1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru penggerak pada kurikulum merdeka tidak hanya untuk menyalurkan materi ajar dan mengelola kelas saja, guru penggerak dituntut untuk melakukan aksi transformasi atau pembaruan dalam pengajaran kepada siswa contohnya yaitu transformasi penggunaan teknologi sebagai penunjang peningkatan mutu pendidikan di sekolah (Tangahu, 2021, hal. 353). Dalam penelitian Hendri;2020 program guru penggerak merupakan proses perubahan pada prinsip pendidikan yang meliputi 4C (creative, communicative, collaborative dan critical thinking) maka dari itu tujuan dari upaya program guru penggerak adalah pengembangan konsep dalam berpikir kritis, kreatif dan inovatif yang dapat ditularkan terhadap siswa agar mereka mampu mengeksplorasi potensi diri sehingga menciptakan peserta didik yang unggul dan berkarakter profil pelajar Pancasila (Faiz dkk., 2022, hal. 86). Program guru penggerak dapat di laksanakan oleh semua guru mata pelajaran untuk mentransfer nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila, pada zaman sekarang memerlukan strategi yang tepat dan sesuai dengan perkembangan zaman, guru dapat berinovasi membuat model pembelajaran secara menarik agar siswa tidak merasa bosan terhadap mata pelajaran tersebut, selain kompetensi materi ajar yang dimiliki guru , guru juga harus menguasai teknologi saat ini sehingga pembelajaran akan lebih hidup dan lebih menarik (Sodik dkk., 2021, hal. 139).
Guru penggerak merupakan salah satu program yang ada pada Kurikulum Merdeka Belajar yaitu kurikulum baru hasil evaluasi seberapa maju peningkatan pendidikan di Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia juga merupakan alasan diadakannya program guru penggerak, guru penggerak adalah guru yang memiliki kebebasan untuk berkreasi dan inovasi secara mandiri untuk menunjang keberhasilan pendidikan materi ajar dan karakter
2
siswa di sekolah, begitu pula dengan siswa, siswa juga memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pemahamannya terhadap potensi yang dimiliki dan materi ajar yang diberikan oleh guru disekolah.
Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan menurut sistem pendidikan nasional bahwasanya pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersusun secara sistematis sehingga dilakukan oleh orang-orang yang terpilih dan memiliki kompetensi pada proses pemberian nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik. Hakikat pendidikan tidak hanya berfokus pada pembentukan karakter pada setiap individu, melainkan juga dalam pendidikan terdapat kegiatan untuk mentransformasikan nilai spiritual, nilai pengetahuan, nilai budaya, termasuk teknologi dan keterampilan (Arfani, 2016, hal. 92). Oleh karena itu pada proses pendidikan setiap orang ditanamkan nilai-nilai yang bersifat positif yang diharapkan seseorang tersebut mampu mengenali potensi yang dimiliki sehingga dapat dikembangkan dan dapat tercipta daya saing tinggi pada setiap individu.
Kurikulum Merdeka Belajar merupakan upaya yang bertujuan memberikan perubahan pada setiap komponen pendidikan agar mewujudkan individu yang berkarakter dan berkualitas dalam menghadapi perubahan zaman, kurikulum merdeka belajar sering juga disebut dengan kurikulum kebebasan belajar, baik kebebasan bagi pendidik dalam mendidik dan kebebasan peserta didik untuk memperoleh ilmu. Sehubungan dengan hal tersebut pemanfaatan E-Learning dalam dunia pendidikan merupakan salah satu penggunaan teknologi yang sering diaplikasikan pada pembelajaran di sekolah, pembelajaran ini sering di sebut dengan pembelajaran daring (dalam jaringan), pada kondisi tertentu proses belajar mengajar dilakukan dengan cara daring, contohnya Indonesia pada saat terpapar pandemi Covid-19 yang mengharuskan pengurangan interaksi setiap individu, maka daring adalah cara yang paling tepat untuk melangsungkan proses pembelajaran di sekolah.
Perubahan cara belajar daring inilah yang menjadi tantangan bagi guru agar tetap dapat melangsungkan pembelajaran yang bermutu. Guru, siswa dan
3
seluruh komponen dalam sekolah harus mampu beradaptasi dengan kondisi untuk reformasi melakukan pembelajaran berbasis teknologi digital, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang mendukung dan kesiapan kompetensi guru terhadap era digital yang dianggap belum maksimal (Patabang dkk., 2021, hal. 1421).
Dalam penelitian Fadia & Fitri (2021) terdapat beberapa permasalahan yang sering kali di dapati dalam manajemen pendidikan sekolah, permasalahannya sebagai berikut:
1. Sarana pendidikan yang masih minim atau belum memadai sebagai penunjang pembelajaran peserta didik.
2. Biaya pendidikan yang semakin tinggi seperti seragam sekolah dan kebutuhan gadget yang sekarang menjadi salah satu barang pokok untuk keberhasilan suatu pembelajaran.
3. Masih banyak peserta didik yang belum bisa menerapkan ilmu dari materi pembelajaran yang diberikan di kelas, hal ini ditunjukkan dengan peserta didik yang belum mampu mengenali potensi diri sehingga mereka juga belum mampu untuk mengembangkannya.
4. Sistem pendidikan yang dianggap belum mampu mengikuti perkembangan zaman, hal ini ditunjukkan dengan belum meratanya tenaga pendidik pemahaman mengenai literasi digital pada setiap sekolah di Indonesia.
Permasalahan pendidikan masih terlihat baik dari yang sederhana sampai dengan permasalahan yang dianggap rumit, tentunya hal ini merupakan tugas bersama baik dari pemerintah, kepala sekolah, guru, peserta didik dan masyarakat untuk menyadari agar pendidikan Indonesia dapat bertransformasi demi kemajuan dan kesuksesan dunia pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman (Sibagariang, dkk., hal. 93). Namun, dengan demikian fenomena nyata yang sering terjadi di beberapa sekolah saat ini terutama pada kompetensi guru untuk peningkatan media pembelajaran yang belum merata, tentunya hal ini berpengaruh pada faktor perangkat ajar seperti metode pembelajaran yang
4
digunakan oleh guru hanya metode bersifat ceramah dan penugasan saja, dalam penyusunan modul ajar terdapat beberapa guru hanya melakukan copy-paste saja dari modul ajar beberapa tahun lalu, sarana dan prasarana penunjang pembelajaran digital yang masih minim serta terdapat guru yang enggan dan kesulitan untuk mempelajari lebih lanjut penggunaan alat digital atau kurangnya pemahaman mengenai literasi digital.
Selain itu terdapat tantangan guru dalam membentuk dan mempertahankan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Dibutuhkan suatu pemahaman, komitmen dan dukungan secara penuh baik dari orang tua, sekolah dan lingkungan lainnya agar tercapainya misi pendidikan karakter pada kurikulum merdeka, nilai karakter ini sesuai dengan profil pelajar Pancasila di antaranya yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, dan berpikir kreatif (Putri dkk., 2016, hal. 150). Oleh sebab itu, sesuai dengan penjelasan di atas pada dasarnya pendidikan di Indonesia akan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, tentunya perubahan tersebut merupakan tantangan sendiri bagi penyelenggara pendidikan termasuk guru hal ini dapat dilihat dari kompetensi guru yaitu kompetensi profesionalitas untuk terus mengembangkan potensi model pembelajaran berbasis digital. Untuk itu, peran guru penggerak sangat diperlukan dalam pengembangan potensi yang bertujuan peningkatan mutu pendidikan. Setiap guru tentunya memiliki cara yang berbeda untuk menyalurkan materi pembelajaran dan nilai-nilai dalam pendidikan terhadap peserta didiknya.
Dengan demikian, penelitian ini memfokuskan peran guru penggerak pada sekolah menengah pertama. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap guru penggerak di SMP N 3 Girimulyo dan SMP N 1 Pengasih tentang peran dan caranya dalam menyampaikan transformasi digital sebagai peningkatan mutu sekolah. Hal ini dikarenakan belum banyak penelitian yang memfokuskan meneliti tentang peran guru penggerak dalam transformasi digital, sedangkan dari tinjauan pustaka terdahulu yang telah diperoleh
5
beberapa menyatakan bahwa guru penggerak sebagai agen perubahan pendidikan di era perkembangan zaman dan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti sejauh mana dampak adanya guru penggerak di sekolah yang memiliki kemampuan dalam literasi digital dan bagaimana dapat menyalurkan ilmunya terhadap rekan kerja dan peserta didiknya. Selain itu, peneliti juga ingin menganalisis hambatan yang dialami guru penggerak dalam implementasi program merdeka belajar pada pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman era digital. Hal ini dilihat dari perbedaan lokasi sekolah, pada SMP N 3 Girimulyo yang di mana sekolah tersebut berada di dataran tinggi, tentu cara dalam menyampaikan pemahaman mengenai transformasi digital guru penggerak tersebut berbeda dengan cara atau strategi guru penggerak di SMP N 1 Pengasih yang berada di wilayah kota, kesuksesan guru penggerak dalam menyampaikan misi transformasi digital diharapkan mampu menciptakan kelas yang efektif dan peserta didik yang kreatif dalam bidang ilmu teknologi dan tetap mempertahankan nilai-nilai karakter Pancasila sesuai dengan program kurikulum merdeka. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian yang komprehensif dengan mengangkat judul “Peran Guru Penggerak dalam Transformasi Digital pada Kurikulum Merdeka Belajar; Studi Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Kulon Progo”.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman guru penggerak terkait Kurikulum Merdeka Belajar ?
