Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak Alternatif dengan Metode Pirolisis
Rr Bella Alda Restanti1, Mohamad Mirwan2
1,2Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Veteran, Surabaya
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 4 Oktober 2023 Disetujui: 12 Oktober 2023
Abstract
Plastic waste has become an urgent environmental issue. According to data from the Ministry of Environment and Forestry in 2021, the total waste generated was approximately 68.5 million tons, with around 11.6 million tons or approximately 17% of the total being plastic waste. Conventional methods of plastic waste management, such as landfills and open dumping, have negative environmental impacts.
Plastic incineration also contributes to air pollution. Recycling plastic only transforms it into a different form without reducing the overall plastic waste. Therefore, alternative methods are needed, and one such method is pyrolysis. Pyrolysis is a process that degrades materials at temperatures between 300°C and 1000°C, producing gases that are condensed and distilled into oil, leaving behind char. Various factors such as material composition, temperature, residence time, and feedstock size influence the pyrolysis process.
This study aims to develop an environmentally friendly pyrolysis technology to convert plastic waste into oil-based alternative fuel, evaluate the quality of the oil products, and identify suitable plastic waste types for pyrolysis. The results indicate that LDPE plastic waste pyrolysis at 800°C yields oil with properties approaching Pertamina's gasoline and diesel standards.
Keywords: Pyrolysis, plastic waste management, alternative fuel production, fuel quality analysis, waste- to-energy
Abstrak
Sampah plastik telah menjadi permasalahan lingkungan yang mendesak. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021, total sampah yang dihasilkan mencapai sekitar 68,5 juta ton, dengan sekitar 11,6 juta ton atau sekitar 17% dari total tersebut adalah sampah plastik. Metode konvensional dalam pengolahan sampah plastik, seperti landfill dan open dumping, berdampak negatif terhadap lingkungan. Pembakaran plastik juga berkontribusi pada polusi udara. Daur ulang plastik hanya mengubahnya menjadi bentuk yang berbeda tanpa mengurangi jumlah sampah plastik secara keseluruhan.
Oleh karena itu, diperlukan metode alternatif, dan salah satu metodenya adalah pirolisis. Pirolisis adalah proses yang mendegradasi material pada suhu antara 300°C dan 1000°C, menghasilkan gas yang dikondensasi dan dipecah menjadi minyak, meninggalkan arang. Berbagai faktor seperti komposisi material, suhu, waktu tinggal, dan ukuran bahan baku memengaruhi proses pirolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pirolisis yang ramah lingkungan untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif berbasis minyak, mengevaluasi kualitas produk minyak, dan mengidentifikasi jenis sampah plastik yang cocok untuk pirolisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pirolisis sampah plastik LDPE pada suhu 800°C menghasilkan minyak dengan sifat yang mendekati standar bensin dan solar Pertamina.
Kata Kunci: Pirolisis; manajemen sampah plastik; produksi bahan bakar alternatif; analisis kualitas bahan bakar; sampah menjadi energi
1. Pendahuluan
Sampah plastik merupakan salah satu tantangan mendesak dalam isu lingkungan. Menurut statistik yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021, jumlah total sampah mencapai 68,5 juta ton. Di antara jumlah tersebut, sekitar 11,6 juta ton atau sekitar 17% adalah sampah plastik. Pengelolaan sampah plastik menjadi permasalahan serius karena plastik tidak dapat terurai secara alami, dan metode konvensional seperti pembuangan di tempat pembuangan sampah (landfill) atau penumpukan terbuka (open dumping) memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk pencemaran udara akibat pembakaran plastik. Praktik daur ulang plastik saat ini hanya mengubah bentuknya tanpa mengurangi jumlah limbah plastik secara signifikan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan alternatif
Dalam metode pirolisis, plastik yang berasal dari minyak bumi dapat diubah kembali menjadi bahan bakar alternatif [1].
