• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGGUNAAN REDUPLIKASI DALAM CERITA PENDEK “PELAJARAN MENGARANG” OLEH SENO GUMIRA AJIDARMA ANALISIS MORFOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PENGGUNAAN REDUPLIKASI DALAM CERITA PENDEK “PELAJARAN MENGARANG” OLEH SENO GUMIRA AJIDARMA ANALISIS MORFOLOGI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGGUNAAN REDUPLIKASI DALAM CERITA PENDEK

“PELAJARAN MENGARANG”

OLEH SENO GUMIRA AJIDARMA: ANALISIS MORFOLOGI

Noor Anisa1 Jumadi2

Dwi Wahyu Candra Dewi3

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat.

Email: [email protected]

ABSTRACT

In the process of word formation, reduplication has an important role beside affixation, composition, and acronymization. Not only limited to morphological aspects, reduplication is also relevant in the context of phonology, syntax, and semantics. This research focuses on reduplication in the realm of morphology. The morphological process of reduplication occurs in basic words, whether in the form of roots, affixes, or composition. This process involves complete repetition, sound change, and partial repetition, as described by Chaer (2015). This research aims to describe the types of reduplication and the meaning contained in the short story Pelajaran Mengarang Karya Seno Gumira Ajidarma. The method used in this research is descriptive qualitative method with data collection through literature study. The researcher uses reading and note-taking techniques, the data obtained will be analyzed using the types of reduplication according to Chaer (2015). The results of this study found that the types of reduplication contained in this short story are: (1) overall repetition (2) partial repetition (3) repetition of sound changes and (4) repetition of affixes, and the meaning of reduplication in the form of plural, repeated, earnest, at the same time, and two related people.

Keywords : Reduplication, short story, analysis, morphology

PENDAHULUAN

1. Konsep Reduplikasi dan Cerpen a. Definisi dan jenis-jenis cerpen

Menurut H.B Jassin dalam "Tifa Penyair dan Daerahnya," cerpen dapat didefinisikan sebagai sebuah narasi singkat (1977:69). Lebih lanjut, Jassin menyatakan bahwa ada ruang untuk perdebatan terkait panjangnya cerita pendek ini, namun dengan pasti, cerita yang mencapai seratus halaman tidak lagi dapat dikategorikan sebagai cerita pendek. Meskipun cerita yang panjangnya sekitar sepuluh atau dua puluh halaman masih dapat dianggap sebagai cerita pendek, namun ada pula cerita pendek yang hanya terdiri dari satu halaman.

Definisi serupa diajukan oleh Sumardjo dan Saini dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi Kesusastraan." Mereka menggambarkan cerpen sebagai kisah yang memiliki durasi yang singkat.

Akan tetapi, tidak bisa diklaim bahwa setiap cerita yang singkat secara otomatis dikategorikan sebagai cerpen. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa penentuan cerpen tidak hanya dapat berdasarkan panjang fisiknya (1986: 36). Keberadaan cerpen yang singkat tidak hanya dipengaruhi

(2)

2

oleh panjang teks yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan novel, melainkan lebih pada keterbatasan cakupan masalah yang diangkat dalam ceritanya (Sumardjo, 1983: 69).

Cerita pendek adalah bentuk karya fiksi yang merangkum semua bagian, seperti peristiwa, isi cerita, jumlah karakter, dan jumlah kata, dalam skala yang singkat (Priyatni, 2010:126). Konsep

"pendek" pada cerita pendek bersifat relatif, yang berarti bahwa cerita ini seharusnya bisa dibaca dalam sekali duduk atau sekitar satu jam lebih (Edgar Allan Poe sebagaimana dikutip dalam Suyanto, 2012:46). Konsep "pendek" lebih berfokus pada pembatasan pengembangan elemen-elemen dalam cerita karena cerpen harus memberikan dampak tunggal yang sederhana dan tidak rumit (Jacob Sumardjo dan Saini K.M sebagaimana dikutip dalam Suyanto, 2012:46).

