• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SUJUD DI KELAS VII SMPN 4 KOTAWARINGIN LAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SUJUD DI KELAS VII SMPN 4 KOTAWARINGIN LAMA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

242 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI SUJUD DI KELAS VII SMPN 4 KOTAWARINGIN LAMA

Pairin

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya [email protected]

Abstrak

Pentingnya aspek afektif pada setiap anak pada jenjang pendidikan sangat dipengaruhi dengan adanya perkembangan spritual anak, salah satunya aspek pengenalan materi sujud. Anak semakin matang dalam aspek ibadah manakala terbiasa menjalankan dalam kehidupannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas guru dan peningkatan hasil belajar siswa pada Materi sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah pada siswa kelas VII di SMPN 4 Kotawaringin Lama dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Metode penelitian pada Penelitian tindakan kelas ini adalah kualitatif melalui observasi dan tes. Jenis penelitian PTK. Kondisi awal yang menggunakan metode klasikal hanya mendapatkan ketercapaian 10% dari siswa yang jumlahnya 21 anak, setelah diadakan model PBL pada proses pembelajarannya, hasilnya siswa mengalami sebuah peningkatan 45% di siklus I. Hasil observasi aktivitas guru telah menunjukkan penggunaan Model PBL sehingga mengalami ketuntasan 100%

dengan poin rata-rata 88,66 pada siklus II, sehingga disimpulkan dengan adanya model PBL mampu meningkatkan hasil belajar di SMPN 4 Kotawaringin Lama terutama pada kelas VII a untuk materi sujud syukur, sujud sahwi dan tilawah.

Kata Kunci. hasil belajar, model PBL, Sujud

Pendahuluan

Melalui proses pendidikan manusia akan menjadi manusia yang luhur dan berkarakter, baik dengan pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan adalah hal yang terpenting dalam proses kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dari pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi baik jasmani dan rohani agar terbentuk manusia yang sempurna melalui Kegiatan Belajar Mengajar (PBM).

Kegiatan Belajar Mengajar (PBM) merupakan proses yang kompleks karena melibatkan interaksi antara manusia dengan lingkungannya yang terdiri atas peserta didik, pendidik, bahan atau materi pelajaran, serta

(2)

243 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

berbagai sumber belajar dan fasilitas pendukung lainnya. Proses belajar merupakan proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (pendidik), komponen penerima pesan(peserta didik), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.

Terkait keseluruhan proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai k o m p o n e n (guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain-lainnya). masing-masing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Siswa merupakan komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar, karena yang harus mencapai tujuan (yang harus berubah dan berkembang) adalah siswa yang belajar. oleh karena itu pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru/pembimbing agar dapat menciptakan situasi yang tepat serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk dapat belajar dengan berhasil.

Keberadaan tantangan dan hambatan untuk membentuk manusia yang berkarakter sangat banyak di dunia ini, yang akan melahirkan generasi yang berbudi pekerti yang luhur sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Arif, 2013:98).

Kendala yang dihadapi di dunia pendidikan diantaranya pada Kegiatan Belajar Mengajar (PBM) sering kali terjadi kegagalan dalam komunikasi yaitu pesan atau materi pelajaran yang disampaikan oleh pendidik tidak dapat diterima peserta didik secara optimal, yaitu tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik, bahkan peserta didik tidak dapat menangkap seluruh materi pelajaran yang disampaikan. Jika kegagalan komunikasi ini terjadi, maka tujuan kegiatan belajar mengajar tidak dapat tercapai. Pendidikan bisa berhasil mencapai tujuan karena Proses Belajar Mengajar (PBM) bisa berjalan lancar.

Walaupun guru bukanlah sumber utama pendidkan meraih keberhasilan, namun peran guru selama ini cukup signifikan terhadap keberhasilan pendidikan.

Seorang guru dituntut memiliki kemampuan untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik dengan baik, agar materi pelajaran tersebut bisa dipahami dengan baik bahkan dapat diaplikasikan

(3)

244 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Dengan demikian tugas guru sangatlah berat, karena itu butuh keseriusan dari guru agar tugas mulianya bisa terlaksana dengan baik.

Keberhasilan seorang guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dilihat dari kemampuannya dalam menjalankan tugasnya dan juga bagaimana dia terampil dalam menggunakan metode pelajaran yang tepat serta bisa memanfaatkan media yang tersedia di lingkungan sekitar.