Pirolisis adalah proses pendegradasi suatu bahan pada suhu antara 300 oC – 1000oC untuk menghasilkan gas yang kemudian dikondensasikan dan disuling menjadi minyak dan residu yang berubah menjadi arang. Efisiensi pirolisis sampah plastik terjadi pada suhu 420oC [2]. Berbagai faktor seperti komposisi bahan, temperatur, waktu tinggal, dan ukuran bahan baku juga mempengaruhi proses pirolisis [3][4]. Faktor yang mempengaruhi efisiensi proses pirolisis adalah tekanan, suhu, waktu tinggal, dan mekanisme pendinginan [5].
Dalam penelitian sebelumnya, eksperimen pirolisis pada jenis plastik tertentu telah menunjukkan potensi dalam produksi bahan bakar minyak. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh [6], mencatat bahwa plastik tipe LDPE menghasilkan lebih banyak bahan bakar minyak daripada plastik PET. Selain itu, menurut [7], minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis memiliki viskositas yang mendekati viskositas minyak bensin.
Dalam konteks global yang semakin mengkhawatirkan ketersediaan sumber daya alam dan kebutuhan akan bahan bakar yang terus meningkat, penelitian ini menjadi penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pirolisis yang berkelanjutan dalam mengonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak alternatif, sekaligus untuk mengevaluasi kualitas produk hasil pirolisis serta penggunaan potensialnya. Artikel ini menjelaskan proses rancang bangun teknologi pirolisis sederhana untuk mendegradasi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, mengevaluasi kualitas produk minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis, dan mengidentifikasi berbagai jenis sampah plastik yang cocok untuk proses pirolisis. Dengan demikian, diharapkan persediaan bahan bakar minyak di dunia tidak habis.
2. Metode Penelitian
Penelitian Awal dan Persiapan
Penelitian awal dan persiapan terdiri dari desain gambar teknik, proses fabrikasi alat, dan pemilahan jenis sampah plastik. Dipersiapkan pula alat dan bahan yang dibutuhkan selama penelitian. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah air pendingin dan sampah plastik bekas jenis PET (Polyethylene Terephtalate) dan LDPE (Low Density Poly Ethylene). Komponen alat pirolisis terdiri dari reaktor, kondensor, tabung minyak, dan alas penopang.
Metode pembuatan alat pirolisis melibatkan penggunaan bahan bekas yang sudah tidak terpakai.
Langkah-langkah dalam pembuatan alat pirolisis yang pertama yaitu mempersiapkan bahan, termasuk tabung gas LPG berbobot 12 kg sebagai reaktor pirolisis, pelat stainless steel, kompor, dan kondensor.
Selanjutnya, peralatan tambahan seperti gas LPG 3 kg dan kran air disiapkan. Kemudian, dilakukan perakitan rangkaian untuk tutup reaktor pirolisis dengan lubang-lubang berdiameter 0,5 cm pada ujung- ujung tutup lingkaran atau menggunakan baut ukuran 10 dengan 16 lubang. Proses selanjutnya adalah perakitan kondensor, yang dirancang berbentuk persegi panjang untuk menampung air sebagai pendingin, dengan bagian dalamnya terdiri dari kumparan-kumparan pipa untuk mengalirkan asap cair. Alat pirolisis dan kondensor disatukan dengan penyangga yang memiliki tinggi 35,5 cm untuk reaktor dan 26 cm untuk kondensor.
Sumber panas, yaitu kompor gas dan tabung LPG, juga disiapkan dan dihubungkan menggunakan selang regulator untuk mengalirkan gas. Selanjutnya, dibuat wadah penampung minyak berbentuk silinder sebanyak 3, yang dilengkapi dengan kran air untuk mengalirkan minyak ke tempat lain. Proses penyambungan antar komponen dilakukan dengan pengelasan ujung pipa ke tabung reaktor, kondensor, dan tabung minyak, dengan tambahan isolasi pada drat pipa untuk mencegah kebocoran udara saat proses pirolisis. Uji coba alat dilakukan pada tiga suhu awal berbeda, yaitu 400°C, 600°C, dan 800°C. Terakhir, alat pirolisis mengalami tahap finishing dengan penghalusan dan pengecatan. Gambar rangkaian alat untuk proses pirolisis yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.
(b)
Gambar 1. Rangkaian Alat Proses Pirolisis Sumber: Hasil Analisa (2023)
Penelitian Utama
Dalam eksperimen ini, pendekatan eksperimental dilaksanakan dengan menggunakan 2 kilogram sampah plastik yang terdiri dari jenis LDPE dan PET yang sudah tidak terpakai, yang kemudian dibakar dalam alat pirolisis selama 2 jam pada tiga tingkat suhu yang berbeda, yaitu 400°C, 600°C, dan 800°C.
Proses pirolisis dimulai dengan memotong sampah plastik menjadi potongan kecil sekitar 3 cm, kemudian mengukur beratnya. Setelah itu, alat pirolisis yang telah dirakit digunakan untuk memanaskan sampah plastik dengan menggunakan kompor gas. Suhu dipantau dan diatur sesuai dengan variasi masing-masing uji. Sampah plastik yang telah dihancurkan dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis dan rapat ditutup untuk mencegah kebocoran uap. Proses pirolisis berlangsung selama dua jam. Setelah selesai, minyak hasil pirolisis dikumpulkan dan disaring untuk menghilangkan kotoran yang masih terkandung di dalamnya.
Selanjutnya, minyak hasil pirolisis diuji untuk dianalisis hasilnya.
Setelah proses pirolisis selesai, didapatkan data jumlah produk cair yang dihasilkan. Produk cair yang dihasilkan dari pirolisis ini kemudian dianalisis dari segi sifat fisik, seperti densitas, viskositas, nilai kalor, serta cetane/octane number, yang nantinya akan dibandingkan dengan karakteristik bahan bakar solar yang serupa. Selain itu, dilakukan pengujian gas CO dan CO2 untuk menilai potensi dampak lingkungan dari gas-gas yang dihasilkan. Pengujian CO dan CO2 hanya dilakukan satu kali pada suhu di bawah 1000°C.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pengaruh Suhu dalam Menghasilkan Produk Pirolisis
Penelitian ini dilakukan dengan membakar sampah plastik sebanyak 2 kg selama 2 jam pada suhu 400°C, 600°C, dan 800°C. Parameter yang dihitung meliputi minyak (densitas, viskositas, nilai kalor, cetane number), padatan, dan gas (CO dan CO2). Gambar 2 menunjukkan hasil produk pirolisis.
Gambar 2. Grafik Hasil Pirolisis: (a) Sampah Plastik PET dan (b) Sampah Plastik LDPE Sumber: Hasil Analisa (2023)
Hasil pada Gambar 2 menunjukkan bahwa untuk sampah plastik jenis PET, pada suhu 400°C dan 600°C tidak menghasilkan minyak, tetapi menghasilkan padatan dan gas. Pada suhu 800°C, menghasilkan
(a)
dikarenakan minyak yang dihasilkan akan mengeras setelah dingin. Penelitian ini sesuai dengan temuan dalam penelitian [8] yang mengindikasikan bahwa proses pengolahan minyak dengan menggunakan plastik PET sebagai bahan baku tidak menghasilkan minyak, melainkan menghasilkan serbuk putih yang menempel di dalam reaktor dan pipa outlet. Sebaliknya, pada suhu 400°C, sampah plastik jenis LDPE menghasilkan minyak, padatan, dan gas. Peningkatan suhu berdampak pada peningkatan produksi minyak dan gas, dengan penurunan jumlah padatan yang dihasilkan. Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa suhu memainkan peran penting dalam proses pirolisis plastik, dan suhu 800°C dianggap sebagai suhu optimal untuk menghasilkan minyak dari sampah plastik jenis LDPE. Hasil ini relevan dengan penelitian [9], yang menyatakan bahwa suhu reaksi pirolisis berada dalam kisaran 200-800°C, di mana suhu yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak produk gas dan cairan karena dekomposisi material yang lebih reaktif.
