• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjelasan NIAT PUASA RAMADHAN-Yang berkaitan Lafadz Niatnya dalam Kaidah Ilmu Nahwu Shorof

N/A
N/A
MDT. SUJAI BIDAYATIL HIDAYAH

Academic year: 2024

Membagikan "Penjelasan NIAT PUASA RAMADHAN-Yang berkaitan Lafadz Niatnya dalam Kaidah Ilmu Nahwu Shorof"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

3/23/24, 10:07 PM (20+) Facebook

https://web.facebook.com/p/Majlis-Talim-Bustanul-Falah-Rembul-Bojong-Tegal-100064905902113/?locale=sw_KE&_rdc=1&_rdr 1/2

ANTARA RAMADLANI ATAU RAMADLANA

Kata RAMADLAN termasuk Isim Ghairu Munsharif (karena isim alam dan tambahan alif dan nun), yang apabila dalan kondisi i'rab Jar maka alamatnya menggunakan FATHAH menjadi (RAMADLANA), namun apabila isim tersebut disandarkan kepada lafadz setelahnya (diidlafahkan) atau kemasukan Alif-Lam (AL) maka tanda i'rab Jarnya menggunakan KASRAH menjadi RAMADHANI (NI) bukan (NA).

Imam Ibnu Malik di dalam bait alfiyahnya berkata

فِدَر ْلَأ َﺪْﻌَﺑ ُﻚَﻳ ْوَأ ْﻒَﻀُﻳْﻢَﻟﺎَﻣ * ْفِ َ ْﻨَﻳ َﻻ ﺎَﻣ ِﺔَﺤْﺘَﻔْﻟﺎِﺑ ﱠﺮ ُﺟَو Dan dijerkan dengan FATHAH terhadap isim yang tidak menerima tanwin (Isin Ghairu Munsharif), selama tidak dimudlafkan atau berada setelah AL yang mengiringinya.

Jadi redaksi niat puasa Ramadlan yang benar adalah sebagai berikut :

ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ﻪّﻠِﻟ ