• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM

Riyan Pinasti Rahajeng Dr. Atim Djazuli, SE., MM.

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Kata kunci: Penilaian Kinerja, Asuransi, Early Warning System

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan asuransi umum pada tahun 2008-2010 dengan menggunakan Early Warning System yang terdiri dari Rasio Agent’s Balance to Surplus, Rasio Likuiditas, Rasio Biaya Manajemen, Rasio Tingkat Kecukupan Dana, Rasio Beban Klaim, Solvency Margin Ratio, Rasio Pengembalian Investasi, Rasio Cadangan Teknis, dan Rasio Pertumbuhan Premi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan perusahaan yang berada dalam kondisi paling baik dilihat dari rasio Agent’s Balance to Surplus-nya adalah perusahaan PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk.. Jika dilihat dari rasio likuiditas, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas paling baik adalah perusahaan PT Lippo General Insurance, Tbk.. Selanjutnya pada rasio biaya manajemen, perusahaan PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak Perusahaan adalah perusahaan yang memiliki rasio paling baik. Pada rasio tingkat kecukupan dana, perusahaan yang memiliki rasio paling baik adalah PT Lippo General Insurance, Tbk.. Jika dilihat dari rasio beban klaim, PT Asuransi

(2)

Dayin Mitra, Tbk. adalah perusahaan yang memiliki rasio yang paling baik diantara perusahaan lain yang diteliti.

Perhitungan pada Solvency Margin Ratio, perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas yang paling baik adalah PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan Anak Perusahaan. Pada rasio pengembalian investasi, PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan Anak Perusahaan kembali hadir sebagai perusahaan yang memiliki rasio yang terbaik. Berikutnya pada rasio cadangan teknis, perusahaan yang memiliki rasio paling baik adalah PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.. Sementara pada rasio pertumbuhan premi, PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk. kembali mendapat predikat perusahaan yang memiliki rasio paling baik.

(3)

ABSTRACT

Kata kunci: Performance Appraisal, Insurance, Early Warning System

This research is aimed to understand the financial performance of general insurance companied on 2008-2010 by using Early Warning System that includes Agent’s Balance to Surplus Ratio, Liquidity Ratio, Management Cost Ratio, Fund Sufficiency Level Ratio, Claim Expense Ratio, Solvency Margin Ratio, Investment Return Ratio, Technical Reserve Ratio, and Premium Growth Ratio.

Result from this research shows that companies that includes in the best condition measured by Agent’s Balance to Surplus Ratio is PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk.. However, from Liquidity Ratio, PT Lippo General Insurance, Tbk is the most liquid company among all.

Measured by Management Expense, PT Panin Insurance has the best ratio. Measured by Fund Sufficiency Ratio, PT Lippo General Insurance has the best ratio. Meanwhile, measured by Claim Expense Ratio, PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk. has the best ration among the researched companies.

Calculation in Solvency Margin Ratio, company that has highest solvability is PT Asuransi Bintang, Tbk. and Subsidiary Company. Investment Return Ratio calculation also shows that PT Asuransi Bintang, Tbk. and Subsidiary Company has the best ratio among all. The next is on the Technical Reserve Ratio, company that has the best ratio is PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.. Meanhwile, on Premium Growth Ratio, PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk. is proven as one of the best among all.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada letak yang strategis di antara dua lempeng bumi yang mengakibatkan Indonesia memiliki potensi tinggi mengalami gejolak alam. Sebagai negara yang berada pada daerah gempa dan

rawan banjir, Indonesia merupakan pasar potensial bagi industri asuransi kerugian.

Bencana Situ Gintung pada Maret 2009 misalnya menelan korban jiwa hingga 100 orang dan merusak 319 rumah. Begitu juga dengan banjir tahunan Jakarta. Meratanya

(4)

banjir yang tidak hanya menggenangi perumahan sederhana, namun juga perumahan elit membuat asuransi banjir mulai diminati masyarakat baik untuk rumah maupun untuk kendaraan.

Hingga Maret 2009, pencapaian premi asuransi kerugian mencapai Rp23,8 miliar, dengan pangsa asuransi kendaraan mencapai 32 persen. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 10 persen dibanding periode yang sama di tahun 2008. Dengan pencapaian yang meyakinkan di Maret 2009 tersebut, diperkirakan asuransi kerugian masih akan terus tumbuh mengingat adanya beberapa faktor pendukung. Pertama, masih tingginya pembelian kendaraan melalui perusahaan pembiayaan. Pembelian kendaraan melalui perusahaan pembiayaan wajib ditutup asuransi kendaraan. Kedua, mulai meningkatnya penyaluran kredit korporasi oleh bank besar. Setiap aset yang dijaminkan dan dibiayai oleh bank wajib ditutup oleh asuransi kerugian. Ketiga, wacana penurunan kredit konsumtif oleh bank di semester II 2009. Keempat, seringnya terjadi bencana alam membuat asuransi kerugian semakin mendapat tempat.

Usaha perasuransian telah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan dengan sektor usaha

lainnya. Sejauh ini, kehadiran usaha perasuransian seringkali terlihat sejalan dengan perkembangan pembangunan ekomoni yang semakin meningkat serta dalam rangka pengamanan kepentingan masyarakat atas hak milik maupun diri dan keluarganya. Peningkatan insurance minded ini haruslah didukung oleh keberadaan perusahaan-perusahaan asuransi yang profesional dan terpercaya. Sejalan dengan ini, maka akan timbul pertanyaan, bagaimana menentukan perusahaan asuransi yang profesional dan terpercaya. Hal ini akan tergantung pada beberapa hal yaitu peraturan pemerintah di bidang asuransi, penilaian kinerja perusahaan asuransi, dan kesehatan.

Untuk melakukan penilaian kinerja keuangan sebuah perusahaan, pada umumnya para peneliti menggunakan rasio- rasio keuangan. Menurut Riyanto dalam Siswandaru (2006:24), rasio-rasio dalam laporan keuangan bisa dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

Hanya dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio perusahaan lain yang sejenis atau dengan mengadakan analisa rasio historis dari perusahaan yang bersangkutan selama beberapa periode, penganalisa dapat

(5)

membuat penilaian atau pendapat yang lebih realistis. Analisis keuangan dpat dilakukan dengan dua cara:

a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (rasio historis).

b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau menggunakan standar industri untuk waktu yang sama.

Early Warning System dibuat pada dekade 70-an dan mulai digunakan untuk menganalisis laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1977, dan berdasarkan analisis yang dihasilkan, disempurnakan terus setiap tahunnya. Dari pengalamannya, The National Association of Insurance Commissioners (NAIC), sebagai pelopor Early Warning System telah merasakan manfaat sistem ini, yang terbukti efektif dalam mengidentifikasi perusahaan asuransi kerugian yang sehat dan tidak sehat.

(Merawati, 2002:7)

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD, 1999:351), EWS enables the department to detect early an impending insolvency of an insurer and to identify those insurers

requiring closer monitor or immediate attention. It assists the department in the allocation of supervisory resources to those insurers that merit highest priority for review and inspection purposes. Paparan tersebut berarti EWS membantu departemen pada sebuah negara untuk mendeteksi solvabilitas perusahaan asuransi di masa mendatang dan mengidentifikasi perusahaan asuransi yang membutuhkan pengawasan secara segera. EWS membantu departemen dalam alokasi sumber daya pengawasan untuk perusahaan asuransi yang memiliki prioritas tinggi untuk tujuan tinjauan dan inspeksi.

Asuransi

Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.

Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian

(6)

adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Early Warning System

Menurut Endang Etty Merawati (2002:29), Early Warning System adalah tolok ukur perhitungan dari The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Disamping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Negara-negara lain di luar Amerika Serikat yang menerapkan sistem ini melakukan sedikit modifikasi terhadap rasio-rasio yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Satria dalam Kurniawan (2006:35), Early Warning System yang digunakan adalah modifikasi dari EWS yang dibuat oleh National Association of Insurance Commisioner (NAIC) Insurance Regulatory Information System (IRIS) yang berada di Amerika Serikat dengan tugas mengawasi kegiatan perasuransian di wilayah negara Amerika Serikat. Menurut Endang Etty Merawati (2002), rasio-rasio terpenting dalam Early Warning System adalah sebagai berikut:

1. Agents Balance to Surplus 2. Rasio Likuiditas

3. Rasio Biaya Manajemen

4. Rasio Tingkat Kecukupan Dana 5. Rasio Beban Klaim

6. Solvency Margin Ratio 7. Rasio Pengembalian Investasi 8. Rasio Cadangan Teknis 9. Rasio Pertumbuhan Premi

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Kasiram (2010:53), desain deskriptif digunakan jika peneliti ingin menjawab permasalahan tentang fenomena yang ada. Dengan pola survey, case-study, casual comparative, corelational, dan developmental. Hasil penelitian dan kesimpulan yang diambil

(7)

semata-mata menggambarkan suatu peristiwa. Populasi dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan asuransi umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti mengambil semua populasi yang ada untuk dijadikan obyek penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan yang dipublikasikan dari perusahaan sampel.