3.2. Analisis Kualitas Minyak
Sampah plastik jenis PET pada suhu 400°C dan 600°C tidak menghasilkan minyak, sedangkan pada suhu 800°C, menghasilkan minyak dalam jumlah kecil dan tidak dapat diuji kualitasnya karena akan mengeras setelah dingin. Minyak yang dianalisis kualitasnya pada penelitian ini berasal dari proses pirolisis sampah plastik LDPE yang diuji menggunakan parameter densitas, viskositas, nilai kalor, dan cetane number. Tujuan pengujian ini untuk menilai kualitas minyak yang dihasilkan serta memastikan apakah minyak tersebut dapat menjadi alternatif bahan bakar yang dapat dibandingkan dengan parameter bahan bakar yang telah ada di pasaran.
3.2.1. Hubungan Suhu dengan Nilai Densitas
Uji nilai densitas digunakan untuk menentukan kualitas bahan bakar, utamanya dalam menentukan adanya kontaminasi di dalam suatu bahan bakar. Gambar 3 merupakan hasil uji nilai densitas terhadap suhu pada hasil minyak pirolisis sampah plastik jenis LDPE.
Gambar 3. Grafik Uji Nilai Densitas Sampah Plastik LDPE Sumber: Hasil Analisa (2023)
Kesimpulannya, nilai densitas cenderung meningkat seiring dengan peningkatan suhu yang diterapkan dalam proses pirolisis. Temuan ini mendapatkan dukungan dari penelitian oleh [10] yang mengindikasikan bahwa perbedaan dalam nilai densitas mungkin disebabkan oleh peningkatan suhu dalam reaktor yang mengakibatkan dekomposisi lebih banyak molekul.
Tabel 1. Standar Nilai Densitas Bahan Bakar Minyak
Bahan Densitas (gr/cm3) Referensi
Minyak tanah 0,76 – 0,84 [11]
Bensin 0,778 – 1,198 Standar Bahan Bakar Pertamina Solar 0,815 – 0,86 Standar Bahan Bakar Pertamina
Sumber: Hasil Analisa (2023)
Hasil uji laboratorium pada Gambar 3 kemudian dibandingkan dengan standar densitas pada tiga jenis bahan bakar. Tabel 1 menunjukkan standar densitas untuk bahan bakar minyak. Dapat disimpulkan bahwa densitas sampah plastik LDPE mendekati nilai densitas bensin ketika diproses pada suhu 600°C dan 800°C, sesuai dengan standar densitas bahan bakar yang telah ditetapkan oleh Pertamina. Selain itu,
berdasarkan nilai densitasnya, dapat dikategorikan sebagai minyak tanah, sejalan dengan temuan dalam penelitian oleh [11] Gutama pada Tahun 2022.
3.2.2. Hubungan Suhu dengan Nilai Viskositas
Pengujian nilai viskositas bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kekentalan minyak pada suhu tertentu, yang menentukan kemampuan aliran minyak pada suhu tersebut. Hasil uji viskositas pada Gambar 4 menggambarkan hubungan antara viskositas dan suhu dalam proses pirolisis sampah plastik tipe LDPE.
Gambar 4. Grafik Uji Nilai Viskositas Sampah Plastik LDPE Sumber: Hasil Analisa (2023)
Dalam Gambar 4, terlihat bahwa kenaikan suhu mengakibatkan peningkatan nilai viskositas.
Penelitian yang dilakukan oleh [10] Faiqul (2022) menyatakan bahwa viskositas sangat dipengaruhi oleh densitas materi, sebuah konsep yang diperkuat oleh temuan [12] yang menunjukkan bahwa suhu reaktor dan durasi proses pirolisis berdampak pada karakteristik minyak. Selain itu, viskositas juga dipengaruhi oleh massa jenis cairan, di mana semakin besar massa jenisnya, viskositasnya akan semakin tinggi karena partikel dalam cairan tersebut menghambat aliran fluida.
