• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kadar Hemoglobin Dalam Darah Manusia Menggunakan Hemometer dan Mengetahui Pebedaan Jumlah Kadar Hemoglobin Pada Beberapa Kriteria Probandus dan Perbedaan Jenis Kelamin

N/A
N/A
Cabi Comel

Academic year: 2024

Membagikan "Pengukuran Kadar Hemoglobin Dalam Darah Manusia Menggunakan Hemometer dan Mengetahui Pebedaan Jumlah Kadar Hemoglobin Pada Beberapa Kriteria Probandus dan Perbedaan Jenis Kelamin "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pengukuran Kadar Hemoglobin Dalam Darah Manusia Menggunakan Hemometer dan Mengetahui Pebedaan Jumlah Kadar Hemoglobin Pada Beberapa Kriteria Probandus

dan Perbedaan Jenis Kelamin

Adelia Putri Farnas

210210103122 Fisiologi Hewan B

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jember, Jalan Kalimantan Nomor 37 Kampus Bumi Tegal Boto, Krajan Timur, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121

Email: [email protected] ABSTRAK

Hemoglobin adalah pigmen warna merah yang ada pada sel darah merah, berfungsi sebagai pengikat gas-gas pernafasan meliputi oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), dimana oksigen (O2) nantinya akan berikatan dengan ion Fe2+ didalam hemoglobin, sehingga nantinya oksigen (O2) akan disebarkan ke seluruh tubuh. Tujuan praktikum acara 6 ialah menentukan kadar Hb pada vertebrata.

Alat yang dibutuhkan pada praktikum acara 6 ini ialah hemometer, blood lancet, batang pengaduk, pipet, dan kapas. Untuk bahan yang dibutuhkan pada praktikum acara 6 ini ialah probandus, darah kapiler, 0,1 HCl, aquadest, dan alkohol. Hasil yang didapatkan pada praktikum acara 6 ialah Raufan jenis kelamin laki-laki dengan kriteria gemuk pendek kadar Hb 13 g/100mL, Tarissa dengan jenis kelamin perempuan kriteria gemuk pendek kadar Hb 10,9 g/100mL, Ilham dengan jenis kelamin laki- laki kriteria gemuk tinggi kadar Hb 10,6 g/100mL, Firda dengan jenis kelamin perempuan kriteria ideal kadar Hb 10,4 g/100mL, Sheila dengan jenis kelamin perempuan kriteria gemuk tinggi kadar Hb 10,2 g/100mL, Ivant dengan jenis kelamin laki-laki kriteria kurus tinggi kadar Hb 9 g/100mL, Bima dengan jenis kelamin laki-laki kriteria obesitas kadar Hb 8,9 g/100mL, Elvira dengan jenis kelamin perempuan kriteria kurus pendek kadar Hb 8,4 g/100mL, Feni dengan jenis kelamin perempuan kriteria kurus tinggi kadar Hb 6 g/100mL, dan terakhir Fahmi dengan jenis kelamin laki-laki kriteria kurus pendek kadar Hb 5,8 g/100mL. Faktor berat badan dan jenis kelamin tidak selalu berhubungan langsung dengan kadar hemoglobin, tetapi pola makan, status gizi, dan kondisi kesehatan yang berkaitan dengan berat badan bisa memainkan peran penting dalam pengukuran kadar hemoglobin seseorang.

Kata kunci: Darah, eritrosit, hemoglobin, oksigen, hemositometer

PENDAHULUAN

Darah adalah komponen penting dari kehidupan makhluk, dari hewan primitif pada manusia. Dalam kondisi fisiologis, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga bisa melaksanakan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostasis (Aryandi et al., 2019). Molekul darah terdiri dari berbagai jenis sel, yang mana sel darah merah (sel darah merah) merupakan bagian fundamentalnya.

Sedangkan anemia adalah suatu kondisi kekurangan sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup dalam darah sehingga mengakibatkan kelelahan (Alzubaidi et al., 2020).

Eritrosit merupakan sel darah merah, yang merupakan sel darah dengan jumlah volume terbanayak, volume eritrosit adalah sekitar 40-45% dari keseluruhan volume darah.

Fungsi eritrosit sebagai pembawah oksigen dari paru-paru ke seluruh jarigan dan organ. Di dalam eritrosit terdapat suatu senyawa protein yakni haemoglobin (Hb) senyawa ini dapat mengikat zat besi sehingga dapat memberi warna merah pada darah (Wahyudi et al., 2020).

Eritrosit memiliki bentuk kepingan bikonkaf (cekung pada bagian tengah dan cembung pada bagian samping) dengan diameter 7,5 µm dan tidak memiliki inti.

Struktur inilah yang menyebabkan eritrosit berperan dalam transportasi gas dimana pada bagian permukaan selnya memudahkan proses difusi. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberikan warna pada eritrosit. Hemoglobin tersusun atas protein globin dan heme (yang merupakan pigmen merah yang berisi atom besi tunggal yang dikelilingi oleh nitrogen dan cincin karbon). Eritrosit tidak berinti sehingga tidak mampu membelah diri untuk bereproduksi dan

(2)

hanya mampu bertahan sampai 120 hari sehingga akan dirombak di dalam limpa dan hati. Jumlah eritrosit pada pria dewasa adalah sebanyak 4.6 juta - 6.2 juta sel/μL, pada wanita dewasa sebanyak 4.2 juta - 5,2 juta sel/μL, sedangkan pada anak-anak antara 4.5 juta - 5.1 juta sel/µL. Meningkatnya sirkulasi sel darah merah akan meningkatkan kemampuan untuk membawa oksigen (Hidayati & Irmawati, 2020:

7-8).

Setiap individu hewan memiliki perbedaan jumlah leukosit, perbedaan tersebut dapat disebabkan beberapa faktor antara lain adalah kondisi fisiologis, usia, status gizi (Djaelani et al., 2020). Sel darah putih (WBC) atau leukosit adalah sel kekebalan yang bertanggung jawab untuk melindungi tubuh terhadap infeksi, menolak penyerang asing, memperbaiki cedera jaringan, dan menolak patogen atau penyakit. WBC seperti makrofag, neutrofil, sel T, dan sel pembunuh alami (sel NK) adalah pemain penting dalam banyak penyakit penting (Wang et al., 2022).

Secara umum, darah putih (WBC) berukuran lebih besar dibandingkan eritrosit, jumlahnya lebih sedikit. Jumlah WBC normal berkisar antara 4500-11,000/mm. Semua leukosit berasal dari sel induk hemositoblas, namun mereka tidak kehilangan inti akumulasi hemoglobin selama perkembangannya.

Meskipun dianggap sebagai sel darah, leukosit melakukan sebagian besar tugasnya di jaringan.

Mereka menggunakan darah sebagai media transportasi. Ada yang bersifat fagositik, ada yang menghasilkan antibodi, ada yang mengeluarkan histamin dan heparin, dan ada pula yang menetralkan histamin. Leukosit mampu bergerak melalui dinding kapiler ke dalam ruang jaringan, suatu proses yang disebut diapedesis. Di ruang risie mereka memberikan pertahanan terhadap organisme penyebab penyakit (Kathy & Hunt, 2019: 198).

Hemoglobin (HB) adalah protein heme kunci dalam sel darah merah (RBC) dan merupakan hingga 95% kandungan protein di eritrosit. Hemoglobin manusia dewasa (97% HB A1 dan 3% HB A2) adalah tetramer yang terdiri dari empat subunit, dua subunit α identik dan dua subunit β identik yang terbuat dari 141 dan 146 residu asam amino, masing-masing; Setiap subunit berisi satu kelompok prostetik, protoporfirin IRX, atau Heme B. Sementara Hb mengangkut oksigen dan mempertahankan keseimbangan dari molekul asam-basa dengan deoksihemoglobin atau disebut (deoxyhb) dan

oxyhemoglobin (oxyhb) yang berfungsi sebagai akseptor dan donor molekul oksigen, masing- masing, penelitian terbaru menunjukkan peran penting dalam bioavailabilitas molekul gas lainnya (Dybas et al., 2020).

Hemoglobin memiliki peran penting untuk protein darah vital. Hemoglobin merupakan pigmen yang membuat warna merah pada sel darah. Menurut fungsinya, Hemoglobin digunakan sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Oksigen adalah suatu bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga mempunyai fungsi membawa Karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas (Ningsih et al., 2019). Prinsip dalam metode Sahli melibatkan konversi hemoglobin ke asam hematin dan membandingkan secara visual warnanya dikembangkan dengan kaca berwarna standar. Metode ini membutuhkan 20 ml darah, dan hasilnya bisa dibaca dengan siang hari yang menyebar, 3 menit setelah menambahkan sampel darah ke asam hidroklorida. Itu tidak berjalan pada listrik atau membutuhkan cuvettes atau strip untuk setiap pasien; Dengan demikian, relatif murah (Ramaswamy et al., 2021).

METODE PENELITIAN

Observasi

Praktikum acara 6 membahas mengenai pengukuran kadar hemoglobin (Hb). Praktikum acara 6 pastinya membutuhkan alat dan bahan yang sesuai untuk meperlancar kegiatan praktikumnya. Praktikan dapat memulai praktikum dengan prosedur yang sesuai dengan etika yang baik dan benar, mengenai bagaimana cara memperlakukan probandus sesuai dengan prosedur yang baik dan benar, supaya tidak menyakiti probandus yang sedang digunakan sebagai kriteria dalam praktikum acara 6 mengenai pengukuran kadar hemoglobin (Hb).

Waktu dan tempat

Praktikum acara 6 dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 Oktober 2023 pada pukul 06.00- 08.40 WIB yang dilaksanakan di laboratorium zoologi yang bertempatan di program studi pendidikan biologi, FKIP, UNEJ. Praktikum acara 6 membahas mengenai pengukuran kadar hemoglobin (Hb), praktikum acara 6 ini dilakukan secara berkelompok dan pastinya akan membutuhkan kekompakan antar anggota kelompok supaya praktikum berjalan dengan lancar dan sukses.

(3)

Alat dan Bahan

Alat dan bahan pastinya sangat penting untuk menunjang keberlangsungan saat praktikum sedang berlangsung. Alat yang dibutuhkan pada praktikum acara 6 ini ialah hemometer, blood lancet, batang pengaduk, pipet, dan kapas. Untuk bahan yang dibutuhkan pada praktikum acara 6 ini ialah probandus, darah kapiler, 0,1 HCl, aquadest, dan alkohol.

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara 6 ini, pastinya mempunyai kegunaan masing-masing yang dapat memperlancar proses praktikum acara 6 mengenai pengukuran kadar hemoglobin (Hb).

Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum acara 6, diantaranya sebelum menghisap darah, terlebih dahulu melakukan pengambilan darah, dengan cara menusuk tangan dengan menggunakan alat blood lancet yang telah diisikan dengan jarum steril, atur tekanan pegas pada angka 4-5, mengambil alkohol dengan kapas steril dan bersihkan jari tengah, dan tusuk jari menggunakan alat blood lancet, lalu tekan jari

agar darahnya keluar. Mengisi tabung pengencer hemometer dengan 0,1 n HCl sampai angka 2, menghisap darah kapiler dengan pipet Hb sampai angka 20, menghapus darah yang melekat pada ujung pipet, sebelum darah menggumpal segera dimasukkan kedalam tabung pengencer tersebut dengan cara ujung pipet masuk sedikit demi sedikit kedalam larutan 0,1 n HCl, menghisap HCl didalam tabung ke dalam pipet kemudian dikeluarkan lagi, dilakukan secara perlahan, perlakuan ini dilakukan sampai 3 kali. Mendiamkan selama 1 sampai 3 menit, lalu mengencerkan dengan aquades dilakukan dengan setetes demi setetes dan diaduk dengan batang pengaduk sampai warnanya berubah sesuai dengan standar hemometer, kadar Hb pada tabung pengencer hemometer yang terletak sesuai dengan tinggi permukaan larutan darah tersebut. Setelah itu lakukan perhitungan dan masukkan ke dalam table ACC.

TABEL HASIL PENGAMATAN

No. Kriteria Nama Jenis

Kelamin

Berat badan (Kg)

Tinggi badan (cm)

Umur

(Th) Kadar Hb Keterangan

1. Kurus

pendek Fahmi L 43 kg 162 cm 21 th 5,8 g/100 mL Tidak normal (tidak tidur)

2. Kurus

tinggi Feni P 45 kg 168 cm 20 th 6 g/100 mL

Tidak normal (menstruasi menggumpal) 3. Ideal Firda P 58 kg 163 cm 21 th 10,4 g/100 mL Tidak normal (menstruasi)

4. Kurus

tinggi Ivant L 74 kg 178 cm 20 th 9 g/100 mL

Tidak normal (sering begadang) 5. Gemuk

tinggi Sheila P 67 kg 168 cm 20 th 10,2 g/100 mL Tidak normal (kurang tidur)

6. Gemuk

pendek Raufan L 70 kg 160 cm 23 th 13 g/100 mL Tidak normal (kurang tidur)

7. Kurus

pendek Elvira P 38 kg 151 cm 21 th 8,4 g/100 mL

Tidak normal (kurang tidur +

anemia) 8. Gemuk

tinggi Ilham L 82 kg 173 cm 21 th 10,6 g/100 mL

Tidak normal (kurang tidur +

merokok)

(4)

9. Obesitas Bima L 84 kg 165 cm 21 th 8,9 g/100 mL Tidak normal (kurang tidur)

10. Gemuk

pendek Tarissa P 80 kg 160 cm 22 th 10,9 g/100 mL Tidak normal (sakit)

PEMBAHASAN

Hemoglobin adalah pigmen warna merah yang ada pada sel darah merah, dimana pigmen ini berfungsi sebagai pengikat gas-gas pernafasan yang meliputi oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), dimana oksigen (O2) nantinya akan berikatan dengan ion Fe2+

didalam hemoglobin, sehingga nantinya oksigen (O2) akan disebarkan ke seluruh tubuh, untuk membantu metabolisme. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang mengandung zat besi (Fe2+) dan berperan penting dalam mengangkut oksigen (O2) dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida (CO2) dari seluruh tubuh kembali ke paru-paru untuk dikeluarkan.

Hemoglobin memiliki struktur kimia khusus yang memungkinkannya berikatan dengan oksigen (O2), membentuk oksihemoglobin, dan kemudian melepaskan oksigen (O2) di tempat yang membutuhkan, seperti jaringan tubuh.

Hemoglobin juga berperan dalam memberikan warna merah pada sel darah merah. Kadar hemoglobin dalam darah yang normal sangat penting untuk kesehatan tubuh manusia.

Kadar hemoglobin dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya umur dimana pada masa pertumbuhan kadar hemoglobin cenderung meningkat selama masa pertumbuhan anak-anak dan remaja mencapai puncaknya pada usia dewasa, saat seseorang menua, kemampuan tubuh untuk memproduksi hemoglobin mungkin berkurang, dan ini dapat mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin seiring bertambahnya usia. Jenis kelamin dikarenakan biasanya pria mempunyai masa otot dan aktivitas yang lebih besar dariada wanita, selain itu karena pada wanita mempunyai hormone estrogen dan adanya siklus menstruasi, wanita memiliki rata-rata hemoglobin 14 g/100mL, sedangkan pria memiliki rata-rata hemoglobin 15,5 g/100mL, sehingga wanita memiliki kadar hemoglobin 12% lebih sedikit dari laki-laki. Kondisi lingkungan juga mempengaruhi kadar hemoglobin, dimana individu yang tinggal di daerah dengan ketinggian tinggi mungkin memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi untuk

mengompensasi rendahnya kadar oksigen di udara.

Kekurangan zat besi dalam diet dapat mengurangi produksi hemoglobin karena zat besi diperlukan untuk sintesis hemoglobin.

Selain zat besi, kekurangan nutrisi lain seperti vitamin B12, folat, dan vitamin C juga dapat memengaruhi produksi hemoglobin. Perdarahan yang berkepanjangan atau berat dapat mengurangi kadar hemoglobin dalam darah.

Selama kehamilan, volume darah meningkat, dan ini dapat mempengaruhi konsentrasi hemoglobin dalam darah. Faktor seperti merokok atau berolahraga intens dapat memengaruhi kadar hemoglobin. Selain itu anemia juga mempengaruhi kadar hemoglobin pada tubuh

Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah.

Beberapa diantaranya, ialah hemoglobinometer adalah alat yang umum digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin, darah yang diambil dari pasien akan diencerkan, dan kemudian alat ini akan membaca kadar hemoglobin berdasarkan perubahan warna.

Hematologi Analizer alat ini otomatis mengukur berbagai parameter darah, termasuk kadar hemoglobin. Ini sering digunakan di laboratorium klinis. Metode sahli (Sahli's Hemometer) dalam metode ini melibatkan penggunaan tabung graduated yang mengukur volume darah yang diencerkan dan kadar hemoglobin dalam darah, metode pengukuran kadar hemoglobin berdasarkan visualisasi atau pembentukan warna standart.

Tes kulit dalam metode ini lebih sederhana dan digunakan untuk memperkirakan kadar hemoglobin dalam situasi darurat atau di lingkungan sederhana. Dengan menekan kulit pada jari atau telapak tangan, Anda dapat memeriksa perubahan warna dan membandingkannya dengan skala warna yang diketahui. Spektrofotometria adalah metode laboratorium yang lebih canggih yang menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar hemoglobin berdasarkan absorbansi cahaya oleh hemoglobin. Metode

(5)

yang dipilih tergantung pada tujuan pengukuran, lingkungan, dan fasilitas yang tersedia. Penting untuk diketahui bahwa hasil pengukuran hemoglobin dapat berbeda-beda antara metode, sehingga penting untuk memahami metodenya dan menginterpretasikan hasil dengan benar.

Metode Sahli adalah metode yang sederhana, Namun, metodenya memerlukan keahlian dalam pengambilan sampel dan interpretasi warna, dan juga memiliki beberapa keterbatasan dalam hal akurasi jika tidak dilakukan dengan benar. Oleh karena itu, dalam pengaturan klinis yang lebih rumit, seringkali digunakan metode pengukuran hemoglobin yang lebih canggih dan terotomatisasi. Metode Sahli adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah.

Metode ini umumnya digunakan dalam pengaturan sederhana atau di lapangan. Cara kerjanya ialah dengan melibatkan pengenceran sampel darah dan perbandingan warna dengan skala warna yang diketahui.

Langkah-langkah pengerjaan metode sahli, diantaranya pengambilan sampel darah, dimana sampel darah diambil dari probandus dengan menggunakan kapiler darah (biasanya dari ujung jari), jumlah darah yang diambil harus cukup untuk diencerkan. Pengenceran sampel, dimana darah yang diambil diencerkan dalam tabung pengencer dengan larutan yang sesuai, seperti larutan cairan pengencer. Pencampuran, dimana setelah diencerkan, sampel darah dicampur dengan baik dengan larutan pengencer untuk mendapatkan campuran homogen.

Pengisapan sampel, dimana ampuran darah dan pengencer ditarik ke dalam tabung sahli yang memiliki skalanya. Perbandingan warna, dimana tabung sahli kemudian ditempatkan di bawah cahaya yang cukup, lalu membandingkan warna campuran darah dengan skala warna yang tercetak di sekitar tabung sahli. Skala warna ini mengindikasikan kadar hemoglobin dalam satuan g/100 mL darah. Mengambil hasil, dimana hasil kadar hemoglobin dibaca pada titik di mana warna campuran darah sesuai dengan warna pada skala sahli.

Hasil pengamatan praktikum acara 6 ini terdapat beberapa kriteria pada masing-masing kelompok, diantaranya kelompok 1 dengan kriteria kurus pendek dengan nama probandus Fahmi, jenis kelamin laki-laki, berat badan 43 kg, tinggi 162 cm, umurnya 21 tahun, mempunyai kadar Hb 5,8 g/100mL, yang berarti kadar Hb tidak normal dikarenakan probandus tidak tidur, hal ini lah yang menyebabkan kadar

hemoglobin rendah karna probandus tidak ada jeda untuk istirahat dan menyebabkan kadar Hb tidak normal. Kelompok 2 dengan kriteris kurus tinggi dengan nama probandus Feni, jenis kelamin perempuan, berat badan 45 kg, tinggi badan 168 cm, umur 20 tahun, mempunyai kadar Hb 6 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal dikarenakan probandus sedang mengalami menstruasi dan darah saat diambil menggumpal, hal ini lah yang menyebabkan kadar Hb menjadi rendah karena probandus sedang menstruasi, akibatnya seorang wanita yang sedang menstruasi kadar Hb nya akan menurun dari jumlah rata-rata.

Kelompok 3 dengan kriteria ideal dengan nama probandus Firda, jenis kelamin perempuan, berat badan 58 kg, tinggi badan 163 cm, umur 21 tahun, mempunyai kadar Hb 10,4 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal dikarenakan probandus sedang menstruasi, hal ini lah yang menyebabkan kadar Hb menjadi rendah karena probandus sedang menstruasi, akibatnya seorang wanita yang sedang menstruasi kadar Hb nya akan menurun dari jumlah rata-rata. Kelompok 4 dengan kriteria kurus tinggi dengan nama probandus Ivant, jenis kelamin laki-laki, berat badan 74 kg, tinggi badan 178 cm, umur 20 tahun, mempunyai kadar Hb 9 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal karena probandus sering begadang, hal tersebut lah yang menyebabkan kadar Hb tidak normal dari kadar Hb pada pria, karena probandus kurang istirahat sehingga produksi dari Hb tidak stabil.

Kelompok 5 dengan kriteria Gemuk tinggi dengan nama probandus Sheila, jenis kelamin perempuan, berat badan 67 kg, tinggi badam 168 cm, umur 20 tahun, mempunyai kadar Hb 10,2 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal karena probandus kurang tidur, hal ini lah yang menyebabkan produksi dari hemoglobin tidak stabil, yaitu kurangnya istirahat pada probandus. Kelompok 6 dengan kriteria gemuk pendek dengan nama probandus Raufan, jenis kelamin laki-laki, berat badan 70 kg, tinggi badan 160 kg, umur 23 tahun, mempunyai kadar Hb 13 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal karena kurang tidur, hal ini lah yang menyebabkan probandus mempunyai kadar Hb yang tidak normal, sehingga produksi hemoglobin tidak stabil.

Kelompok 7 dengan kriteria kurus pendek dengan nama probandus Elvira, jenis kelamin perempuan, berat badan 38 kg, tinggi badan 151 cm, umur 21 tahun, mempunyai kadar

(6)

Hb 8,4 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal karena probandus kurang tidur dan mempunyai riwayat anemia, hal ini adalah penyebab kadar Hb tidak normal selain kurang tidur, probandus juga menderita anemia atau kekurangan darah hal tersebut dikarenakan probandus kurang mengkonsumsi zat besi, sehingga kadar dalam hemoglobin rendah, sehingga produksi hemoglobin tidak stabil.

Kelompok 8 dengan kriteria gemuk tinggi dengan nama probandus Ilham, jenis kelamin laki-laki, berat badan 82 kg, tinggi badan 173 cm, umur 21 tahun, mempunyai kadar Hb 10,6 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal karena probandus kurang tidur dan merupakan perokok aktf, hal tersebut lah yang menyebabkan produksi hemoglobin tidak stabil.

Kelompok 9 dengan kriteria obesitas dengan nama probandus Bima, jenis kelamin laki-laki, berat badan 84 kg, tinggi badan 165 cm, umur 21 tahun, mempunyai kadar Hb 8,9 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal dikarenakan probandus kurang tidur dan adanya diet yang tidak sehat yang dapat menyebabkan produksi hemoglobin tidak stabil. Kelompok 10 dengan kriteria gemuk pendek dengan nama probandus Tarissa, jenis kelamin perempuan, berat nadan 80 kg, tinggi badan 160 cm, umur 22 tahun, mempunyai kadar Hb 10,9 g/100mL yang berarti kadar Hb tidak normal karena probandus sebelumya sedang sakit dan dalam masa pemulihan kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan produksi hemoglobin tidak stabil.

Dari data diatas bisa dilihat bahwa semua probandus mempunyai kadar Hb yang tidak normal, selain keterangan yang mereka miliki, ada juga faktor lain yang menyebabkan kadar Hb rendah atau tidak mencapai rata-rata, diantaranya praktikum berlangsung sangat pagi dan banyak probandus yang belum sarapan, sehingga tidak mempunyai asupan nutrisi, ada juga probandus yang mempunyai rasa takut pada jarum blood lancet dan ditusuk hingga 3 kali yang menyebabkan kadar Hb nya menurun.

Pada data juga didapat kadar Hb dari tertinggi- terendah ialah, Raufan jenis kelamin laki-laki dengan kriteria gemuk pendek kadar Hb 13 g/100mL, Tarissa dengan jenis kelamin perempuan kriteria gemuk pendek kadar Hb 10,9 g/100mL, Ilham dengan jenis kelamin laki- laki kriteria gemuk tinggi kadar Hb 10,6 g/100mL, Firda dengan jenis kelamin perempuan kriteria ideal kadar Hb 10,4 g/100mL, Sheila dengan jenis kelamin perempuan kriteria gemuk tinggi kadar Hb 10,2

g/100mL, Ivant dengan jenis kelamin laki-laki kriteria kurus tinggi kadar Hb 9 g/100mL, Bima dengan jenis kelamin laki-laki kriteria obesitas kadar Hb 8,9 g/100mL, Elvira dengan jenis kelamin perempuan kriteria kurus pendek kadar Hb 8,4 g/100mL, Feni dengan jenis kelamin perempuan kriteria kurus tinggi kadar Hb 6 g/100mL, dan terakhir Fahmi dengan jenis kelamin laki-laki kriteria kurus pendek kadar Hb 5,8 g/100mL.

Jadi faktor berat badan dan jenis kelamin tidak selalu berhubungan langsung dengan kadar hemoglobin, tetapi pola makan, status gizi, dan kondisi kesehatan yang berkaitan dengan berat badan bisa memainkan peran penting dalam pengukuran kadar hemoglobin seseorang. Sehingga kadar hemoglobin seseorang dapat bervariasi antara individu satu dengan individu yang lainnya

Faktor kegagalan pada praktikum acara 6 ialah dimana hasil dari praktikum tidak ada kadar Hb yang normal dikarenakan banyak probandus bahkan praktikan yang tidak sarapan, sehingga tidak ada asupan nutrisi dan menyebabkan kadar hemoglobin tidak normal.

Dalam pengambilan sampel darah ada beberapa kelompok yang melakukan pengulangan dalam pengambilan, sehingga probandus merasa lemas dan kadar Hb menurun. Selain itu praktikan lama dalam memasukkan darah kedalam tabung pengencer sehingga darah menjedal atau menggumpal, sehingga harus melakuakan pengulangan pengambilan darah. Selain itu juga penggunaan alat hemometer atau metode sahli terbilang sederhana dan kurang akurat

KESIMPULAN

Hemoglobin adalah pigmen warna merah yang ada pada sel darah merah, dimana pigmen ini berfungsi sebagai pengikat gas-gas pernafasan yang meliputi oksigen (O2). Dalam menentukan kadar hemoglobin (Hb) pada vertebrata, alat Hemometer atau metode Sahli adalah alat dan teknik yang digunakan untuk mengukur konsentrasi hemoglobin dalam darah.

Hemometer adalah perangkat yang dirancang khusus untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah. Metode sahli adalah metode klasik yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah. Metode ini melibatkan pengenceran darah dengan cairan tertentu, dan kemudian membandingkan warna larutan dengan skala warna yang disediakan dalam tabung Sahli.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Alzubaidi, L., Fadhel, M. A., Al-Shamma, O., Zhang, J., & Duan, Y. (2020). Deep learning models for classification of red blood cells in microscopy images to aid in sickle cell anemia diagnosis.

Electronics, 9(3), 1-18.

Aryandi, R., Salnus, S., Hasanuddin, A. P., &

Asdinar, A. (2019). Analysis of Differences in Erythrocyte Morphology In K3EDTA And Na2EDTA Blood Clots Based on Time Sample Storage.

Urban Health, 2(1), 130-134.

Dybas, J., Bokamper, M. J., Marzec, K. M., &

Mak, P. J. (2020). Probing the structure- function relationship of hemoglobin in living human red blood cells.

Spectrochimica Acta Part A: Molecular Biomolecular Spectroscopy, 239, 1-7.

Djaelani, M. A., Kasiyati, K., & Sunarno, S.

(2020). Jumlah leukosit, persentase limfosit dan persentase monosit ayam petelur jantan setelah perlakuan penambahan serbuk daun kelor pada pakan. Niche Journal of Tropical Biology, 3(1), 45-49.

Hidayati, N., & Irmawati, F. (2020). Anatomi Fisiologi Manusia Sistem Kardiovaskular Berbasis SETS-PBL.

Malang: Media Nusa Creative (MNC Publishing).

Kathy, B., & Hunt, S. (2019). Today's Medical Assistant - E-Book. Argentina: Elsevier Health Science.

Ningsih, E. W., Fajrin, H. R., & Fitriyah, A.

(2019). Pendeteksi Hemoglobin Noninvasive. Medika Teknika: Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia, 1(1), 7- 12.

Ramaswamy, G., Vohra, K., Yadav, K., Kaur, R., Rai, T., Jaiswal, A., & Kant, S.

(2021). Point-of-care testing using invasive and non-invasive hemoglobinometers: Reliable and valid method for estimation of hemoglobin among children 6–59 months. Journal of Tropical Pediatrics, 67(1), 1-10.

Wahyudi, N. I., Salnus, S., & Fitriani (2020).

Gambaran Eritrosit Pada Apusan Darah Tepi Menggunakan Pewarna Alami Ubi Ungu (Ipomoea batatas L). Jurnal TLM Blood Smear, 1(1), 12-17.

Wang, D., Wang, S., Zhou, Z., Bai, D., Zhang, Q., Ai, X., & Zhang, L. (2022). White blood cell membrane‐coated nanoparticles: recent development and medical applications. Advanced Healthcare Materials, 11(7), 1-16.

(8)

LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan

(9)

Jurnal

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

Buku

(16)
(17)

Lampiran ACC

Referensi

Dokumen terkait