LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN DATA KALIBATA 2 MATA KULIAH METODE SEISMIK
Dosen Pengampu: Muhardi, S.Si., M.Sc & Aurum Datametriana
Oleh:
Rendi (H1071221030) Elda Pahmawati (H1071221046)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK 2024
1. Dasar Teori
1.1 Gelombang Seismik
Metode seismik merupakan suatu bagian dari keilmuan seismologi eksplorasi dengan menggunakan metode geofisika, yang mana pengukuran atau pengambilan data menggunakan sumber atau getaran seismik. Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan dan mempunyai sifat fisis yang berbeda-beda, dengan memiliki sifat karakteristik yang berbeda maka juga mempunyai sifat batuan yang berbeda. Gelombang seismik merupakan gelombang mekanisyang muncul akibat adanya suatu sumber pada bumi. Gelombang seismik menjalar pada batuan yang elastik. Gelombang ini menstransfer energi menjadi pergerakan partikel batuan yang menentukan kecepatan gelombang seismik (Monalia, 2011). Dikarenakan memiliki perbedaan karakteristik lapisan, maka ketika terjadinya penjalaran gelombang seismik dibawah permukaan menyebabkan sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian gelombang akan merambat pada lapisan berikutnya. Gelombang seismik memiliki dua jenis gelombang yaitu Gelombang badan (body waves) dan Gelombang Permukaan (surface waves). Gelombang badan atau gelombang P merupakan gelombang yang terdiri dari gelombang longitudinal sedangkan gelombang permukaan atau gelombang S merupakan gelombang yang hanya dapat merambat pada beberapa lapisan, sehingga dalam penelitian gelombang seismik gelombang ini tidak dapat digunakan. Pada perkembangan lebih lanjut, dikenal beberapa metode lain yang digunakan untuk menginterpretasikan bentuk topografi dari suatu bidang batas antara lain metode Plus-Minus, metode Hagiwara, metode Matsuda, dan metode Reciprocal Hawkins (Julius, dkk., 2020).
1.2 Seismik Refleksi
Seismik refleksi merupakan suatu metode seismik yang digunakan untuk kebutuhan dalam eksplorasi minyak dan gas yang berada di bawah permukaan bumi. Seismik refleksi memanfaatkan penjalaran gelombang ke dalam permukaan bumi dari sumber (source) yang nantinya gelombang akan diterima atau direkam menggunakan geophone. Seismik refleksi digunakan untuk memetakan struktur geologi di bawah permukaan, seismik refleksi menggunakan prinsip bahwa gelombang seismik yang dipancarkan dari sumber ke bawah permukaan bumi akan dipantulkan kembali ke permukaan saat bertemu pada batas antara dua lapisan yang memiliki densitas atau kepadatan yang berbeda. Hasil dari gelombang yang dipantulkan dan direkam oleh geophone menggunakan beberapa hukum penjalaran gelombang seperti Hukum Snellius, Hyugen, dan Asas Fermat. Pada prinsip Hyugen menyatakan bahwa pada setiap titik muka gelombang akan menjadi sumber gelombang baru yang juga akan menyebar dan menjauhi titik sumber baru seperti permukaan bola. Pada Hukum Snellius
menyatakan ketika gelombang seismik melewati lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi dengan sebagian gelombang akan terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan merambat di bawah permukaan. Asas fermat menyatakan bahwa jika suatu gelombang merambat dari satu titik ke titik yang lain maka gelombang tersebut akan memilih lintasan dengan waktu tempuh tercepat.
1.3 Denoising / Reduksi Noise
Denoising merupakan salah satu tahap awal yang penting untuk interpretasi data gelombang seismik, hal ini dikarenakan dengan dilakukannya denoising dapat kita dapat memperoleh hasil gelombang seismik dengan resolusi yang lebih tinggi. Noise yang akan dihilangkan pada tahap ini berasal dari berbagai sumber yang ikut terekam seperti aktifitas manusia dilokasi akuisisi data, adanya interferensi elektromagnetik, dan dari berbagai sumber lainnya yang bukan merupakan bagian dari sinyal gelombang seismik yang ingin di analisis.
Denoising berfungsi untuk meningkatkan kualitas dari resolusi data seismik dengan menghilangkan komponen gelombang yang tidak diinginkan, sehingga analisis yang dilakukan lebih akurat dan mudah untuk dilakukan interpretasi. Denoising juga berfungsi untuk meningkatkan signal to noise ratio (SNR). Proses denoising yang dilakukan dalam upaya untuk menghilangkan noise pada data kali ini adalah menggunakan bandpass filter.
