• Tidak ada hasil yang ditemukan

i UPAYA GURU PAI DALAM PENGUATAN KARAKTER RELIGIUS PADASISWA SMAN 1 MASBAGIK PASCA PANDEMI COVID-19olehHafiga FirozaNIM 180101071JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERIMATARAMMATARAM2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "i UPAYA GURU PAI DALAM PENGUATAN KARAKTER RELIGIUS PADASISWA SMAN 1 MASBAGIK PASCA PANDEMI COVID-19olehHafiga FirozaNIM 180101071JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERIMATARAMMATARAM2022"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i oleh Hafiga Firoza NIM 180101071

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2022

(2)

ii Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

oleh Hafiga Firoza NIM 180101071

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2022

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

viii

ُ ِﺮ ْﺴ ُﻌ ْﻟا َﻊ َﻣ ﱠن ِﺎ َﻓ ۙاًﺮ ْﺴ

– ٥ ۗاًﺮ ْﺴ ُ ِﺮ ْﺴ ُﻌ ْﻟا َﻊ َﻣ ﱠن ِا -

٦

Artinya,“Maka Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan, Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”. (QS.Al-Insyirah [94]:5-6).1

1Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Edisi Tahun 2002,(Jakarta Timur: CV. Darus Sunnah, 2002), hlm. 597.

(8)

ix

“Kupersembahkan Skripsi ini untuk Ibuku Rosdiana (almh) dan Ayahku tercinta Suhamdi, almamaterku, semua guru, dosen, keluarga, sahabat dan teman- temanku”

(9)

x

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Prof. Dr. H. M Taufik, M.Ag sebagai pembiimbing I dan Erwin Padli, M.Hum sebagai pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukan untuk membimbing, mengkoreksi, memberikan dorongan dan motivasi secara terus menerus hingga skripsi ini layak untuk diuji;

2. H. Muhammad Taisir, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Erwin Padli, M.Hum selaku Sekertaris Jurusan;

3. Dr. Jumarim, M.H.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram;

4. Prof. Dr. Masnun Tahir, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram;

5. Bapak Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Guru-guru yang telah sabar dan ikhlas dalam memberikan bimbingan, mengajar, dan mendidik penulis selama ini;

(10)

xi

7. Sahabat penulis Aulia SD, Syifa, Ira, Hairi, yang selalu memberi dukungan kepada penulis, Junita Arini, Hana, Husnul, dan Windy yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Untuk BP yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis;

9. Teman-teman seperjuangan kelas B dan F PAI angkatan 2018, semoga apa yang sama-sama sedang diperjuangkan bermanfaat dan semoga menjadi orang-orang sukses dunia dan akhirat;

10. Untuk almamater tercinta, semoga selalu jaya;

11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Aamiin Ya Robbal Alaamiin.

Mataram, 2022

Penulis,

Hafiga Firoza NIM 180101071

(11)

xii

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Ruang Lingkup danSettingPenelitian ... 7

E. Telaah Pustaka ... 8

F..Kerangka Teori ... 16

G. Metode Penelitian ... 45

H. Sistematika Pembahasan... 54

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN... 56

A. Gambaran Umun Lokasi Penelitian... 56

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Masbagik ... 56

2. Visi-Misi dan Tujuan SMAN 1 Masbagik ... 57

3. Data Siswa, Guru, dan Pegawai SMAN 1 Masbagik... 59

4. Sarana dan Prasarana SMAN 1 Masbagik ... 60

5. Struktur Organisasi SMAN 1 Masbagik ... 63

B. Upaya Guru PAI dalam Penguatan karakter Religius pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19... 64

1. Pembiasaan ... 64

2. Reward(Hadiah) ... 66

3. Hukuman ... 68

4. Keteladanan ... 69 C. Problematika Guru PAI dalam Penguatan Karakter Religius pada Siswa

(12)

xiii

3..Kurang Kesadaran Siswa ... 74

4..Terbatasnya Waktu Pembelajaran ... 75

BAB III PEMBAHASAN ... 77

A. Upaya Guru PAI dalam Penguatan Karakter Religius pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19... 77

B. Problematika Guru PAI dalam Penguatan Karakter Religius pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19... 85

BAB IV PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

xiv

Tabel 2.2 Data daftar Guru SMAN 1 Masbagik,60

Tabel 2.3 Daftar Sarana dan parasarana SMAN 1 Masbagik Tahun 2021/2022,61

(14)

xv Lampiran 1 Foto dokumentasi penelitian

Lampiran 2 Pedoman wawancara dengan Guru PAI SMAN 1 Masbagik Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan siswa SMAN 1 Masbagik

(15)

xvi Oleh:

Hafiga Firoza 180101071 ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan karakter religius siswa yang mengalami penurunan pasca pandemi Covid-19 dikarenakan sistem pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka. Dalam hal ini pembelajaran tersebut yang dapat mempengaruhi karakter religius siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika guru PAI dalam penguatan karakter religius pada siswa SMAN 1 Masbagik pasca pandemi Covid-19, upaya guru PAI dalam penguatan karakter religius pada siswa SMAN 1 Masbagik pasca pandemic 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif deskriftip. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik analisis data dengan menggunakan tiga analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya problematika yang dihadapi guru PAI dalam penguatan karakter religius pada siswa SMAN 1 Masbagik pasca pandemi Covid-19 yaitu sikap siswa yang beragam, pengaruh kecanggihan IT, kurangnya kesadaran siswa,dan terbatasnya waktu pembelajaran. Adapun upaya yang dilakukan guru PAI dalam penguatan karakter religius pada siswa SMAN 1 Masbagik pasca pandemi Covid-19 dengan menerapkan pembiasaan, reward, hukuman, dan keteladanan dalam hal ini, pembiasaan seperti 3 S (senyum, salam, sapa), setiap harinya membaca Al-Qur’an dan sholat dhuha, khususnya pada hari jum’at juga dilalukan pidato 4 bahasa (Sasak, Indonesia, Inggris dan Arab) yang kedua, reward berupa apresiasi jika hafal 1 juz maka bebas SPP satu bulan, begitu seterusrnya, ketiga hukuman bagi siswa yang terlambat masuk sekolah, hukumannya seperti membaca ayat–ayat pendek yang keempat, keteldanan. Tujuan dari dilakukannya pembiasaan, reward, hukuman dan keteladanan ialah untuk menguatkan karakter religius siswa yang mengalami kemunduran karena terjadinya pandemi, agar siswa tidak tertinggal lebih jauh lagi mengenai karakter religius mereka.

Kata Kunci:Upaya, Penguatan, Karakter Religius.

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid-19 merupakan musibah yang memilukan bagi seluruh penduduk yang berada di muka bumi ini yang dimana menyebabkan seluruh segmen kehidupan manusia di bumi terganggu, tanpa terkecuali Pendidikan.

Pemerintah pada saat itu dihadapkan pada dua pilihan yang sangat berat antara menjaga stabilitas perekonomian tanpa memperdulikan keganasan Covid-19 atau membuat batasan-batasan yang dapat mencegah penyebaran Covid-19. Dalam hal ini pemerintah memutuskan untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dalam hal tersebut dapat membatasi kegiatan dan mengurangi sosialisasi dalam dunia Pendidikan.

Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 pada pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mendiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembengkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

(17)

pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Guru atau pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannnya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.2 Di dalam dunia pendidikan peran guru sangat dibutuhkan guna mengembangakan kemampuan peserta didik, bahkan kecanggihan tekhnologi tidak dapat menggantikan peran seorang guru.

Seorang guru tidak hanya menyampaikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan, namun seorang guru juga mendidik peserta didik agar menjadi mahkluk yang berakhlak mulia, begitu pula dengan guru pendidikan agama Islam berperan penting dalam penguatan karakter siswa.

Karakter peserta didik tidak dapat terbentuk begitu saja, peran seorang pendidik melalui proses pembelajaran yakni pendidikan karakter merupakan salah satu cara menanamkan karakter kepada peserta didik. Karakter merupakan watak atau tabi’at, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku yang membedakan seseorang dari yang lainnya.3

2Yohana Alfiani Ludo Bunan,Guru dan Pendidikan Karakter, (Jawa Barat: CV. Adanu Abimata, 2020), hlm. 1.

3Sukiyat, Strategi Implementasi Pendidikan Karakter, (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020), hlm. 3.

(18)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakter merupakan tabiat sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dapat membedakan diri seseorang dengan yang lainnya.4

Adapun nilai-nilai pendidikan karakter menurut kemendikbud, bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan pancasila yang dirumuskan dalam 18 nilai karakter yaitu (1) karakter religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) mandiri; (6)cinta tanah air; (7) kerja keras; (8) kreatif; (9) rasa ingin tahu; (10) demokratis; (11) semamangat kebangsaan; (12)menghargai prestasi;

(13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) peduli sosial; (16) gemar membaca; (17) tanggung jawab; (18) peduli lingkungan.5

Nilai karakter yang paling utama adalah karakter religius. Karakter religius adalah sikap yang berasal dari diri seseorang yang menunjukan ketaatan serta kepatuhannya terhadap agama yang dianutnya, serta mampu toleran dan hidup rukun terhadap pemeluk agama lain. Pendidikan karakter religius sangat dibutuhkan khususnya pada masa pendemi sekarang ini. Dalam kondisi pandemi perlu dilakukan penguatan karakter religius melalui pendidikan, salah satunya melalui pendidikan formal dengan berbagai cara dan metode. Penguatan karkter religius ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap siswa bagaimana pentingnya rasa saling menghormati, toleransi dan tanggung jawab dalam bertindak atau berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

4Muataqimah,Karakter Maryam Dalam Al-Qur’an, (Serang: Puri Kartika Bnjarsari, 2020), hlm.

152

5Rachmawati dan Rina Wijaya, Media Mobile Learning Pada Matematik, (Malang: Media Nusa Creative, 2019), hlm. 20-21.

(19)

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter akan bermakna bilamana nilai- nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu nilai-nilai karakter lebih menekankan pada kebiasaan anak untuk melakukan hal-hal yang positip dan keteladanan/contoh yang ditampilkan guru. Kebiasaan dan keteladanan inilah yang akan manjadi suatu karakter yang membekas dan tertanam dalam jiwa sang anak.6

Terkait dengan nilai di atas, posisi karakter religius menempati posisi yang sangat penting dalam interaksi antar siswa. Karakter religius merupakan salah satu karakter yang tertuang dalam tujuan pendidikan secara nasional. Namun, proses penanaman karakter religius di sekolah mengalami sederet kendala. Hal ini yang menyebabkan karakter religius siswa mengalami kemunduran, dikarenakan pada masa pandemi kegiatan pembelajaran disekolah dialihkan di rumah, adanya perolingan kelas, jam pelajaran dikurangi, bahkan peserta didik tidak mendapatkan ilmu pengetahuan dengan optimal, pendidikan tidak berjalan semestinya, hal tersebut menyebabkan kurangnya karakter religius siswa, itu juga yang akan menjadikan proses pendidikan tidak berjalan secara maksimal, sehingga tujuan pendidikan tidak dapat dicapai.7

Dari observasi awal yang dilakukan akibat lain yang ditimbulkan dari kurangnya karakter religius siswa yaitu kurang hormat terhadap guru, dan cenderung lebih berani melakukan pelanggaran baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti, terlambat masuk sekolah, sholat berjamaah, merokok

6Eka Sapti Cahyaningrum,“Pengembangan Nilai Karakter Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan Dan Keteladanan”,Jurnal,Vol.6. Nomor.2, Desember 2017, hlm. 205.

7Zainul Islam,Wawancara, SMAN 1 Masbagik, 16 September 2021.

(20)

menggunakan seragam sekolah, bolos, dan lain-lain. Itu sebabnya penguatan karakter religius pada anak didik sangat diperlukan dan sangat penting.8

Terkait dengan penguatan karakter religius pada peserta didik di atas, maka SMAN 1 Masbagik pun melakukan beberapa upaya untuk menanggulangi hal tersebut yaitu dengan melakukan, pertama yaitu pembiasaan 3 S (senyum salam, sapa,), setiap harinya membaca Al-Qur’an dan sholat dhuha, khususnya pada hari jum’at juga dilalukan pidato 4 bahasa (Sasak, Indonesia, Inggris dan Arab) yang kedua, rewardberupa apresiasi jika hafal 1 juz maka bebas SPP satu bulan, begitu seterusrnya, sedangkan hukuman bagi siswa yang terlambat masuk sekolah, hukumannya seperti membaca ayat–ayat pendek. Tujuan dari dilakukannya pembiasaan, reward, dan hukuman ialah untuk menguatkan karakter religius siswa yang mengalami kemunduran karena terjadinya pandemi, agar siswa tidak tertinggal lebih jauh lagi mengenai karakter religius mereka.9

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam Penguatan Karakter Religius Pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah Upaya Guru PAI dalam Penguatan Karakter Religius pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19?

8Obsevasi,SMAN 1 Masbagik 16 September 2021.

9Zainul Islam,Wawancara, SMAN 1 Masbagik, 16 September 2021.

(21)

2. Apa saja Problematika Guru PAI dalam Penguatan Karakter Religius pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui Upaya Guru PAI dalam Penguatan Karakter Religius pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19.

b. Untuk mengetahui Problematika Guru PAI dalam Penguatan Karakter Religius pada Siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Covid-19.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta memperkaya khazanah keilmuan khususnya tentang penguatan karakter religius.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan tentang karakter religius.

3) Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lainnya yang berhubungan tentang karakter religius.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan, wawasan dan menjadi bahan intropeksi diri bagi penulis.

(22)

2) Bagi lembaga sekolah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber rujukan dalam penyelengaraan penguatan karakter religius.

3) Penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi yang bermanfaat bagi para siswa

4) Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang upaya guru PAI dalam penguatan karakter religius.

D. Ruang Lingkup danSettingPenelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti akan memfokuskan penelitian yaitu meneliti terkait upaya, hambatan, dan pendukung dalam pengutan karakter religius siswa SMAN 1 Masbagik Pasca Pandemi Tahun 2021. Yang dimaksud dengan Karakter religus dalam penelitian ini adalah suatu sikap atau perilaku seseorang yang patuh terhadap ajaran agama yang dianutnya serta berperilaku sesuai dengan nilai atau norma-norma yang berlaku dalam agamanya, dan mampu bersikap toleran dan hidup rukun dengan baik terhadap pemeluk agama lain. Dengan itu penelitian ini akan memfokuskan karakter religius pada Aspek Ibadah dan aspek tingkah laku siswa.

2. SettingPenelitian

Setting penelitiana dalah lokasi atau tempat penelitian yang akan dilakukan.SMAN 1 Masbagik ini terletak di wilayah Masbagik selatan, Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

(23)

Adapun alasan mengambil lokasi di SMAN 1 karena letak sangat strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti, serta permasalahan yang diangkat sesuai dengan lokasi yang dipilih.

E. Telaah Pustaka

Adapun beberapa penelitian yang relevan untuk mendukung penelitian ini antara lain:

1. Khanif Ansori, yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Di Madrasah Aliah Negeri 3 Palembang”.10 Penelitian Khanif Ansori bertujuan untuk mengetahui apa saja upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk Karakter Religius di MAN 3 palembang. Metode yang di gunakan Khanif Ansori dalam penelitiannya adalah metode kualitatif. Kesimpulan yang ditemukan oleh peneliti yaitu penelitian ini menunjukan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa di MAN 3 Palembang sudah cukup baik, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar namun guru juga berperan sebagai teladan, evaluator, korektor, inspirator, motivator, dinamisator, kedua,terdapat beberapa program-program yang dilakukan Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang dalam membentuk karakter siswa yaitu: sholat dzuhur berjama’ah, sholat jum’at, keputrian, sholat dhuha dan tadarus, ketiga,terdapat faktor pendukung dalam membentuk karakter siswa di Madrasah Aliyah Negeru 3 Palembang yaitu: Kurikulum MAN 3 Palembang yang sesuai dengan

10Khanif ansori, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang”, (Skripsi,UIN Raden Fatah Palembang, Palembang, 2017), hlm. 74.

(24)

pemerintah, kebiasaan dilingkungan madrasah yang berperilaku baik juga dapat mempengaruhi karkter siswa, adanya kebersaamaan dari masing-masing guru dalam membentuk karakter siswa, serta motivasi dan dukungan dari orang tua. Sedangkan faktor penghambatnya adalah lingkungan masyarakat (pergaulan) siswa yang kurang baik. Kurangnya kesadaran siswa dalam mengamalkan kegiatan-kegiatan keagamaan di madrasah.

Persamaan peneltian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu sama- sama meneliti tentang karakter religius pada siswa, adapun perbedaan dari penelitian ini adalah pada lokasi penelitian, sasaran penelitian. Pada penelitian sebelumnya peneliti meneliti upaya meningkatkan karakter religius, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti mencoba meneliti tentang bagaimana upaya penguatan karakter religius. Penelitian yang dilakukan sudah sangat bagus metode dari segi sistematika penulisan maupun isinya.

2. Binti Kurniatin, yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa SMPN 1 Sumergempol Tulungangung”.11 Penelitian Binti Kurniatin bertujuan untuk mengetahui apa saja Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa SMPN 1 Sumergempol Tulungagung. Metode yang digunakan Binti Kurniatin dalam penelitiannya adalah metode kualitatif. Kesimpulan yang ditemukan oleh peneliti yaitu peneliti menemukan bahwa pelaksanaan karakter religius dijadikan budaya dan peraturan yang harus ditaati dan

11Binti Kurniatin, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karkter Religius Siswa SMP Negeri 1 Tulungagung”, (Skripsi,IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2014), hlm. 94-95.

(25)

diamalkan, yaitu dengan cara pembiasaan bersikap dan berkarakter religi, tata tertib di sekolah juga dimaksimalkan serta kawalan langsung dari Bapak Kepala Sekolah dan Bapak Ibu guru. Pembiasaan tersebut yaitu: 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun), masuk ruangan kantor atau kelas lain mengetuk pintu dan mengucapkan salam, bersikap sopan dan menghormati guru, berkata permisi bila lewat didepan guru, membiasakan berjabat tangan, tidak mengolok-ngolok dan mengejek teman, tidak meminta uang, makanan, mainan dengan paksa, berdoa sebelum memulai pelajaran, memberi salam kepada guru. Kedua, dalam proses pembelajaran banyak sekali metode pembelajaran yang digunakan, misal sebelum keinti pembelajaran, guru menceritakan sedikit tentang sejarah qurban sesuai dengan tema yang diajarkan hari ini, kemudian guru menyuruh siswa untuk menyalin atau mengulang kembali apa yang diceritakan oleh guru guna mengetahui tingkat pemahaman siswa, atau guru juga menyuruh mengerjakan Lembar Kerja Siswa sebagai latihan untuk mengetahui kemampuan siswa. Adapun faktor pendukung dalam pembentukan karakter religius siswa antara lain:

a. Kebiasaan atau tradisi yang ada di UPTD SMP Negeri 1 Sumergempol kebiasaan dalam keseharian

b. Kesadaran para siswa hal yang paling penting dan utama dan faktor pendukung adalah kesadaran diri siswa yang tumbuh dari siswa untuk selalu melaksanakan perbuatan terpuji dalam kehidupan.

c. Motivasi dan dukungan dari orang tua.

(26)

d. Dari masyarakat sekitar sekolah juga mendukung adanya proses belajar Adapun faktor yang menghambat pembentukan karakter religius siswa antara lain:

a. Lingkungan masyarakat (pergaulan)

b. Kurangnya sarana dan prasarana guru menunjang keberhasilan strategi guru agama Islam dalam pendidikan karakter religius pada siswa yaitu dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembentukan karakter siswa

Persamaan dari penelitian sebelumnya dan penelitian ini yaitu sama- sama meneliti tentang karakter religius pada siswa, adapun perbedaan yaitu lokasi penelitian, sasaran. Pada penelitian sebelumnya peneliti meneliti tentang upaya pembentukan karakter religius, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti mencoba meneliti tentang bagaimana upaya penguatan karakter religius. Penelitian yang dilakukan sudah sangat bagus metode dari segi sistematika penulisan maupun isinya.

3. Fhatika Anggun Lestari, yang berjudul “Upaya Guru PAI dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Kelas XI Melalui kegiatan Keagamaan Harian di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo”.12 Penelitian yang dilakukan Fhatika Anggun Lestari bertujuan untuk mengetahui Upaya Guru PAI dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Kelas XI Melalui kegiatan Keagamaan Harian di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Metode yang digunakan Fhatika

12Fhatika Anggun Lestari, “Upaya Guru PAI dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Kelas XI di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo”, (Skripsi,IAIN Ponorogo, Ponorogo), 2020. hlm. 60-61.

(27)

Anggun Lestari dalam meneliti menggunakan metode kualitatif. Kesimpulan yang ditemukan oleh peneliti yaitu peneliti menemukan bentuk upaya guru PAI dalam membentuk karakter religius di SMK Negeri 1 Jenangan yaitu dengan membimbing, membina, memberikan keteladanan, nasihat, membiasakan dan mendisiplinkan siswa untuk berperilakusesuai dengan ajaran Islam , menyelenggarakan kegiatan keagamaan harian, seperti: sholat berjamaah, berdoa sebelum dan setelah proses pelajaran, belajar baca tulis Al-Qur’an, program pembelajara PAI di masjid sekolah, dan penciptaan lingkungan yang religius. Kedua, beberapa faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam membentuk karakter religius melalui keagamaan harian pada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Jenangan yaitu:

a. Faktor pendukungnya yaitu mayoritas siswa dan guru SMK Negeri 1 Jenangan beragama Islam, adanya dukungan penuh dari Guru PAI dan pihak sekolah terkait sarana, prasarana, biaya, dukungan dari pemerintah dan komite sekolah serta alumni berupa pembangunan fasilitas ibadah di SMK Negeri 1 Jenangan.

b. Faktor penghambat yaitu perilakusiswa yang malas, sulit diatur dan cenderung tidak patuh pada aturan di sekolah, pengaruh teman sebaya yang mempengaruhi akhlak siswa, dan tenaga pendidik karakter religius dibebankan pada guru PAI. Ketiga, keadaan akhlak siswakelas XI SMK negeri 1 Jenangan pada umumnya sudah baik. jadi upaya pembentukan karakter religius di SMK Negeri 1 Jenangan bisa dikatakan berhasil,

(28)

indikator keberhasilan pembentukan karakter religius siswa terwujud dalam bentuk sikap atau perilaku siswa, yakni siswa mulai sadar dan terbiasa untuk melaksanakan kegiatan keagamaan harian di sekolah, kesadaran siswa terus meningkat untuk mengerjakan kewajiban melaksanakan sholat, siswa mampu menunjukan akhlak budi pekerti yang baik dalam lingkup sekolah, seperti bersikap sopan dan tawadhu’ kepada guru, mampu menghargai sesama dan berperilaku sesuai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Pesamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menleiti tengtang karakter religious siswa, Adapun perbedaannnya yaitu tempat lokasi penelitian sasaran Pada penelitian sebelumnya peneliti meneliti tentang upaya guru PAI bagaimana pembentukan karakter religius, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti mencoba meneliti tentang bagaimana upaya PaI dalam penguatan karakter religious pada siswa.

4. Karya, Moh. Wahyu Kurniawan, yang berjudul “Penguatan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di SD Muhammadiyah 4 Batu”.13 Penelitian yang dilakukan Moh. Wahyu kurniawan, bertujuan mendeskripsikan strategi penguatan karakter religius berbasis budaya sekolah di SD Muhammadiyah 4 batu. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kesimpulan yang ditemukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu, budaya sekolah adalah sekumpulan norma, nilai dan tradisi

13Moh. Wahyu Kurniawan, “Penguatan Karater Religius Berbasis Budaya Sekolah di SD Muhammadiyah 4 Batu,Elementary School,Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021, hlm. 301.

(29)

yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga sekolah.

Terdapat tiga kegiatan Penanaman Nilai Karakter Religius Terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran yaitu pertama, sebelum dan sesudah pembelajaran melakukan berdoa bersama. Kedua, pada proses pembelajaran guru memberikan pesan moral untuk mebentuk karakter religius peserta didik dan Ketiga, peserta didik diajak melakukan sholat berjama’ah meliputi sholat dhuha dan dzuhur. Strategi internal sekolah dilakukan melalui empat pilar yaitu kegiatan proses belajar mengajar di kelas kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah., kegiatan pembiasaan kegiatan ekstrakulikuler dan ko- kulikuler. Yaitu kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah.

Adapun kegiatan ekstrakulikuler. Antara lain sholat dhuha, ucapan salam, do’a sebelum dan sesudah belajar, pembacaan surat pendek, , dzikir pagi jamaah sholat dzuhur dan kultum, tadarus, dan kegiatan ramadhan. Kegiatan ko- kulikuler adalah yang berorientasikan pendidikan karakter seperti kegiatan praktik dan diskusi pengayaan mata pelajaran sains, agama, dan olahraga baik di dalam kelas maupun di luar kelas, seperti bentuk-bentuk kegiatan ko- kulikuler yang dilaksanakan religius antara BTA (Baca Tulis Qur’an), kultum ba’da dzuhur, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), zakat dan qurban.

5. Karya, Moh. Ahsanulkhaq, yang berjudul “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan”.14 Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Ashanulkhaq ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru PAI dalam

14Moh. Ahsanulkhaq, “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Melalui Metode Pembiasaan”,Jurnal Prakarsa Paedogogia,Vol. 2, Nomor 1, Juni 2019, hlm. 32.

(30)

membentuk Karakter Religius peserta didik melalui metode pembiasaan dan untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan metode pembiasaan dalam membentuk karakter religius peserta didik di SMP Negeri 2 Bae Kudus tahun pelajaran 2019/2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Adapun kesimpulan yang ditemukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu upaya guru PAI dalam membentuk karakter religius melalui metode pembiasaan yang diterapkan di SMP Negeri 2 Bae Kudus diantaranya beberapa pembiasaan Senyum, Salam, dan Salim (3S), pembiasaan hidup bersih dan sehat, pembiasaan membaca doa harian (Asma’ul Husna), pembiasaan bersikap jujur, pembiasaan memiliki sikap tanggung jawab, pembiasaan bersikap disiplin, pembiasaan ibadah, dan pembiasaan membaca Al-Qur’an. Adapun faktor pendukung dalam pembentukan karakter religius peserta didik melalui metode pembiasaan diantaranya adanya dukungan penuh dari orang tua peserta didik, komitmen bersama warga sekolah dalam mewujudkan budaya religius di sekolah, fasilitas atau sarana prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan. Adapun faktor penghambat dalam pembentukan karakter religius peserta didik diantaranya latar belakang peserta didik yang berbeda-beda dari segi pemahaman keagamaan. Kurangnya kesadaran peserta didik untuk menjalankan kegiatan keagamaan di sekolah, serta lingkungan dan pergaulan peserta didik yang

(31)

cenderung tidak relevan dengan proses pembentukan karakter religius peserta didik.

F. Kerangka Teori

1. Konsep tentang Guru a. Pengertian Guru

Secara terminologi guru adalah semua tenaga kependidikan yang menyelenggarakan tugas-tugas pembelajaran dikelas untuk beberapa mata pelajaran. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai peserta didik.15 Guru adalah seseorang yang berprofesi sebagai pengajar dan pendidik sehingga dikatakan sebagai pemegang kendali yang sangat menetukan kualitas dari sumber daya manusia pada suatu negara.16 Guru merupakan seseorang yang akan bertanggung jawab untuk membimbing, mendidik, mengarahkan, dan melatih peserta didik secara keseluruhan bukan hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran saja akan tetapi guru juga bertanggung jawab membentuk kepribadian peserta didik.

Mujtahid, guru adalah orang bekerja, mata pencaharian, atau profesinya mengajar, dimasksudkan dalam hal ini Mujitahid mengemukakan bahwa, guru merupakan sesorang yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing peserta didik untuk membangun pengetahuan

15Shilpy A Octavia,Sikap dan Kinerja Guru Profesional, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2019), hlm.6.

16Moh. Noor,Guru Profesional dan Berkuaitas, (Semarang: Alprin, 2019), hlm. 1.

(32)

agar mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.17 Dari pengertian yang sederhana, guru merupakan orang yang akan memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan merupakan orang yang melaksanakan suatu proses pembelajaran pada suatu tempat-tempat tertentu, tidak harus pada lembaga formal saja melainkan bisa juga di masjid, di musala, di rumah dan sebagainya.

Guru adalah subyek yang paling penting dalam keberlangsungan suatu proses pendidikan, karena guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan sampai hasil pembelajaran dari suatu proses belajar mengajar dan guru ikut serta dalam usaha membentuk sumber daya dalam membentuk keperibadian peserta didiknya.18Guru atau pendidik yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sampai peserta menghadapi peranan dalam masyarakat disekitarnya.19

Kunci dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar dan pendidikan peserta didik adalah guru, guru berupaya dengan keterampilan dan kemampuannya untuk memberikan pengetahuan sehingga guru merancang pembelajaran pesertata didik yang dapat mudah dipahami.

Karena komponen yang paling terpenting dalam proses pembelajaran adalah guru sebagaimana sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang

17Mujtahid,Pengembangan Profesi Guru,(Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 33.

18Saiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 31.

19Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 74.

(33)

Nomor 14 Tahun 2005 bahwa guru adalah mengerjakan tugas sesuai dengan profesionalnya sebagai tugas utama mendidik, membimbing, mengajar, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dari pendidikan anak usia dini melalui pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.20

Mengingat peranan guru yang sangat penting, maka guru dituntut dapat memiliki pemahaman yang sangat luas dan komprehensif tentang kompetensi (kemampuan) sebagai pendidik yang dapat meliputi: kinerja gaya mengajar dalam interaksi, kepribadian, penguasaan penyusuaian interaksional, penguasaan landasan profesioanal/akademik, penguasaan materi akademik, penguasaan keterampilan proses kerja.21

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang bertanggung jawab atau berperan penuh terhadap peserta didiknya dari segala aspek mengambangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan disekolah maupun diluar sekolah dengan cara guru membimbing, membina , mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi dan juga mencapai suatu tujuan yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam .

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

20Wahab Jufri, Belajar dan Pembelejaran Sains Modal Dasar Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Reka Cipta, 2017), hlm. 94-95.

21Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.139-140.

(34)

dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai dengan kehususannya, serta perpartisipasi dalam menyelanggarakan pendidikan. Dengan kata lain menjelaskan bahwa guru merupakan pendidik. Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan guru yaitu orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.22

Guru atau disebut juga sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, sebagai mahkluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.23

Beberapa ahli juga meberikan pengertian dari pengertian guru, pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian guru yaitu:

1) Dri Atmaka

Dri Atmaka, pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual, yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu guru mampu memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik agar mampu mengelola kesehatan dirinya dari penyakit dan tetap menjaga

22Fuad Abdillah,Rekognisi Pembelajaran Lampau Pada Pendidikan Guru Kejuruan, (Jawa Timur : Cerdas Ulet Kreatif, 2020), hlm. 9.

23Yohana alfiani,Guru Dan Pendidikan Karakter,( Jawa Barat:CV. Adanu Abimata, 2020), hlm.

1.

(35)

kebugaran badannya, dan mampu mengelola atau menjaga hubungan dirinya dengan Tuhannya.

2) Husnul Khotimah

Husnul Khotimah, pengertian guru adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik, maksud dari Husnul Khotimah yaitu, guru merupakan sesorang yang mampu memberikan pengetahuan atau pemahaman terhadap peserta didik suatu ilmu yang di dapatkan agar bias dipahami oleh peserta didik.

3) Ngalim Purwanto

Ngalim Purwanto, pengertian guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun kepada sekelompok orang, yang dimaksudnya oleh Ngalim Purwanto, guru merupakan sosok yang sangat berperan penting dalam membentuk watak peserta didik dan membangun potensi peserta didik agar pencapai tujuan hidup yang lebih optimal.

4) Mulyasa

Mulyasa pengertian guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini yang dimaksudkan yaitu guru merupakan sosok yang ideal yang mampu memiliki rasa kepekaan, memiliki kebijaksanaan

(36)

yang tinggi, dan mampu bekerja tanpa pamrih, serta mampu bertanggung terhadap apa yang akan dihadapinya.

5) M. Uzer Usman

M. Uzer Usman, pengertian guru adalah setiap orang yang berwenang dan bertugas dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal, yang dimaksudkan yaitu guru merupakan sosok yang sangat berperan penting terhadap pengetahuan peserta didik dan mampu memberikan pengetahuan yang baik agar mencapai tujuan yang diinginkan.

6) UU No. 14 Tahun 2005

UU. No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik professional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidkan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.24

Dari beberapa pengertian tentang guru di atas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa, guru adalah seorang pendidik yang digugu dan ditiru yang mememiliki tugas utama untuk menyampaikan atau mentransfer ilmunya kepada peserta didik baik secara rohani maupun jasmani.

24Dewi Safitri,Menjadi Guru Profesional, (Riau : PT. Indragiri Dot Com, 2019), hlm. 8-9.

(37)

b. Tugas dan Tanggung Jawab guru

Tugas dan kewajiban guru diantaranya adalah dapat menciptakan suasana dan iklim proses belajar mengajar yang dapat memotivasi peserta didik untuk senantiasa dapat belajar dengan baik dan semangat sebagaimana tugas guru yang mencakup beberapa hal yang mencakup implementasinya dalam pengabdian meliputi profesi, bidang kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai kehidupan, mengajar berarti mengembangkan pengetahuan dan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.25

Gerstner, tugas guru bukan hanya sebagi pengajar tapi juga sebagai pelatih, konselor, dan manajer belajar yang dapat mendorong peserta didik untuk menguasai pelajaran dan memberikan motivasi untuk menggapai prestasinya.26 Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa guru agama merupakan seseorang yang mengajar dan juga mendidik dengan pendidikan agama Islam yang lebih terarah tentunya tidak lepas dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru karena perannya cukup besar menanamkan nilai-nilai Islam i keteladanan peserta didik. Adapun tugas guru dan tanggung jawab guru menurut Zuhairini dkk bahwa pendidikan Islam yang diterapkan harus mampu:

25Shiply Aflattetresna Octavia, Sikap dan Kinerja Guru Profesional, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2019), hlm. 21.

26Muhammad Anwar,Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Prenada Media, 2018), hlm. 34.

(38)

1) Mengajari ilmu pengetahuan agama

2) Menanamkan keimanan kedalam jiwa anak 3) Mendidik agar taat menjalankan agama

4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.27

Adapun tugas seorang guru meliputi membelajarkan, mendidik, dan melatih peserta didik melalui pembelajaran yang sistematis dan terencana.

Dalam hal tersebut tugas penting guru dalam pembelajaran ialah untuk:

1) Merencanakan pembelajaran, pada tahap tersebut guru mempersiapkan rencana porses belajar berupa strategi dan segala perangkat yang akan dilakukan. Adapun langkah yang harus dilakukan guru dalam merencanakan pembelajaran berupa merumuskan tujuan pemeblajaran dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, merancang model assesmen/alat evaluasi, memlilih materi pelajaran yang dibutuhkan dan menyesuaikan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

2) Melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas dengan satu arah, dua arah, dan multi arah. Bila kelas didominasikan penyampaian informasi oleh guru kepada peserta didik maka disebut searah atau dua arah, jika guru menyampaikan dengan bantuan media dan metode pembelajaran yang bervariasi disebut multi arah.

27Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Renaka Cipta, 2000), hlm. 39.

(39)

3) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.28

Adapun tugas dan tanggung jawab guru menurut pendapat lain sebagai berikut sebagai berikut:

1) Guru sebagai pengajar

Guru sebagai pengajar merupakan tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memilih metode/strategi mengajar. Guru menyesuaikan kemampuan dengan bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik agar dapat mudah dimengerti.

2) Guru sebagai pengajar dan Pendidik

Guru harus menampilkan kepribadiaanya sebagai pengajar, ilmuan dan juga pendidik. Oleh karena itu dituntut untuk menguasai bidang disisplin ilmu yang diajarkannya, menguasai cara mengajar dan administrasi, dan mengetahhui seluk beluk kependidikan.

3) Guru sebagai agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat Guru menampilkan dirinya sesuai dengan lingkungan kenyataanya sebagai penggerak dalam merubah keadaan dalam masyarakat dimanapun ia berada.

28Wahab Jufri,Belajar dan Pembelajaran…, hlm. 96-100.

(40)

4) Guru sebagai pembimbing

Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang akan diahadapinya, pembinaan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para peserta didik.

5) Guru sebagai administrasi kelas

Guru merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umunya seperti:

a) Pengambil inisiatif, pengarah dan penilaian kegiatan-kegiatann pendidikan yang direncanakan serta nilai yang akan didapatkannya b) Wakil masyarakat, guru mencerminkan dirinya suasana dan

kemauan masyarakay yang baik

c) Orang yang ahli dalam mata pelajaran, guru bertanggung jawab mewariskan kebudayaan kepada peserta didik berupa pengetahuan d) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu

kedisiplinan

e) Pelaksana administrasi pendidikan, guru harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi

f) Pemimpin generasi muda, karena generasi muda terletak ditangan guru karena bertugas mempersiapkan menjadi anggota masyarakat yang dewasa

(41)

g) Penerjemah kepada masyarakat, bertugas untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia kepada masyarakat terutama tentang pendidikan

6) Guru sebagai demonstrator

Guru bertanggung jawab memahami kurikulum, merumuskan TPK, menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan disampaikannya dengan mengembangkan kemampuan peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang diharapkan.

7) Guru sebagai mediator dan fasilitaor

Guru sebagai mediator memiliki pengetahuan mengenai media pendidikan yang digunakan sebagai alat komunikasi agar lebih efektif dalam proses belajar mengajar. Pemilihan media yang digunakan sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan peserta didik. fasilitas yang digunakan dapat memudahkan pembelajaran sehingga media tersebut dapat menunjang keberlangsungan kegiatan belajar

8) Guru sebagai evaluator

Dengan evaluasi atau penilaian guru dapat mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum, danapakah materi yang telah disampaikan sudah cukup tepat. Dengan demikian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan

(42)

peserta didik terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

9) Guru secara pribadi

Guru secara pribadi bertugas: Petugas sosial, guru harus membantu untuk kepentingan masyarakat dalam berbagai kegiatan sebagai petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi didalamnya, Pelajar dan ilmuan, yaitu senantias terus menerus menuntut ilmu pengetahuan, Orang tua, tugas guru sebagai orang tua di sekolah dalam pendidikan, Sebagai teladan, guru menjadi contoh untuk peserta didik salah ssatunya norma tingkah laku, dan Pencari keamanan, guru menjadi tempat perlindungan untuk memperoleh rasa aman.

10) Guru sebagai suri tauladan

Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik untuk itu guru harus menjadi contoh teladan karena pada dasarnya adalah representasi dari masyarakat yang diharapkan menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru sehingga guru meminimalisir kebiasaan yang kurang bagus untuk ditiru oleh peserta didik.29

Dapat disimpulkan bahwa guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat luas dalam pendidikan peserta didik sehingga

29Muh.Arif, Profesi Pendidikan(Pedoman dan Acusn Guru Mencintai Profesinya), (Sumatra Barat:CV. Insan Cendikia Mandiri, 2020), hlm. 3-18.

(43)

dituntut mengusaai kompetensinya menjadi guru yang profesional dalam bidangnya. Guru bukan hanya sekedar mengajar di dalam kelas saja melainkan mencakup segala aspek yang berkaitan dengan peserta didik terutama tingkah laku kepribadiaanya di lingkungan sekitarnya. Tanggung jawab guru menyiapkan peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik mengetahui segala strategi pengajaran dan pembelajaran yang dapat mengubah peserta didik sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Konsep tentang Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa latin, yakni educatum yang tersusun dari dua kata yaitu “E” dan “duco”. Makna dari kata”E” berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak, sedangka kata “duco” berarti perkembnagan atau sedang berkembang, jadi bisa dikatakan bahwa pendidikan secara etimologi adalah sebuah proses perkembangan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.

Pengertian pendidikan yang berasal dari bahasa inggris yaitu Education. Yang dimana dari bahasa latinnya yaitu Eductum. Jadi dapat disimpulkan pendidikan adalah proses kemampuan serta keahlian diri yang terus berkembang terus menerus secara individual.

Pengertian pendidikan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sebuah proses ataupun tahapan dalam pengubahan sikap

(44)

serta etika maupun tata laku seseorang atau kelompok dalam meningkatkan pola pikir manusia melalui pengajaran dan pelatihan serta perbuatan yang mendidik.30

Pendidikan merupakan kegiatan dinamis dalam kehidupan setiap individu yang memengaruhi perkembangan fisiknya, mentalnya, emosinya, sosialnya dan etiknya. Atau bisa dikatakan pendidikan merupakan suatu kegiatan dinamis yang memengaruhi seluruh aspek keperibadian dan kehidupan setiap individu.31

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indinesia (KBBI) adalah sistem prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau disebut juga dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebangkitan dan kewajiban- kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.32

Kata “Agama” berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti

“tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan religi dan berakar pada kata kerja religare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Secara harfiyah “Islam ” artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga kata yaitu sin, lam, mim yang bermakna dasar “selamat”(salama). Pengertian Islam menurut bahasa adalah Islam berasal dari kataaslama yang berakar dari katasalama. Kata

30Agnes,Untuk Apa Aku Mengenal Pendidikan?, (Medan: Geupedia, 2020), hlm. 21.

31Dwi Nugroho dan Zainab, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Depok : PT. RajaGrafindo Persada, 2020), hlm. 2.

32Samsul Arifin,Pendidikan Agama Islam ,(Yogyakarta : Deepublish,2014), hlm. 21.

(45)

salm”berarti damai atau perdamaian, jadi Islam menurutbahasa yaitu agama yang menjunjung tinggi perdamaian. Islam juga berasal dari kata

salam”yang berarti selamat dan sejahtera, maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat Islam pada keselamatan dan kesejahteraan.

Adapun pengertian Islam menurut istilah, ditinjau dari sisi subjek manusia terhadap dinul Islam , Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Illahi yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul khususnya Nabi Muhammad saw, guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/aturan Allah SWT. Yang dapat membimbing umant manusia ke jalan yang lurus, menuju ke bahagiaan dunia akhirat.33

Islam adalah agama yang memiliki ajaran luhur, apabila ajaran- ajaran Islam diketahui dan diamlakan setiap orang yang meyakininya (pemeluknya), maka ia akan menuai rasa aman dan damai dalam hidupnya.

Islam adalah agama yang berisi ajaran yang lengkap (holistic), menyeluruh (comperehensive), dan sempurna (kamil).34 Dikatakan sebagai agama yang memiliki ajaran yang lengkap, meyeluruh, dan sempurna karena ajaranya mencakup segala dimensi kehidupan manusia, dimensi spiritual, yaitu tata cara peribadatan (hubungan manusia dengan Allah), dimensi sosisal, ekonomi, pendidikan, dan dimensi lain.

33Asep Rudi,Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2020), hlm. 13.

34Rois Mahfud,Al-Islam Pendidikan Agama Islam ...,hlm.5.

(46)

Jadi dapat disimpulan dari pengertian diatas Pengertian dari Pendidikan agama Islam adalah suatu proses atau usaha sadar yang yang dilakukan oleh orang dewasa dalam membimbing dan mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma dan ajaran agama agar selamat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

Zakiyah Daradjat, dkk.,landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw yang dapat dikembangkan dengan ijitihad, al maslahah al mursalah, istihsan, qiyas, dan sebagainya.35

1) Al-Qur’anialah firman Allah SWT berupa wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Di dalamnya terkandung ajara pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijitihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’anitu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut dengan Syari’ah.

2) As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasul Allah SWT.

Yang dimaksudkan dengan pengakuan adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim, karena Sunnah juga berisi Aqidah dan Syari’ah. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran

35Zakiyah Daradjat, dkk.,Ilmu PeendidikanIslam, (Yogyakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm.19.

(47)

berkembang. Itulah sebabnya mengapa ijitihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaiatan dengan pendidikan.

3) Ijitihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang termyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’andan Sunnah.

Ijitigad dalam hal ini berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’andan Sunnah.

Sedangkan menurut Zuhairini, selain tiga landasan diatas, adapula landasan pendidikan Islam. Menurut Zuhairini, Negara Indonesia secara formal memiliki dasar/landasan yang cukup kuat yaitu Pancasila yang merupakan dasar setiap tingkah laku dan kegiatan bangsa Indonesia, dengan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama, berarti menjamin setiap warga Negara untuk memeluk, beribadah, serta menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan agama, termasuk melaksanakan pendidikan Agama. Di samping itu mengingat bahwa tiap-tiap sila adalah merupakan kesatuan, berarti sila-sila lain harus dijiwai oleh sila Ketuhanan Yanag Maha Esa.36

3. Konsep tentang Karakter Religius a. Pengertian Karakter Religius

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”

(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan

36Dwi Nugroho dan Zainab,Pengantar Ilmu ...,hlm. 5.

(48)

dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilakutidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (keperibadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.37 Karakter adalah watak atau tabi’at, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku yang membedakan seseorang dari yang lainnya.38

Adapun karakter menurut Ditjen Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan Nasional karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter menurut Kemendiknas mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, krasa maupun oleh raga seseorang atau sekelompok orang.39

Jadi, karakter adalah sifat, watak, budi pekerti yang ada dalam diri seeorang yang membedakannya dengan yang lainnya yang dimana karakter seseorang itu yang ada di dalam diri seseorang bisa berkarakter baik dan buruk.

37Zubaedi,Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta:Kencana,2015), hlm.12.

38Sukiyat,Strategi Impelemntasi Pendidikan Karakter, (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020), hlm.3.

39Santo Budiono, Karakter Menentukan Masa Depan Bangsa, (Jakaera:PT.Elex Media Kamputindo,2018), hlm. 46.

(49)

Religius adalah nilai kerohanian yang tertinggi, sifatnya mutlak dan abadi, serta bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.

Religius merupakan kata sifat dari religious 40(inggris) “connected with religion or with particular religion”. Glock and stark menyatakan bahwa, religius sebagai keyakinan yang berhubungan dengan agama, yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama dan keyakinan yang dianut.

Religius adalah sikap atau perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya, toleran dan hidup rukun terhadap penganut agama lain. Religius merupakan nilai karakter yang berhubungan dengan tuhan, yang menunjukan bahwa pikiran, perbuatan, tingkah laku atau tindakan seseorang yang berdasarkan ajaran agamanya atau nilai-nilai ketuhanan.

Dari beberapa paparan pengertian karakter dan religius diatas dapat di simpulkan pengertian dari Karakter religius adalah suatu sikap atau perilaku seseorang yang patuh terhadap ajaran agama yang dianutnya serta berperilaku sesuai dengan nilai atau norma-norma yang berlaku dalam agamanya, dan mampu bersikap toleran dan hidup rukun dengan baik terhadap pemeluk agama lain.

40Maskuri, Pendidikan Islam Multikultural Konsep dan Implementasi Praktis di Sekolah,(Lamongan: Academia Publication, 2021), hlm. 99.

(50)

b. Nilai-nilai religius

Nilai religius merupakan konsepsi yang tersurat maupun tersirat yang ada dalam agama yang mempengaruhi perilaku seseorang yang menganut agama tersebut, yang mempunyai sifat hakiki dan datang dari Tuhan, juga kebenarannya diakui mutlak oleh penganut agama tersebut.41

Nilai religius merupakan beberapa peraturan pedoman hidup manusia dalam bertingkah sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik lahir maupun batin. Nilai religius dibagi dalam tiga aspek yakni berupa aqidah, syariah, dan akhlakul karimah.

1) Aqidah merupakan iman dan yakin kepada Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah.

2) Syariah yaitu berupa hukum islam yang berhubungan dengan akidah, tingkah laku, moral dalam menentukan baik dan benar.

3) Akhlakul karimah merupakan suatu sikap manusia yang mengatur tata cara berinteraksi dengan Tuhan, berinteraksi dengan manusia, dan lingkungannya dengan dasar saling mencintai dan tidak membenci.42

Jadi, nilai religius merupakan suatu bentuk hubungan antara manusia dengan penciptanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam diri seseorang, yang dicerminkan dalam sikap dan perilakuyang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya,

41Khoirul Rifa’I, “Internalisasi NilaiNilai Religius Berbasis Multikultural Dalam Membentuk Insan Kamil”,Jurnal, Vol. 4, Nomor 1, Mei 2016, hlm. 120.

42Framz Hardiansyah, “Implementasi Nilai Religius Melalui Budaya Sekolah: Studi Fenomenologi”,Jurnal,Vol. 4, Nomor. 1, Januari 2020, hlm. 21.

(51)

serta mampu bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain, dan mampu hidup rukun dengan sesama.

c. Upaya Penguatan Karakter Religius

Marzuki, upaya yang dapat dilakukan dalam penguatan karakter religus yaitu pembiasaan diantaranya: 1) mengucap salam saat membuka dan menutup pembelajaran dan do’a bersama, 2) membaca Al-Qur’an sebelum sholat dzuhur berjamaah, 3) setiap pagi membaca sholawat, istigfar, asmaul husna, atau kultum agama, 4) melibatkan peserta didik dalam PHBI di sekolah, 5) memotivasi peserta didik ikut serta dalam aktivitas keagamaan diluar sekolah maupun dirumah, guru memantau peserta didik melalui komunikasi dengan orang tua serta buku catatan harian keagamaan, dan 6) melaksanakan mabit.43

Adapaun beberapa metode yang dilakukan dalam penguatan karakter religius siswa antara lain:

1) Metode keteladanan (al-Uswa al-Hasanah)

Secara terminology, al-uswah berarti orang yang ditiru, bentuk jamaknya adalah usyan. Hasanah berarti baik. jadi uswah hasanah artinya contoh yang baik, suri teladan. Dalam al-Quran terdapat ayat yang menjelaskan tentang keteladanan yaitu QS. Al- Ahzab ayat 21.

َﻨ َﺴ َﺣ ٌة َﻮ ْﺳ ُا ِ ﱣ ِل ْﻮ ُﺳَر ْ ِ ْﻢ ُﻜ َﻟ َن ﺎَ ْﺪ َﻘ َﻟ اً ْ ِﺜ َﻛ َ ﱣ َﺮ َﻛ َذ َو َﺮ ِﺧ ٰ ْﻻا َم ْﻮ َﻴْﻟ ا َو َ ﱣ اﻮ ُﺟْﺮ َﻳ َن ﺎَ ْﻦَ ِّﳌ ٌﺔ

43Intan Mayang Sahni Badry dan Rini, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai Karakter Religius”,Jurnal,Vol. 1, Nomor 4, November 2021, hlm. 576-577.

(52)

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (dir) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan banyak yang mengingat Allah.(QS.Al-Ahzab[33]:21).44

Dalam hal ini yang menjadi teladan adalah sikap dan perilaku Rasulullah Saw. Metode keteladan ialah menunjukan tindakan terpuji bagi peserta didik, dengan harapan agar mau mengikuti tindakan terpuji tersebut. Keteladanan pendidik bagi peserta didik adalah dengan menampilan al-akhlaq al-mahmudah, yakni seluruh tindakan terpuji, seperti tawadhu’, sabar, ikhlas, jujur, dan meninggalkan al- akhlaq al-madzmumah, akhlak tercela.

Adapun hadis yang menjelaskan tentang keteladanan yang artinya:

“sesungguhnya aku di utus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak”.45 (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no.273), al- bayhaqi dalam Syu’ab al-Iman (no. 7609.)

2) Pembiasaan

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau

44Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an,Al-Qur’an dan Terjemahannya: Edisi Tahun 2002,(Jakarta Timur: CV. Darus Sunnah, 2002), hlm. 421.

45Nurul H. Maarif,Samudra keteladanan Muhammad,(Tanggerang Selatan: PT. Puataka Alvabet, 2017), hlm. 3.

(53)

umum; seperti sedia kala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembiasaan (habituasi) secara harfiyah diartikan sebagai sebuah proses pembiasaan pada/atau dengan “sesuatu” supaya menjadi terbiasa atau terlatih melakukan “seseuatu” yang bersifat instrinsik pada lingkungan kerjanya. Dalam konteks psikologi pendidikan, pembiasaan dikenal dengan instilahoperan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan.46 Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar seseuatu itu dapat menjadi kebiasaan.

3) MetodeTsawab(hadiah)/Reward

Metode Tsawab merupakan penghargaan yang didapatkan oleh seseorang karena suatu perbuatan, sikap, atau tingkah laku positipnya, baik penghargaan sifatnya mateti maupun non materi.

Rewardmerupakan salah satu cara guru dalam mengapresiasi siswa atas perbuatannya yang patuut dipuji. Menurut Mulyasa, reward adalah respon terhadap sesuatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembali tingkah laku tersebut. Selain itu menurut Suharsimi Arikonto,reward merupakan suatu yang disenangi dan digemari oleh anak-anak yang diberikan kepada siapa yang dapat

46Ahmad Yusuf,Pesantren Multikultural,(Depok : PT. Raja Grafindo Persada, 2020), hlm.73.

Gambar

Tabel 2.2 Data daftar Guru SMAN 1 Masbagik, 60

Referensi

Dokumen terkait

metode guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pembentukan karakter

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU PAI DALAM MENANAMKAN KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA DI SMAN 1

(3) Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi hambatan strategi pembelajaran guru PAI dalam menanamkan karakter religius pada siswa di SMAN 1 Ngunut

Solusi untuk mengatasi hambatan strategi guru PAI dalam. menanamkan karakter religius pada siswa di SMAN

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam menanamkan karakter religius pada siswa di SMAN 1 Ngunut dilaksanakan di dalam kelas dan di luar kelas yang meliputi

Strategi pembelajaran guru PAI dalam menanamkan karakter religius pada.. siswa di SMAN 1 Ngunut meliputi penyusunan program :

Sehingga dari klasifikasi diatas dapat dijelaskan kembali bahwa strategi guru PAI dalam mengembangkan karakter religius siswa di SMAN 1 Rejotangan memilih belajar mengajar

377 AKTUALISASI NILAI PANCASILA SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN KARAKTER REMAJA DI DESA KERTONATAN KECAMATAN KARTASURA PADA PASCA MASA PANDEMI COVID-19 Suyahman Dosen Program Studi