• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Efisiensi Lahan Container Yard Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Melalui Penambahan Sistem Rotasi Reach Stacker

N/A
N/A
bussie hunnie

Academic year: 2024

Membagikan "Peningkatan Efisiensi Lahan Container Yard Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Melalui Penambahan Sistem Rotasi Reach Stacker"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN SISTEM ROTASI PADA REACH STACKER GUNA MENGOPTIMALKAN JARAK

ANTAR BLOK PETIKEMAS. STUDI KASUS:

PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Liliq Z. B. Amir1), Gilbert Silaban2), Akmal Hamdalah Banawata3), dan Bonita Rizki Pramesti4)

1, 2, 3, 4) Departemen Teknik Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111

e-mail: liliq.205021@mhs.its.ac.id1), gilbertsebastian2501@gmail.com2), akmalbanax@gmail.- com3), bonitarp02@gmail.com4)

ABSTRAK

Pertumbuhan throughput sebesar 11% pada Pelabuhan Tanjung Emas Semarang tahun 2021 tidak menutup kemungkinan akan mencapai pertumbuhan yang lebih besar lagi kedepannya.

Melihat kondisi tersebut, lahan pada container yard harus diefisiensikan untuk mengoptimalkan penyimpanan kontainer supaya proses bongkar muat tidak terhambat. Kondisi saat ini, reach stacker yang umumnya digunakan untuk proses bongkar muat membutuhkan area atau ruang turning radius untuk manuver di lorong antar blok sehingga dibutuhkan jarak antar blok yang cukup luas pula. Dengan demikian, untuk memaksimalkan blok penyimpanan kontainer dapat di- lakukan dengan cara mengurangi atau meniadakan area turning radius pada saat bongkar muat menggunakan reach stacker. Penambahan sistem tiltrotator pada reach stacker dapat mengurangi area turning radius sebesar 1,8 meter, sehingga lebar antar blok petikemas dapat berkurang dan kapasitas petikemas pada container yard Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dapat bertambah sebesar 240 unit.

Kata Kunci: Container yard, Reach Stacker, Tiltrotator ABSTRACT

Throughput growth of 11% at Tanjung Emas Port, Semarang in 2021 does not rule out the possi - bility of achieving even greater growth in the future. Seeing these conditions, the land in the con- tainer yard must be made efficient to optimize container storage so that the loading and unloading process is not hampered. In current conditions, the reach stacker, which is generally used for the loading and unloading process, requires a turning radius area or room for maneuvering in the aisles between blocks, so that a large distance between blocks is also needed. Thus, maximizing container storage blocks can be done by reducing or eliminating the turning radius area during loading and unloading using a reach stacker. The addition of a tilt rotator system to the reach stacker can reduce the turning radius area by 1.8 meters, so that the width between blocks of gold containers can be reduced and the capacity of the containers at the container yard of Tanjung Emas Port, Semarang can be increased by 240 units.

Keywords: Container yard, Reach Stacker, Tiltrotator

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelabuhan merupakan salah satu lokasi strategis dalam sistem logistik global yang berfungsi sebagai tempat bertemunya perpindahan barang melalui moda transportasi laut.

Oleh karena itu, pelabuhan harus mampu menangani penerimaan barang dalam jumlah yang besar dengan cepat dan efisien. Jumlah barang tersebut yang kemudian dapat diproses dan dikirimkan ke tujuan akhir dalam jangka waktu tertentu di pelabuhan disebut sebagai throughput. Throughput tinggi biasanya diartikan sebagai kemampuan pelabuhan untuk mengolah dan mengirimkan barang ke tujuan akhir dengan cepat sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini sangat penting bagi kelancaran sistem logistik global dan efisiensi pelabuhan dalam menangani jumlah pengiriman barang yang besar. Tempat penyimpanan sementara untuk kontainer di pelabuhan atau terminal disebut dengan container yard. Kontainer yang disimpan di container yard biasanya akan dikirim ke tujuan akhir atau diisi dengan barang untuk dikirim ke tujuan yang telah ditentukan. Con- tainer yard juga sering disebut sebagai yard container atau depo container.

Pada akhir tahun 2021, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang mencatat capaian throughput sebesar 489.194 box atau 796.614 TEUs yang mengalami pertumbuhan sebe- sar 11% dibandingkan pada tahun 2020. Tidak menutup kemungkinan bahwa setelah emasa pandemi throughput akan mencapai angka dengan peningkatan yang lebih tinggi lagi. Melihat kondisi tersebut, lahan pada container yard harus diefisiensikan untuk men- goptimalkan penyimpanan kontainer supaya proses bongkar muat tidak terhambat. Salah satu cara untuk mengefesiensikan penyimpanan di container yard yaitu menggunakan alat bantu seperti reach stacker atau kendaraan gandeng lainnya untuk memindahkan kontainer ke dan dari container yard sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan ke- cepatan proses, selain itu juga menggunakan sistem penyimpanan kontainer yang fleksi- bel dan dapat diatur sesuai kebutuhan sehingga dapat memaksimalkan penggunaan ruang di container yard. Kondisi saat ini, reach stacker yang umumnya digunakan untuk proses bongkar muat membutuhkan area atau ruang turning radius untuk manuver di lorong an- tar blok sehingga dibutuhkan jarak antar blok yang cukup luas pula. Dengan demikian, untuk memaksimalkan blok penyimpanan kontainer dapat dilakukan dengan cara mengu- rangi atau meniadakan area turning radius pada saat bongkar muat menggunakan reach stacker. Penambahan sistem tiltrotator pada reach stacker dapat digunakan untuk mengu- rangi area yang dibutuhkan pada saat manuver. Inovasi ini dapat mengoptimalkan jarak antar blok kontainer sehingga area yang seharusnya digunakan untuk manuver dapat di- gunakan untuk menambah baris penyimpanan kontainer. Dengan demikian, pada saat ter- jadi throughtput tinggi di pelabuhan, proses bongkar muat dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

B. Rumusan Emasalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan emasalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kondisi area turning radius yang dibutuhkan reach stacker untuk manuver pada saat proses bongkar muat

2. Bagaimana pengaruh penambahan rotator/excavator pada reach stacker dalam mengurangi jarak antar blok petikemas

3. Bagaimana analisis biaya dari diterapkannya rotator/excavator pada reach stacker sebagai upaya untuk mengoptimalkan jarak antar blok petikemas

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan emasalah tersebut, didapatkan tujuan sebagai Berikut.

1. Mengetahui kondisi area turning radius yang dibutuhkan reach stacker untuk manuver pada saat proses bongkar muat

(3)

2. Mengetahui pengaruh penambahan rotator/excavator pada reach stacker dalam mengurangi jarak antar blok petikemas

3. Mengetahui analisis biaya yang dibutuhkan dari diterapkannya rotator/excavator pada reach stacker sebagai upaya untuk mengoptimalkan jarak antar blok petike- mas

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Container Yard

Container yard merupakan lapangan penumpukan yang umumnya diperuntukan sebagai tempat penyimpanan petikemas yang disusun rapi menggunakan top loader, side loader, super tracker atau RTGC (Rubber Tired Gantry Crane), serta alat pengangkut lainnya. Container yard umumnya dapat ditemukan di container terminal, container depo, atau container freight station. Perbedaan di antara ketiganya yaitu pada container terminal, container yard merupakan salah satu sarana untuk penumpukan petikemas isi dan petikemas kosong, baik yang baru dibongkar dari atas kapal atau akan dimuat ke atas kapal, pada container depo, container yard merupakan lapangan penumpukan petikemas kosong yang sudah terpakai atau akan dipakai oleh pihak importir atau eksportir atau freight forwarder, sedangkan pada container freight station, container yard merupakan warehouse atau pergudangan tempat konsolidasi barang atau muatan dari beberapa pemilik yang disatukan ke dalam satu unit container. Kegiatan tersebut juga membutuhkan container yard untuk petikemas isi atau kosong.

B. Reach Stacker

Reach Stacker merupakan salah satu kendaraan yang digunakan untuk menangani petikemas, semi-trailer, dan barang curahan. Kontribusi utama dari mesin ini dapat ditemukan di terminal kecil atau pelabuhan berukuran sedang untuk menangani petikemas kargo antar moda. Fitur yang diunggulkan dari reach stacker meliputi kecepatan, daya, presisi, biaya operasional rendah, efisiensi, dan lain sebagainya.

Kendaraan ini umumnya membantu mengangkut dan menumpuk/membongkar petikemas dalam barisan. Pengoperasian reach stacker mirip dengan forklift. Namun, reach stacker lebih efektif dan aman untuk mengangkut kontainer berat dibandingkan dengan forklift.

C. Tiltrotator

Tiltrotator merupakan attachment atau alat hidrolik yang digunakan pada sebagian be- sar excavator, dan backhoe antara 1,5 dan 40 ton di negara-negara Nordik (Swedia, Fin- landia, dan Norwegia). Tiltrator dipasang pada excavator sedemikian rupa sehingga bucket excavator dapat diputar 360 derajat dan satu kemiringan kurang lebih sebesar 45 derajat untuk meningkatkan fleksibilitas dan presisi excavator. Tiltrotator juga dikenal sebagai Rototilt.

III. METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan 6 (enam) tahapan dalam menyelesaikan peremasalahan yang kami ambil. Berikut merupakan 6 (enam) tahapan dalam metodologi yang digunakan.

1. Tahap identifikasi emasalah

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap emasalah turning radius pada reach stacker yang terlalu lebar sehingga kurang mengoptimalkan jarak antar blok petikemas 2. Solusi

Solusi untuk turning radius pada reach stacker yang terlalu lebar yaitu dengan memodifikasi reach stacker yang diberikan attachment yaitu tiltrotator atau rotator yang umumnya digunakan pada excavator.

(4)

3. Desain

Desain yang dibuat merupakan desain dua dimensi dari reach stacker dengan tambahan tiltrotator sebagai rotator.

4. Operasional

Operasional mesin yang diperkirakan yaitu reach stacker melakukan proses bongkar muat dalam kondisi tidak melakukan manuver sama sekali, sehingga lebar area gerak mesin sama dengan lebar reach stacker yang sebenarnya. Dengan demikian area ground slot dapat dioptimalkan untuk menambah kontainer tambahan ketika throughput tinggi.

5. Biaya

Komponen biaya yang dibutuhkan berupa biaya capital cost, operating cost, dan financing cost. Capital cost terdiri dari biaya swing bearing, mesin/motor untuk menggerakkan bagian yang berputar, kontrol dan sistem pengatur untuk mengatur kecepatan dan arah putaran, sparepart excavator, panel kemudi, biaya modifikasi, dan reach stacker SRSC1009-6E. Operating cost terdiri dari biaya maintenance cost, fuel oil, inspection cost, peluemas, dan insurance. Sedangkan financing cost yaitu interest on loans.

6. Benefit-Cost Ratio

Benefit-Cost Ratio terdiri dari komponen biaya total dan pendapatan total. Pendapatan total didapatkan dari perhitungan penambahan kontainer setelah modifikasi dibagi dengan jumlah kontainer sebenarnya.

(5)

A.Diagram Alir

B.Persamaan

Dalam memodelkan peremasalahan ini, digunakan persamaan matematis berikut.

Model input:

B : Jumlah Bay T : Jumlah Tier

l : Ukuran lebar petikemas TRa : Turning Radius awal TRm : Turning Radius modifikasi JL : Jumlah Lorong yang ada

JCY : Jumlah Petikemas yang dapat ditampung pada Container Yard

Objective Function BC=

B × T ×⌊

(

TRaTRm

)

× JL

l

JCY ×100 %

(6)

IV. ANALISISDAN PEMBAHASAN

A.Perencanaan Model

Perencanaan model reach stacker dilakukan dengan cara mencari benchmark reach stacker eksisting. Benchmark tersebut diperlukan sebagai acuan dalam penentuan ukuran utama reach stacker yang akan dibuat. Selain itu, ukuran Reach stacker benchmark digu- nakan untuk menentukan turning radius yang nantinya akan menghasilkan selisih jarak antara penggunaan reach stacker sebelum dimodifikasi dan setelah dimodifikasi. Pada penelitian ini, reach stacker yang digunakan sebagai benchmark yaitu Sany Reach Stacker dengan model SRSC1009-6E. Berikut merupakan ukuran utama dari reach stacker tersebut:

Tabel 1. Ukuran Utama Sany Reach Stacker SRSC1009-6E

Parameter Unit SRSC1009-6E

Overall length (L) mm 11000

Overall height (H) mm 4000

Min. ground clearance (H1) mm 250

Overall width (W) mm 6053-12185

Fronttrack width (T1) mm 3280

Rear track width (T2) mm 2450

Min. turning radius (R) mm 6800

Setelah mendapatkan benchmark tersebut, dilakukan pemodelan pada autocad. Pemod- elan yang digunakan pada autocad yaitu model 2d tampak samping. Setelah didapatkan model 2d tampak samping untuk reach stacker tersebut, dilakukan pemodelan reach stacker 2d tampak samping untuk reach stacker yang telah dimodifikasi atau reach stacker yang telah ditambahkan dengan tiltrotator. Berikut merupakan perencanaan model yang telah dibuat:

Gambar 1. Reach Stacker Sebelum Modifikasi

(7)

Gambar 2. Reach Stacker Setelah Modifikasi

Gambar 3. Layout Container Yard Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

Berdasarkan desain model yang telah dibuat, dapat dilihat kebutuhan ruang untuk min.

turning radius berkurang menjadi sepanjang 5000 mm. Dengan diketahui jumlah lorong yang ada sejumlah 3 buah, selanjutnya dapat dihitung total pengurangan lebar lorong blok petikemas melalui persamaan berikut.

Lgang=

(

TRaTRm

)

× JL

Lgang=(6800−5000)×3 Lgang=5400mm

Selanjutnya pengurangan jarak yang dihasilkan dialokasikan untuk mendapatkan jumlah baris petikemas yang lebih banyak. Berdasarkan data dari ISO (International Standardization Organization) lebar untuk 1 unit petikemas 20 ft maupun 40 ft sekitar 2,438 m. Dengan begitu jumlah baris/row petikemas dapat dihitung sebagai berikut.

(8)

R= Lgang l R=5400

2438

R=2,215=2baris

Dengan didapatkannnya baris dari petikemas, selanjutnya tinggal mengestiemasikan berapa banyak petikemas yang dapat di tampung oleh 2 baris tersebut. Berdasarkan data citraan satelit oleh Google Earth, kolom/bay yang dimiliki sejumlah 30 dan memiliki 4 tier. Selanjutnya dapat dihitung penambahan kapasitas dari lapangan penumpukan yang ada. Berikut perhitungannya:

JPK=B× T × R JPK=30×4×2 JPK=240Unit

B.Analisis Biaya

Untuk pengoperasian reach stacker modifikasi diperlukan beberapa biaya seperti biaya modifikasi, biaya bahan, dan biaya pengoperasian. Biaya modifikasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mengubah reach stacker menjadi reach stacker dengan sistem ro- tasi seperti pada alat berat excavator. Sedangkan biaya bahan merupakan total harga ba- han yang kami perlukan berupa Swing Bearing, mesin/motor untuk menggerakan bagian yang berputar, kontrol dan sistem pengatur untuk mengatur kecepatan dan arah putaran, Sparepart excavator,dan Panel kemudi,. Sedangkan biaya pengoperasian merupakan bi- aya bahan bakar yang kami butuhkan untuk mengoperasikan reach stacker,maintenance,peluemas,inspeksi, dan asuransi selama pemakaian reach stack- er.Rentang umur pemakaian reach stacker dengan modifikasi rotator ini kami asumsikan yaitu 20 tahun.Reach stacker tersebut akan dioperasikan di Pelabuhan Tanjung Emas Se- marang.Selain itu ada juga financing cost yaitu biaya yang harus dibayarkan karena kami akan melakukan peminjaman uang ke bank terlebih dahulu.

Biaya modifikasi yang kami butuhkan merupakan hasil pendekatan dari harga reach stacker. Pada pembangunan sebuah reach stacker, dapat diestiemasikan jika biaya struk- tur baja mencakup 30% dari total keseluruhan biaya pembangunan reach stacker. Oleh se- bab itu, biaya modifikasi stacker yang kami gunakan saat ini sebesar 30% dari biaya total pembangunan reach stacker. Diketahui bahwa biaya pembangunan reach stacker yang kami modifikasi sebesar Rp 1.914.741.000, sehingga biaya modifikasi keseluruhan yang kami butuhkan sebesar Rp. 574.422.300. Selain itu untuk mebangun alat reach stacker tersebut kami membutuhkan biaya seperti rincian pada tabel 2.

Tabel 2. Capital Cost

Nama Bahan Harga (Rp/buah) Jumlah Biaya Total

Swing Bearing Rp15.567.000 1 Rp15.567.000

Kontrol dan sistem pengatur untuk mengatur kecepatan

dan arah putaran Rp5.000.000 1 Rp5.000.000

Sparepart excavator Rp14.399.475 1 Rp14.399.475

(9)

Panel kemudi Rp20.000.000 1 Rp20.000.000 Mesin/motor untuk meng-

gerakkan bagian yang

berputar Rp10.000.000 1 Rp10.000.000

Biaya operasional adalah biaya yang dibutuhkan oleh reach stacker untuk melakukan operasi pekerjaan di lapangan penumpukan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.Dalam biaya operasional terdapat biaya bahan bakar dimana bahan biaya bahan bakar bergan- tung pada jumlah pemakaian bahan bakar per tahun dikali dengan harga dari bahan bakar.

Bahan bakar yang kami gunakan adalah HSD dimana harga HSD per liternya adalah Rp25.000. Adapun data perhitungan biaya bahan bakar ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Perhitungan Biaya Bahan bakar Perhitungan biaya bahan bakar Asumsi comission days 330 hari

Harga HSD 25.000 Rp

Operational per hari 10 jam

Kebutuhan HSD per jam 1 liter Kebutuhan hsd perhari 10 liter

Biaya HSD 250000 rb/hari

HSD per tahun Rp82.500.000

Perhitungan biaya bahan bakar adalah harga bahan bakar dikali dengan jumlah kon- sumsi bahan bakar pertahun. Konsumsi bahan bakar pertahun adalah jam operasional reach stacker per hari dikali konsumsi bahan bakar reach stacker per jam dikali hari kerja reach stacker dalam 1 tahun yaitu 330 hari, sehingga didapat total konsumsi bahan bakar adalah 3.300 liter per tahun. Diketahui harga HSD Rp25.000 sehingga dapat diperoleh to- tal biaya konsumsi bahan bakar pertahun yaitu sebesar Rp82.500.000.

Biaya operasional terdiri dari beberapa biaya selain dari biaya bahan bakar. Adapun data biaya operasional lainnya disajikan dalam berikut.

Tabel 4. Operating Cost Operating Cost

Maintenance costs Rp 95.737.050

Fuel oil Rp 82.500.000

Inspection cost Rp 30.000.000 Peluemas Rp 250.000 Insurance Rp 19.147.410

Biaya maintenance adalah biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan tahunan dari reach stacker tersebut. Asumsi biaya maintenance adalah 5% dari harga awal reach stacker.Bi- aya maintenance diasumsikan sama di setiap tahunnya selama 20 tahun yaitu sebesar Rp95.737.050/tahun. Biaya selanjutnya adalah biaya inspeksi. Biaya inspeksi diasum- sikan sebesar Rp30.000.000/tahun.Kemudian selanjutnya adalah biaya peluemas.Pelue- mas sangat dibutuhkan dalam alat ini yang bakal digunakan di bagian rotator-nya se- hingga dapat berputar secara maksimal dan tidak mengalami kemacetan.Kami menga- sumsikan bahwa reach stacker ini akan membutuhkan 1 botol besar peluemas per-tahun- nya.Harga 1 botol peluemas sesuai dengan referensi yang kami cari adalah Rp250.000 ,sehingga biaya yang dibutuhkan untuk biaya pelumas adalah Rp250.000/tahun. Untuk biaya inspeksi dan biaya pelumas kami menggunakan rate 1% untuk mencari nilai sekarang di tiap tahunnya,karena kami mengasumsikan biaya tersebut akan mengalami

(10)

penaikan setiap tahunnya .Biaya operasional yang terakhir adalah biaya asuransi, Biaya asuransi adalah biaya yang harus kami bayarkan sebagai pembeli reach stacker . Besar biaya asuransi yang akan kami bayarkan adalah 1% dari harga awal reach stacker kami.

Harga awal reach stacker adalah Rp1.914.741.000, sehingga biaya asuransi yang diba- yarkan per tahun adalah Rp19.147.410. Biaya financing adalah biaya yang harus kami ba- yarkan sebagai akibat dari peminjaman uang yang kami lakukan di awal pembuatan alat.Jumlah peminjaman awal kami adalah Rp2 miliar. Pinjaman tersebut akan kami cicil selama 10 tahun. Bunga pinjaman per tahun adalah sebesar 5%. Total bunga bank yang harus kami bayarkan setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus (-IPMT) pada excel adalah sebesar Rp590.091.499.

Dengan berbagai komponen biaya pada uraian di atas, dapat disimpulkan total kebu- tuhan biaya untuk mengoperasikan sebuah reach stacker dengan modifikasi rotator seperti pada excavator adalah seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Total Biaya

Capital cost Satuan Biaya

Swing Bearing Rp 15.567.000

Mesin/motor untuk menggerakkan

bagian yang mutar Rp 10.000.000

Kontrol dan sistem pengatur untuk

mengatur kecepatan dan arah putaran Rp 5.000.000

Sparepart excavator Rp 14.399.475

Panel kemudi Rp 20.000.000

Biaya modifikasi Rp 574.422.300

Reach stacker normal Rp 1.914.741.000

Total Rp 2.554.129.775

Operating cost Satuan Biaya

Maintenance costs Rp 95.737.050

Fuel oil Rp 82.500.000

Inspection cost Rp 30.000.000

Peluemas Rp 250.000

Insurance Rp 19.147.410

Total Rp 4.804.030.827

Financing cost Satuan Biaya

Interest on loans Rp 590.091.499

TOTAL BIAYA Rp 7.948.252.102

Total biaya yang harus dibayarkan di tahun ke 0 adalah sebesar biaya capital cost yaitu sebesar Rp2.554.129.775. Sedangkan biaya operasional akan berubah di setiap tahunnya dikarenakan adanya perbedaan nilai saat ini dengan nilai yang akan datang. Perhitungan untuk nilai operasional ini sudah dilampirkan dalam excel dan harus diselesaikan dengan menggunakan excel.Setelah melakukan perhitungan excel, total biaya operating yang dibutuhkan adalah sebesar Rp4.804.030.827.Total biaya finansial adalah sebesar Rp590.091.499. Sehingga total biaya keseluruhan adalah Rp7.948.252.102

C. Cost Benefit Analysis

Dalam perhitungan Cost Benefit Analysis dibutuhkan perhitungan pendapatan yang didapatkan melalui perkalian dari jumlah tambahan petikemas yang dapat ditampung dalam container yard dengan tarif penyimpanan petikemas. Petikemas yang akan kami tampung dalam tambahan lapangan penumpukan ini adalah jenis petikemas kosong. Tarif penyimpanan petikemas kosong per hari nya adalah Rp12.000 untuk 3 hari pertama, kemudian hari selanjutnya dikenakan biaya Rp48.000.

(11)

Sebelum menghitung revenue , terlebih dahulu melakukan penghitungan terhadap luas dari container yard yang bisa kami dapatkan dengan adanya inovasi modifikasi alat reach stacker dengan sistem rotator. Adapun perhitungan luas lapangan penumpukan yang bisa kami hemat dengan penggunaan reach stacker rotator ini seperti pada tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan Jarak yang Dapat Dikurangi Dalam CY

Keterangan Satuan Value

Turning Radius RS biasa m 6,8

Turning Radius RS modifikasi m 5

Jarak gang antar blok di CY m 11,6

Jumlah gang pada CY gang 3

Jumlah jarak yg dapat dikurangi m 5,4

Jumlah jarak yang dapat dihemat adalah hasil dari perkalian selisih turning radius modifikasi dengan turning radius biasa dikali dengan jumlah gang pada CY.Selisih turn- ing radius modifikasi dengan turning radius biasa adalah 1,8m.Jumlah gang pada CY adalah sebanyak 3 gang.Maka kami mendapatkan lebar CY yang dapat dihemat sebesar 5,4 m. Dimensi petikemas yang ingin ditampung dalam CY adalah dengan lebar 2,438m,sehingga kami bisa menambahkan 2 baris petikemas dalam lapangan penumpukan.Untuk memperoleh jumlah petikemas yang dapat disimpan dalam petikemas adalah pada tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Jumlah Petikemas yang Dapat Ditambah

Keterangan Lambang Value

Jumlah row yang dapat ditambah buah 2

Jumlah kontainer tiap tier buah 4

Jumlah kontainer tiap bay buah 30

Jumlah petikemas yang dapat ditam-

bahkan Petikemas 240

Dari perhitungan yang dilakukan dengan 2 baris,30 kolom , dan 4 tingkat maka jumlah petikemas yang bisa ditambah adalah sebanyak 240 petikemas. Revenue yang kami dap- atkan adalah banyaknya petikemas dikalikan dengan tarif penyimpanan petikemas terse- but. Dwelling time atau lama petikemas disimpan dalam lapangan adalah 4,5 hari. Perhi- tungan pendapatan disajikan dalam tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan Pendapatan per Tahun

Keterangan Satuan Value

Jumlah petikemas tambahan buah 240

Dwelling time hari 4,5

Jumlah dwelling time / tahun kali 81,111

Tarif petikemas 3 hari pertama Rp 12.000

Tarif petikemas diatas 3 hari Rp 48.000

Tarif petikemas di CY per dwelling Rp/petikemas 108.000 Total tarif per dwelling seluruh petikemas Rp 25.920.000

Keuntungan per tahun Rp 2.102.400.000

Tarif satu petikemas sesuai dengan dwelling time nya adalah dengan perhitungan jum- lah dwelling time dikali tarif 3 hari pertama ditambahkan dengan selisih tarif dwelling time diatas 3 hari dengan tarif dwelling time 3 hari dikali dengan 1,5. Maka, didapat bi- aya per petikemas per dwelling time nya adalah sebesar Rp108.000. Jumlah dwelling time dalam setahun diperoleh dari pembagian jumlah hari dalam setahun dengan dwelling time petikemas,sehingga diperoleh 81,111 kali aliran petikemas yang akan disimpan dalam lapangan CY tersebut.Total trevenue yang akan kami dapatkan adalah hasil

(12)

perkalian antara jumlah tambahan petikemas dikalikan dengan tarif per petikemas per dwelling time dikali dengan jumlah aliran petikemas dalam setahun. Maka total revenue yang kami peroleh adalah sebesar Rp2.102.400.000 per tahun.

Dengan nilai pendapatan serta biaya yang telah dihitung, maka didapatkan perhitungan nilai Benefit Cost Ratio dengan cara membagi nilai pendapatan dengan biaya. Nilai Bene- fit Cost Ratio dihitung dengan umur ekonomis reach stacker sepanjang 20 tahun, se- hingga perhitungan biaya dan pendapatan merupakan total nilai yang diperoleh dalam 20 tahun. Di sisi lain, didapatkan nilai suku bunga bank sebesar 6%. Perhitungan Benefit Cost Ratio disajikan pada Tabel

Tabel 9. Perhitungan BCR

Komponen Besaran

Pendapatan Rp 23.458.824.112

Biaya Rp 5.794.337.687

NPV Rp 16.664.609.835

Benefit Cost Ratio 4,05

Nilai BC Ratio yang didapatkan berada di atas nilai 1, sehingga modifikasi pada reach stacker yang kami rencanakan layak secara ekonomi. Hal ini disebabkan besarnya biaya yang harus ditanggung lebih kecil dibanding dengan besarnya pendapatan yang didapat setelah dua puluh tahun reach stacker beroperasi.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa penambahan sistem tiltrotator menggunakan rotator pada reach stacker dapat mengurangi area turning radius sebesar 1,8 meter dalam satu lorong. Dengan begitu, lebar tiap lorong antar blok petikemas dapat berkurang dan jumlah kapasitas petikemas pada lapangan penumpukan Terminal Petikemas Tanjung Emas Semarang dapat bertambah sebesar 240 unit.

DAFTAR PUSTAKA

“KPPBC TMP Tanjung Emas” URL: https://bctemas.beacukai.go.id/last-container-handling-pelabuhan-tanjung- emas-catat-pertumbuhan-11-pada-tahun-2021/ [Diakses pada Desember 13, 2022]

“Container Yard” URL: https://shipsapp.co.id/Artikel/container-yard [Diakses pada Desember 13, 2022]

“About: Tiltrotator” URL: https://dbpedia.org/page/Tiltrotator [Diakses pada Desember 14, 2022]

“Reach Stacker: The Perfect Application of Hydraulics” URL: https://whyps.com/reach-stacker-hydraulic-applica- tion [Diakses pada Desember 14, 2022]

Dandy, Octa (2019), “Kebijakan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Tanjung Emas Se- marang untuk Mengurangi Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang”. Karya Tulis

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi ekspor di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang meliputi: proses ekspor, penerapan metode ekspor dengan SOP, kendala teknis pihak Bea Cukai, kendala teknis

H, 2004, Dampak Aktivitas Pelabuhan Dan Sebaran Pencemaran Lingkungan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Dan Kawasan Sekitarnya, Semarang: Universitas

Dalam melakukan proses evaluasi, staf customer service PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang akan melakukan rapat dari hasil survei kepuasan

Redesain Interior terminal keberangkatan domestik pelabuhan Tanjung Emas Semarang menggunakan gaya ekletik. Gaya ekletik merupakan perpaduan dua gaya atau lebih yang

Peran Port Facility Security Officer (PFSO) dalam menangani gangguan keamanan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah bahwa PFSO telah melaksanakan tugas,

Populasi penelitian ini adalah semua rumah makan di terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang berjumlah 18 rumah makan, dengan kriteria inklusi penelitian yaitu

PELAKSANAAN PERJANJIAN BONGKAR MUAT BARANG OLEH PERUSAHAAN BONGKAR MUAT BARANG PADA PELABUHAN.. TANJUNG

Hasil analisis indeks kualitas lingkungan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masih termasuk dalam kategori tercemar ringan dengan nilai indeks total sebesar