Karena itulah memilih metode, strategi, model pembelajaran sangatlah penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Model pembelajaran yang diterapkan guru pada umumnya masih bersifat konvensional, hal tersebut membuat peserta didik bosan dan daya tariknya menurun. Menurunnya minat belajar siswa tentunya akan sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu guru harus kreatif dalam menggunakan model belajar yang inovatif dan menarik siswa sehingga ada peningkatan hasil belajar.

Guru juga dituntut untuk menimbulkan motivasi belajar peserta didik agar dapat meraih prestasi yang setinggi mungkin. Hasil belajar peserta didik sangat berpengaruh pada kegiatan belajar. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah penggunaan penggunaan model pembelajaran.

Model pembelajaran berfungsi sebagai salah satu cara yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa model-model pembelajaran yang sering digunakan atau telah dikenal misalnya model pembelajaran Inkuiri, model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis proyek (Proyek based Learning), Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching Learning) dan model Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) (Tibahary: 2018).

Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran yang tepat amat diperlukan dalam menumbuhkan kegiatan belajar bagi peserta didiknya.

Sehingga banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pembelajaran yang baik. Misalnya, dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dengan adanya ketepatan dalam memilih sebuah model pembelajaran maka akan dengan mudah tercapainya tujuan dari pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diukur dari kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran. kriteria keberhasilan pembelajaran diukur dari sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran di dalam kelas dikatakan berhasil apabila sebagian besar peserta didik

(4)

245 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

memahami pelajaran dengan baik.

Salah satu contoh model Pembelajaran yang digunakan adalah Model Problem Based Learning. Model ini biasanya digunakan dalam praktek ibadah, cocok jika diterapkan pa da mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti yang berkaitan dengan ibadah sholat. Oleh karena itu, peran guru dan peserta didik sama-sama dominan agar terjalin interaksi belajar mengajar, sehingga murid akan mampu memahami materi dengan baik, serta mendapatkan peningkatan dalam belajar bisa lebih daripada kkm yang ada (Ma’ruf:2023).

Berdasarkan pengalaman yang peneliti lakukan di SMP Negeri 4 Kotawaringin Lama, pen el it i masih banyak menggunakan metode ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran, sehingga berimplikasi kepada proses pembelajaran yang berpusat kepada guru. Model pembelajaran yang tepat ternyata dapat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

Terdapat permasalahan yang muncul dalam proses intraksi pembelajarandi kelas, yaitu kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan model pembelajaran dalam upaya p e n in g k a t an mutu dan hasil pembelajaran secara baik. Begitu juga permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 4 K o t a w a r i n g i n L a m a , yaitu rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, hal tersebut terjadi salah satunya karena guru masih menggunakan model pembelajaran klasik, seperti ceramah, guru mencatat di papan tulis dan peserta didik menyalin apa yang ditulis atau dibaca oleh guru.

Rendahnya nilai yang diperoleh peserta didik disebabkan penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dan monoton. Model klasik yang dipakai selama ini terbukti menyebabkan kurang tercapainya standar nilai yang diperoleh oleh peserta didik, yaitu rentang nilai antara 40 dan 90 sedangkan Kriteria Ketuntasan Capaian Pembelajaran ditetapkan 75. Rahmat (2018) pernah menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, di siswa kelas XIIPS SMA Mutiara 2 Bandung tahun pelajaran 2016/2017, Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model ProblemBased Learning dapat meningkatkan prestasi belajar Ekonomi siswa. Hal ini terbukti pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 73,00 dan meningkat di siklus ke II 77,75.

Sehingga dari pernyataan diatas maka model PBL sangat cocok untuk pembelajaran khususnya dalam meningkat hasil belajar siswa. Oleh karena itu diberbagai materi pelajaran apapun bisa menggunakan PBL sebagai acuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa, karena dalam model pembelajaran ini siswa diharapkan bisa berpikir secara kritis, mampu

(5)

246 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

memecahkan masalah baik sendiri maupun berkelompok. Dan untuk guru harus memiliki kompetensi pengetahuan yang luas dalam menjadi pendamping siswa ketika membimbing pembelajaran dengan model PBL. Guru harus merangsang peserta didik supaya bisa bangkit semangatnya dengan berani bertanya dan mengeksplorasi pengetahuan dirinya semaksimal mungkin. Untuk itu materi sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah sangat cocok jika menggunakan metode PBL dalam menghantarkan pengetahuan anak pada materi tersebut. Guru bisa membagi beberapa kelompok kecil sambil didampingi manakala ketika diskusi dalam memecahkan masalah tentang sujud tidak bisa dipecahkan bersama kawannya. Alhasil jika guru mampu mendampinginya ketercapaian pemahaman terhadap materi sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah akan tercapai dan ada sebuah peningkatan hasil belajarnya.