2. Bagaimana peran guru penggerak dalam transformasi digital di lingkungan sekolah ?
3. Hambatan apa saja yang dialami guru penggerak dalam menyampaikan ilmu transformasi digital di sekolah ?
6 C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya rumusan masalah maka, penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai, berikut tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pemahaman guru penggerak tentang Kurikulum Merdeka Belajar.
2. Untuk mengetahui peran dilakukan guru penggerak di SMP Negeri 1 Pengasih dan SMP Negeri 3 Girimulyo sebagai coaching dalam peningkatan kualitas pembelajaran, sesuai dengan perkembangan zaman teknologi digital.
3. Untuk menganalisis hambatan yang di alami oleh guru penggerak dalam menyampaikan ilmu transfomasi digital di sekolah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung, Adapun manfaat penelitian sebagai berikut berdasarkan uraian tujuan penelitian di atas yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan yang penerapannya dalam Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Manfaat Kebijakan
Adanya hasil penelitian ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman dan wawasan tentang kompetensi yang harus dimiliki guru pada setiap kebijakan kurikulum.
3. Manfaat Praktik
7 a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan melalui pengembangan kompetensi guru pada bidang transformasi digital yang dapat di aplikasikan dalam pembelajaran.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan kompetensi guru untuk membuat metode, model, dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman secara kreatif, inovatif dan menarik peserta didik.
c. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu, sebagai rumusan peran yang dilakukan guru penggerak dalam meningkatkan kompetensi yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan berdasarkan perkembangan zaman digital, selain itu untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi tantangan atau hambatan guru dalam menyampaikan visi transformasi digital di sekolah.
E. Sistematika Pembahasan
Berdasarkan uraian pada manfaat penelitian, maka sistematika pembahasan dalam skripsi peneliti membahas mengenai “Peran Guru Penggerak Pada Transformasi Digital Dalam Kurikulum Merdeka Belajar ; Studi Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Kulon Progo” dalam skripsi ini terdapat beberapa pembahasan meliputi :
Pada Bab I terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. Dalam latar belakang terdapat beberapa hal terkait permasalahan yang terkait peran guru
8
penggerak dalam menyampaikan perubahan digital di sekolah. Latar belakang tersebut dirumuskan dalam rumusan masalah. Selanjutnya, terdapat manfaat dan tujuan penelitian, manfaat tersebut terbagi menjadi beberapa aspek yaitu manfaat teoritis, praktis, kebijakan, serta isu dan etika.
Dalam Bab II terdiri dari tinjauan pustaka dan kerangka teori, di mana pada bab ini berisi tentang penelitian terdahulu yang sejalan dengan penelitian, sedangkan kerangka teori membahas tentang tiga pembahasan yang tertera di judul hal tersebut meliputi Peran Guru Penggerak, Kurikulum Merdeka Belajar dan Transformasi Digital.
Pada Bab III yakni bagian metode penelitian berisi tentang penjabaran jenis penelitian yang akan dilakukan, lokasi, subjek, teknik pengumpulan data, kredibilitas, analisis data, dan sistematika pembahasan.
Pada Bab IV ini memuat secara detail mengenai gambaran umum terkait penelitian, letak geografis lokasi, identitas lembaga dan hasil dari analisis mengenai Peran Guru Penggerak Pada Transformasi Digital Dalam Kurikulum Merdeka Belajar; Studi Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Kulon Progo.
Pada Bab V adalah bagian akhir dari penelitian membahas mengenai kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan saran dari beberapa mengenai peran guru penggerak dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis digital pada kurikulum merdeka agar lebih baik dan efektif baik untuk sekarang maupun masa yang akan datang.