1.4 Dekonvolusi
Proses peningkatan resolusi pada hasil rekaman data gelombang seismik memiliki beberapa cara dan salah satunya adalah dengan cara dekonvolusi. Dekonvolusi merupakan kebalikan dari sebuah proses konvolusi yaitu untuk menghilangkan efek filter bumi pada gelombang sumber dengan menghilangkan noise dan multiple yang terkandung dalam rekaman gelombang seismik. Proses dekonvolusi yaitu dengan mengidentifikasi sinyal wavelet yang mengganggu sehingga harus di filter. Sinyal wavelet ini merupakan sinyal yang ditransmisikan oleh sumber gelombang seismik sehingga harus dihilangkan dengan tujuan untuk meningkatkan resolusi gelombang seismik. Dengan menghilangkan efek wavelet menggunakan cara dekonvolusi dapat membantu memperbaiki resolusi data seismik sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi keadaan struktur geologis dibawah permukaan dengan lebih detail dan akurat. Mirip pada proses denoising, dekonvolosi juga berfungsi untuk meningkatkan rasio antar sinyal yang diinginkan.
1.5 Bandpass Filter
Noise pada data seismik yang diperoleh tidak dapat dihindari, maka dari itu noise pada harus dikurangkan atau dihilangkan dengan cara di filter salah satu teknik filtering pada data seismik adalah bandpass filter. Bandpass filter adalah metode yang melewatkan frekuensi antara frekuensi cut-off atas dan cut-off bawah, untuk menghilangkan noise atau komponen frekuensi yang tidak diinginkan dalam data seismik (Hidayat, N.L., dkk., 2018). Pada proses bandpass filter ini menggunakan range frekuensi yang digunakan yaitu frekuensi minimum 15Hz dan frekuensi maximum 80Hz . Proses filtering ini dilakukan supaya hasil data seismik yang dihasilkan mempunyai resolusi yang lebih tinggi dan menghasilkan data yang lebih berkualitas. Cara kerja dari bandpass filter itu sendiri yaitu dengan menentukan antara dua titik batas frekuensi rendah dan frekuensi tinggi, hanya gelombang yang berada diantara kedua frekuensi tersebut yang dapat melewati filter selain diantara dua frekuensi tersebut akan dikurangi atau bahkan dihilangkan.
1.6 Normal Moveout (NMO)
Pada metode eksplorasi geofisika dengan menggunakan prinsip seismologi yaitu dengan pantulan gelombang seismik kita dapat mengetahui struktur dan sifat dibawah permukaan bumi. Untuk mengetahui struktur permukaan pada pengolahan data gelombang seismik sebelumnya harus melakukan proses NMO (normal moveout). Data yang dihasilkan dari koreksi melalui metode NMO selanjutnya dilakukan penggabungan shot gather menggunakan metode Normal Moveout Concatenate, proses ini merupakan lanjutan dari proses NMO untuk menggabungkan data dari berbagai shot gather yang dihasilkan. Setelah melakukan penggabungan trace dengan metode normal moveout, selanjutnya adalah melakukan koreksi waktu tempuh gelombang seismik yang bertujuan untuk menyelaraskan jarak antara sumber gelombang dengan penerima. Metode ini juga digunakan untuk meningkatkan resolusi data seismik dengan memperjelas sinyal yang dihasilkan. Dengan melakukan koreksi menggunakan metode CMP dan NMO memungkinkan untuk identifikasi yang lebih jelas dan akurat dalam menghasilkan struktur geologi dibawah permukaan bumi.
Tras yang memiliki koordinat mid point (Xm) yang sama dikumpulkan dalam satu grup kemudian diurutkan berdasarkan half-offsetnya. Maka pada CMP gather data berada pada domain mid point, half offset, dan waktu (Xm-r-t), (Mayasari, D. 2009).
1.7 Stacking
Dalam pengolahan data seismik, terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan salah satunya adalah melakukan stacking. Data yang diperoleh setelah melakukan akuisisi tidak hanya mengandung data seismik tetapi juga banyak mengandung noise. Noise merupakan
gelombang hasil rekaman yang tidak dibutuhkan dalam proses pengolahan data seismik sehingga noise harus dihilangkan sebelum melakukan interpretasi data. Stacking merupakan tahap awal yang dilakukan dalam pengolahan data seismik sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut, karena stacking merupakan gambaran awal sebelum dihasilkannya gambaran penampang dibawah permukaan bumi. Proses stacking dilakukan untuk menjumlahkan keseluruhan trace pada data kedalam satu CDP (common dept point). Pada umumnya, stack didasarkan pada kesamaan titik mid point atau yang dikenal dengan common mid point (CMP).
