E-ISSN 2828- 8904 E-ISSN 2828- 3546
Jurnal Edukasi El-Ibtida`i Sophia Volume 02, Nomor 01, April 2023
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN
DI SD NEGERI 02 SIDO MULYO
Wirduna 1
1 SD Negeri 02 Sido Mulyo
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Silabus dan RPP di SD Negeri 02 Sido Mulyo. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah. Subjek penelitian sebanyak 10 orang guru dilaksanakan melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Mula-mula peneliti menyampaikan panduan bagaimana cara menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kepada guru-guru, kemudian meningkatkan keterampilan guru-guru dalam menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) K-13 melalui bimbingan berkelanjutan, pada siklus I rata-rata hasil aktivitas dan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP adalah 76,28 dan pada siklus II rata-rata hasil aktivitas dan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP mengalami peningkatan yakni sebesar 86,00. Ketuntasan kompetensi meningkat dari siklus I dan II yaitu masing-masing 74,25 dan 78,00. Hal ini berarti penelitian telah berhasil dimana apabila silabus dan RPP yang disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran minimal mencapai nilai kualitatif B (Baik).
Sehingga bisa disimpulkan bahwa dengan menggunakan bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Silabus dan RPP di SD Negeri 02 Sido Mulyo.
Kata Kunci : RPP, Silabus, K-13, Dan Kompetensi
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju.
Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga kependidikan guru dan non guru. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat
1 Email: [email protected]
digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak diantara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.
Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. “Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagaimana mestinya” (Imron, 2000:5).
Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut, perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk belajar dapat berkembang.
Nurhadi (2004:15) menyatakan, “kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Selanjutnya menurut para ahli pendidikan McAshan (dalam Nurhadi 2004:16) menyatakan, ”kompetensi diartikan Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.”
Philip Combs ( dalam Kurniawati, 2009:66 ) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat).
Perencanaan program pembelajaran adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk memperkirakan suatu proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”.
Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup: (1) perencanaan, (2) koordinasi, (3) pelaksanaan, (3) penilaian, (5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumberdaya lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta (8) aspek-aspek administrasi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com) menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.” Chiskon 1959 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com) menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri.”
”Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan supervisi kepala sekolah” (Pidarta, 1992:3). Pada pelaksanaan K-13 menuntut kemampuan baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna (peserta didik, masyarakat) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab individu dan kelompok.
Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat KD, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.
Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilaian) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai.
Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya, (4) bekerja dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang mencakup :
1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran,
4)dan pengawasan proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan.
Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Silabus dan RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada komponen penilaian (penskoran dan kunci jawaban) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RPP. Selama ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RPP secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RPP orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada saat mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke sekolah binaan.
Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RPP dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini memilih judul “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Silabus dan RPP melalui Bimbingan Berkelanjutan di SD Negeri 02 Sido Mulyo”.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut : (1) Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap. (2) Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan K-13. (3) Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuatnya dengan berbagai alasan. (4) RPP yang dibuat guru komponennya belum lengkap/tajam khususnya pada komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. (5) Guru banyak yang mengadopsi Silabus dan RPP orang lain. Identifikasi masalah dibatasi menjadi: (1) guru belum paham dalam menyusun Silabus dan RPP, (2) silabus dan RPP yang dibuat guru belum lengkap.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini “Apakah bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Silabus dan RPP ?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Silabus dan RPP melalui bimbingan berkelanjutan, selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Silabus dan RPP melalui bimbingan berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Silabus dan RPP melalui bimbingan berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
II. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian adalah di SD Negeri 02 Sido Mulyo Kabupaten OKU Timur.
Waktu pelaksanaan direncanakan selama dua bulan mulai Januari s.d. Februari 2022. Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru SD Negeri 02 Sido Mulyo dengan subjek
penelitian sebanyak 10 orang karena SD Negeri 02 Sido Mulyo merupakan salah satu sekolah binaan penulis.
Rancangan Penelitian atau Model
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Penelitian tindakan sekolah merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah / pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008 : 11-12). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan.
Bahan dan Peralatan
Peneliti mengharapkan secara rinci indikator hasil pencapaian apabila silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran minimal mencapai nilai kualitatif B (Baik).
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP melalui bimbingan berkelanjutan yang merupakan fokus dari penelitian tindakan sekolah ini.
Tahapan Penelitian
Kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) Perencanaan, (1) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan sekolah yang berlangsung selama 2 siklus. Setiap siklus akan melaksanakan 2 kali tatap muka. Pada siklus I materi bimbingan adalah pengembangan silabus, sedangkan materi bimbingan pada siklus II adalah penyusunan RPP. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil wawancara terhadap lima belas orang guru, peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru (lima belas orang) belum tahu kerangka penyusunan silabus dan RPP, hanya sekolah yang memiliki dokumen standar proses (satu buah),empat dari lima belas orang guru menyatakan belum pernah mengikuti pelatihan pengembangan/penyusunan RPP, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RPP, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham menyusun RPP secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan silabus dan RPP dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan komponen-komponen RPP secara lengkap.
B. Deskripsi Siklus I
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil yang dicapai pada
pelaksanaan tindakan siklus I. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus I.
Berdasarkan hasil observasi penelitian terhadap aktivitas guru khususnya aspek perilaku guru dimana pada siklus I kegiatan yang paling dominan adalah Pengendalian diri, pemanfaatan waktu dengan rata-rata 91, nilai rata-rata aktivitas yang cukup besar yakni aspek perilaku Perilaku positif membantu kelancaran pembelajaran dan Memberi contoh yang dapat diteladani (tekun, jujur, komunikatif) masing-masing sebesar 85. Sedangkan aspek perilaku mengajukan pertanyaan, bertanggung jawab dan membela kepentingan bersama masing-masing sebesar 70,2 dan 72. Aspek perilaku yang menjadi perhatian untuk lebih ditingkatkan lagi adalah mampu membuat saran nyata menyangkut materi yang sedang dibahas dan menyampaikan gagasan/ide baru yang kritis dan konstruktif masing-masing sebesar 65,5 dan 65. Rata-rata aktivitas guru pada siklus I sebesar 76,28.
Pada tabel II hasil penilaian silabus pada tatap muka yang pertama terdapat 2 guru yang telah mencapai target, masih 5 guru yang belum mencapai indikator hasil pencapaian dimana apabila silabus yang disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran minimal mencapai nilai kualitatif B (Baik). Pada tabel II memperlihatkan terjadinya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus dimana hasil penilaiannya yakni 7 guru yang kategori baik sekali sedangkan 3 guru yang kategorinya baik ini menunjukan bahwa telah tercapai indikator hasil pencapaian dimana apabila silabus yang disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran minimal mencapai nilai kualitatif B (Baik).
Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan bimbingan berkelanjutan aktivitas guru pada aspek perilaku yang menjadi perhatian untuk lebih ditingkatkan lagi adalah mampu membuat saran nyata menyangkut materi yang sedang dibahas dan menyampaikan gagasan/ide baru yang kritis dan konstruktif masing-masing sebesar 70,00. Dan di siklus II rata-rata Aktivitas guru yaitu 74,25%. Sedangkan hasil penilaian kompetensi guru dalam menyusun silabus telah berhasil dimana pada tatap muka ke 2 diperoleh semua guru telah mencapai nilai minimal kualitatif B (Baik).
C. Deskripsi Siklus II
Tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keberterimaan siswa dalam proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula, peneliti mengumpulkan data-data yang terjadi selama tahap pelaksanaan. Berdasarkan hasil observasi penelitian terhadap aktivitas guru khususnya aspek perilaku guru dimana pada siklus I kegiatan yang paling dominan adalah Pengendalian diri, pemanfaatan waktu dengan rata-rata 95, nilai rata-rata aktivitas yang cukup besar yakni perilaku positif membantu kelancaran pembelajaran, mengajukan pertanyaan, bertanggung jawab dan Memberi contoh yang dapat diteladani (tekun, jujur, komunikatif) masing-masing sebesar 90. Sedangkan aspek perilaku membela kepentingan bersama mengalami peningkatan sebesar 85. Aspek perilaku yang menjadi perhatian pada siklus I adalah sudah mengalami peningkatan lebih baik yakni aktivitas pada aspek perilaku mampu membuat saran nyata menyangkut materi yang sedang dibahas sebesar 70 dan menyampaikan gagasan/ide baru yang kritis dan konstruktif sebesar 80. Rata-rata aktivitas guru pada siklus II sebesar 86,00.
Pada tabel IV hasil penilaian RPP pada tatap muka I terdapat 4 guru yang telah mencapai target, namun masih ada hal yang perlu diperbaiki pada kurangnya melengkapi RPP dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban kemudian pedoman penskoran dan kunci jawaban.Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya
pada tatap muka II. Pada tabel IV memperlihatkan terjadinya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dimana hasil penilaiannya yakni 9 guru yang kategori baik sekali sedangkan 1 guru yang kategorinya baik ini menunjukan bahwa telah tercapai indikator hasil pencapaian dimana apabila RPP yang disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran minimal mencapai nilai kualitatif B (Baik) dan guru hampir semuanya telah melengkapi komponen RPP yang belum lengkap pada tatap muka I.
Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus II. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi siklus I dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan bimbingan berkelanjutan aktivitas guru pada aspek perilaku yang menjadi perhatian untuk lebih ditingkatkan lagi adalah mampu membuat saran nyata menyangkut materi yang sedang dibahas dan menyampaikan gagasan/ide baru yang kritis dan konstruktif masing-masing sebesar 65 dan 65,5 sehingga menjadi perhatian pada siklus berikutnya. Aspek perilaku yang menjadi perhatian pada siklus I adalah sudah mengalami peningkatan lebih baik yakni aktivitas pada aspek perilaku mampu membuat saran nyata menyangkut materi yang sedang dibahas sebesar 70,2 dan 72 dan menyampaikan gagasan/ide baru yang kritis dan konstruktif sebesar 85. Sedangkan hasil penilaian kompetensi guru dalam menyusun RPP telah berhasil dimana pada tatap muka ke 2 diperoleh semua guru telah mencapai nilai minimal kualitatif B (Baik).
D. Pembahasan 1. Hasil wawancara
Hasil wawancara terhadap lima belas orang guru, peneliti memperoleh informasi bahwa para guru sedikit sekali yang paham tentang menyusun silabus dan RPP sehingga untuk memperoleh dengan cara mengadopsi saja. Akan tetapi setiap guru setuju bahwa dalam proses belajar mengajar membutuhkan silabus dan RPP untuk bahan acuan dalam proses belajar mengajar maka dari itu peneliti memfokuskan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP.
2. Aktivitas Guru
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam aspek perilaku dengan bimbingan berkelanjutan yang paling dominan adalah pengendalian diri, pemanfaatan waktu. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif, nilai rata-rata aktivitas yang cukup besar yakni aspek perilaku Perilaku positif membantu kelancaran pembelajaran dan Memberi contoh yang dapat diteladani (tekun, jujur, komunikatif). Dari siklus I sampai siklus II aktivitas guru mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada grafik 1.1 sebagai berikut :
Grafik 1.1 Aktivitas Guru Sumber : Hasil Analisa 3. Kompetensi Guru menyusun Silabus dan RPP
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan bimbingan berkelanjutan memiliki dampak positif dalam meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP (ketuntasan kompetensi meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 74,25 dan 78,00 ( lihat grafik 1.2).
Grafik 1.2 Pencapaian Kompetensi Guru Sumber : Hasil Analisa
Hubungan aktivitas guru dengan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP saling terkait meningkatnya hasil aktivitas guru berdampak pada kompetensi guru dimana adanya peningkatan pada tiap tatap muka. Hal ini dapat dilihat pada tabel V dan grafik 1.3.
Grafik 1.3 Aktivitas Dan Kompetensi Guru Sumber : Hasil Analisa
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan bimbingan berkelanjutan efektif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun perangkat kurikulum (Silabus dan RPP). Data yang diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan penerapan bimbingan berkelanjutan yakni pada siklus I rata-rata hasil aktivitas dan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP adalah 76,28 dan pada siklus II rata-rata hasil aktivitas dan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP mengalami peningkatan yakni sebesar 86,00. Ketuntasan kompetensi meningkat dari siklus I dan II yaitu masing-masing 74,25 dan 78,00. Hal ini berarti penelitian telah berhasil dimana apabila silabus dan RPP yang disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran minimal mencapai nilai kualitatif B (Baik).
Adanya pengaruh positif Penerapan bimbingan berkelanjutan terhadap bagaimana cara menyusun silabus dan RPP, maka melalui kesempatan ini penulis mengajukan beberapa saran : (1) upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP, maka salah satu bentuk kegiatan untuk dapat dilakukan oleh satuan pendidikan adalah melakukan bimbingan berkelanjutan, (2) agar kegiatan bimbingan berkelanjutan dapat dilaksanakan secara optimal, maka perlu sekolah mengalokasikan dana kegiatan secara memadai.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2003 . UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas.
2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
2008. Alat Penilaian Kemampuan Guru . Jakarta: Depdiknas.
2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah.
Jakarta.
Fatihah, RM . 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).
Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.
Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.
Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi ( http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009).
Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 . Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pidarta, Made . 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Jakarta:
Binamitra Publishing.
Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian . Jakarta: Makalah Disajikan pada Kegiatan Pelatihan Teknis Tenaga Fungsional Pengawas.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif . Yogyakarta: Hikayat Publishing.
2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.