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berupa angka-angka pada laporan keuangan, kemudian diolah guna menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan perusahaan asuransi umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi. Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan dalam berbagai bentuk yang isinya berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencatat, meng-copy dokumen yang ada.

Penelitian ini akan menilai perusahaan asuransi dengan menggunakan Early Warning System. Penelitian ini meggunakan analisis deskriptif kuantitatif,

yaitu dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dan menggambarkan secara rinci bagaimana perkembangan kinerja keuangan perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pojok BEI. Setelah memperoleh data dari laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI, selanjutnya menganalisis data dengan langkah-langkah berikut:

1. Dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011, kemudian menentukan dan menghitung raiso-rasio keuangan masing-masing perusahaan.

2. Setelah angka-angka rasio didapat, langkah selanjutnya menganalisis hasil rasio-rasio tersebut dengan menggunakan metode time series. Time series menurut Husein Umar (2008:42) merupakan data dari fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu.

3. Dari hasil analisis rasio tersebut dapat dilakukan analisis terhadap kondisi kinerja keuangan perusahaan asuransi dari masing-masing rasio dengan berpedoman pada teori yang ada.

(8)

PEMBAHASAN

Perhitungan Rasio-Rasio Perusahaan Asuransi

Rasio Agent’s Balance to Surplus

Gambar 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Agent’s Balance to Surplus dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Agent's Balance to Surplus

2008 2009 2010 Rata-

rata PT Asuransi Bina Dana Arta,

Tbk. 42.77 65.75 35.32 47.95

PT Asuransi Harta Aman

Pratama, Tbk. 37.08 40.48 57 45.01

PT Asuransi Multi Artha Guna,

Tbk. 3.00 2.75 2.04 2.60

PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 43.08 20.86 70.31 44.75

PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk. 105.75 86.34 38.53 76.87 PT Asuransi Jasa Tania, Tbk. 44.48 39.72 67.13 50.44 PT Asuransi Ramayan, Tbk.

Dan Anak Perusahaan 44.75 76.85 38.52 53.37 PT Lippo General Insurance,

Tbk. 3.29 5.53 5.27 4.70

PT Panin Insurance, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 18.09 21.62 22.19 20.63

Rata-rata Industri 38.03 39.99 37.42 38.48

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

Rasio Likuiditas (Liabilities to Liquid Asset Ratio)

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Likuiditas

2008 2009 2010 Rata- rata

PT Asuransi Bina Dana Arta, 79.11 81.49 80.05 80.22

Tbk.

PT Asuransi Harta Aman

Pratama, Tbk. 51.71 53.78 54.44 53.31

PT Asuransi Multi Artha

Guna, Tbk. 77.57 52.30 65.02 64.96

PT Asuransi Bintang, Tbk.

Dan Anak Perusahaan 73.55 64.16 77.20 71.64 PT Asuransi Dayin Mitra,

Tbk. 69.76 62.64 67.13 66.51

PT Asuransi Jasa Tania, Tbk. 71.71 73.49 79.48 74.90 PT Asuransi Ramayan, Tbk.

Dan Anak Perusahaan 73.10 74.23 79.48 75.61 PT Lippo General Insurance,

Tbk. 45.09 52.91 61.66 53.22

PT Panin Insurance, Tbk.

Dan Anak Perusahaan 287.68 203.34 170.86 220.63 Rata-rata Industri 92.14 79.82 81.70 84.55

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

Rasio Biaya Manajemen

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Biaya Manajemen dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Biaya Manajemen

2008 2009 2010 Rata- Rata

PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.

19.1 9

14.4 1

12.3 3 15.31 PT Asuransi Harta Aman Pratama,

Tbk.

20.5 9

14.8 5

13.0 8 16.17 PT Asuransi Multi Artha Guna,

Tbk.

16.7 8

17.0 4

16.8 3 16.88 PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan

Anak Perusahaan

23.0 2

30.0 9

28.9 2 27.34

PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk.

14.5 5

15.0 4

13.3 6 14.32

PT Asuransi Jasa Tania, Tbk.

24.2 8

25.5 4

26.6 0 25.47 PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan

Anak Perusahaan

15.9 3

18.7 0

21.7 7 18.80

PT Lippo General Insurance, Tbk.

16.9 6

17.2 2

14.4 8 16.22 PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak

Perusahaan 5.70 7.11 6.82 6.54

Rata-rata Industri 17.4 17.7 17.1 17.45

(9)

4 8 3

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

Rasio Tingkat Kecukupan Dana (Adequacy of Capital Funds)

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rasio Tingkat Kecukupan Dana dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Tingkat Kecukupan Dana

2008 2009 2010 Rata- Rata

PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk. 28.20 23.93 23.35 25.16 PT Asuransi Harta Aman Pratama,

Tbk. 57.96 52.38 46.25 52.20

PT Asuransi Multi Artha Guna,

Tbk. 50.73 46.64 37.61 44.99

PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 43.50 46.64 37.61 42.58

PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk. 39.93 42.99 42,69 41,67 PT Asuransi Jasa Tania, Tbk. 56.60 56.08 57.89 56.86 PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 35.79 34.84 30.98 33.87

PT Lippo General Insurance, Tbk. 81.67 78.46 78.63 79.59 PT Panin Insurance, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 40.99 39.44 40.98 40.47

Rata-rata Industri 48.38 46.82 43,93 48.52

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

Rasio Beban Klaim (Incurred Loss Ratio) Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio Beban Klaim dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Beban Klaim

2008 2009 2010 Rata- Rata

PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.

43.7 9 48.94

49.1 7 47.30

PT Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk.

28.3 6 29.72

31.9 1 30.00 PT Asuransi Multi Artha Guna,

Tbk.

46.8 0 43.58

36.4 8 42.29 PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan

Anak Perusahaan

20.8 6 17.24

15.9 2 18.01

PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk.

14.1 3 14.43

11.9 2 13.49

PT Asuransi Jasa Tania, Tbk.

22.0 0 20.06

17.4 9 19.85 PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan

Anak Perusahaan

21.0 1 17.37

17.4 7 18.62

PT Lippo General Insurance, Tbk.

50.3 3 68.13

59.5 9 59.35 PT Panin Insurance, Tbk. Dan

Anak Perusahaan

56.3 1

122.7 1

94.2 6 91.09

Rata-rata Industri

33.7 3 42.46

37.1 4 37.78

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

Solvency Margin Ratio

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Solvency Margin Ratio dalam persen

Nama Perusahaan

Solvency Margin Ratio

2008 2009 2010 Rata- Rata PT Asuransi Bina Dana Arta,

Tbk. 43.51 36.15 33.05 37.57

PT Asuransi Harta Aman

Pratama, Tbk. 62.27 47.98 34.40 48.22

PT Asuransi Multi Artha Guna,

Tbk. 73.06 78.25 82.55 77.95

PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan Anak Perusahaan

126.6 7

151.4 3

123.6 1

133.9 0 PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk. 65.76 55.33 63.89 61.66 PT Asuransi Jasa Tania, Tbk. 83.73 81.74 68.05 77.84 PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 25.30 26.49 41.29 31.03

PT Lippo General Insurance, Tbk.

121.4 6

116.5 3

102.6 9

113.5 6 PT Panin Insurance, Tbk. Dan

Anak Perusahaan

108.6 1

130.5 3

109.5 9

116.2 4 Rata-rata Industri 78.93 80.49 73.24 77.55

(10)

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010.

Rasio Pengembalian Investasi (Investment Yield)

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rasio Pengembalian Investasi dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Pengembalian Investasi

2008 2009 2010 Rata- Rata

PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.

11.5

1 7.20 6.55 8.42 PT Asuransi Harta Aman Pratama,

Tbk. 8.78 8.76 6.59 8.04

PT Asuransi Multi Artha Guna,

Tbk. 8.07 7.82 5.59 7.16

PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan Anak Perusahaan

25.6 3

19.6

5 3.56 16.28 PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk. 3.26 1.24 2.85 2.45

PT Asuransi Jasa Tania, Tbk. 8.72 11.0

9 8.35 9.38 PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 6.97

10.5

5 9.06 8.86

PT Lippo General Insurance, Tbk. 2.94 4.87 14.4

6 7.42 PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak

Perusahaan 2.11

15.0 7

16.1 3 10.38

Rata-rata Industri 8.66 9.58 7.88 8.71

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

Rasio Cadangan Teknis

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rasio Cadangan Teknis dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Cadangan Teknis

2008 2009 2010 Rata- Rata

PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk. 45.91 39.57 43.35 42.94

PT Asuransi Harta Aman Pratama,

Tbk. 26.31 28.21 27.29 27.27

PT Asuransi Multi Artha Guna, Tbk. 41.34 40.49 42.73 41.52 PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan Anak

Perusahaan 36.50 39.52 51.35 42.46

PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk. 29.06 23.29 41.81 31.38 PT Asuransi Jasa Tania, Tbk. 28.27 33.11 33.71 31.70 PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan Anak

Perusahaan 29.15 35.45 41.37 35.32

PT Lippo General Insurance, Tbk. 33.85 35.60 34.90 34.78 PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak

Perusahaan 4.57 6.41 5.65 5.54

Rata-rata Industri 30.55 31.29 35.80 32.55

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

Rasio Pertumbuhan Premi Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Premi dalam persen

Nama Perusahaan

Rasio Pertumbuhan Premi

2008 2009 2010 Rata- Rata

PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.

61.8 1

33.5 1

69.1 3 54.82 PT Asuransi Harta Aman Pratama,

Tbk. 2.50

48.1 6

47.3 5 32.67

PT Asuransi Multi Artha Guna, Tbk.

15.0 3 5.30

12.5 1 10.95

PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan Anak Perusahaan

- 28.6 3

- 58.5 6

21.2 1

- 21.99

PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk.

11.7 0

24.7

7 -3.47 11.00

PT Asuransi Jasa Tania, Tbk.

36.2 0

10.4 5

21.4 9 22.71 PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan

Anak Perusahaan 5.35 3.16 1.25 3.25

PT Lippo General Insurance, Tbk.

10.0 7

10.2 9

30.9 5 17.10

PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak Perusahaan

- 12.4 5

- 11.5 4

33.6 8 3.23

Rata-rata Industri

11.2 9 7.28

26.0 1 14.86

(11)

Sumber: Lampiran 1 (data sekunder yang diolah), tahun 2008-2010

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan penilaian kinerja keuangan perusahaan asuransi melalui analisis laporan keuangan dengan menggunakan Early Warning System dari tahun 2008 sampai 2010 pada sembilan perusahaan asuransi umum, adapun kesimpulan yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Rasio Agent’s Balance to Surplus menggambarkan kondisi PT Asuransi Dayin Mitra, Tbk yang memiliki permodalan yang lemah, dengan tagihan premi yang cukup tinggi. Perusahaan disarankan untuk menunjau kembali umur tagihan premi dan memperbesar cadangan khusus sebagai antisipasi dari premi yang tak tertagih.

Perusahaan juga disarankan untuk menempatkan investasinya pada bentuk yang likuid sehingga hasil investasi dapat memperkuat permodalan perusahaan.

2. Dari Rasio Likuiditas, PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak Perusahaan disarankan untuk mendistribusikan asetnya ke dalam bentuk investasi lain namun tetap likuid karena sangat berisiko jika perusahaan hanya

bertumpu pada satu investasi saja, apalagi investasi pada saham, walaupun likuid masih terdapat risiko spekulatif yang cukup besar di dalamnya.

3. Pada Rasio Biaya Manajemen, perusahaan asuransi pada umumnya telah mampu mengalokasikan biaya secara bijak dan efektif, terlihat dari tidak adanya gap yang terlalu besar antara biaya manajemen dan pendapatan premi.

Bagi perusahaan yang memiliki tren naik seperti PT Asuransi Jasa Tania, Tbk dan PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan Anak Perusahaan, disarankan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang, sehingga efektifitas dari biaya yang dikeluarkan tetap terjaga.

4. Rasio Tingkat Kecukupan Dana menunjukkan lemahnya permodalan asuransi PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk. aktiva yang dimiliki PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk sebagian besar masih didanai oleh hutang, dan bukan modal. Berdasarkan kondisi ini, perusahaan disarankan untuk

5. Pada Rasio Beban Klaim, sebagian besar perusahaan telah menunjukkan kinerja yang baik pada proses underwriting-nya.

Rasio beban klaim secara umum telah menunjukkan rasio yang baik dan tidak

(12)

membahayakan, sehingga tidak ada peringatan dini yang terlalu berarti untuk rasio beban klaim. Hanya saja, perusahaan harus tetap berhati-hati terhadap penerimaan risiko pada masa- masa yang akan datang.

6. Jika dilihat dari Solvency Margin Ratio, sudah waktunya PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk memperkuat permodalannya dengan menambahkan cadangan khusus untuk setiap premi neto yang dimiliki.

Hal ini membantu perusahaan untuk tetap solven dan sebagai cadangan untuk risiko yang mungkin ditanggung perusahaan atas penerimaan preminya.

7. Dalam Rasio Pengembalian Investasi, PT Asuransi Bintang, Tbk. Dan Anak Perusahaan perlu membentuk portofolio baru untuk rencana investasinya.

Perusahaan dapat menambah deposito, saham atau mungkin obligasi untuk menopang hasil investasinya. Perusahaan disarankan untuk tidak bergantung pada satu portofolio investasi saja. Perusahaan harus membagi risiko investasi ke beberapa produk investasi, sehingga ketika terjadi sesuatu pada satu lahan investasi, perusahaan masih dapat menggantungkan hasil investasi pada lahan yang lainnya.

8. Dari Rasio Cadangan Teknis, PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak Perusahaan disarankan untuk mempertimbangkan kembali kebijakan cadangan teknisnya karena hal ini berpengaruh pada solvabilitas perusahaan. Akan sangat bagus jika perusahaan mampu memiliki cadangan teknis melebihi batas minimum yang ditentukan oleh pemerintah karena dengan premi neto yang tinggi dari PT Panin Insurance, Tbk. Dan Anak Perusahaan, tentunya cadangan yang kuat juga harus diupayakan agar risiko diklaimnya premi sewaktu-waktu dapat diantisipasi.

9. Rasio Pertumbuhan Premi memberikan gamabaran tentang perusahaan yang mendapatkan peringatan dini yaitu PT Asuransi Ramayan, Tbk. Dan Anak Perusahaan. Pertumbuhan premi dari perusahaan asuransi memang sangat bergantung pada keadaan ekonomi negara, namun diluar itu semua, manajemen perusahaan harus pandai dalam me-manage pertumbuhan preminya. Disarankan perusahaan fokus terhadap dua atau tiga produk unggulan perusahaan untuk selanjutnya dikembangkan dan ditingkatkan penjualannya. Setelah ada pengembangan produk unggulan, maka selanjutnya prosuk perusahaan yang lain akan mengikuti.

Perusahaan juga harus berhati-hati dalam

(13)

penerapan tarif premi asuransi untuk setiap produknya.

SARAN

1. Bagi Manajemen

Perusahaan, secara umum masalah yang ada pada industri asuransi umum adalah masalah mengenai permodalan dan investasi. Banyak perusahaan yang memiliki permodalan yang kurang jika dibandingkan denga pendapatan premi yang yang dihasilkan.

Hal ini sangat berbahaya pada tingkat solvabilitas perusahaan asuransi. Maka disarankan oleh perusahaan untuk selalu peduli terhadap cadangan, baik cadangan umum maupun cadangan khusus karena dengan adanya cadangan, perusahaan mampu memiliki fungsi antisipasi terhadap risiko atas premi yang telah diterima perusahaan.

Selain mengenai kekuatan permodalan perusahaan, manajemen harus sangat berhati-hati dengan penempatan dana pada lahan investasi.

Sesuai dengan peraturan pemerintah, investasi pada perusahaan asuransi diharuskan ditempatkan pada lahan yang likuid. Namun, perusahaan harus mampu membagi portofolionya ke dalam lahan-

lahan investasi likuid lainnya, sehingga perusahaan tidak berkecenderungan memiliki investasi yang sangat besar pada suatu lahan investasi tertentu karena risiko spekulatifnya sangat tinggi.

2. Bagi masyarakat

Disarankan bagi masyarakat sebagai investor, agar mapu memiliki analisa yang dalam terhadap kondisi perusahaan. Perusahaan yang populer belum tentu mendatangkan prospek yang bagus di masa yang akan datang. Dari penelitian ini, masyarakat dapat mempelajari bahwa dalam menilai kinerja perusahaan, harus melihat dari berbagai aspek dan bidang. Analisis yang komprehensif akan sangat membantu mempermudah dalam pengambilan keputusan investasi

Referensi

Dokumen terkait

English language teaching research shows great interest in integrative and instrumental motivation; however, no research has been carried out on these two