Tujuan utama dari stacking ini dapat memungkinkan interpretasi data yang lebih akurat sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam survei seismik. Metode common mid point itu sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962 oleh Mayne, yang digunakan untuk penjumlahan trace dalam satu gather. Proses ini dilakukan setelah dilakukannya koreksi NMO yang bertujuan untuk mempertinggi dan memperjelas signal pada gelombang seismik.
Sinyal gelombang primer akan diperkuat dengan melakukan penjumlahan dari seluruh offset pada tiap-tiap CMP gather, sedangkan untuk random noise sendiri akan melemah setelah proses penjumlahan ini. Oleh karena itu CMP stack dapat meningkatkan signal to noise ratio (Firliyadi, 2006).
1.8 AGC (Automatic Gain Control)
Automatic Gain Control atau AGC merupakan suatu sistem yang digunakan untuk memunculkan amplitudo pada gelombang seismik yang lemah. Metode ini biasanya digunakan untuk menghilangkan efek spherical divergent yaitu tidak meratanya distribusi energi pada amplitudo setiap trace seismik. Automatic gain control juga dapat menguatkan gelombang noise pada data seismik, sehingga juga perlu dilakukan filtering. Pada proses filtering digunakan untuk memisahkan antara frekuensi gelombang yang dibutuhkan dan menghilangkan frekuensi gelombang yang tidak dibutuhkan. Dilakukan filtering karena ketika proses akuisisi data seismik, receiver akan merekam semua gelombang yang mengenainya sehingga diperlukannya proses filtering. Jika data seismik tidak di filter, dapat menyebabkan kualitas data akan menurun dan kurang maksimal. Ketika data sudah terfilter dan amplitudo sudah terkoreksi,
1.9 Velocity Analysis
Proses velocity analysis ini dilakukan untuk menghilangkan jarak waktu yang diakibatkan oleh terpisahnya sumber gelombang (gun) dengan penerima (streamer) yang berada dipermukaan. Tahapan velocity analysis untuk mengoreksi kecepatan gelombang dan akan mengambil kecepatan gelombang yang sesuai supaya hasil stack yang dihasilkan akan lebih maksimal. Kecepatan gelombang digunakan untuk mengkonversi data waktu menjadi
data kedalaman yang berfungsi untuk membantu dalam menentukan kecepatan gelombang seismik melalui berbagai lapisan geologi di permukaan. Velocity analysis juga dapat melakukan proses stacking yang optimal, yang digunakan untuk menggabungkan data dari berbagai trace. Kecepatan stacking dapat menghasilkan hasil sinyal pada gelombang seismik yang lebih jelas dan dapat dilakukan interpretasi yang lebih akurat. Selain itu, velocity analysis juga dapat mengidentifikasi anomali kecepatan pada pada data yang dapat menunjukan adanya struktur geologi yang menunjukkan zona patahan, reservoir minyak dan gas, dan perubahan litologi. Velocity analysis dapat memastikan bahwa data yang dihasilkan itu akurat dan dapat digunakan dalam kebutuhan eksplorasi.
2. Metodologi
2.1 Penggunaan Software
Penelitian dalam pengolahan data seismik refraksi kali ini menggunakan software Matlab dan SeiSee. Matlab merupakan singkatan dari Matrix Laboratory yang merupakan software ditujukan untuk alat bantu perhitungan yang rumit seperti menganalisis data, membuat suatu algoritma, serta menciptakan pemodelan. Matlab menggunakan bahasa program yang berbasis matrix high-level/array language yang bisa mengolah program atau fungsi yang kompleks. Sedangkan SeiSee merupakan software yang digunakan untuk memvisualisasikan atau menginterpretasikan hasil data seismik yang telah diolah dalam bentuk file format SEG-Y. Tujuan dari pengolahan data pada praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui perubahan variasi gelombang seismik refraksi dengan menggunakan berbagai teknik filtering (bandpass filter) sekaligus menganalisis perubahan frekuensi pada gelombang seismik yang dihasilkan. Data didapatkan secara langsung yang diberikan oleh penguji dalam bentuk format RAW dan diolah menggunakan software matlab dan divisualkan melalui software SeiSee.