Jenis-jenis cerpen dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori berdasarkan sejumlah faktor, termasuk jumlah kata, teknik penulisan, dan nilai sastra. Berikut adalah penjelasannya.

1. Berdasarkan jumlah kata, cerpen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Cerpen mini (flash), yang memiliki kira-kira 750 - 1.000 kata.

2. Cerpen yang ideal, dengan jumlah kata berkisar antara 3.000 - 4.000 kata.

3. Cerpen panjang, yang memiliki jumlah kata antara 4.000 - 10.000 kata.

2. Dilihat dari jumlah kata yang terkandung, cerita pendek dapat dibagi menjadi dua jenis:

a. Cerita yang pendek (short story), dengan jumlah kata di bawah 5.000 kata atau maksimum 5.000 kata, setara dengan sekitar 16 halaman kertas kwarto dengan spasi rangkap. Waktu membacanya sekitar kurang lebih seperempat jam (15 menit).

b. Cerpen yang panjang (long short story), dengan jumlah kata antara 5.000 hingga 10.000 kata, setara dengan sekitar 33 halaman kertas kwarto dengan spasi rangkap dan bisa dibaca dalam waktu kurang lebih setengah jam (30 menit).

3. Berdasarkan teknik penulisan, cerpen dapat dibagi menjadi dua jenis:

a. Cerpen sempurna (well-made short story), yang fokus pada satu tema dengan alur cerita yang sangat jelas dan akhir yang mudah dipahami. Biasanya jenis cerpen ini bersifat konvensional dan berdasarkan pada realitas atau fakta.

b. Cerpen tak utuh (slice of life short story), yang tidak fokus pada satu tema, memiliki susunan alur cerita yang tidak terstruktur, dan akhirnya cenderung ambigu. Biasanya jenis cerpen ini lebih kontemporer dan dihasilkan berdasarkan hasil pemikiran yang asli.

4. Didasarkan pada nilai sastra, cerpen dapat terbagi menjadi dua jenis:

a. Cerita pendek sastra, yang ditulis untuk pembaca yang menikmati karya sastra dan bisa dianalisis oleh mereka.

b. Cerpen hiburan, yang ditulis untuk menghibur pembaca tanpa perlu analisis mendalam.

b. Definisi dan jenis-jenis reduplikasi.

Pembentukan kata merupakan elemen yang signifikan dalam pengembangan bahasa. Suandi dan rekan-rekannya (2013:9-11) menjelaskan bahwa salah satu aspek penting dalam pengembangan bahasa Indonesia adalah unsur swadaya bahasa, yang mencakup berbagai proses pembentukan kata. Salah satu metode pembentukan kata yang akan dianalisis dalam rangka penelitian ini, fokusnya tertuju pada pengkajian reduplikasi.

Reduplikasi merupakan metode penting dalam pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Inggris, untuk mengekspresikan makna jamak, biasanya ditambahkan huruf "s" di akhir kata. Namun, dalam bahasa Indonesia, untuk menyatakan makna jamak, kita menggunakan kata yang mengandung arti jamak atau mengulang seluruh kata.

(3)

3

Dalam bahasa Indonesia, proses pembentukan kata yang signifikan adalah reduplikasi. Ramlan (1987:63) memberikan pengertian bahwa reduplikasi mencakup pengulangan satuan gramatikal, secara seluruhnya ataupun sebagian, dengan variasi fonem maupun tanpa variasi, dan akibat dari pengulangan ini disebut perulangan, sedangkan satuan yang diulang adalah struktur dasarnya.

Setiap kata ulang yang mengalami pengulangan pasti memiliki bentuk dasar yang menjadi referensinya. Oleh karena itu, jika tidak ada bentuk dasar, kata tersebut tidak dapat dianggap sebagai hasil dari proses reduplikasi. Alwi dan kawan-kawan (2014:121) juga menegaskan bahwa reduplikasi melibatkan pengulangan sebuah kata dasar, baik dengan atau tanpa penambahan afiks.