Tabel 2. Standar Viskositas Bahan Bakar Minyak
Bahan Viskositas (mm2/s) Referensi
Minyak tanah 1 – 2 [13]
Bensin 2 – 4,5 Standar Bahan Bakar Pertamina
Solar 2 – 5 Standar Bahan Bakar Pertamina
Sumber: Hasil Analisa (2023)
Tabel 2 standar viskositas bahan bakar minyak. Nilai viskositas sampah plastik LDPE dibandingkan dengan standar pada tiga jenis bahan bakar yang memiliki tingkat viskositas yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa nilai viskositas pada sampah plastik LDPE pada suhu 800oC memiliki nilai yang mendekati nilai viskositas solar, yaitu sebesar 5,67 mm²/s. Semakin tinggi viskositas suatu cairan, semakin rendah kemampuannya untuk mengalir.
3.2.3. Hubungan Suhu dengan Nilai Kalor
Pengujian nilai kalor bertujuan untuk menggali informasi mengenai jumlah energi panas yang dapat dilepaskan oleh sebuah bahan bakar melalui proses pembakaran atau reaksi. Gambar 5 menunjukkan hasil uji nilai kalor pada berbagai suhu dalam konteks minyak yang dihasilkan dari pirolisis sampah plastik jenis LDPE. Dari hasil Gambar 5, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terjadi penurunan nilai kalor seiring dengan peningkatan suhu yang digunakan dalam proses pirolisis.
Sebuah penelitian sebelumnya [14] juga mengindikasikan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis, semakin rendah nilai kalor yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa suhu yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak gas yang tidak dapat mengalami kondensasi, sehingga mengakibatkan penurunan nilai kalor dari produk cairan. Selain itu, kenaikan kadar air dalam minyak juga menyebabkan penurunan energi kalor karena energi diperlukan untuk menguapkan air, sehingga mengakibatkan penurunan nilai kalor yang dihasilkan.
Gambar 5. Grafik Uji Nilai Kalor Sampah Plastik LDPE Sumber: Hasil Analisa (2023)
Tabel 3. Standar Nilai Kalor Bahan Bakar Minyak
Bahan Viskositas (mm2/s) Referensi
Minyak tanah 5831,14 [11]
Bensin 11414,45 Standar Bahan Bakar Pertamina
Solar 11106,33 Standar Bahan Bakar Pertamina
Sumber: Hasil Analisa (2023)
Berdasarkan hasil uji laboratorium pada Gambar 5, nilai kalor sampah plastik LDPE dibandingkan dengan nilai kalor tiga jenis bahan bakar yang berbeda. Tabel 3 berisi standar nilai kalor untuk berbagai jenis bahan bakar yang telah ditetapkan. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai kalor dari minyak hasil pirolisis sampah plastik LDPE lebih tinggi daripada minyak tanah, meskipun masih di bawah nilai bensin dan solar sesuai standar Pertamina. Oleh karena itu, minyak yang dihasilkan dari pirolisis LDPE dapat digolongkan sebagai minyak dengan karakteristik yang mirip dengan minyak tanah. Hasil ini juga mendukung temuan penelitian sebelumnya [11] yang mengindikasikan bahwa minyak tanah memiliki nilai kalor sekitar 5831,14 kalori per gram.
3.2.4. Hubungan Suhu dengan Cetane Number
Cetane number, yang digunakan untuk mengukur kemampuan penyalaan bahan bakar, diuji pada minyak hasil pirolisis sampah plastik jenis LDPE, sebagaimana tercantum dalam Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini terjadi kenaikan nilai cetane number seiring meningkatnya variasi suhu yang digunakan.
Gambar 6. Grafik Uji Cetane number Sampah Plastik LDPE Sumber: Hasil Analisa (2023)
Temuan tersebut mendapat dukungan dari studi lain [15] yang mengungkap bahwa dalam proses ini, senyawa-senyawa non-volatil seperti olefin dan n-parafin dengan rantai panjang terbentuk, yang berkontribusi pada peningkatan angka setana. Sebaliknya, pada suhu pirolisis yang rendah, terjadi
peningkatan angka oktan. Hal ini disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hidrokarbon bercabang, aromatik, dan poliaromatik, termasuk dalam kelompok aromatik, nafta, dan i-alkana.
Tabel 4. Standar Nilai Cetane number Bahan Bakar Minyak
Bahan Cetane number Referensi
Minyak tanah - -
Bensin 88 Standar Bahan Bakar Pertamina
Solar 48 Standar Bahan Bakar Pertamina
Sumber: Hasil Analisa (2023)
Hasil pengujian laboratorium pada Gambar 6 kemudian dibandingkan dengan standar mutu untuk tiga jenis bahan bakar yang memiliki nilai cetane number berbeda yang tertera pada Tabel 4. Dengan merujuk pada Gambar 6 dan Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa cetane number pada suhu 800oC memiliki kemiripan nilai dengan solar sesuai dengan standar bahan bakar Pertamina. Oleh karena itu, berdasarkan nilai cetane number, minyak hasil pirolisis LDPE dapat dikategorikan sebagai solar.
3.3. Analisis Gas CO dan CO2
Pada penelitian ini, analisis gas CO dan CO2 dilakukan untuk menentukan kadar CO dan CO2 yang dihasilkan dalam proses pirolisis. Hasil analisis gas tersebut kemudian dibandingkan dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI nomor 70 tahun 2016 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Sampah secara Termal. Uji gas CO dan CO2 dilakukan satu kali dengan memvariasikan suhu di bawah 1000°C. Hasil uji gas CO dan CO2 dari proses pirolisis dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Gas CO dan CO2
Jenis Plastik Kadar (mg/Nm3) Baku Mutu Peraturan
PET CO: >1000 625 (mg/Nm3) PermenLHK No. P.70, 2016
CO2: 1000 - -
LDPE CO: 910 625 (mg/Nm3) PermenLHK No. P.70, 2016
CO2: 760 - -
Sumber: Hasil Analisa (2023)
Hasil uji laboratorium pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar CO pada sampah plastik jenis PET melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan, yaitu >1000 mg/Nm3, sedangkan LDPE memiliki kadar CO sebesar 910 mg/Nm3 yang masih sesuai dengan baku mutu (625 mg/Nm3). Di sisi lain, hasil analisis CO2
menunjukkan bahwa LDPE menghasilkan kadar CO2 yang lebih rendah dibandingkan dengan PET. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa gas-gas yang dihasilkan dalam proses pirolisis sampah plastik ini belum memenuhi standar kualitas lingkungan yang telah ditetapkan, sehingga masih dianggap sebagai sumber potensial risiko bagi lingkungan.
4. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dalam proses pirolisis memengaruhi jenis produk yang dihasilkan, dengan suhu 800°C dianggap optimal untuk menghasilkan minyak dari sampah plastik LDPE.
Minyak hasil pirolisis LDPE memiliki densitas dan viskositas yang mendekati standar bahan bakar Pertamina, serta nilai kalor yang memadai. Cetane number dari minyak hasil pirolisis LDPE juga sesuai dengan standar bahan bakar solar. Namun, hasil analisis gas CO dan CO2 menunjukkan bahwa gas yang dihasilkan belum memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan. Perlu dilakukan peningkatan dalam proses pirolisis untuk meminimalkan emisi gas berbahaya dan menjadikan teknologi ini lebih ramah lingkungan serta efisien dalam mengatasi masalah sampah plastik. Dalam konteks global yang semakin mengkhawatirkan ketersediaan sumber daya alam dan kebutuhan akan bahan bakar yang terus meningkat, penelitian ini memiliki relevansi dalam mencari solusi berkelanjutan.
5. Daftar Pustaka
[1] R. I. O. B. Saputra, A. Aziz, and S. Anwar, “Rancang Bangun Dan Pengujian Alat Pengubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak ( Bbm ),” J. Baut dan Manufaktur, vol. 02, no. 02, pp. 57–65, 2020.
[2] D. A. Lubis, Y. Fitrianingsih, S. Pramadita, and G. Christiadora Asbanu, “Pengolahan Sampah
Bakar Alternatif dengan Proses Pirolisis,” J. Ilmu Lingkung., vol. 15, no. 1, pp. 42–48, 2022, doi:
10.14710/jil.20.4.735-742.
[3] P. Bhattacharya, P. H. Steele, E. B. M. Hassan, B. Mitchell, L. Ingram, and C. U. Pittman,
“Wood/plastic copyrolysis in an auger reactor: Chemical and physical analysis of the products,”
Fuel, vol. 88, no. 7, pp. 1251–1260, 2009, doi: 10.1016/j.fuel.2009.01.009.
[4] S. Luo, B. Xiao, Z. Hu, and S. Liu, “Effect of particle size on pyrolysis of single-component municipal solid waste in fixed bed reactor,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 35, no. 1, pp. 93–97, 2010, doi: 10.1016/j.ijhydene.2009.10.048.
[5] B. Chiwara, E. Makhura, G. Danha, S. Bhero, E. Muzenda, and P. Agachi, “Pyrolysis of Plastic Waste Into Fuel and Other Products,” 16th Int. Waste Manag. Landfill Symp., vol. 2017, no. October,
pp. 12–14, 2017, [Online]. Available:
https://www.researchgate.net/publication/321213689_Pyrolysis_Of_Plastic_Waste_Into_Fuel_An d_Other_Products%0Ahttp://repository.biust.ac.bw/handle/123456789/172.
[6] D. Iswadi, F. Nurisa, and E. Liastuti, “Pemanfaatan sampah plastik LDPE dan PET menjadi bahan bakar minyak dengan proses pirolisis,” J. Ilm. Tek. Kim. UNPAM, vol. 1, no. 2, pp. 1–9, 2017, [Online]. Available: openjournal.unpam.ac.id/index.php/JITK/article/download/718/585.
[7] K. Endang, G. Mukhtar, A. Nego, and F. X. A. Sugiyana, “Pengolahan Sampah Plastik dengan Metoda Pirolisis menjadi Bahan Bakar Minyak,” pp. 1–7, 2016.
[8] R. Y. Lesmana and N. Apriyani, “Sampah Plastik Sebagai Potensi dalam Pembuatan Bahan Bakar Minyak,” Media Ilm. Tek. Lingkung., vol. 4, no. 2, pp. 47–50, 2019, doi: 10.33084/mitl.v4i2.1065.
[9] 2007 Sridhar dkk., “Torrefaction Of Bamboo G,” Pravoslavie.ru, no. May, pp. 532–535, 2007.
[10] F. F. D. Hidayat and I. H. Siregar, “Uji Karakteristik Minyak Pirolisis Berbahan Baku Limbah Plastik Polypropylene,” J. Tek. Mesin, vol. 10, no. 01, pp. 13–20, 2022, [Online]. Available:
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jtm-unesa/article/view/43904.
[11] H. Gutama, “Analisis Kualitas Minyak Hasil Pirolisis Sampah Popok,” pp. 1–40, 2022.
[12] D. G. H. Adoe, Gusnawati, and N. Ernanto, “Analisis Pengaruh Temperatur pada Metode Pirolisis dari Sampah Plastik PP ( Polypropylene ) terhadap Kapasitas dan Kuantitas Minyak Pirolisis,” J.
Penelit. Enj., vol. 24, no. 2, pp. 177–181, 2020, doi: 10.25042/jpe.112020.10.
[13] A. Husein, “Pengaruh Temperatur Pembentukan Fuel Oil pada Proses Pirolisis Plastik Low Density Polyethylene (LDPE),” Dr. Diss. Univ. Brawijaya, pp. 1–47, 2018, [Online]. Available:
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/162371.
[14] K. Udyani, E. Ningsih, and M. Arif, “Pengaruh Temperatur Pirolisis Terhadap Yield Dan Kantong Plastik Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya,” Semin. Nas. Sains dan Teknol. Terap. VI, no. 2013, pp. 389–394, 2018.
[15] M. A. Batutah, M. A. Setiawan, and H. Kusnanto, “Proses Pirolosis Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Cair,” J. Chemurg., vol. 6, no. 1, p. 1, 2022, doi: 10.30872/cmg.v6i1.7300.