2.2 Proses Flow Brutestack
Adapun langkah-langkah dalam proses brutestack berikut:
2.2.1 ZZZ_read_SEGY.m
Pada proses ini untuk melakukan pembacaan data file RAW dari format (.m) ke file format (.sgy) sekaligus untuk menghilangkan noise.
a). Data masukkan:
[Data,SegyTraceHeaders,SegyHeader]=ReadSegy('/Users/rendi/Do cuments/MATLAB/PRAKTIKUM/SEGY/KALIBATA-002.SEGY');
b). Data keluaran:
[trcdat,dta,trchdr,txthdr,binhdr,exthdr]=
readsegy('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/SEGY/KALIB ATA-002.SEGY');
2.2.2 ZZX_shot_CMP.m
Proses untuk mengurutkan data berdasarkan titik tengah/midpoint pada setiap shot gather.
a). Data masukkan:
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KAL IBATA-002.mat');
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KAL IBATA-002_Header.mat')
b). Data keluaran:
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MA TLAB/ZZX_cmp.mat','cmp_fix')
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MA TLAB/ZZX_cmp_param.mat','cmp_idx','cmp_id_sort','offset _samali_cmp','dt','time_trans')
outfileseis='/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CR EWES_MATLAB/CMP_KALIBATA_002_2.sgy';
2.2.3 ZZW_singe_vel_fung.m
a). Data Masukkan:
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZX_
cmp_param.mat');
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZX_
cmp.mat')
b). Data keluaran:
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/
ZZW_single_vel.mat','single_vel')
2.2.4 ZZV_nmo.m
Pada proses normal moveout (NMO) kali ini adalah untuk melakukan koreksi pada setiap shot gather sebelum melakukan stacking.
a). Data masukkan:
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA- 002.mat')
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZX_cmp_para m.mat')
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZW_single_v el.mat')
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA- 002_Header.mat')
b). Data Keluaran:
outfileseis='/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_
MATLAB/CMP_KALIBATA_002_001401_01501_1.sgy';
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/
ZZV_CMP_NMO_KALIBATA_002_01401_01501.mat','cmp_nmo_fix');
2.2.5 ZZV_nmo_concantenate.m
Data yang dihasilkan dari koreksi melalui metode NMO selanjutnya dilakukan penggabungan shot gather menggunakan metode Normal Moveout Concatenate, proses ini merupakan lanjutan dari proses NMO untuk menggabungkan data dari berbagai shot gather yang dihasilkan.
2.2.6 ZZR_stack.m
Pada proses stack/stacking dari raw data untuk menjumlahkan keseluruhan trace kedalam satu CDP (common dept point).
a). Data masukkan:
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/
ZZV_CMP_NMO_ALL.mat';
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA -002_Header.mat/KALIBATA_002_Header.mat')
dtm = dt*0.000001;
b). Data keluaran:
outfileseis='/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/SEGY/st ack_cut.sgy;
2.3 Proses Denoise & Deconvolution
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan pengolahan data seismik pada proses denoise & deconvolution, yaitu:
2.3.1 ZZO_BANDPASSFIL.m
Bandpass filter berfungsi untuk melewatkan frekuensi antara frekuensi cut-off atas dan cut-off bawah, untuk menghilangkan noise atau komponen frekuensi yang tidak diinginkan dalam data seismik.
a). Data masukkan:
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA -002.mat');
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA -002_Header.mat')
b). Data keluaran:
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/
ZZO_Bandpass_fil_15_80.mat','SP_Bandfil')
2.3.2 ZZO_BANDPASSFIL_EFF.m
Pada proses ini merupakan proses filtering lanjutan dari bandpass filter sebelumnya.
a). Data masukkan:
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZO_
Bandpass_fil_15_80.mat') load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA- 002.mat');
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA- 002_Header.mat')
b). Data keluaran:
outfileseis =
'/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/SP_SA MALI_BPF_15_80.sgy';
2.3.3 ZZP_Split_SP_2.m
a). Data masukkan:
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZO_
Bandpass_fil_15_80.mat');
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA- 002_Header.mat')
b). Data keluaran:
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/
ZZP_SP_BP_15_80_Split.mat','SP_data')
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/
ZZP_SP_BP_split_header.mat','sp_cmp','sp_offset_samali', 'sp_FieldRecord', 'sp_TraceNum')
2.3.4 ZZK_deconv.m
Proses deconvolution ini untuk menghilangkan efek filter bumi pada gelombang sumber dengan menghilangkan noise dan multiple yang terkandung dalam rekaman gelombang seismik.