Reduplikasi, yaitu pengulangan unit bahasa, merupakan keunikan yang khas dalam berbagai dialek di seluruh dunia, terutama dalam bahasa Indonesia yang digunakan baik dalam situasi sehari- hari maupun dalam karya-karya ilmiah dan sastra. Sesuai dengan pendapat Kridalaksana (2008:208), reduplikasi adalah cara yang paling umum untuk mengulang komponen bahasa secara fonologis ataupun gramatikal. Sementara itu, Muslich (2017:48) mendefinisikan reduplikasi sebagai proses pembuatan kata baru dengan mengubah bentuk dasarnya lebih dari sekali, baik melalui perubahan fonem maupun penggunaan afiks yang berbeda. Terakhir, Chaer (2015) menjelaskan bahwa reduplikasi adalah metode pembentukan kata yang berlaku pada bentuk dasar, bentuk berimbuhan, dan bentuk komposisi. Proses reduplikasi dapat melibatkan pengulangan secara menyeluruh, pengulangan dengan perubahan bunyi, dan pengulangan sebagian.

Pengulangan kata atau reduplikasi adalah tindakan mengulang unit gramatikal, baik secara keseluruhan maupun sebagian, dengan variasi fonem maupun tanpa variasi. Penggunaan reduplikasi dalam bahasa dapat terjadi di berbagai tingkatan, termasuk fonologis, morfologis, dan sintaksis, dan sering digunakan dalam berbicara sehari-hari. Salah satu contoh penggunaan reduplikasi adalah dalam cerpen, dan salah satu jenis reduplikasi yang umum adalah reduplikasi morfologis.

Menurut Chaer (2015), ada beberapa jenis reduplikasi yang dapat dibagi berdasarkan proses pengulangannya. Di antara jenis-jenis reduplikasi tersebut, terdapat:

a. Pengulangan Keseluruhan

Ini melibatkan pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan fisik pada kata dasarnya.

Contoh:

Lampu menjadi lampu-lampu Jangan menjadi jangan-jangan b. Pengulangan Sebagian

Jenis ini melibatkan pengulangan suku kata pertama yang melemah, menghasilkan satu suku kata tambahan.

Contoh:

Luhur menjadi leluhur Laki menjadi lelaki

c. Pengulangan Perubahan Bunyi

Reduplikasi ini melibatkan perubahan bunyi pada bunyi vokal atau konsonan.

Contoh:

Lauk => lauk-pauk Sayur => sayur-mayur d. Pengulangan Berimbuhan

Dalam pengulangan berimbuhan, terdapat tiga variasi afiks yang terjadi, yaitu:

a) Kata dasar yang diberi afiks, kemudian direduplikasi.

Contoh:

(4)

4

Berasal dari kata dasar "lirik," yang kemudian diberi afiks -an sehingga menjadi "lirikkan," dan selanjutnya direduplikasi menjadi "lirik-lirikan."

b) Kata dasar yang direduplikasi, kemudian diberi afiks.

Contoh:

Berasal dari kata dasar "lihat," yang kemudian direduplikasi menjadi "lihat-lihat," dan kemudian diberi afiks "me-" menjadi "melihat-lihat."

c) Kata dasar yang diberikan afiks dan direduplikasi secara bersamaan.

Contoh:

METODE

Penelitian ini menerapkan pendekatan metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data melalui tinjauan pustaka. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melakukan analisis dan memberikan deskripsi yang mendalam terkait jenis reduplikasi serta maknanya. Dalam metode ini, peneliti mengumpukan data dari berbagai sumber literatur seperti buku, artikel jurnal, laporan penelitian, dan berbagai dokumen yang relevan.

Langkah awal penelitian ini melibatkan identifikasi cerpen dan jenis reduplikasi yang akan diselidiki.

Selanjutnya, peneliti mencari literatur yang berkaitan dan relevan dengan topik penelitian. Data yang dikumpulkan melalui pengumpulan penulisan kemudian ditelaah secara subjektif dengan penekanan pada penggambaran, penerjemahan, dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hal yang sedang diteliti.

