• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Tradisional Congklak di Taman Kanak-kanak Yustikarini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Tradisional Congklak di Taman Kanak-kanak Yustikarini"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berhitung anak di TK Yustikarini Kabupaten Bantaeng. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan keterampilan berhitung melalui ejaan tradisional congklak di TK Yustikarini Kabupaten Bantaeng. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana meningkatkan keterampilan berhitung melalui permainan tradisional congklak di TK Yustikarini Kabupaten Bantaeng.

PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Pengetian berhitung anak a. Pengertian Berhitung
  • Permainan Tradisional
  • Pengertian Congklak

Permainan tradisional congklak merupakan permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai nama di seluruh Indonesia. Menurut Triharso, “Permainan tradisional congklak merupakan permainan yang dapat melatih kemampuan berhitung dan kecerdasan. Keunggulan permainan congklak menurut Mulyani (2016) adalah permainan tradisional congklak melatih otak kiri anak dalam berpikir.

Kerangka Pikir

  • Pendekatan Penelitian
  • Jenis Penelitian

Jika tidak tertutup maka lubang lainnya dibiarkan kosong dan pada saat permainan jika tidak sengaja mengisi lubang tersebut maka bijinya dapat diambil. Siapa pun yang mendapatkan benih dengan cepat otomatis menjadi miliknya. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “jika permainan tradisional congklak digunakan dalam pembelajaran maka kemampuan berhitung anak di TK Yustikarini Kabupaten Bantaeng dapat meningkat.” Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang dialami di tempat penelitian, serta menjelaskan proses pembelajaran ketika melakukan penelitian khususnya di TK Yustikarini Kab.

Jenis penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian tindakan kelas seperti yang dijelaskan oleh Arikunto dalam Haris Hasnawi (2010:2) sebagai kajian tentang kegiatan belajar yang berupa suatu tindakan yang sengaja dibuat untuk memperbaiki situasi belajar di dalam kelas. kelas. Bertujuan untuk memecahkan berbagai permasalahan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa.

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir  C.  Hipotesis Tindakan
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir C. Hipotesis Tindakan

Fokus Penelitian

Permainan tradisional congklak merupakan permainan yang dapat melatih keterampilan dan kecerdasan berhitung, serta merupakan permainan yang menitikberatkan pada penguasaan berhitung.

Setting dan Subyek Penelitian

Desain Rencana Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian sebelum tindakan dilaksanakan yaitu pencarian identifikasi permasalahan yang timbul khususnya pada peningkatan keterampilan berhitung anak, rumusan masalah yang timbul dalam operasional peningkatan keterampilan berhitung anak, rumusan kegiatan yang akan dilakukan pada proses pembelajaran yang akan datang dan penetapan serta penetapan dan perumusan strategi tindakan menentukan akan dilakukannya suatu proses tindakan dan observasi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan serangkaian tahapan pembelajaran yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada tahap ini melakukan observasi sistematis terhadap proses pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan dengan kerjasama antara peneliti dan guru.

Diskusikan hasil observasi yang telah dilakukan antara peneliti dengan guru kelas untuk mengetahui tingkat keefektifan dan penerapan permainan tradisional congklak.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan 1. Teknis Analisis Data

  • Indikator Keberhasilan
  • Gambaran Umum Lokasi Penelitian
  • Deskripsi Data Siklus I
  • Pelaksanaan Tindakan
  • Observasi
  • Pelaksaan Tindakan
  • Tahap Refleksi Siklus I
  • Deskripsi Data Siklus II
  • Refleksi Siklus II

Dalam melaksanakan tindakan, guru kelas berperan sebagai guru (yang melaksanakan tindakan) dan peneliti berperan sebagai pengamat yang akan mengamati kegiatan mengajar guru dan pembelajaran anak selama proses pembelajaran. Pada kegiatan inti (pelaksanaan), kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menghitung jumlah lubang pada permainan congklak, (2) menghitung biji congklak dari 1 sampai 20, (3) menghitung congklak secara berpasangan hingga bermain. Pada kegiatan inti ada beberapa hal yang harus dilakukan guru yaitu pembagian alat dan bahan yang akan digunakan anak, dan pengenalan alat dan bahan yang akan digunakan.

Dalam kegiatan observasi peneliti mengamati bagaimana guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pembelajaran, memberikan penjelasan tentang alat-alat yang akan digunakan, serta penjelasan tentang cara atau aturan bermain congklak, memperbolehkan anak bermain congklak, dan bagaimana anak-anak bermain congklak sambil menghitung biji. congklak untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak dan cara guru menentukan pemenang permainan congklak. Dari kualifikasi hasil observasi aktivitas mengajar guru yang dijelaskan, hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I pertemuan I berada pada kategori kurang baik (K). Pada saat melakukan tindakan, guru kelas berperan sebagai guru (melakukan tindakan) dan peneliti berperan sebagai pengamat yang akan mengamati kegiatan mengajar guru dan pembelajaran anak selama proses pembelajaran.

