Undang-undang merupakan jaminan bagi upaya perlindungan anak dan merupakan salah satu pendekatan dalam melindungi anak. Menurut Bismar Siregar, aspek hukum perlindungan anak sebaiknya lebih fokus pada hak anak, bukan kewajiban. 8 Barda Nawawi Arief, “Ruang Lingkup Permasalahan Perlindungan Anak Dalam Perspektif Dokumen Internasional” dalam Romli Atsasmita (editor), Peradilan Anak di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 1997), 67.
Landasan hukum internasional mengenai perlindungan anak adalah Konvensi Hak Anak yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989. Perlindungan Anak Republik Indonesia Edisi 07 Tahun 2011 tentang Kebijakan Peningkatan Ketahanan Keluarga dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Sebab, undang-undang ini lebih menekankan pada perlindungan anak dalam segala hal, tidak hanya hak-hak anak di dalam keluarga (perkawinan), namun juga di luar keluarga (perkawinan).
Perwalian Anak
Oleh karena itu, perwalian dapat diartikan sebagai orang tua pengganti bagi anak yang belum cakap secara hukum. Perwalian adalah penguasaan atas urusan pribadi dan harta benda anak di bawah umur, jika anak tersebut tidak berada di bawah kekuasaan orang tuanya.77. Menurut KUH Perdata, ada 3 (tiga) macam perwalian, .. apabila meninggal dunia, perwalian yang sah dilaksanakan oleh orang tua yang masih hidup terhadap anak yang masih di bawah umur, Pasal 245 KUH Perdata).
Seorang bapa atau ibu yang menjalankan kuasa ibu bapa boleh diberhentikan daripada kuasa ibu bapa, kedua-duanya untuk semua anak - 79 Djaja, Perkembangan, 106. Perkara 108 memperuntukkan bahawa, selepas kematian mereka, ibu bapa diberi hak penjagaan diri dan harta oleh seseorang atau undang-undang. entiti.aset anak atau anak mereka. Hak anak di bawah undang-undang ini adalah untuk mendapatkan perwalian dari seseorang atau badan hukum yang memenuhi persyaratan hukum, jika orang tua kandung anak dan keluarga tidak dapat memenuhi kewajiban mereka sebagai wali.
Akibat hukum terhadap hak asuh anak akibat pencabutan wewenang orang tua adalah dapat diangkatnya wali oleh.
Adopsi
Pengangkatan anak diatur dalam Pasal 171 huruf h, yaitu anak angkat adalah anak yang tanggung jawab nafkah sehari-hari, biaya pendidikan, dan lain-lain dialihkan dari orang tua asal kepada orang tua angkat berdasarkan penetapan pengadilan. Pengangkatan anak diatur dalam Pasal 12 yang menyatakan bahwa pengangkatan anak dilakukan atas dasar kepentingan dan kesejahteraan anak, sedangkan pengangkatan anak yang dilakukan di luar adat dan adat harus berdasarkan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut dalam Pasal 229 ditegaskan bahwa anak mempunyai status hukum sebagai orang tua angkatnya dan pengangkatan anak tersebut memutuskan ikatan keluarga yang sah antara anak yang bersangkutan dengan keluarga sedarahnya.
Pengangkatan anak tanpa penetapan pengadilan dapat menimbulkan akibat hukum yang merugikan baik bagi anak angkat maupun orang tua angkatnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengangkatan anak dapat menimbulkan akibat hukum baik bagi anak maupun orang tua angkatnya. 129, akibat hukum pengangkatan anak adalah anak itu sah memperoleh nama ayah angkatnya dan menjadi anak yang dilahirkan dari perkawinan orang tua angkatnya.
Sedangkan menurut hukum Islam (KHI), pengangkatan anak tidak mempunyai akibat hukum dari segi hubungan kekerabatan, hubungan ahli waris orang tua kandung dengan anak tidak berubah dan tetap menggunakan nama ayah kandung.
Hukum Perdata
Sebab kedua hal tersebut sangat mendesak bagi seorang anak, terutama mengenai masa depan anak. Setelah itu, persoalan hak asuh anak tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016, perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tercantum dalam Pasal 26, yang isinya sebagai berikut: (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a.Pasal ini secara khusus mengatur tentang kewajiban orang tua terhadap masa depan dan kehidupan anaknya, yang diorientasikan agar mencapai kondisi yang lebih baik dan mampu mencapai kehidupan yang mapan.
Lebih lanjut, implementasi hak-hak anak juga dapat dilihat pada UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Lebih lanjut, dalam Undang-Undang ini, Judul IV menegaskan bahwa upaya kesejahteraan anak terdiri atas upaya pembinaan, pengembangan, pencegahan, dan rehabilitasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Hukum Pidana
Bersandar pada asas-asas sistem peradilan pidana di atas, maka penegakan hukum dalam proses penyelesaian perkara pidana anak yang melanggar hukum atau melanggar hukum harus dilakukan dengan berpegang pada asas-asas tersebut agar hak-hak anak tetap terjaga. sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, dapat dilaksanakan dengan baik. Hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum dalam proses peradilan pidana harus diberikan secara maksimal, mulai dari proses penyidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan hingga lembaga pemasyarakatan.86 Hal terpenting dalam penyelesaian kejahatan anak dalam undang-undang ini adalah penyelesaian yang berkeadilan Diversi, yaitu pengalihan perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana 87 Tujuan dari diversi ini adalah untuk mencapai perdamaian antara korban dan anak, menyelesaikan perkara pidana anak di luar proses peradilan, mencegah anak dari proses hukum pidana. proses perampasan kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak.88.