Data yang dikumpulkan melalui studi pustaka tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dengan penekanan pada penyajian deskripsi, interpretasi, dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut data kata reduplikasi dan jenisnya yang ditemukan dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma.

1. Jenis Reduplikasi (Pengulangan) a. Pengulangan Keseluruhan

Data reduplikasi sebagai berikut:

1. Anak-anak 2. Betul-betul 3. Botol-botol 4. Kaleng-kaleng 5. Bantal-bantal 6. Siapa-siapa 7. Malam-malam 8. Baik-baik 9. Muntah-muntah 10. Kata-kata 11. Jalan-jalan 12. Kadang-kadang 13. Gambar-gambar 14. Tiba-tiba

Reduplikasi keseluruhan adalah pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan fisik pada kata dasarnya. Berdasarkan data di atas proses reduplikasi yang terjadi adalah pengulangan keseluruhan, dapat dilihat pada kata anak-anak yang memiliki kata dasar anak, kata betul-betul yang memiliki kata dasar betul, kata botol-botol yang memiliki kata dasar botol, kata kaleng-kaleng yang memiliki kata dasar kaleng, kata bantal-bantal yang memiliki kata dasar bantal, kata siapa-siapa yang memiliki kata dasar siapa, kata malam-malam yang memiliki kata dasar malam, kata baik-baik yang

(5)

5

memiliki kata dasar baik, kata muntah-muntah yang memiliki kata dasar muntah, kata kata-kata yang memiliki kata dasar kata, kata jalan-jalan yang memiliki kata dasara jalan, kata kadang-kadang yang memiliki kata dasar kadang, kata gambar-gambar yang memiliki kata dasar gambar, dan pada kata tiba-tiba yang memiliki kata dasar tiba.

b. Pengulangan Sebagian

Data reduplikasi sebagian sebagai berikut:

1. Lelaki 2. Sejumlah 3. Setiap 4. Selalu 5. Seorang 6. Sesuatu 7. Seekor 8. Sebagai 9. Secoret 10. Setitik 11. Setelah

Jenis ini melibatkan pengulangan suku kata pertama yang melemah, mengakibatkan penambahan satu suku kata. Dari pelemahan ini, timbul fonem /é/. Berdasarkan data di atas proses reduplikasi yang terjadi adalah pengulangan sebagian, dapat dilihat pada kata lelaki yang memiliki kata dasar laki, kata sejumlah yang memiliki kata dasar jumlah, kata setiap yang memiliki kata dasar tiap, kata selalu yang memiliki kata dasar lalu, kada seorang yang memiliki kata dasar orang, kata sesuatu yang memiliki kata dasar suatu, kata seekor yang memiliki kata dasar ekor, kata sebagai yang memiliki kata dasar bagai, kata secoret yang memiliki kata dasar coret, kata setitik yang memiliki kata dasar titik, dan kata setelah yang memiliki kata dasar telah.

c. Pengulangan Perubahan Bunyi

Reduplikasi ini melibatkan perubahan bunyi pada bunyi vokal atau konsonan. Pada proses ini kata dasar mengalami pengulangan, namun dengan adanya perubahan bunyi. Pada cerpen ini tidak ditemukan kata yang mengalami reduplikasi perubahan bunyi.

d. Pengulangan Berimbuhan

Data reduplikasi berimbuhan sebagai berikut:

1. Berhari-hari 2. Berpeluk-pelukan 3. Menunjuk-nunjuk 4. Bertanya-tanya 5. Merangkak-rangkak 6. Muntahan-muntahan 7. Tertahan-tahan

Dalam pengulangan berimbuhan, terdapat tiga variasi afiks yang terjadi, yaitu: (a) Kata dasar yang diberi afiks, kemudian direduplikasi (b) Kata dasar yang direduplikasi, kemudian diberi afiks (c) Kata dasar yang diberi afiks dan direduplikasi secara bersamaan. Berdasarkan data di atas proses reduplikasi yang terjadi adalah pengulangan berimbuhan, dapat dilihat pada kata berhari-hari dan bertanya-tanya yang mengalami proses afiksasi kata dasar berprefiks ber- (dari ber + hari dan ber + tanya) yang setelahnya mengalami reduplikasi sebagian pada kata dasarnya, kata berpeluk-pelukan

(6)

6

yang mengalami proses afiksasi kata dasar berkonfiks ber-an (dari berpelukan) yang setelahnya mengalami reduplikasi sebagian pada kata dasarnya, kata menunjuk-nunjuk dan merangkak-rangkak yang mengalami proses afiksasi kata dasar berprefiks me- (dasar menunjuk dan dasar merangkak) yang setelahnya mengalami reduplikasi hanya kata dasarnya, kata muntah-muntahan yang mengalami proses afiksasi kata dasar bersufuks -an dan mengalami reduplikasi secara utuh, kata tertahan-tahan yang mengalami proses reduplikasi kata dasar berprefiks ter- dan mengalami reduplikasi pada kata dasarnya saja.

Berikut analisis makna reduplikasi dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma akan dipaparkan melalui tabel berikut ini.

Tabel 1 Makna Reduplikasi

No. Reduplikasi Makna

1. Anak-anak Jamak

2. Betul-betul Sungguh-sungguh

3. Botol-botol Jamak

4. Kaleng-kaleng Jamak

5. Bantal-bantal Jamak

6. Siapa-siapa Berulang

7. Malam-malam Bersamaan waktu

8. Baik-baik Sungguh-sungguh

9. Muntah-muntah Berulang

10. Kata-kata Berulang

11. Jaln-jalan Berulang

12. Kadang-kadang Bersamaan waktu

13. Gambar-gambar Jamak

14. Tiba-tiba Bersamaan waktu

15. Sejumlah Jamak

16. Setelah Bersamaan waktu

17. Berhari-hari Bersamaan waktu

18. Berpeluk-pelukan Dua orang terkait

19. Menunjuk-nunjuk Berulang

20. Bertanya-tanya Jamak

21. Merangkak-rangkak Berulang

22. Muntahan-muntahan Berulang

2. Relevansi reduplikasi dalam morfologi dan sastra.

Reduplikasi adalah suatu proses morfologi yang melibatkan pengulangan kata atau sebagian kata untuk menciptakan bentuk baru. Proses ini berfungsi sebagai alat produktif dalam pembentukan kata dan dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk reduplikasi keseluruhan, reduplikasi sebagian, serta reduplikasi dengan perubahan suara. Dalam konteks karya sastra, reduplikasi sering digunakan untuk menciptakan penekanan, ritme, dan efek puitis. Relevansi reduplikasi dalam morfologi dan sastra bisa diuraikan sebagai berikut:

a. Morfologi

Reduplikasi memiliki peran penting dalam analisis morfologi karena mampu menghasilkan kata- kata baru, seperti contohnya "anak-anak," yang merupakan hasil reduplikasi dari kata "anak." Selain itu, reduplikasi juga digunakan untuk mengubah makna kata yang sudah ada. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, kata "cinta" bisa diubah menjadi "cinta-cintaan" untuk menggambarkan perasaan yang lebih intens. Reduplikasi ini merupakan alat yang produktif dalam pembentukan kata dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk reduplikasi keseluruhan, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi.

b. Dalam sastra

Reduplikasi sering digunakan dalam sastra untuk menciptakan penekanan, ritme, dan efek puitis.

Ini dapat digunakan untuk menciptakan pengulangan, meningkatkan makna, dan memberikan nuansa

(7)

7

keseluruhan. Dalam konteks novel dan puisi, reduplikasi dapat digunakan untuk menciptakan kesatuan, koherensi, serta untuk menekankan tema atau gagasan tertentu.

1) Estetika dan Ritme

Penyair atau pengarang seringkali memanfaatkan reduplikasi untuk menciptakan pola bunyi yang menarik dan berulang dalam puisi atau prosa, menciptakan efek estetika dan ritme yang kuat.