Dalam kegiatan observasi, peneliti mengamati bagaimana guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pembelajaran, memberikan penjelasan tentang alat yang akan digunakan serta penjelasan tentang cara atau aturan bermain congklak, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain congklak. . dan bagaimana anak bermain congklak sambil menghitung biji congklak untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak dan bagaimana guru menentukan pemenang permainan congklak. Guru mengamati anak bermain congklak  Guru memperbolehkan anak bermain  Guru memperbolehkan anak. Guru mengamati anak bermain congklak  Guru memperbolehkan anak bermain  Guru memperbolehkan anak menghitung biji congklaknya.

Dalam kegiatan observasi peneliti mengamati bagaimana guru mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk belajar, memberikan penjelasan tentang alat yang akan digunakan serta penjelasan tentang cara atau aturan bermain congklak, memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain congklak, dan bagaimana anak-anak memainkan kongklak sambil menghitung biji, congklak untuk... mengembangkan kemampuan berhitung anak dan cara guru menentukan pemenang dalam permainan congklak. Berdasarkan kualifikasi hasil observasi aktivitas mengajar guru yang telah diuraikan, maka hasil observasi aktivitas mengajar guru pada pertemuan II siklus II berada pada kategori baik (B) . Berdasarkan hasil observasi aktivitas mengajar guru berada pada kategori baik (B), dalam hal ini guru telah menyelesaikan langkah-langkah menghitung aktivitas melalui permainan congklak.

Tabel 4.1 Observasi guru siklus I pertemuan I
Tabel 4.1 Observasi guru siklus I pertemuan I

Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan observasi tersebut peneliti dan guru menyimpulkan bahwa pembelajaran di II. siklus dengan indikator mengucapkan angka pada saat simbol angka ditampilkan dan menyatakan jumlah benda dengan berhasil menghitung. Dapat dikatakan kemampuan matematika siswa dapat ditingkatkan melalui permainan tradisional congklak, sehingga peneliti dan guru menyimpulkan pembelajaran siklus II berhasil, sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada indikator siklus pertama, anak dapat menyebutkan angka ketika diperlihatkan simbol angka sesuai contoh yang diterapkan. Kebanyakan anak belum dapat menyebutkan angka ketika ditunjukkan simbol angka sesuai contoh yang telah diterapkan. diterapkan karena anak tidak memperhatikan guru yang memberikan penjelasan. Hasil observasi pada Siklus I hanya sedikit anak yang mampu menyelesaikan kegiatan sendiri. Hal ini terlihat ketika anak-anak meminta bantuan guru untuk menyelesaikan permainan. Hal ini disebabkan karena anak tidak memperhatikan guru saat menjelaskan langkah-langkah permainan. Sehingga guru menciptakan suasana yang menarik pada saat kegiatan bermain congklak agar anak terlibat aktif dalam kegiatan berhitung. Oleh karena itu terlihat bahwa anak pada siklus II dapat bermain secara mandiri tanpa bantuan guru.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus I diperoleh data bahwa kemampuan siswa masih berada pada kategori kurang berkembang dan masih berkembang. Masih terdapat siswa yang masih belum mampu melaksanakan dengan baik beberapa poin indikatif evaluasi, sehingga dapat dikatakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I belum mampu mengembangkan kemampuan berhitung anak. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang dilaksanakan guru dan peneliti pada siklus I, baik dari segi materi maupun pendekatan pengajaran, namun pada siklus II kekurangan yang terdapat pada siklus I lebih ditekankan pada berbasis .

Aktivitas belajar yang ditunjukkan siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II diperoleh data bahwa hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada sebelumnya. siklus.. Hasil yang diperoleh siswa pada siklus II berkembang sesuai harapan dan mulai berkembang dengan sangat baik sehingga dapat dikategorikan baik. Kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan sama seperti Siklus I, namun pada Siklus II guru lebih selektif dan memberikan bimbingan kepada anak yang kemampuan berhitungnya kurang.

Hal ini terlihat dari hasil penelitian setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan permainan tradisional congklak yang dilakukan secara berulang-ulang pada siklus I dan siklus II sehingga kemampuan berhitung anak meningkat.

Saran

Kegiatan permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B di Taman Anak Azhara Monto Kabupaten Luwu Utara. Penerapan metode hand-finger play untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak di TK Tiroang. Bagaimana kemampuan berhitung anak, apakah anak dapat menyebutkan jumlah benda dengan berhitung 1 sampai 20 melalui permainan tradisional kongklak?

Bagaimana kemampuan aritmatika anak? Apakah anak mampu menyebutkan angka jika disuguhkan simbol angka melalui kegiatan permainan congklak? Memberikan kesempatan anak bermain, mengamati anak bermain congklak, memberikan kesempatan anak menghitung biji congklaknya. Ada baiknya jika guru memberikan penjelasan secara jelas mengenai alat-alat yang akan digunakan dalam permainan congklak.

Cukup guru memberikan penjelasan singkat mengenai alat-alat yang akan digunakan dalam permainan congklak. Kurang baik jika guru hanya memulai kegiatan tanpa memberikan penjelasan mengenai alat-alat yang akan digunakan dalam permainan congklak. Alangkah baiknya jika guru memberikan hadiah berupa pujian dan motivasi lebih kepada pemenang dalam permainan congklak.

Cukuplah guru hanya memberikan imbalan berupa pujian dan tidak memberikan motivasi lagi kepada pemenang permainan kongklak.

  • Menyebutkan jumlah biji congklak dengan cara berhitung 1 sampai 20
  • Menyebutkan angka bila diperlihatkan lambing bilangan yang ada pada papan congklak

BB) : Anak mendapat nilai 1, apabila anak tidak dapat menyebutkan jumlah biji congklak dengan menghitung 1-20 maka harus dibimbing atau didemonstrasikan oleh guru. MB): Anak mendapat nilai 2, jika anak mulai dapat menyebutkan jumlah biji congklak dengan menghitung dari 1-20 maka guru harus mengingatkan atau membantunya. Anak mendapat skor 3 apabila anak mampu menyebutkan jumlah biji congklak dengan berhitung 1-20 secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau diteladani oleh guru, perlu diingatkan atau dibantu oleh guru.

BSB) : Anak mendapat nilai 4, apabila anak mampu menyebutkan jumlah biji kongklak dengan menghitung 1-20 secara mandiri dan mampu membantu teman yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang diharapkan tidak. BB): Anak mendapat nilai 1, apabila anak tidak dapat menyebutkan bilangan pada saat lambang bilangan tertera di papan tulis maka guru harus memimpin atau memberi contoh. MB) : Anak diberi skor 2, jika anak sudah dapat mulai menyebutkan angka-angka ketika simbol angka tersebut terlihat di papan tulis, maka guru harus mengingatkan atau membantunya.

BSH): Kanak-kanak mendapat markah 3. Jika kanak-kanak dapat menyebut nombor tersebut apabila simbol nombor pada papan congklak ditunjukkan secara bebas dan konsisten, tanpa perlu diingatkan atau diilustrasikan oleh guru, guru diingatkan. atau dibantu oleh guru untuk melakukan ini. BSB): Kanak-kanak diberi markah 4, jika kanak-kanak itu dapat menyebut nombor apabila ditunjukkan secara bebas simbol nombor pada papan congklak dan dapat membantu rakannya yang masih belum mencapai kemahiran mengikut petunjuk yang diharapkan.

Gambar

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir  C.  Hipotesis Tindakan
Gambar 4. 1 Rancangan Penelitian Menurut Agung (2012: 66) Refleksi
Tabel 4.1 Observasi guru siklus I pertemuan I
Tabel 4. 2 Observasi  anak siklus I pertemuan I
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terlihat pada persentase nilai rata-rata pada siklus adalah jika persentase ini dikaitkan dengan hasil observasi dimana anak mampu memainkan permainan Golf

Hasil belajar anak pada siklus III pertemuan I mengalami penigkatan yang cukup baik. Anak-anak sudah mulai terbiasa dengan kegiatan mengenal angka dan berhitung dengan

Pada indikator anak mampu melakukan gerakan mata, tangan, kaki, kepala secara terkoordinasi saat melaksanakan permainan petak umpet tidak terdapat anak yang masuk

Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti merasa perlu melakukan upaya lain untuk meningkatkan perkembangan pembelajaran berhitung dengan jalan dalam bentuk

Analisis Data Siklus II, Pada siklus II dipertemuan pertama dan kedua menunjukkan adanya peningkatan berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan yaitu Aspek

Aspek kedua adalah anak mampu memasukkan bola pimpong ke dalam lobang untuk melakukan permainan pada kegiatan ini guru menyediakan media atau bahan yang

Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Melalui Permainan Monopoli di Taman Kanak- Kanak Anugerah Pasar Durian Manggopoh pada Siklus I :

Alfil, pada siklus pertama untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua kemampuan berhitung anak masih sama dengan hasil kemampuan awal anak sebelum penerapan bermain tradisional