a). Data masukkan:
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZP_
SP_BP_15_80_Split.mat') load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZP_
SP_BP_split_header.mat') load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA- 002_Header.mat')
b). Data keluaran:
save
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZK_
KALIBATA_002_a_deconv.mat','shotd')
outfileseis='/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/SEGY/ZZ K_KALIBATA_002__a_deconv.sgy';
2.4 Velocity analysis
Pada proses velocity analysis/analisis kecepatan terdapat beberapa tahapan, yaitu:
2.4.1 ZZJ_shot_CMP_decon.m
a). Data masukkan:
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/CREWES_MATLAB/ZZK _KALIBATA_002_a_deconv.mat');
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/KALIBATA- 002_Header.mat')
b). Data keluaran:
save
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZJ_KALIBATA _002_cmp_deconv.mat','cmp_fix')
save
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZJ_KALIBATA _002_cmp_deconv_header.mat','cmp_idx','cmp_id_sort','offset_
samali_cmp','dt','time_trans','cmp_num')
outfileseis='/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/SEGY/ZZ J_KALIBATA_002_cmp_deconv.sgy';
2.4.2 ZZI_AGC.m
a). Data masukkan:
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZJ_KALI BATA_002_cmp_deconv.mat');
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZJ_KALIBATA _002_cmp_deconv_header.mat')
b). Data keluaran:
save
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZI_KALIBATA _002_CMP_DECON_AGC.mat','agc_cmp')
2.4.3 ZZH_velan2.m
a). Data masukkan:
load
('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZI_KALIBATA _002_CMP_DECON_AGC.mat');
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZW_sing le_vel.mat');
load('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZJ_KALI BATA_002_cmp_deconv_header.mat');
2.4.4 ZZH_get_velan3.m
a). Data keluaran:
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZH_vrms _KALIBATA_002.mat','v_rms');
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZH_vint _KALIBATA_002.mat','v_int');
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZH_vave _KALIBATA_002.mat','vave');
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZH_z_KA LIBATA_002.mat','z');
save('/Users/rendi/Documents/MATLAB/PRAKTIKUM/HASIL/ZZH_t_KA LIBATA_002.mat','t');
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Proses Pengolahan Data
Metode pengolahan data seismik dibagi menjadi tiga tahap yaitu akuisisi data, prosesing data, dan interpretasi data. Hasil dari proses pengolahan data seismik akan menghasilkan visual atau gambaran struktur yang ada dibawah permukaan bumi serta akan menjadi acuan dalam proses interpretasi. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pengolahan data seismik refleksi:
1. Melakukan koreksi data RAW.
Proses pertama kali yang akan dilakukan dalam pengolahan data seismik refleksi kali ini adalah melakukan proses pengkoreksian pada data mentah/raw untuk menghilangkan noise
pada data yang dalam format (.mat) akan diubah kedalam format (.sgy) supaya nantinya data akan dapat diproses dan dapat dibuka melalui software SeiSee untuk interpretasi data lebih lanjut.
Gambar 1.1: Hasil koreksi raw data CMP Kalibata 2
Pada hasil data raw yang telah diproses dan dilakukannya koreksi untuk menghilangkan noise belum dapat dilihat secara jelas bagaimana bentuk penampang dan kondisi keadaan dibawah permukaan.
2. Bandpass Filter / Denoising.
Fungsi dari BandPass filter ini digunakan untuk mengurangi noise pada data seismik dengan menggunakan fungsi FFT (fast fourier transform).
Gambar 1.2: Hasil BandPass Filter/Denoising
3. Melakukan Proses Deconvelution.
Hasil rekaman gelombang seismik yang diterima didapatkan hasil dari konvolusi antara koefisien refleksi dengan wavelet. Proses ini juga digunakan untuk menghilangkan noise pada data seismik. Koefisien refleksi yang nantinya akan menggambarkan bentuk lapisan dibawah permukaan, dikarenakan struktur geologi dibawah permukaan mempunyai impedansi akustik yang berbeda-beda.
4. Melakukan shorting CMP data setelah melakukan koreksi pada raw data.
Proses shorting CMP ini untuk mengetahui nilai CMP minimum, CMP maximum, FFID minumum, FFID maximum, dan untuk membuat nomor CMP.