2) Metafora dan Simbolisme

Reduplikasi dapat digunakan untuk menciptakan metafora atau simbolisme dalam karya sastra.

Dengan cara ini, pengarang dapat mengungkapkan perasaan atau konsep tertentu dengan cara yang kuat.

Sebagai contoh, dalam puisi, reduplikasi perubahan bunyi atau kata-kata tertentu dapat digunakan untuk menggambarkan perasaan kegelisahan, kebingungan, atau obsesi. Dalam sastra rakyat, reduplikasi sering digunakan untuk menciptakan nuansa dan ritme yang unik dalam cerita dan dongeng. Oleh karena itu, reduplikasi memiliki peran yang sangat penting dalam morfologi dan sastra, membantu dalam pengayaan makna, pembentukan kata, serta ekspresi estetika.

KESIMPULAN

Reduplikasi, sebagai suatu proses morfologi yang menerapkan pengulangan kata atau sebagian kata, memiliki peran signifikan dalam membentuk variasi kata, dalam penelitian ini peneliti menemukan jenis-jenis reduplikasi yang tedapat dalam cerpen ini yaitu reduplikasi keseluruhan, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi berimbuhan, peneliti tidak menemukan jenis reduplikasi perubahan bunyi. Dalam penelitian ini juga mendapatkan makna dari data reduplikasi yang didapatkan dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma yaitu makna reduplikasi berupa jamak, berulang, sungguh-sungguh, bersamaan waktu, dan dua orang yang terkait. Dalam lingkup karya sastra, reduplikasi tidak hanya menciptakan kata- kata baru, tetapi juga berfungsi untuk memberikan penekanan, membentuk ritme, dan menciptakan efek puitis. Secara keseluruhan, relevansi reduplikasi dalam morfologi dan sastra menciptakan dimensi ekspresif yang kaya dan beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Apriangga, W. (2019). Reduplikasi dalam Kumpulan Cerpen Tawa Gadis Padang Sampah Karya Ahmad Tohari. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 1-11.

Astuti, R. (2017). Buku Ajar Bahasa Indonesia MI/SD. Sidoarjo: UMSIDA Press.

Husna, A. (2017). Proses Morfologis reduplikasi dalam Novel Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang Karya Boy Candra. Universitas Muhammadiyah makassar , 1-86.

Maryansih, R. (2017). Reduplikasi dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 1-7.

Nafilah, I. (2020). Aspek Reduplikasi dalam Novel Rara mendut Karya Y. B. Mangunwijaya. Deiksis, 179- 187.

Ningthias, Y. P. (2023). Analisis Reduplikasi dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia. UIN Raden Mas Said, 1-119.

Nurlaela. (2019). Analisis kesalahan Berbahasa Bidang morfologi pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Talio. Digilibadmin, 1-102.

Pradipta, B. L. (2011). Peningkatan Kemampuan Reduplikasi dalam Karangan Narasi dengan Metode tugas individu: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 1-118.

(8)

8

Rafiuddin, N. (2018). Proses Morfologis Reduplikasi pada Buku Kumpulan Sajak Hujan Bulan Juni Karta Sapardi Djoko Darmono. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia , 1-74.

Ratna, A. (2018). Pembelajaran Menulis Cerpen di Era Digital. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Rohmatun, L. (2023). Bentuk reduplikasi pada Novel Rasa Karya Tere Liye. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran, 39-47.

Tiana, T. (2017). Reduplikasi dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2014 di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 1-9.

Wahidah, L. N. (2022). Komposisi Nominal dalam Kumpulan Cerita Pendek Di Balik Mata Besut Karya Mahasiswa STKIP PGRI Jombang . Student Repository , 1-7.

Wuquinnajah, Q. (2022). Analisis Reduplikasi dalam Karya Putu Wijaya. Jurnal Genre, 1-10.

Referensi

Dokumen terkait