• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Upaya Peningkatan Retensi Nitrogen dan Penurunan Kadar Amonia Eksreta Ayam Petelur melalui Implementasi Probiotik Lactobacillus salivarius

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Upaya Peningkatan Retensi Nitrogen dan Penurunan Kadar Amonia Eksreta Ayam Petelur melalui Implementasi Probiotik Lactobacillus salivarius"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN RETENSI NITROGEN DAN PENURUNAN KADAR AMONIA EKSRETA AYAM PETELUR MELALUI

IMPLEMENTASI PROBIOTIK Lactobacillus salivarius

The Effort to Increase Level of Nitrogen Retention and Decrease the Excreta Ammoia Emission of Laying Hen with Lactobacillus salivarius Probiotic

Implementation

Brahmadhita Pratama Mahardhika1), Nisa'us Sholikah1), Umi Kalsum1), Dedi Suryanto1), Dian Eka Damayani2)

1) Dosen Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Islam Malang, Jalan MT Haryono No. 193 Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur, 65144, Indonesia.

2) Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Islam Malang, Jalan MT Haryono No. 193 Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur, 65144, Indonesia

Email: brahmamahardhika@unisma.ac.id

Diterima Pasca Revisi: 30 Agustus 2023 Layak Diterbitkan: 1 September 2023

ABSTRAK

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan probiotik Lactobacillus salivarius terhadap retensi nitrogen, kualitas eksreta dan ammonia eksreta ayam petelur serta mencari hubungan antara retensi nitogen, dan kualitas ekskreta terhadap kadar ammonia ekskreta. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur fase layer sebanyak 25 ekor yang didistribusikan ke dalam 5 perlakuan dan 5 ulangan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Analisis data yang digunakan adalah analisis of variance. Data yang berbeda nyata dianalisa menggunakan uji Duncan.

Perlakuan pada penelitian ini adalah P0: Kontrol (Ayam Petelur yang diberi pakan basal dan air minum tanpa probiotik), P1: Pemberian AGP Zinc Bacitracin dalam Pakan, P2: Pemberian Probiotik Lactobacillus salivarius 103 CFU, P3: Pemberian Probiotik Lactobacillus salivarius 105 CFU, P4: Pemberian Probiotik Lactobacillus salivarius 107 CFU. Penggunaan probiotik Lactobacillus salivarius berpengaruh nyata (P<0.01) meningkatan konsumsi protein kasar dan retensi nitrogen, menurunkan konsumsi pakan, konsumsi nitrogen, eksresi nitrogen, kadar air, kualitas eksreta dan ammonia ekskreta ayam petelur. Terdapat hubungan yang kuat antara retensi nitogen, dan kualitas eksreta terhadap kadar amonia eksreta.

Kata kunci : Ayam Petelur; retensi nitrogen; probiotik Lactobacillus salivarius

How to Cite:

Mahardika, B. P., Sholikah, N., Kalsum, U., Suryanto, D., Damayani, D. E. (2023). Upaya Peningkatan Retensi Nitrogen dan Penurunan Kadar Amonia Eksreta Ayam Petelur melalui Implementasi Probiotik Lactobacillus salivarius. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis 6 (2) 133-139

*Corresponding author:

Brahmadhita Pratama Mahardhika Email: brahmamahardhika@unisma.ac.id

Dosen Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Islam Malang, Jalan MT Haryono No. 193 Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur, 65144, Indonesia.

(2)

ABSTRACT

The purpose of this research was to evaluate the use of the probiotic Lactobacillus salivarius on nitrogen retention, excreta quality, and emission of ammonia excreta gas in laying hens and to find a relationship between nitrogen retention and excreta quality on excreta ammonia levels.

The Bird used in this research were 25 laying hens in the layer phase which were distributed into 5 treatments and 5 replications. The experimental design used in this study was a completely randomized design. The data analysis used is analysis of variance. Significantly different data were analyzed using Duncan's test. The treatments in this study were P0: Control (laying hens given basal feed and drinking water without probiotics), P1: Probiotics given AGP Zinc Bacitracin in feed, P2: Probiotics Lactobacillus salivarius 103 CFU, P3: Probiotics Lactobacillus salivarius 105 CFU, P4: Probiotic Lactobacillus salivarius 107 CFU. The use of the probiotic Lactobacillus salivarius had a significant effect (P<0.01) on increasing crude protein consumption and nitrogen retention, reducing feed consumption, nitrogen consumption, nitrogen excretion, water content, excreta quality, and ammonia excreta in laying hens. There is a strong relationship between nitrogen retention and excreta quality on excreta ammonia levels.

Keyword: Lactobacillus salivarius probiotic, laying hen, nitrogen retention PENDAHULUAN

Permasalahan kecernaan pakan dan pencemaran lingkungan pada dunia peternakan merupakan kendala yang harus diselesaikan. Kualitas pakan yang ada di Indonesia sangat fluktuatif dan ketersediaanya yang sangat terbatas.

Kandungan nutrien yang fluktuatif terutama protein kasar pada bahan baku pakan menyebabkan susahnya menyusun ransum secara presisi.

Kualitas nutrien saja tidak cukup dalam menghasilkan ransum yang baik, perlu memperhatikan kecernaan. Pakan yang telah dikonsumsi akan dicerna dalam saluran pencernaan kemudian akan diserap ke dalam tubuh melalui villi usus ke darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Rendahnya kecernaan pakan akan merugikan peternak karena pakan serta nutrien yang dikonsumsi akan banyak dieksresikan di ekskreta.

Akumulasi nutrien di ekskreta akan memicu pertumbuhan mikroba pathogen karena nutrient tersebut akan dijadikan sumber makanan bagi mikroba untuk tumbuh. Akumulasi tersebut akan menyebabkan penurunan imunitas ternak.

Selain itu, akumulasi nutrient akan memicu pertumbuhan bakteri penghasil enzim

uricase yang mengkonversi protein dalam eksreta menjadi gas ammonia. Akumulasi gas ammonia di dalam kandang akan sangat berbahaya bagi ternak maupun pekerja kandang. Paparan ammonia diatas 25 ppm akan mengganggu pernapasan ternak dan juga pegawai kandang (Andini, 2021).

Penelitian Hidayat dkk. (2020) menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada bobot hidup ayam hal ini diduga karena adanya peningkatan mikroklimatik amonia berkontribusi terhadap peluang terjadinya iritasi parabronkus sehingga mengakibatkan ayam terkena inefisiensi heat loss.

Kondisi ini mengakibatkan konsumsi pakan ayam menurun yang berdampak pada penurunan bobot hidup. Peningkatan gas amonia dari 16 ke 23 ppm dapat menurunkan konsumsi pakan sebesar 10,16% sehingga akibat dari penurunan konsumsi pakan ini menyebabkan penurunan bobot badan juga (Hidayat, dkk 2020) Paparan gas ammonia pada kandang unggas pada level 50 – 70% ppm dapat menurunkan perfoma produksi yaitu penurunan bobot badan hingga 9 – 15%, selain itu juga dapt menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan juga saluran penapasan (Baker et al, 2004; Jannah dkk., 2020).

Batas toleransi emisi ammonia pada

(3)

manusia 50 ppm dalam paparan 30-60 menit diatas tersebut akan menyebabkan permasalahan pernapasan hingga kematian (ASTDR, 2004).

Penanganan permasalahan kecernaan dan juga emisi ammonia harus segera ditangani agar ternak menjadi sehat dan juga akan menghasilkan produk yang berkualitas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan pemberian probiotik. Probiotik merupakan mikoorganisme hidup yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuh untuk memperbaiki keseimbangan mikloflora didalam saluran pencernaan dan juga memperbaiki system imun. Sebagain besar probiotik merupakan bakteri asam laktat.

Bakteri asam laktat dapat menghasilkan asam organik dan juga menghasilkan beberapa enzim seperti enzim protease yang dapat memperbaiki kecernaan pakan. Selain memperbaiki kecernaan pakan probiotik juga dapat memperbaiki kualitas ekreta dan juga dapat menurunkan kadar ammonia litter (Mahardhika et al, 2020). Probiotik dapat diberikan dengan cara dicampurkan dalam pakan, air minum dan juga penyemprotan pada litter.

Pemilihan jenis probiotik juga harus diperhatikan sesuai dengan tujuannya.

Probiotik harus memiliki sifat tahan asam pada saluran pencernaan, tahan terhadap garam empedu dan juga dapat menempel di dinding usus halus untuk membantu proses penyerapan yamg dibantu oleh vili usus.

Probiotik dapat diperoleh dari isolasi berbagai bahan. Isolasi bakteri bisa didapatkan dari alam semesta seperti dari tanah, dari berbagai tumbuhan bahkan dari dalam tubuh atau saluran pencernaan hewan ternak. Adaptasi jenis probiotik yang diambil dari saluran cerna akan memiliki daya tahan dan kualitas yang cukup baik, salah satunya adalah probiotik Lactobacillus salivarius.

Probiotik ini diisolasi dari bagian ileum burung puyuh (Kalsum et al, 2019).

Probiotik Lactobacillus salivarius dapat memperbailki energi metabolis dan retensi nitrogen serta meningkatkan imunitas pada unggas (Kalsum et al, 2022). Berdasarkan

latar belakang tersebut, tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan probiotik Lactobacillus salivarius terhadap retensi nitrogen, kualitas ekskreta dan ammonia ekskreta ayam petelur serta mencari hubungan antara retensi nitogen, dan kualitas ekskreta terhadap kadar ammonia ekskreta.

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Farm ayam petelur Koperasi Tani Nusantara Arum Sabil Farm Jalan Sidomulyo 88 Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pelnelitian ini dilaksanaan selama 3 bulan. Palaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2023.

Materi Penelitian

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur fase layer sebanyak 25 ekor.

Ternak didistribusikan ke dalam lima perlakuan dan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari satu ekor ternak. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kendang individual ayam petelur dengan sistem baterai. Ukuran kandang petelur yaitu Panjang x lebar x tinggi masing- masing 62 x 30 x 30.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadang individual, sprayer ammonia, peralatan uji kjeldahl, ammonia meter dan pH meter ekskreta.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan ayam petelur, asam sulfat 0,01 N, AGP Zinc Bacitracin dan Probiotik Cair Lactibacillus salivarius.

Probiotik

Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probiotik cair Lactobacillus salivarius. Setiap ml probiotik mengandung 1.2 x 107 CFU bakteri asam laktat lactobacillus salivarius. Bakteri Lactobacillus salivarius diisolasi dari ileum burung puyuh.

(4)

Prosedur Penelitian

Langkah kerja pada penelitian ini dimulai dengan pembuatan probiotik sesuai dengan perlakuan yaitu 103, 105 dan 107 probiotik. Pemberian probiotik diberikan dalam air minum. Pakan dan air minum

diberikan secara ad libitum. Koleksi eksreta dilakukan setiap hari selama 3 hari. Setiap 3 jam sekali eksreta disemprotkan H2SO4 0.01 N. Pengukuran Retensi Nitrogen menggunakan metode Zarei (2006) dengan rumus sebagai berikut :

Rumus Retensi Nitogen :

𝑅𝑁 (%) =(𝐹𝑖 𝑋 𝑁𝑓 ) 𝑋 (𝐸𝑥 𝑁𝑒)

(𝐹𝑖 𝑥 𝑁𝑓) x 100%

RN = Retensi Nitrogen Fi = Konsumsi Pakan Nf = Nitrogen Pakan

E = Ekresi pakan (bobot ekskreta) Ne= nitrogen ekreta

Ekskreta yang telah dikoleksi diukur Kadar air menggunakan oven 60 dan 105o Celcius, diukur pH menggunakan pH meter dan diukur gas amonianya menggunakan ammonia meter detector.

Metode

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap. Jumlah perlakuan sebanyak 5 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 1 ekor ternak. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Data yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan.

Perlakuan

Perlakuan pada penelitian ini adalah:

P0 : Kontrol (Ayam Petelur yang diberi pakan basal dan air minum tanpa probiotik) P1 : Pemberian AGP Zinc Bacitracin dalam Pakan

P2 : Pemberian Probiotik Lactobacillus salivarius 103 CFU P3 : Pemberian Probiotik Lactobacillus salivarius 105 CFU P4 : Pemberian Probiotik Lactobacillus salivarius 107 CFU

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Probiotik Lactobacillus salivarius terhadap konsumsi, retensi nitogen dan kualitas eksreta Ayam Petelur.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa pemberian probiotik Lactobacillus salivarius dalam air minum sangat nyata (P<0.01) menurunkan konsumsi pakan, konsumsi protein, konsumsi nitrogen, eksresi pakan, pH ekskreta, kadar air ekskreta serta ammonia ekskreta. Penggunaan Lactobacillus salivarius dalam air minum secara nyata meningkatkan retensi nitrogen. Data konsumsi, retensi nitogen dan kualitas ekskreta ayam petelur disajikan dalam Tabel 1.

Konsumsi Pakan, Konsumsi PK, Konsumsi Nitrogen

Pakan yang lengkap dan seimbang nutrisinya menyebabkan jumlah nutrisi yang tercerna dan terabsorbsi lebih banyak sehingga yang terbuang lewat ekskreta menjadi minim. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap jumlah pakan yang tercerna dan terabsorbsi lebih baik adalah kondisi dari saluran pencernaan terutama pada bagian usus. Menurut Messaoudi dkk.

(2013) probiotik merupakan bahan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada hewan inang dengan meningkatkan mikroba dalam saluran pencernaan. Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan bahwa perlakuan control dan pemberian AGP tidak berbeda

(5)

nyata terhadap konsumsi pakan.

Penambahan probiotik dalam pakan meningkatkan konsumsi pakan, semakin banyak pemberian probiotik maka semakin rendah tingkat konsumsi pakan (Manin dkk., 2012). Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian probiotik Lactobacillus salivarius dapat memperbaiki proses kecernaan pada unggas dengan sangat baik.

Selain itu, dalam hal konsumsi protein kasar serta konsumsi nitrogen yang tidak jauh berbeda dengan konsumsi pakan.

Tabel 1. Pengaruh probiotik Lactobacillus salivarius terhadap konsumsi, retensi nitogen dan kualitas eksreta Ayam Petelur

Control AGP L. Salivarius 103 L. salivarius 105 L. salivarius 107 Konsumsi

pakan

121.20±2.39C 119.40±0.89C 115.00±2.55B 108.60±4.88A 109.20±1.64A

Konsumsi Protein Kasar

2242.20±44.17C 2208.90± 16.55C 2127.50 ±47.17B 2009.10± 90.25A 2020.20± 30.40A

Konsumsi Nitrogen

358.75±7.07C 353.42±2.65C 340.40±7.55B 321.46±14.44A 323.23±4.86A

Eksresi Nitrogen

104.13±12.10D 72.74±6.66C 45.66±9.57B 34.56±7.04A 25.79±4.24A

Retensi Nitrogen

71.01±2.94A 79.42±1.88B 86.61±2.66C 89.24±2.14CD 92.01±1.42D

pH Eksreta 7.14±0.08B 7.09±0.09B 6.84±0.21A 6.82±0.18A 6.66±0.26A Kadar Air 36.40±3.05B 29.00±1.22A 29.99±1.22A 28.60±1.14A 28.20 ±1.30A Amonia 37.60±2.88C 25.40±1.52B 19.60±2.41B 14.60±1.67A 14.20±4.15A

Hal ini dikarenakan probiotik yang berguna untuk memperlancar pencernaan sehingga walaupun pemberian konsumsi yang sedikit dapat memenuhi kebutuhan nutrien yang dibutuhkan (Yusrizal et al., 2012). Peningkatan kecernaan pakan disebabkan adanya penambahan probiotik yang dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora dan memperbaiki morfologi usus sehingga pakan dapat dicerna lebih cepat.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ridho (2015) yang menyatakan bahwa banyaknya strain mikroorganisme yang menguntungkan di dalam sekum, menyebabkan zat makanan yang terkandung di dalam pakan terserap lebih efisien dan akan mengurangi nutrien yang terbuang akibat dari adanya populasi mikroorganisme yang merugikan, sehingga berpengaruh pada konsumsi pakan. Demikian juga dengan konsumsi nitrogen, pada pakan yang ditambahkan probiotik semakin meningkat.

Menurut Jaya dkk. (2022) meningkatnya pakan yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk meretensi zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan terpenuhi.

Amonia

Peningkatan kecernaan pakan akan menurunkan konsentrasi amonia eksreta.

Peningkatan gangguan pencernaan terjadi karena adanya peningkatan keseimbangan mikroflora pada saluran pencernaan.

Penambahan probiotik pada air minum dapat meningkatkan total populasi bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan untuk memperbaiki morfologi ileum dengan cara meningkatkan panjang vili dan kedalaman kripta ileum (Sarjana dkk, 2017). Bila nutrisi yang tertelan itu semakin banyak, maka semakin sedikit nutrisi yang terbuang melalui feses. Jika lebih banyak nutrisi yang tersisa di feses, maka akan meningkatkan konversi asam urat menjadi amonia oleh enzim uricase (Jaya dkk, 2022).

Data yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin tinggi perlakuan pemberian probiotik Lactobacillus salivarius maka akan menurunkan kadar amonia. Penurunan kadar ammonia berbanding lurus dengan kadar air. Ekskreta yang kering menandakan bahwa unggas tersebut tidak dalam kondisi mencret. Ekskreta yang basah disebabkan oleh kondisi saluran pencernaan yang kurang baik karena adanya bakteri patogen

(6)

sehingga unggas akan mengalami diare atau kotoran (Messaoudi, 2013). Hal ini karena probiotik mampu menghasilkan bakteriosin yang akan mampu menekan pertumbuhan mikroba gram negatif sehingga produksi enzim uricase terhambat sehingga menghambat konversi asam urat ekskreta menjadi amonia serta dapat menahan aktivitas penguraian protein eksreta sehingga dapat terjadi penurunan konsentrasi gas amoniak. Probiotik mengandung bakteri asam laktat yang dapat menghasilkan enzim protease (Yusrizal et al, 2012).

Eksresi dan Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen merupakan banyaknya nitrogen yang tidak disekresikan dalam ekskreta, dihitung dari jumlah nitrogen dalam pakan yang dikonsumsi dikurangi jumlah nitrogen dalam ekskreta tanpa memperhitungkan nitrogen endogen yang berasal dari nitrogen asam urat, bakteri dan runtuhan mukosa usus. Sarjana dkk.

(2017) menjelaskan bahwa retensi nitrogen juga dipengaruhi oleh konsumsi pakan.

Nilai konsumsi pakan pada masing-masing perlakuan terdapat perbedaan, konsumsi pakan dengan penambahan probiotik lebih tinggi dibanding dengan pakan kontrol.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada pakan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap retensi nitrogen. Unggas yang diberi Probiotik memberi respon retensi nitrogen lebih tinggi dibanding ternak yang tidak diberi probiotik. Retensi N dalam jaringan ditentukan oleh besarnya pasokan N dalam pakan dan energi dalam jaringan.

Hal ini berbanding lurus dengan kadar eksresi nitrogen, semakin banyak perlakuan penambahan probiotik maka semakin rendah pula kadar eksresi nitrogen (Chaves et al., 2017). Pakan tanpa penambahan probiotik memiliki nilai retensi nitrogen yang paling rendah, hal ini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara pakan tanpa penambahan probiotik dengan pakan yang ditambah probiotik (Messaoudi, 2013).

Menurut hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa penambahan probiotik berpengaruh

terhadap retensi nitrogen, karena nilai retensi nitrogen pada perlakuan dengan penambahan probiotik meningkat dibandingkan dengan pakan kontrol, demikian juga dengan konsumsi pakan meningkat.

pH Ekskreta

Berdasarkan data yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi perlakuan penambahan probiotik menyebabkan derajat keasaman semakin menurun. Penurunan pH pada ekskreta yang mendapat probiotik diduga akibat dihasilkannya asam organik oleh BAL serta berkurangnya perombakan protein menjadi amonia dan proses fermentasi yang menjadikan kondisi asam dalam saluran pencernaan. Ferdaus, dkk. (2017) menyatakan bahwa aktivitas mikroorganisme dapat menyebabkan perubahan pH karena substrat yang dihasilkan oleh mikrobia. Proses fermentasi oleh bakteri akan menghasilkan asam sehingga pH dapat turun, sebaliknya sewaktu metabolisme protein dan asam amino akan dilepaskan ion amonium sehingga pH menjadi basa (Sarjana dkk., 2017).

Penurunan pH ekskreta erat kaitannya dengan dihasilkannya asam oleh bakteri asam laktat yang menghambat aktivitas mikroba pengurai protein sehingga perombakan protein menjadi amonia berkurang. Seperti yang dikemukakan oleh Manin, dkk. (2012), bahwa salah satu mekanisme kerja probiotik adalah menghasilkan asam sehingga akan menurunkan pH di dalam saluran pencernaan. Penurunan pH di dalam saluran pencernaan maka pH feses pun akan menurun.

KESIMPULAN

Penggunaan probiotik Lactobacillus salivarius berpengaruh nyata meningkatan konsumsi protein kasar dan retensi nitrogen, menurunkan konsumsi pakan, konsumsi nitrogen, eksresi nitrogen, kadar air, kualitas eksreta dan ammonia eksreta ayam petelur.

(7)

Terdapat hubungan yang kuat antara retensi nitogen, dan kualitas eksreta terhadap kadar amonia eksreta.

DAFTAR PUSTAKA

Andinni, A. (2021). Hubungan paparan gas amonia terhadap gangguan pernapasan pada pekerja peternakan ayam. Jurnal Medika Hutama, 2(2), 750-756.

Chaves, B. D., Brashears, M. M., &

Nightingale, K. K. (2017).

Applications and safety considerations of lactobacillus salivarius as a probiotic in animal and human health. In Journal of Applied Microbiology 123(1), 18–28.

https://doi.org/10.1111/jam.13438 Ferdaus, F., Wijayanti, M.O., Retnonigtyas,

E.S., & Irawati, W., (2017). Pengaruh pH, konsentrasi substrat, penambahan kalsium karbonat dan waktu fermentasi terhadap perolehan asam laktat dari kulit pisang. Widya Teknik, 7(1), 1-14.

Hidayat, A., Sarjana, T.A., & Kismiati, S., (2020). Perubahan mikroklimatik amonia pada zona berbeda dalam kandang closed house ayam broiler di musim kemarau terhadap tampilan karkas. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 15(1), 60-66.

Jannah, L.M., Sarjana, T.A., & Suprijatna, E., 2020. Pengaruh perubahan spasial mikroklimatik amonia pada zona penempatan dan panjang kandang berbeda terhadap performa ayam broiler periode starter. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 8(1), 14-20.

Jaya, C. R. M., Riyanti, R., Septinova, D., &

Nova, K. (2022). Kadar air, pH, suhu, dan kadar amonia pada litter di dua zonasi yang berbeda pada kandang closed house. Jurnal Riset Dan Inovasi Peternakan (Journal of Research and Innovation of Animals),

6(2), 129–135. https://doi.org/10.23 960/jrip.2022.6.2.129-135.

Kim, J. W., J. H. Kim., & D. Y. Kil. (2015).

Dieatary organic acids for broiler chickens: a review. Rev. Colomb.

Cienc Pecu. 28,109-123.

Kompiang, I. P. 2002. Pengaruh ragi:

Saccharomyces Cerevisiae dan ragi laut sebagai pakan imbuhan probiotik terhadap kinerja unggas. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 7(1), 18 -21.

Manin, F., Hendalia, E., & Yusrizal, Y., (2012). Potensi bakteri Bacillus dan Lactobacillus sebagai probiotik untuk mengurangi pencemaran amonia pada kandang unggas. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science), 14(2), 360-367.

Manin. F., Ella H., Yatno., & Pudji Rahayu.

(2012). Dampak pemberian probiotik probio_FM terhadap kinerja itik Kerinci jantan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan

“Peningkatan Produktivitas Sumber Daya Peternakan, Bandung, 12 November 2013. Hal. 235-239.

Messaoudi, S., Manai, M., Kergourlay, G., Prévost, H., Connil, N., Chobert, J. M.,

& Dousset, X. (2013). Lactobacillus salivarius: bacteriocin and probiotic activity. Food microbiology, 36(2), 296-304. https://doi.org/10.1016/j.fm.

2013.05.010

Sarjana, T. A., Mahfudz, L. J., Ramadhan, M., Sugiharto, S., Wahyono, F., &

Sumarsih, S. (2017). Emisi Ammonia dan Kondisi Litter pada Kandang Ayam Broiler Sistem Terbuka yang Mendapatkan Additif Berbeda dan Kombinasinya dalam Ransum.

Yusrizal, M. F., & Yatn, N. (2012). The use of probiotic and prebiotic (symbiotic) derived from palm kernel cake in reducing ammonia emission in the broiler house. Proc. The 1st Poult Int.

Sem P, 3334-343.

Referensi

Dokumen terkait