Metode penelitian

Penelitian yang akan di gunakan PTK, yang mana bersumber dari analisa di lapangan dengan menggunakan asumsi deskripsi dari nilai-nilai hasil belajar siswa semester kemarin sebagai acuan dalam peninggkatan di semester berikutnya. Penelitian ini mengupas tuntas ketidak tertarik siswa dalam belajar memahami daripada sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah, sehingga berkolaborasi dengan guru lain terutama pada penyebab kurangnya semangat siswa dalam mengikuti proses belajarnya. Tehnik pengumpulan datanya menggunakan hasil data tes yang diambil dari Sampel dari kelas VII A terdiri dari 21 siswa, dan dilihat dari nilai hasil pre test pada awal proses pembelajaran sebelum materi di mulai yang lulus terhadap pencapaian pembelajaran sangat rendah. Keberhasilan peserta didik diukur dari nilai 75 minimal, namun mereka ada yang mendapat 40 ada tiga anak, yang mendapatkan 50 ada satu anak, nilai 60 ada delapan, 65 ada tiga, 70 ada empat, 80 ada satu, 90 ada satu anak.

Tehnik analisisnya menggunakan nilai rata-rata siswa pada soal tes yang telah diberikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Sedangkan prosentase untuk mengetahui semangat siswa ketika mengikuti pembelajaran dengan metode PBL melalui pengamatan. Dalam menganalisisnya peneliti menggunakan 2 kali silkus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik yang diuji melalui hasil tes pada siklus satu dan dua serta dihitung dengan rumus:

(6)

247 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

P = 𝑁𝑓 x 100

Keterangan : f = frekuensi yang sedang dicari frekuensinya

N = Number of class (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka Presentase

Penelitian tindakan kelas ini yang meliputi siklus suatu proses penelitian dan pembelajaran. Proses PTK dibagi dalam tahap-tahap yang setiap tahapnya merupakan rangkaian kegiatan perencanaan. Siklus penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), mengobservasikan dan mengevaluasi hasil tindakan (Observation and Evalution), dan melakukan refleksi (Reflecting), dan seterusnya. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari dua kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, maka peneliti akan mengadakan siklus ke dua untuk memaksimal metode yang diambil dari refleksi siklus pertama, penggambaran alur bisa dilihat pada tabel di bawah ini :

Gambar 1. Bagan Pelaksanaan PTK (Arikunto dkk, 2012)

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A tahun 2023/2024 dengan jumlah siswa yang muslim 21. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan lembar observasi, tes, dan dokumentasi. Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi.

Menurut Moeleong (2000) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitian tindakan kelas, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi

(7)

248 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

dilakukan, dilambangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif melalui tiga alur. Menurut Miles dan Hubermen (2014) alur yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini yakni; (1) Siswa dinyatakan tuntas apabila telah menguasai materi sedikitnya 85% atau mendapat nilai 70. (2) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran dinyatakan berhasil jika 85% jumlah siswa tuntas belajar. (3) Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika peningkatan motivasi belajar siswa mencapai 85% lebih dari jumlah siswa.

Refleksi dari penelitian ini salah satunya kekompakan dari tim pada diskusi sangat menentukan keberhasilan dalam proses Problem based learning.

Motivasi guru dalam memberikan bimbingan ketika memecahkan masalah pada peserta didik juga sangat penting. Hasil dari pra siklus menjadi pedoman dalam proses pelaksanaan PBL di siklus I, dan hasil peningkatannya dapat digunakan untuk mengevaluasi proses PBL di siklus II agar hasilnya bisa sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.

Hasil dan Pembahasan A. Deskripsi Prasiklus

Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada hari senin, 24 juli 2023. Kegiatan ini dilaksanakan oleh 21 siswa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Di sini guru masih mendominasi pelajaran. Saat menjelaskan materi, guru hanya memberikan penjelasan secara singkat, kemudian memberikan contoh-contoh materi dalam kehidupan sehari-hari. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran.

Pembelajaran yang seperti ini membuat siswa merasa bosan karena siswa hanya mengerjakan soal-soal tanpa mengetahui makna atau manfaat bagi diri siswa dan kehidupannya di lingkungan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan tingkah laku siswa saat mengerjakan soal tes prasiklus. Dari hasil soal tes pra siklus didapatkan lima soal keberhasilan peserta didik dalam ketuntasan capaian pembelajaran yang harus 75 point batas minimal, namun mereka ada yang mendapat 40 ada tiga anak, yang mendapatkan 50 ada satu anak, nilai 60 ada delapan, 65 ada tiga, 70 ada empat, 80 ada satu, 90 ada satu anak.

