perekam suara untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan selama meneliti di sekolah tersebut. Serta dokumen-dokumen penunjang penelitian seperti daftar jumlah siswa keseluruhan, data pegawai guru di sekolah, lembar tata tertib sekolah, suratsurat, foto dan lain sebagainya.

(35)

3. Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab terhadap pihak-pihak yang berkompeten untuk mendapatkan data yang otentik.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu suatu teknik pengolahan data yang bersifat uraian dengan jalan menghubungkan data dan informasi yang diperoleh secara sistematis sehingga membentuk pengertian yang logis. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menata secara sistematis catatan hasil pengamatan data tertulis dan data tidak tertulis serta memprediksi hasil wawancara sebagai data pendukung.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Almasdi, Y. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber daya Manusia.

Bogor: Ghalia Indonesia

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. Claylindgren, H. 1980. Educational Psychology In The Classroom.: Oxford University press, New York,

Creswell, John. W. 2010. Desearch Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bahri, Syamsul. 2008. Tanggung Jawab,Disiplin, Jujur itu Keren (Pendidikan Anti Korupsi Kelas 1 SMP/MTS). Jakarta: KPK Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Budimansyah, D. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk membangun Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press

Danial, E dan Warsiah, N.2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Laboraturium PKn UPI

Desmita. 2011. Psikolog Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

34

Gambar

Tabel 1.1 Data Siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah Rendah Dalam Minat Belajar Tahun 2022
Tabel 3.1 Data Siswa SMP Islam Ummul Rodhiyah Tahun 2022

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Karena itu dalam proses, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki: kekuatan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarn agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki