• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengolahan Air Kolam Tambang Batubara Menggunakan Membrane Untuk Budidaya Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Pengolahan Air Kolam Tambang Batubara Menggunakan Membrane Untuk Budidaya Perikanan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN ITB

E-ISSN: 27146715

Pengolahan Air Kolam Tambang Batubara Menggunakan Membran untuk Budidaya Perikanan

Kiswanto1, Wintah1

1Program Studi Ilmu Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar, Jalan Alue Peunyareng, Ujong Tanoh Darat, Meureubo, kabupaten Aceh Barat, Aceh 23681, Indonesia.

*E-mail : kiswanto@utu.ac.id

Abstrak INFO ARTIKEL

Pengolahan air kolam pasca tambang batubara untuk budidaya perikanan perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengolah air kolam pasca tambang yang digunakan untuk budidaya ikan. Metode pengambilan sampel adalah in situ dan ex situ, dan kemudian dianalisis di laboratorium Mer-C Universitas Diponegoro. Air yang dianalisis adalah kekeruhan, warna, total suspended solid (TSS), total dissolved solid (TDS), amonia (NH3-N), nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N), phospat (PO4-P), sulfide (H2S), besi (Fe) dan mangan (Mn). Analisis kualitas air dibandingkan dengan standar baku mutu air limbah tambang batubara. Selanjutnya dilakukan pengolahan air kolam pasca tambang batubara yang berada pada lokasai non aerasi, aerasi, inlet dan outlet menggunakan membran Nanofiltrasi 270. Hasil rejeksi rata-rata untuk kolam non aerasi, aerasi, inlet, dan outlet untuk parameter pH, suhu, kekeruhan, warna, total suspended solid (TSS), total dissolved solid (TDS), amonia (NH3), nitrat (NO3), nitrit (NO2), sulfide (H2S), Besi (Fe), dan Mangan (Mn) berturut-turut sebesar (5-28%); (3-6%); (99-100%); (90-100%); (82-95%); (53-82%); (100%);

(100%); (100%); (74-100%); (61-100%); (91-100%). Membrane NF270 dapat digunakan untuk pengolahan air kolam bekas batubara menjadi media budidaya ikan tawar.

Kata kunci: membran nanofiltrasi, parameter, fluks, rejeksi, air kolam tambang

Sitasi: Kiswanto, & Wintah. (2023).

Pengolahan Air Kolam Tambang Batubara Menggunakan Membran untuk Budidaya Perikanan. Jurnal Teknik Lingkungan, 29 (1), 1-13.

Article History:

Received 25 Oktober 2021 Revised 11 Mei 2022 Accepted 16 Februari 2023 Available online 4 April 2023

Jurnal Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung is licensed under a Creative Commons Attribution- NoDerivatives 4.0 International License. Based on a work at www.itb.ac.id

Abstract

Post-coal mining pond water treatment for aquaculture needs to be done. The purpose of this study was to treat post-mining pond water used for fish farming. The sampling method was in situ and ex situ, and then analyzed in the Mer-C laboratory of Diponegoro University. The water analyzed is turbidity, color, total suspended solid (TSS), total dissolved solid (TDS), ammonia (NH3-N), nitrate (NO3-N), nitrite (NO2- N), phosphate (PO4-P), sulfide (H2S), iron (Fe) and manganese (Mn). Analysis of water quality compared with coal mine waste water quality standards. Furthermore, post-coal mining pond water treatment is carried out at non-aerated, aerated, inlet and outlet locations using a 270 Nanofiltration membrane. The average rejection results for non-aerated, aerated, inlet, and outlet ponds for parameters pH, temperature, turbidity, color, total suspended solid (TSS), total dissolved solid (TDS), ammonia (NH3), nitrate (NO3), nitrite (NO2), sulfide (H2S), iron (Fe), and manganese (Mn) respectively were (5-28%); (3-6%); (99-100%); (90-100%); (82-95%); (53-82%);

(100%); (100%); (100%); (74-100%); (61-100%); (91-100%). The NF270 membrane can be used to treat used coal pond water into freshwater fish culture media.

Keywords: nanofiltration membrane, parameter, flux, rejection, mining pond water

(2)

1. Pendahuluan

Aceh Barat memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama batubara. Kegiatan penambangan batubara telah menciptakan kolam-kolam raksasa yang diperkirakan akan timbul tekanan terhadap ekosistem lingkungan sekitarnya, akibat adanya perubahan struktur batuan yang diikuti dengan perubahan kualitas fisika dan kimia tanah serta air (Komarawidjaja, 2011). Kolam bekas tambang batubara akan terbentuk apabila musim hujan tiba. Ketika musim hujan maka kupasan tanah dan sisa-sisa bekas penambangan batubara akan terlarut di dalamnya. Dampaknya air dalam kolam bekas batubara ini akan menjadi asam.

Kolam-kolam galian yang berbentuk kolam-kolam mengandung beberapa unsur kimia berupa logam berat.

Kandungan logam berat dalam biota air akan bertambah dari waktu ke waktu karena bersifat bioakumulatif sehingga ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Hasil penelitian Paragoy dkk. (2014). Bekas penambangan batubara yang sudah berubah menjadi kolam terdapat kandungan di dalamnya logam berat besi (Fe) dan mangan (Mn) di kolam tambang batubara untuk ikan mas dan ikan nila (Hafids dkk., 2015).

Supaya tidak mencemari lingkungan sekitarnya, air di dalam kolam bekas tambang batubara tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan atau dibuang ke lingkungan. Liu dan Liptak (1999) menyatakan bahwa langkah penting di dalam pengolahan limbah cair adalah dengan mengetahui karakteristik dari limbah cair di dalam kolam bekas batubara. Dengan mengetahui karakteristik air asam yang akan diolah maka proses pengolahan limbah akan berjalan efektif (Binnie dkk., 2002). Oleh karena itu sangat penting dan perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui karakterisasi air asam di kolam tambang batubara yang dilakukan oleh PT Mifa bersaudara dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

Di sekitar tambang batubara masyarakat sudah memanfaatkan air kolam bekas tambang batubara untuk budidaya perikanan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan adalah kualitas air.

Kualitas lingkungan perairan merupakan suatu kelayakan lingkungan perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang nilainya dinyatakan dalam suatu kisaran tertentu.

Sementara itu perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya (Boyd, 1990; Boyd, 2004). Langkah yang perlu dilakukan, bagaimana mengelola kolam bekas tambang batubara menjadi sumberdaya perairan, diharapkan memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tidak merugikan baik bagi masyarakat sekitar maupun bagi ekosistem kawasan secara komprehensif, dengan tetap berpegang pada kewaspadaan atas risiko keamanan dan kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah memanfaatkannya untuk pemeliharaan ikan (budidaya ikan).

Berdasarkan hal tersebut, maka kolam pasca tambang yang dimanfaatkan untuk budidaya perikanan perlu diketahui kualitas airnya sebagai habitat dari ikan yang dibudidayakan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengolahan air tambang batubara adalah pengolahan air asam tambang batubara dengan pengolahan aktif menggunakan bahan-bahan kimia lebih efektif dibandingkan pengolahan pasif (Said, 2014). Selain itu juga pernah dilakukan pengolahan air asam tambang batubara dengan metode elektrokoagulasi untuk mengurangi Fe dan Mn (Ashari dkk., 2015). Saat ini metode pengolahan yang sudah banyak digunakan adalah metode pengolahan air menggunakan teknologi membran. Pengolahan air tambang batubara menggunakan membran keramik pernah dilakukan namun hasilnya masih belum signifikan untuk menyisihkan TSS, Fe dan Mn (Afrianti dkk., 2012).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam penggunaan metode dan penggunaan membran dalam pengolahan air asam tambang batubara. Teknologi membran yang telah banyak digunakan dan dikenal secara luas dalam pengolahan air saat ini adalah mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi dan reverse osmosis (Wenten, 2005). Pengolahan air kolam tambang bekas batubara menggunakan teknologi membran sudah mulai dilakukan untuk pemanfaatan kembali (Abdel dkk., 2017; Yildrim dkk., 2019;

Kyllonen dkk., 2017; Sivakumar dkk., 2013).

(3)

Tujuan dari penelitian adalah mengolah air kolam pasca tambang batubara di Aceh Barat untuk pemanfaatan budidaya perikanan menggunakan teknologi membran nanofiltrasi 270. Nanofiltrasi adalah proses filtrasi membran yang relatif baru yang sering kali digunakan dengan air dengan jumlah total padatan terlarut sedikit dengan tujuan untuk softening (penghilangan kation polivalen) dan penghilangan produk samping desinfektan seperti zat organik alam dan sintetik (Wenten, 2010; Wenten, 2004; Mulder, 1996).

2. Metode Penelitian 2.1 Bahan

Bahan yang digunakan adalah air asam tambang batubara, H2SO4, HNO3, HCL, NaOH, HCLO4, standar nitrat, standar fosfat, standar nitrit, kertas saring, dan membran Nanofiltrasi 270 dengan spesifikasi seperti Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik membran NF270 (DOW Filmtec)

Material Komposit Poliamida

Tekanan Maksimum (bar) 41

Suhu Maksimum (oC) 45

Rentang pH 2-11

Rejeksi MgSO4(%) >97% (2000 ppm MgSO4, T = 25oC)

2.2 Alat

Alat yang digunakan diantaranya adalah COD reaktor (HACH dengan ketelitian 0,001), Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: thermometer, pH meter, DO meter, alat-alat untuk titrasi (pipet, gelas ukur), kamera, plankton net, water sampler, timbangan, botol flakon, freezer, kantong plastik, cold box, spektofotometer, AAS, mikroskop, alat pemanas (hot plate), spektofotometer (Thermo Scientific dengan ketelitian 0,001), AAS, turbidimeter, corong pisah, neraca analitik, dan unit membran seperti Gambar 1.

Gambar 1. Skema unit membran dengan operasi cross-flow Keterangan:

1. Sampel air kolam bekas tambang batubara gelas beker 300 ml 2. Pompa Reverse Osmosis dengan Spesifikasi

Nominal Flow Rate : 1.0 LPM Max Pump output : 110 Psi Max Inlet Pressure : 60 Psi Voltage : 24 VDC

3. Pengatur Tekanan 4. Manometer Tekanan

5. Tempat peletakan membran untuk dilakukan pengujian 6. Permeat hasil filtrasi dengan membran nanofiltrasi NF270

(4)

2.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan membran Nanofiltrasi (NF 270) pada tekanan 4, 5, 6 Bar.

Membran ini didapat dari Alfa Laval, Sweden dan dicetak dengan ukuran diameter 4,22 cm lalu dilakukan kompaksi selama 30 menit untuk menstabilkan pori dan struktur membran.

Prefiltrasi menggunakan kertas saring dilakukan sebelum limbah masuk ke dalam unit membran. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah padatan tersuspensi yang dapat meningkatkan terjadinya penyumbatan membran. Penelitian dilaksanakan secara cross flow filtration dan dilakukan selama 2 jam dengan waktu pengambilan permeat setiap 15 menit. Rumus yang digunakan untuk mengukur permeabilitasnya pada Persamaan 1.

J= V

A x t ………Persamaan 1

Dimana V adalah volume permeat (liter), A adalah luas permukaan membran (m2), waktu (jam).

Selanjutnya dihitung juga rejeksi COD, kekeruhan, dan minyak lemak dari permeat yang dihasilkan dengan rumus pada Persamaan 2.

R= 1 − Cp

Cf x 100 % ………...……Persamaan 2

Dimana Cp adalah konsentrasi zat terlarut dalam permeat dan Cf adalah konsentrasi zat terlarut dalam umpan.

2.4 Metode Analisis

Parameter yang dianalisis yaitu Amonia, Nitrat (NO3-N), Nitrit(NO2-N), H2S, Phospat (PO4-P),Warna umpan dan pemeat menggunakan spektofotometer analisis kekeruhan menggunakan turbidimeter portable.

TDS dengan TDS meter dari HM Digital USA. Untuk analisis Fe dan Mn menggunakan AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometer) Model 210 VGP dari Buck Scientific USA.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Karakteristik Air Kolam Tambang Batubara

Uji Karakteristik dilakukan untuk mengetahui parameter pada air kolam tambang batubara yang diperolah dari Air kolam bekas tambang batubara Pada PT Mifa Bersaudara di Kecamatan Meureubo Aceh Barat berdasarkan pada lokasi sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet telah dilakukan pengujian dengan hasil rata-rata yang disajikan pada Tabel 2. Selanjutnya hasil analisis karakteristik air kolam bekas tambang tambang batubara dibandingkan dengan baku mutu air limbah tambang batu bara.

Penelitian ini menganalisis beberapa parameter wajib air baku sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara. Air baku yang berasal dari kolam bekas tambang batubara menunjukkan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan. Untuk itu perlu dilakukan tahapan pengolahan lagi menggunakan teknologi membran nanofiltrasi untuk dicari profil fluksnya dan rejeksinya berdasarkan kondisi lokasi masing-masing untuk budidaya ikan tawar .

(5)

Tabel 2. Perbandingan karakteristik air kolam tambang batubara dengan baku mutu air limbah tambang batubara

No. Parameter unit Non

aerasi** Aerasi** Inlet** Outlet** Baku mutu*

1 pH 4,7 6,0 5,3 6,0 6,0-9

2 Temp oC 264 26,1 26,6 26,6

3 Turbidity NTU 15 5,01 10,02 2,59

4 Color PtCo 10 5,74 7,8 2,56

5 TSS mg/L 376 272 332 220 400

6 TDS mg/L 256 200 244 150

7 NH 3 mg/L 0,09 0,07 0,04 0,03

8 NO3-N mg/L 5,2 4,2 6,02 7,01

9 NO2-N mg/L 0,01 0,01 0,03 0,03

10 PO4 mg/L 0,21 0,189 0,37 0,67

11 H2S mg/L 0,25 0,21 0,23 0,2

12 Fe mg/L 8,24 3,03 5,4 2,76 7

13 Mn mg/L 0,196 0,181 0,196 0,222 4

*Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan Dengan Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan**Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro (2018).

3.2 Karakteristik Membran Nanofiltrasi NF270

Nanofiltrasi merupakan proses pemisahan senyawa dari dalam air menggunakan membran dengan driving force berupa tekanan (Mulder, 2012). Selain itu, proses filtrasi pada membran ini juga dipengaruhi oleh muatan permukaan dari membran itu sendiri, hal ini erat kaitannya dengan kadar pH dalam larutan umpan (Manttari dkk., 2006). Pada penelitian ini, digunakan membran nanofiltrasi NF270 dengan ukuran pori 180 Da dan bersifat hidrofilik. Membran NF270 memiliki struktur poliamida yang terdiri atas gugus fungsi amina dan karboksil yang mudah terionisasi (Lin dkk., 2007), serta memiliki titik isoelektrik pada pH 3,2 (Dalwani, 2011).

Karakterisasi membran dilakukan untuk mengetahui karakteristik membran pada kondisi awal. Pengujian diawali dengan uji kompaksi yaitu melewatkan akuades sebagai umpan pada kondisi tekanan tertentu selama 30 menit. Selanjutnya menghitung nilai fluks awal (Jo) dengan mengalirkan umpan berupa akuades pada variasi tekanan operasi 4,5, dan 6 kg/cm2. Gambar 2 menunjukkan nilai fluks akuades pada tiga tekanan berbeda.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada tekanan operasi 4, 5 dan 6 bar masing-masing menghasilkan nilai fluks awal (Jo) sebesar 58,84 L/m2..jam; 75,65 L/m2.jam; 97,08 L/m2.jam. Grafik tersebut menunjukkan bahwa tekanan operasi mempengaruhi nilai fluks yang dihasilkan. Permeat Fluks meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan operasi yang disebabkan karena gaya dorong yang lebih besar melewati membran sehingga fluks yang dihasilkan pun bertambah. Tujuan pengolahan air tambang batubara dengan membran nanofiltrasi NF 270 adalah untuk menetralkan pH, suhu, kekeruhan, warna, TSS, TDS, NH3, NO3, NO2, PO4, H2S, Fe, dan Mn pada kolam bekas tambang batubara sesuai peruntukkan untuk budidaya ikan tawar.

Setiap parameter diuji pada tiga tekanan yaitu 4, 5, dan 6 bar. Fluks yang dihasilkan ditampilkan dalam grafik hubungan fluks ternormalisasi (J/Jo) terhadap waktu.

(6)

Gambar 2. Fluks air murni pada membran NF270 dengan variasi tekanan 4, 5, dan 6 bar

3.3 Pengaruh Tekanan Operasi Terhadap Kinerja Membran Nanofiltrasi NF270

Pengaruh tekanan operasi yang digunakan dalam pengolahan air asam tambang batubara terhadap kinerja membran yang terlihat dari profil fluks dan kualitas permeat (tingkat rejeksi) untuk masing-masing parameter uji menunjukkan profil fluks ternormalisasi terhadap waktu untuk masing-masing parameter pengujian fluks untuk parameter pH, suhu, kekeruhan, warna, TSS, TDS, NH3, NO3, NO2, PO4, H2S, Fe, dan Mn pada kolam bekas tambang batubara. Gambar 3 menunjukkan profil fluks ternormalisasi yang secara umum menurun seiring berjalannya waktu walaupun mengalami kenaikkan fluks pada beberapa titik yang diakibatkan oleh fouling dan konsentrasi polarisasi. Konsentrasi polarisasi terjadi akibat solut yang tertahan pada permukaan membran yang menyebabkan penurunan fluks (Almazan dkk., 2015).

Gambar 3 terlihat bahwa penambahan tekanan berpengaruh terhadap penurunan fluks. Semakin tingginya tekanan, memungkinkan umpan akan melewati membran secara cepat dan semakin banyaknya foulan yang terakumulasi pada permukaan membran maupun struktur membran sehingga menyebabkan penyumbatan pori yang lebih cepat dibandingkan pada tekanan rendah (Zhou dkk., 2010).

Pada Gambar 3, profil fluks ternormalisasi dapat terlihat dari keempat grafik tersebut cenderung menurun seiring bertambahnya waktu walaupun penurunannya tidak konsisten dan tidak tajam. Pada Gambar 3 (a) pada sampel non aerasi, penurunan fluks paling tajam terjadi pada 15 menit pertama untuk tekanan 5 dan 6 bar setelah itu cenderung stabil, sedangkan untuk tekanan 4 bar penurunan fluks terjadi secara stabil dan konsisten hingga menit ke 120.

Pada Gambar 3 (b) pada sampel aerasi, penurunan fluks paling tajam terjadi pada 15 menit pertama untuk tekanan 5 dan 6 bar setelah itu cenderung stabil. Sedangkan untuk 4 bar terjadi penurunan paling tajam pada 45 menit pertama setelah itu cenderung stabil. Pada Gambar 3 (c) pada sampel inlet, penurunan fluks paling tajam terjadi pada 15 menit pertama untuk tekanan 4 dan 6 bar setelah itu cenderung stabil, sedangkan untuk tekanan 5 bar terjadi penurunan secara konsisten hingga menit ke 120.

Pada Gambar 3 (d) pada sampel outlet, penurunan fluks paling tajam terjadi pada 15 menit pertama untuk tekanan 5 bar setelah itu cenderung stabil. Untuk tekanan 6 bar terjadi penurunan secara tajam pada 30 menit pertama setelah itu cenderung stabil, sedangkan untuk tekanan 4 bar terjadi penurunan secara tajam pada 60 menit pertama setelah itu cenderung stabil.

58.84

75.65

97.08 y = 19.12x + 38.95

R² = 0.9952

0 20 40 60 80 100 120

4 5 6

Fluks (L/m².jam)

Tekanan (bar)

(7)

0 0.5 1 1.5

0 15 30 45 60 75 90 105 120

Normalized Fluks (J/Jo)

Time (Menit)

Tekanan 4 bar (J0 = 99,39 L/m2.Jam) Tekanan 5 bar (J0 = 133,97 L/m2.Jam) Tekanan 6 bar ( J0 = 136,74 L/m2.Jam)

(d) 0

0.5 1 1.5

0 15 30 45 60 75 90 105 120

Normalized Fluks (J/Jo)

Time (Menit)

Tekanan 4 bar (J0 = 79,20 L/m2.Jam) Tekanan 5 bar (J0 = 116,46 L/m2.Jam) Tekanan 6 bar( J0 = 121,67 L/m2.Jam)

(c)

Gambar 3. Profil relatif fluks (J/J0) terhadap waktu pada filtrasi menggunakan membran NF 270. (a) non aerasi, (b) aerasi, (c) inlet, (d) outlet

Nilai fluks pada sampel air non aerasi, aerasi, inlet dan outlet cenderung menurun seiring bertambahnya waktu. Penurunan nilai fluks ini disebabkan fouling dan konsentrasi polarisasi pada membran. Fouling adalah suatu fenomena penumpukan material pada membran sehingga menyebabkan pori membran semakin kecil (Wenten, 2005). Ukuran pori yang lebih besar menyebabkan polarisasi konsentrasi/fouling lebih mudah terjadi akibat nilai fluks yang besar (Wenten, 2010). Menurut Schafer dkk. (2004), fouling adalah proses yang mengakibatkan menurunnya kinerja membran akibat adanya zat tersuspensi atau zat terlarut pada permukaan membran. Konsentrasi polarisasi bersifat irreversible sedangkan konsentrasi polarisasi terjadi akumulasi solut yang tertahan pada permukaan membran menyebabkan penurunan fluks (Almazan dkk., 2015). Konsentrasi polarisasi bersifat reversible.

Menurut Mulder (2012), bahwa fouling terjadi karena adanya fenomena penumpukan material pada membran sehingga menyebabkan pori membran semakin kecil. Termasuk didalamnya konsentrasi polarisasi, adsorpsi, formasi pembentukan lapisan gel, dan penyumbatan pori. Fenomena ini juga sesuai dengan penelitian Nasir dkk. (2014), bahwa tekanan berbanding lurus dengan nilai fluks permeat. Tetapi berbanding terbalik dengan waktu dimana terjadi penurunan nilai fluks permeat seiring dengan meningkatnya waktu dikarenakan adanya fouling (penyumbatan pada membran). Terbentuknya struktur lapisan fouling pada permukaan membran dapat dipengaruhi oleh kondisi kimia seperti derajat keasaman, dan kekuatan ion dan kondisi fisika (permeate fluks, kecepatan aliran, dan tekanan osmosis) (Motsa dkk., 2014).

Pada kolam outlet kondisinya lebih baik daripada kolam di non aerasi, aerasi dan inlet. Pada proses pengolahan pada kolam outlet semakin besar tekanan pada membran semakin besar fluknya. Sesuai dengan

0.0 0.5 1.0 1.5

0 15 30 45 60 75 90 105 120

Normalized Fluks (J/jo)

Time (Menit)

Tekanan 4 bar (J0 = 98,271 L/m2.Jam) Tekanan 5 bar (J0=127,56 L/m2.Jam) Tekanan 6 bar (J0=65,51 L/m2.Jam)

(a)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 15 30 45 60 75 90 105 120

Normalized Fluks (J/Jo)

Time (Menit)

Tekanan 4 bar (J0 = 76,60 L/m2.Jam) Tekanan 5 bar (J0 =103,64 L/m2.Jam) Tekanan 6 bar (J0 = 129,03 L/m2.Jam)

(b)

(8)

teori kondisi air yang lebih baik akan mempercepat proses laju rejeksinya. Di kolam outlet merupakan kolam yang sudah mengalami proses pengolahan secara alami sehingga kualitas airnya lebih baik. Sehingga fluks yang dihasilkan lebih tinggi dibanding kolam non aerasi, aerasi dan inlet.

3.4 Rejeksi Membran NF270

Kinerja membran juga ditentukan oleh kemampuan rejeksi terhadap beberapa parameter yaitu pH, Suhu, kekeruhan, warna, ammonia (NH3), nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N), H2S, phospat (PO4), TDS, TSS, Fe dan Mn. Membran Nanofiltrasi memiliki tingkat rejeksi yang tinggi untuk semua tekanan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Ahmad dkk., 2005) bahwa semakin tinggi tekanan operasi akan menyebabkan rejeksi untuk komponen-komponen yang ada pada air kolam bekas tambang batubara di kolam non aerasi, aerasi, inlet dan outlet akan dianalisis prosentase rejeksinya untuk masing-masing parameter. Prosentase rejeksi terhadap produk (permeat) untuk mengetahui kinerja membran nanofiltrasi 270.

Hasil persentase rejeksi pada sampel umpan non aerasi, aerasi, inlet, dan outlet menunjukkan persentase rejeksi untuk parameter pH, suhu, kekeruhan, warna, Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS), amonia (NH3), Nitrate (NO3), Nitrite (NO2), Sulfida (H2S), Besi (Fe), dan Mangan (Mn) hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.4.1 pH

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter pH rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 5,5. Nilai parameter pH umpan dan permeat setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 6,1. Perkembangbiakan ikan yang baik pH berkisar 6,4 – 7,0 sesuai jenis ikan sedangkan kisaran pH optimal untuk ikan berkisar 6,5 – 8,5 (Maidie dkk., 2016). Nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI 7550:2009, yaitu sebesar 6,5 – 8,5. Berdasarkan hasil penelitian, membran Nanofiltrasi 270 mampu menghasilkan permeat/produk dengan nilai derajad keasaman (pH) sesuai dengan baku mutu untuk budidaya ikan tawar. pH air yang rendah (pH<3,5) dari air kolam tambang akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan (Saiki dkk., 1995; Short dkk., 1990; Lachance dkk., 2000; Fiss &

Carline, 1993).

3.4.2 Suhu

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter suhu rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 26,4 0C. Nilai parameter suhu umpan dan permeat setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 26,3 0C. Suhu tersebut Sesuai persyaratan SNI 7550:2009 yaitu 25–32 ºC.

Berdasarkan hasil penelitian, membran Nanofiltrasi 270 mampu menghasilkan permeat/produk dengan suhu sesuai dengan standar baku mutu budidaya ikan, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 dan BBPBAT (2016). Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur metabolisme serta penyebaran organisme, dan mempengaruhi sifat fisik kimia perairan. Kenaikan temperatur dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan daya toksik yang ada dalam suatu perairan tertentu (Paragoy, 2015). Suhu tinggi akan berpengaruh langsung terhadap proses fisiologis pada beberapa jenis ikan dan menurunkan kelimpahannya di perairan (Walks dkk., 2000).

Suhu kolam tambang untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet tidak jauh berbeda pada saat dilakukan proses filtrasi menggunakan membran nanofiltrasi. Suhu air dalam kolam tambang berkisar pada suhu 26,3oC. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Lima dkk. (2006) dengan memberikan perlakuan perbedaan suhu air: 240C, 270C , dan 300C pada ikan air tawar diperoleh hasil bahwa suhu 270C memberikan pertumbuhan yang optimal dibanding suhu 300C. Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur metabolisme serta penyebaran organisme, dan mempengaruhi sifat fisik kimia perairan.

(9)

3.4.3 Kekeruhan dan Warna

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter kekeruhan dan warna rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet berturut-turut sebesar 8,2 NTU; 6,5 Pt-Co. Nilai parameter kekeruhan dan warna umpan dan permeat setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi sebesar 0 NTU;0,3 Pt-Co. Berdasarkan hasil penelitian, membran Nanofiltrasi 270 mampu menghasilkan permeat/produk dengan nilai kekeruhan dan warna yang sangat rendah. Pori membran juga berpengaruh terhadap rejeksi parameter kekeruhan dan warna. Membran Nanofiltrasi memiliki tingkat rejeksi yang tinggi untuk semua tekanan.

3.4.4 TSS (Total Suspended Solid)

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter TSS rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 300 mg/L. Nilai parameter TSS umpan dan permeat setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 8,6 mg/L.

Membran nanofiltrasi NF270 mampu menyisihkan TSS dengan tingkat rejeksi 100% pada semua tekanan operasi yang digunakan. Sesuai dengan hasil penelitian Tria dkk., 2015; Desinta dkk., 2016; Yildirim dkk., 2019; Kiswanto dkk., 2020), tingkat rejeksi NF270 terhadap TSS mencapai 100%. TSS yang tinggi dapat menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam perairan sehingga proses fotosintesa tidak dapat berjalan normal (terhambat) yang menyebabkan rendahnya kadar oksigen terlarut yang dihasilkan.

Kandungan TSS di semua titik sampling pada kolam pasca tambang batu bara masih menuhi standard baku mutu, dimana kadar TSS di lokasi tersebut berkisar antara 7 mg/L – 12 mg/L (Paragoy, 2015).

3.4.5 TDS (Total Dissolved Solid)

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter TDS rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 212,5 mg/L. Nilai parameter TDS umpan dan permeat setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 71,8 mg/L. Tingkat rejeksi untuk parameter TDS sesuai dengan penelitian Hilal (2015) yaitu pada kisaran 40,2 - 83,1% tergantung konsentrasi umpan, tekanan, pH, dan suhu. tingkat rejeksi ion klorida meningkat seiring meningkatnya tekanan operasi akibat laju perpindahan air melewati membran lebih cepat dari laju perpindahan ion klorida. Tingkat rejeksi yang dihasilkan semakin tinggi seiring dengan semakin besarnya tekanan yang digunakan.

3.4.6 Ammonia, Nitrit, dan Nitrate

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter Ammonia (NH3), Nitrit (NO2), dan Nitrat (NO3) rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet berturut-turut sebesar 0,1 mg/L ;5,6 mg/L;

dan 0,02 mg/L. Nilai parameter Ammonia (NH3), Nitrit ( NO2), dan Nitrat (NO2) umpan setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 berturut-turut sebesar 0,01 mg/L; 0,02 mg/L; dan 0,03 mg/L.

Konsentrasi ammonia, nitrit dan nitrat pada kolam pasca tambang batubara di Aceh Barat berada pada kisaran 0,01 – 0.03 mg/l. Kadar Amonia, nitrit, dan nitrat yang sangat tinggi dapat menyebabkan penurunan kualitas air, rendahnya oksigen terlarut, penurunan populasi ikan, bau busuk, dan rasa tidak enak. Kadar Ammonia (NH3), Nitrit (NO2), dan Nitrat (NO3) yang tinggi dapat menyebabkan kekebalan tubuh (immunitas) organisme menurun sehingga organisme gampang terinfeksi penyakit dan keseimbangan antara antioksidan dan pro oksidan (Wang dkk., 2004).

Berdasarkan hasil penelitian, membran Nanofiltrasi 270 mampu menghasilkan permeat/produk dengan Ammonia, Nitrit, dan Nitrat sesuai SNI 7550:2009, batas maksimum kadar NH3 untuk kegiatan budidaya ikan yaitu sebesar <0,02 mg/L, sehingga kadar NH3 pada semua lokasi tidak memenuhi baku mutu.

Sedangkan kadar nitrat terendah 0,3 mg/L. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan standar baku mutu air PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II) untuk kegiatan budidaya ikan air tawar, masih sangat jauh dari batas yang ditentukan yaitu 10 mg/L.

(10)

3.4.7 Phosphate

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter Phoshpate (P04) rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 0,4 mg/L. Nilai parameter TDS umpan dan permeat setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 0,01 mg/L. Fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga sehingga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan.

3.4.8 H2S

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter Sulfida (H2S) rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 0,4 mg/L. Nilai parameter TDS umpan dan permeat setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 0,002 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian, membran Nanofiltrasi 270 mampu menghasilkan permeat/produk dengan H2S sesuai dengan standar baku mutu air PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II) untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. Kadar H2S pada kolam pasca tambang batubara di lokasi Aceh Barat setelah dilakukan treatment menggunakan membran nanofiltrasi sesuai dengan baku mutu yang diperkenankan, yaitu tidak melebihi 0,002 mg/L. Hasil analisis sulfida pada kolam pasca tambang batu bara termasuk parameter yang berpengaruh terhadap keberlanjutan dari budidaya yang dilakukan di kolam pasca tambang batubara (Pagoray dkk., 2014).

3.4.9 Ferro (Fe)

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter Ferro (Fe) rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 4,9 mg/L. Nilai parameter Fe umpan setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 0,3 mg/L. Mekanisme pemisahan Fe pada NF270 juga terjadi karena interaksi elektrostatik antara ion dan permukaan membran. Menurut Tu (2013), ketika membran dikontakkan dengan FeCl3, densitas muatan permukaan membran menjadi positif. Hal ini bisa dipengaruhi oleh pH larutan yaitu 4 yang mendekati dengan nilai titik isoelektrik membran NF270 yang memungkinkan membuat membran bermuatan. Membran nanofiltrasi NF270 mampu menyisihkan TSS dan Fe dengan tingkat rejeksi 100% pada semua tekanan operasi yang digunakan. Sesuai dengan hasil penelitian (Tria dkk., 2015; Yildirim dkk., 2019; Desinta dkk., 2016; Ortega dkk., 2008) tingkat rejeksi NF270 terhadap Fe mencapai 100%.

Menurut Kadlec dan Wallace (2008), zat besi merupakan elemen penting dalam sintesis klorofil, sitokrom, dan dalam enzim nitrogenase. Pada tumbuhan, besi juga berperan dalam sistem enzim dan transfer elektron pada proses fotosintesis. Kandungan besi yang tinggi dapat membahayakan kehidupan mikroorganisme akuatik. Moore dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kadar besi 1,0 mgl-1 dianggap membahayakan kehidupan mikroorganisme akuatik. Air asam tambang di kolam tambang batubara di Kalimantan Selatan dan Suamtera Selatan kadar konsentrasi logam berat yang tertinggi adalah zat besi yang mencapai 5,14- 11,9 mg/L (Kiswanto dkk., 2018).

3.4.10 Mangan (Mn)

Umpan air kolam tambang batubara memiliki nilai parameter Mangan (Mn) rata-rata untuk sampel non aerasi, aerasi, inlet dan outlet sebesar 0,2 mg/L. Nilai parameter Mn umpan setelah diolah dengan unit membran nanofiltrasi 270 sebesar 0,0 mg/L. Mangan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, serta sistem syaraf serta proses reproduksi menjadi terganggu. Pada tumbuhan, Mangan merupakan unsur esensial dalam proses metabolisme. Effendi (2003) menyatakan meskipun mangan tidak bersifat toksik, mangan dapat mengendalikan unsur toksik di perairan, misalnya logam berat. Di perairan alami, kandungan mangan ditemukan antara 0,1 dan 1 mg/l. Konsentrasi mangan yang lebih tinggi dapat ditemukan di perairan dengan tingkat pH rendah (Dimkic dkk., 2008).

4. Kesimpulan

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa membran Nanofiltrasi 270 mampu menyisihkan komponen- komponen tercemar pada air kolam bekas tambang batubara sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

(11)

Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan Dengan Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan untuk kegiatan budidaya ikan air tawar.

Hasil rejeksi rata-rata air kolam tambang batubara untuk parameter pH, suhu, kekeruhan, warna, Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS), amonia (NH3), Nitrate (NO3), Nitrite (NO2), Sulfida (H2S), Besi (Fe), dan Mangan (Mn) berturut-turut sebesar (5-28%); (3-6%); (99-100%); (90-100%); (82-95%); (53-82%);

(100%); (100%); (100%); (74-100%); (61-100%); (91-100%).

Teknologi membran NF270 dapat untuk menyisihkan bahan organik, anorganik, warna, dan logam berat mencapai 80–100%. Proses membran NF270 juga dapat menghilangkan padatan tersuspensi, bahan organik alami, bakteri, virus, garam dan ion divalen yang terkandung dalam air kolam tambang batubara. Sehingga kolam bekas tambang batubara dapat dimanfaatkan untuk air bersih dan budidaya ikan tawar secara berkelanjutan.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada PT Mifa Bersaudara yang telah mengizinkan penulis untuk menyediakan lokasi penelitian dan juga memfasilitasi penelitian.

Daftar Pustaka

Abdel-Shafy, H. I., & Abdel-Shafy, S. H. (2017). Membrane technology for water and wastewater management and application in Egypt. Egyptian Journal of Chemistry, 60(3), 347-360.

Afrianty, C., Gustin, L., & Dewi, T. K. (2012). Pengolahan limbah air asam tambang menggunakan teknologi membran keramik. Jurnal Teknik Kimia, 18(3).

Ahmad, A. L., Ismail, S., & Bhatia, S. (2005). Ultrafiltration behavior in the treatment of agro-industry effluent: pilot scale studies. Chemical engineering science, 60(19), 5385-5394.

Almazán, J. E., Romero-Dondiz, E. M., Rajal, V. B., & Castro-Vidaurre, E. F. (2015). Nanofiltration of glucose: Analysis of parameters and membrane characterization. Chemical engineering research and design, 94, 485-493.

Ashari, A., Budianta, D., & Setiabudidaya, D. (2015). Efektivitas elektroda pada proses elektrokoagulasi untuk pengolahan air asam tambang. Jurnal Penelitian Sains, 17(2).

Badan Standardisasi Nasional. (2004). SNI 06-6989.11-2004, Air dan Air Limbah - Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan alat pH meter. Serpong: BSN

Badan Standardisasi Nasional. (2005). SNI 06-6989.23-2005, Air dan Air Limbah - Bagian 23: Cara uji suhu dengan termometer. Serpong: BSN.

Badan Standardisasi Nasional. (2005). SNI 06-6989.30-2005, Air dan air limbah – Bagian 30: Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat. Serpong: BSN

Binnie, C., Kimber, M., & Smethurst, G. (2002). Basic water treatment (Vol. 473). Cambridge: Royal society of chemistry.

Boyd, C. E. (2004). Water quality manajemen in pond fish culture. Aubum Univercity Agricultural Experimental Station.

Alabama.

Boyd, C.E. (1990). Water quality in pond for aquaculture. Binningham Publishing Co. Departemen of Fisheries an Applied Aquacultures.

Dalwani, M.R. (2011). Thin film composite nanofiltration membrane for extreme condition . University of Twente.

Dimkic, M., Brauch, H. J., & Kavanaugh, M. (Eds.). (2008). Groundwater management in large river basins. Iwa publishing.

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta

Fiss, F.C. & Carline, R..F. (1993). Survival of brook trout embryos in three episodically acidified streams. Transactions of American Fisheries Society, 122(2), 268-278.

(12)

Hafids, R., Henny, P., & Deni, U. (2015). Kandungan logam berat besi (Fe) dan mangan (Mn) pada ikan yang dibudidayakan di kolam pasca tambang batubara kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis, 21(1).

Kadlec, R. H., & Wallace, S. (2008). Treatment wetlands, second edition. CRC press. New York.

Kiswanto, K., Susanto, H., & Sudarno, S. (2020). Treatment of Coal Mine Acid Water Using Nf270 Membrane as Environmentally Friendly Technology. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(3), 439-450.

Kiswanto, Susanto, H. & Sudarno. (2018). Characterization of Coal Acid Water In Void Pools Of Coal Mining In South Kalimantan. In E3S Web of Conferences, 73(05030), 1-6.

Komarawidjaja, W. (2011). Kajian Pemanfaatan Limbah Padat Industri Pengolahan Rumput Laut Sebagai Media Kultur Mikroalga Chlorella SP. Jurnal Teknologi Lingkungan, 12(3), 241-250.