(8)

249 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI Pra Siklus No Rentang Nilai Jumlah Persentase Keterangan

1 90-100 1 5% Tuntas

2 80-89 1 5% Tuntas

3 70-79 4 19% Tuntas

4 60-69 11 52% Belum Tuntas

5 < 60 4 19% Belum Tuntas

Jumlah 21 100%

B. Deskripsi siklus I

Siklus I menghasilkan beberapa hal salah satunya pada aktivitas guru dalam mengajar terutama penggunaan model PBL untuk meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran, diketahui guru telah menerapkan model PBL dengan baik disebabkan sesuai analisa yang digunakan, skor 4 (sangat bagus), sehingga di siklus I ini sebenarnya guru telah menggunakan model PBL sesuai strukturnya. Sehingga apresiasi siswa dalam materi sujud syukur, sahwi dan tilawah sangat bagus. Diketahui dari pengamatan guru ketika mengajar, ketika pertanyaan pemantik siswa ada yang mengangkat tangan lebih dari 3 orang, dan mereka mampu menjawabnya, begitu pula ketika diskusi, permasalahan yang telah dibagi oleh didiskusinya dengan semangat dan apabila mereka tidak mampu memecahkan masalah, mereka berani bertanya kepada gurunya.

Selain dari observasi guru, siswa juga diberi soal postest diakhir pelajaran, dan didapatkan data bahwa rata-rata hasil nilai setelah diadakan pembelajaran dengan Metode Problem Basic Learning mengalami peningkatan lebih dari 30 persen, rata-rata nilainya adalah 66,42. Terdapat 45% tuntas dan 55 % belum tuntas, Capaian nilai tertinggi adalah 90 sedangkan nilai terendahnya yaitu 45. Nilai ini menciptakan rentang nilai sebesar 45

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI Siklus I No Rentang Nilai Jumlah Persentase Keterangan

1 90-100 2 10 % Tuntas

2 80-89 4 19% Tuntas

3 70-79 8 38% Tuntas

4 60-69 2 10 % Belum Tuntas

5 < 60 5 23% Belum Tuntas

Jumlah 21 100%

(9)

250 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

C. Deskripsi siklus II

Setelah diadakan pembelajaran pada siklus ke dua dengan model PBL pada materi sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah maka dapat diperoleh bahwa rata-rata Hasil Nilai setelah diadakan pembelajaran dengan Metode Problem Basic Learning mengalami peningkatan lebih dari 50 persen, rata-rata nilainya adalah 88,66. Semua tuntas 100% sesuai kkm ketercapaian 85, Capaian nilai tertinggi adalah 94 sedangkan nilai terendahnya yaitu 86. Nilai ini menciptakan rentang nilai sebesar 8. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah sudah mengalami peningkatan.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI Siklus I No Rentang Nilai Jumlah Persentase Keterangan

1 90-100 7 33 % Tuntas

2 80-89 14 67% Tuntas

3 70-79 0 0% Tuntas

4 60-69 0 0 % Belum Tuntas

5 < 60 0 0% Belum Tuntas

Jumlah 21 100%

Pembahasan

1. Peningkatan proses pembelajaran

Kualitas proses pembelajaran juga menandakan bahwa pembelajaran telah mengalami peningkatan. Sebelumnya siswa kurang antusias dengan pembelajaran Sujud Syukur, Sahwi dan tilawah menggunakan model klasikal. Siswa juga sangat pasif dengan kegiatan pembelajaran Sujud Sukur, sahwi dan tilawah. Siswa juga belum berani dalam melakukan kegiatan.

Siswa pun kurang kreativitas dalam memecahkan permasalah dalam pembelajaran.

Tujuan belajar dari problem based learning terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah, belajar multidisiplin dan keterampilan hidup, Pembelajaran dengan model problem based learning memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari hal- hal, antara lain; Permasalahan dunia nyata, Keterampilan berpikir tingkat tinggi, Keterampilan menyelesaikan masalah, Belajar antardisiplin ilmu, Belajar mandiri, Belajar menggali informasi, Belajar bekerjasama, Belajar keterampilan berkomunikasi (educhannel.id: 2021).

Dari teori diatas pembelajaran siklus I dan II dengan model Problem Based Learning membuahkan sebuah semangat pada siswa ketika

(10)

251 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

dipraktekkan dilapangan. Diantaranya membuat siswa menjadi aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran dan pemecahan masalah. Siswa mampu memunculkan antusiasme dalam pembelajaran. Siswa juga menunjukkan keberanian dalam mengutarakan pendapatnya, siswa juga menampilkan kreativitas. Hal ini membuat siswa menjadi suka dengan pembelajaran Sujud syukur, sahwi dan tilawah. Persentase kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dalam pada disetiap tabel dari pra siklus, siklus I dan II.