Hukum Ketenagakerjaan
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. Setiap orang pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan berhak mendapatkan perlakuan yang sama tanpa adanya diskriminasi dari pemberi kerja. Keterlibatan anak di sektor produktif sebenarnya bukan hanya karena motif ekonomi, namun juga karena faktor kebiasaan dan budaya.
Di pedesaan pada umumnya, khususnya di lingkungan keluarga miskin, kebiasaan melibatkan anak dalam aktivitas pekerjaan, baik di rumah maupun di luar rumah, dipandang sebagai kewajiban anak untuk membantu keluarga. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perlindungan terhadap pekerja anak antara lain dapat dilihat pada pasal: 89.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 Tentang
Komite Aksi Nasional dan Rencana Aksi Nasional
Definisi dan Ruang Lingkup Trafficking (Perdagangan
Ada tiga unsur pokok yang terkandung dalam pengertian perdagangan orang: Pertama: unsur perbuatan, yang meliputi: perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan. Kedua: unsur-unsur cara (cara) untuk mengendalikan korban, yang meliputi: ancaman, penggunaan, pemaksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan, penipuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberian/. Bentuk dan penyebab perdagangan manusia Saat ini, banyak perempuan dan anak-anak di negara kita yang menangis karena kelaparan dan kemiskinan yang disebabkan oleh manusia.
Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak dijanjikan pekerjaan sebagai pekerja migran, pekerja rumah tangga, pekerja restoran, penjaga toko atau pekerjaan tidak terampil lainnya. Perdagangan manusia merupakan tindak pidana yang melanggar Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Manusia. Dalam hal ini, hak seseorang untuk hidup layak telah dilanggar. Hak ini merupakan hak asasi manusia yang esensial, sehingga perdagangan manusia merupakan pelanggaran hukum hak asasi manusia dan akan dikenakan sanksi pidana terhadap pelakunya.
Untuk itu, dalam penerapan sanksi hukum terhadap pelaku perdagangan orang, perlu dikaji sanksi tegas yang terdapat dalam undang-undang tentang perdagangan orang, atau undang-undang tentang hak asasi manusia.95.
Bentuk dan Ciri – Ciri dari Usaha Adanya
Bentuk-bentuk TPPO terbaru yang dominan saat ini adalah perpindahan dari sistem kerja paksa, termasuk perdagangan manusia yang sering dianggap sebagai masalah kejahatan kriminal yang berada di luar jangkauan pengawas ketenagakerjaan. Kerja paksa adalah kebalikan dari pekerjaan yang layak dan kebebasan dari kerja paksa adalah salah satu dari empat hak dasar pekerja yang harus dijunjung dan dilindungi oleh pengawas ketenagakerjaan. Oleh karena itu, mereka adalah mitra penting dari lembaga pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja serta LSM yang menangani isu-isu kerja paksa dan perdagangan manusia.97.
Berdasarkan uraian di atas, sebenarnya perdagangan manusia dalam konteks nasional dan internasional cukup kompleks dan bersifat situasional.
Sebab-Sebab Terjadinya Trafficking
Rasa tanggung jawab dan kewajiban membuat banyak perempuan bermigrasi untuk bekerja agar dapat membantu keluarga. Anak perempuan yang bercerai secara hukum dianggap dewasa dan rentan terhadap perdagangan orang karena kerapuhan ekonomi mereka. Orang-orang yang ditempatkan sebagai buruh karena jeratan utang sangat rentan terhadap kondisi sewenang-wenang dan mirip perbudakan.
Kurangnya pendidikan: Orang-orang dengan pendidikan terbatas mempunyai keterampilan dan kesempatan kerja yang lebih sedikit dan mereka lebih mudah diperdagangkan karena mereka bermigrasi untuk mencari pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan seseorang kurang memahami dan mendapatkan informasi mengenai tata cara dan tata cara menjadi TKI di suatu negara, sehingga sangat mudah tertipu oleh keyakinan pelaku untuk mengeksploitasinya.98 Dalam hal pendidikan, tambah pendidikan tersebut. tidak menjadi pertimbangan pelaku untuk merekrut korbannya, karena mereka akan dipekerjakan pada sektor yang tidak memerlukan pendidikan dan keterampilan khusus. Korupsi dan lemahnya penegakan hukum: Penegakan hukum dan petugas imigrasi yang korup dapat disuap oleh pelaku perdagangan manusia untuk mengabaikan aktivitas kriminal.
Pejabat pemerintah juga dapat disuap untuk memberikan informasi palsu mengenai kartu identitas, akta kelahiran, dan paspor, sehingga membuat pekerja migran lebih rentan terhadap perdagangan manusia akibat migrasi ilegal.
Dampak Trafficking Bagi Individu, Keluarga,
Program Penanganan / Pelayanan Sosial Tentang
Potensi dan Sistem Sumber
Lihat juga, http://dp3ap2kb.ntbprov.go.id pertemuan-koordinasi-rakor-rels-pengcepatan-dan-penanganan-tindak--pidana-perdagangan-orang-tppo/. Faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan orang adalah faktor peluang, ekonomi, pendidikan dan sosial budaya. Faktor ekonomi dan pendidikan merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan orang. Dimana pelaku membujuk korban dengan janji bayaran yang besar ditambah dengan minimnya pengetahuan korban akan bahaya tindak pidana perdagangan orang sehingga korban mudah terpengaruh dan terbujuk untuk menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Perdagangan orang bukanlah kejahatan biasa, melainkan terorganisir dan transnasional sehingga dapat dikategorikan sebagai kejahatan transnasional terorganisir (TOC).
Cara kerja human trafficking sangat canggih sehingga harus dibarengi dengan instrumen hukum yang bisa menangkap pelakunya. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, perdagangan orang dapat berupa tenaga kerja migran legal dan ilegal. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sebagaimana tercantum dalam Statstidende No.
UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara No. 5602.