Kyllönen, H., Järvelä, E., Heikkinen, J., Urpanen, M., & Grönroos, A. (2017). Emergent membrane technologies for mine water purification. In IMWA 2017 Conf.

Lachance, S., Bérubé, P., & Lemieux, M. (2000). In situ survival and growth of three brook trout (Salvelinus fontinalis) strains subjected to acid conditions of anthropogenic origin at the egg and fingerling stages. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 57(8), 1562-1573.

Lima, L. C., Ribeiro, L. P., Malison, J. A., Barry, T. P., & Held, J. A. (2006). Effects of temperature on performance characteristics and the cortisol stress response of surubim Pseudoplatystoma sp. Journal of the World Aquaculture Society, 37(1), 89-95.

Lin, Y. L., Chiang, P. C., & Chang, E. E. (2007). Removal of small trihalomethane precursors from aqueous solution by nanofiltration. Journal of Hazardous Materials, 146(1-2), 20-29.

Liu, H. F. D , Liptak. B. G. (1999). Environmental Engineer’s Handbook. CRC Press. USA

Maidie, A., Udayana, D., Isriansyah, I., Almady, I. F., Susanto, A., Sukarti, K., & Tular, E. (2016). Pemanfaatan Kolam Pengendap Tambang Batubara untuk Budidaya Ikan Lokal dalam Keramba. Jurnal Riset Akuakultur, 5(3), 437-448.

Mänttäri, M., Pihlajamäki, A., & Nyström, M. (2006). Effect of pH on hydrophilicity and charge and their effect on the filtration efficiency of NF membranes at different pH. Journal of Membrane Science, 280(1-2), 311-320.

Motsa, M. M., Mamba, B. B., D’Haese, A., Hoek, E. M., & Verliefde, A. R. (2014). Organic fouling in forward osmosis membranes: The role of feed solution chemistry and membrane structural properties. Journal of Membrane Science, 460, 99-109.

Mulder, M. (1996). Basic Principles of membrane technology. 2nd edition. London: Kluwer Academic Publishers Netherlands.

Mulder, M. (2012). Basic principles of membrane technology. Springer Science & Business Media

Nasir, S., Purba, M., & Sihombing, O. (2014). Pengolahan air asam tambang dengan menggunakan membran keramik berbahan tanah liat, tepung jagung dan serbuk besi. Jurnal Teknik Kimia, 20(3).

Ortega, L. M., Lebrun, R., Blais, J. F., & Hausler, R. (2008). Removal of metal ions from an acidic leachate solution by nanofiltration membranes. Desalination, 227(1-3), 204-216.

Pagoray, H., Ghitarina, G., Maidie, A., Udayana, D., & Zuraida, I. (2014). Pemanfaatan lahan bekas penambangan batubara untuk usaha budidaya ikan yang berkelanjutan. Dinamika Pertanian, 29(2).

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Dengan Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Jakarta.

Said, N. I. (2014). Teknologi pengolahan air asam tambang batubara alternatif pemilihan teknologi. Jurnal Air Indonesia, 7(2).

Saiki, M. K., Castleberry, D. T., May, T. W., Martin, B. A., & Bullard, F. N. (1995). Copper, cadmium, and zinc concentrations in aquatic food chains from the upper Sacramento River (California) and selected tributaries. Archives of Environmental Contamination and Toxicology, 29, 484-491.

(13)

Schafer, A.l., Andritsos, N., Karabellas, A.J., Hoek, E.M.V., Schneider, R., and Nystrom, M. (2004). Fouling in nanofiltration in: Nanofiltration – Principles and Aplications, Schafer, A.I., T.D., Fane A.G. (Eds). Elsevier, Chapter 20, 169-239.

Short, T. M., Black, J. A., & Birge, W. J. (1990). Effects of acid-mine drainage on the chemical and biological character of an alkaline headwater stream. Archives of Environmental Contamination and Toxicology, 19, 241-248.

Sivakumar, M., Ramezanianpour, M., & O’Halloran, G. (2013). Mine water treatment using a vacuum membrane distillation system. APCBEE procedia, 5, 157-162.

Walks, D. J., Li, H. W., & Reeves, G. H. (2000). Trout, summer flows, and irrigation canals: A study of habitat condition and trout populations within a complex system. In Management and Ecology of River Fisheries, 115-125. Blackwell Science London.

Wang, Y., Xia, H., Fu, J., & Sheng, G. (2004). Water quality change in reservoirs of Shenzhen, China: detection using LANDSAT/TM data. Science of the Total Environment, 328(1-3), 195-206.

Wenten, I. G. (2004). Integrasi teknologi membran pada sistem akuakultur. ITB, Bandung.

Wenten, I. G. (2005). Teknologi Membran dalam Pengolahan Air dan Limbah. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Wenten, I.G., Khoiruddin, K., Aryanti, P.T.P., & Hakim, A.N. (2010). Pengantar teknologi membran. Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung.

Yildirim, Y., Topaloğlu, A. K., Ince, M., & Kajama, M. N. (2019). The use of NF and RO membrane system for reclamation and recycling of wastewaters generated from a hard coal mining. Nigerian Journal of Technology, 38(4), 1048-1055.

Zhou, N. (2010). Parametric study of ultrafiltration membrane system & development of fouling control mechanism (Doctoral dissertation, Purdue University).

Referensi

Dokumen terkait

Nomor 1 Halaman 1-214 Malang April 2019 Volume 12 TANAH UNTUK KEADILAN SOSIAL: PERBANDINGAN PENATAAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN DI BEBERAPA NEGARA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN

50 No Elemen Desain Parameter pendinginan alami Hasil Visual 3 Selubung dinding Dinding mempunyai pembayang, warna yang cerah untuk pemantulan radiasi matahari