Persentase kualitas proses pembelajaran selalu mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan di tiap siklus. Semula persentase kualitas proses pembelajaran hanya 10 % (Kurang) kemudian tindakan siklus I telah meningkatkan persentase kualitas proses pembelajaran menjadi 45%

(cukup). Dan mengalami peningkatan kembali di siklus II sebesar 100%

tuntas semuanya.

2. Peningkatan hasil belajar pada capaian pembelajaran

Kegiatan dari peningkatan hasil pembelajaran dalam materi sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah diperoleh dari pengumpulan tes dari prasiklus, siklus I, siklus II. Gambar diagram pada 4. 1 dapat dilihat perbandingan hasil belajar yang signifikan, karena dari pra siklus yang hanya mendapatkan angka kelulusan sangat kecil 10%, namun setelah adanya pembelajaran menggunakan PBL di siklus I meningkat menjadi 45%, dan disiklus II 100%.

Data peningkatan hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar sujud syukur, sahwi dan tilawah secara signifikan. Hal tersebut dbuktikan dengan ditemukannya fakta bahwa rata–

rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mampu melampaui indikator kinerja yang ditetapkan (>80,0).

Selain peningkatan hasil belajar, peningkatan juga terjadi pada persentase ketuntasan belajar siswa. Tingkat ketuntasan klasikal prasiklus yang semula hanya 10% juga mengalami peningkatan menjadi 45% pada siklus I. Peningkatan yang terjadi yaitu 35 poin dari prasiklus. Peningkatan persentase ketuntasan belajar tidak hanya terjadi pada siklus I saja melainkan juga terjadi pada siklus II. Peningkatan persentase ketuntasan belajar siklus II dapat dilihat dari tingkat ketuntasan belajar yang semula 45% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 55 poin dari kondisi siklus I.

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa dengan penerapan model pembelajaran Problem

(11)

252 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

Based Learning dapat meningkatkan ketuntasan belajar Sujud Syukur, sahwi dan sujud tilawah. Hal ini dikarenakan capaian ketuntasan belajar siswa mampu melampaui indikator kinerja yang ditetapkan (>80%).

Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas dapat diambil garis besar bahwa model Pembelajaran Basic Learning mampu mendongkrak peningkatan belajar siswa, sehingga hasil belajarnya meningkat dengan sangat baik. Oleh karena itu model ini sangat cocok digunakan pada materi ibadah, khususnya sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah, secara rincinya sebagai berikut;

Proses pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah di SMP Negeri 4 Kotawaringin Lama, lebih efektif dan meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan proses pembelajaran berupa antusiasme siswa semula berada pada kategori Kurang menjadi Cukup pada siklus I dan Sangat Baik pada siklus II.

Terdapat peningkatan hasil belajar tata cara sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah setelah diberikan pembelajaran dengan model Problem Based Learning pada siswa kelas VII a SMP Negeri 4 Kotawaringin Lama Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pada prasiklus yang tuntas hanya 10%, d siklus I meningkat menjadi 60% dan di siklus II 100%.

Referensi

Amir, M. T. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Agus. 2021. https://radarsemarang.jawapos.com/untukmu- guruku/721375668/asyiknya-belajar-makna-salat-dengan-metode-project- based-learning

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Renika Cipta.

Arif, R. 2009. Media Pendidikan. Bandung: CV. Alfa Beta

Arum, Dyah. 2013. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/25689 Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Gava Media.

(12)

253 Vol. 3 No. 2, Agustus 2023 | Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

“Peran Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Digital”

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama RI

Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.

Halonen. 2010. Problem Based Learning.Tidak diterbitkan

https://sman1marikit.sch.id/berita/detail/421274/9-model---model- pembelajaran-di-abad-21/. 2022

https://educhannel.id/blog/artikel/model-pembelajaran-problem-based- learning.html#google_vignette

Jacub, 2018. https://ojs.umada.ac.id/index.php/Tolis_Ilmiah/article/view/126 Ma’ruf, 2023. https://jurnal.uns.ac.id/jkc/article/view/73168

Rahmat, 2018. https://ejournal.upi.edu/index.php/JER/article/view/12955 Shoimin, Aris, 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Tibahary, 2018. E-jurnal.stkipdamsel.ac.id

Referensi

Dokumen terkait