Gambar 1.3: Hasil Shorting CMP
Setelah melakukan shorting, dapat dilihat perubahan pada data yang dihasilkan yaitu data mengalami perubahan pada gather CMP namun masih belum terlihat jelas.
5. Proses NMO (normal moveout).
Proses NMO ini dilakukan untuk menghilangkan efek dari jarak antara sumber dengan receiver yang terdapat dalam satu CDP (common dept point), sehingga hasil tampilan antara source dengan receiver yang berbeda akan berada pada waktu yang sama. Setelah dilakukan proses NMO selanjutnya akan dilakukan proses penggabungan hasil data NMO menggunakan NMO concantenate.
Gambar 1.4: Hasil NMO
2.3 Automatic Gain Control (AGC)
Sebelum melakukan analisis kecepatan, data gelombang seismik harus dikondisikan dengan cara melakukan filtering dengan automatic gain control. Tujuan dari dilakukannya proses automatic gain control untuk menghasilkan data yang terbaca supaya mempunyai
energi yang sama dari atas sampai kebawah pada setiap CMP yang dihasilkan. Dari hasil proses AGC terlihat reflektor gelombang yang ditampilkan menjadi lebih jelas dan tegas.
Gambar 1.5: Hasil AGC
2.4 Hasil Analisis Kecepatan (Velocity Analysis)
Setelah melakukan koreksi AGC Stacking diperlukan dalam menganalisis data seismik untuk mendapatkan hasil penampang bawah permukaan yang lebih optimal. Analisis kecepatan dilakukan dengan melakukan plot data seismik terhadap waktu dan kecepatan dengan sumbu- Y adalah waktu dan sumbu-X adalah kecepatan. Setelah itu maka dilakukan picking nilai kecepatan pada spectrum yang memiliki nilai semblance yang tinggi, biasanya semblance yang tinggi ditunjukkan pada warna merah. Total dari CDP yang didapatkan adalah 18 CDP, namun yang akan ditampilkan pada kali ini adalah salah satu CDP saja yaitu CDP ke-7.
Gambar 1.6: Hasil picking CDP semblance 7
Dari hasil sebelum dan setelah dilakukannya picking dapat kita lihat pada hasil semblance, gather, dan stack. Sebelum proses picking, gather membentuk garis kurva kebawah dan signal gelombang pada stack belum terlihat jelas. Namun ketika sudah dilakukan picking, gather berubah menjadi lurus/horizontal dan signal stack lebih terlihat jelas.
Kesimpulan
Dari proses pengolahan data seismik Kalibata 2 menggunakan software Matlab 2018 dan software SeiSee pada praktikum kali ini adalah dengan dimulai dari pengolahan data mentah/RAW yang diberikan melalui tahapan yang cukup panjang untuk mendapatkan hasil penampang seismik sehingga dapat mengetahui struktur geologis dibawah permukaan bumi.
Mulai dari proses filtering untuk mem-filter noise yang mengganggu, stacking untuk menjumlahkan seluruh trace kedalam satu CDP gather, analisis kecepatan untuk menghilangkan jarak waktu yang diakibatkan oleh terpisahnya sumber gelombang (gun) dengan penerima (streamer) yang berada dipermukaan, hingga dengan melakukan picking untuk mendapatkan hasil semblance, gather, dan stack yang maksimal.
Daftar Pustaka
Firliyadi, A., 2006: “Atenuasi Multiple Dengan Menggunakan Metode Filtering Radon Pada Common Reflection Surface (CRS) Supergather”. Fisika, FMIPA, UI, Depok.
Hidayat, N.L., dkk. 2018: “Bandpass Filter Pada Data Seismic”. Komputasi Geofisika 1, 1(1), 17-26.
Julius, A.M., dkk., 2020: “Pengukuran Kecepatan Gelombang Seismik Menggunakan Metode Refraksi Pada Lapisan Tanah Dangkal”. Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol. 4 NO. 1, pp. 22-31.
Mayasari, 2009: “Analisis Aperture Untuk Meningkatkan Hasil Stacking Pada Metode Common Reflection Surface”. Universitas Indonesia.
Monalia, 2011: “Analisis Model Kecepatan Berdasarkan Tomografi Refleksi Waktu Tempuh”.
Tesis, PPS UI, Depok.
Rery et al., 2015: “Pebandingan Post Stack Time Imigration Metode Finite Difference dan Metode Kirchoff Dengan Parameter GAP Dekonvolusi Data Seismik Darat 2D Line
“SRDA”. Universitas Diponegoro.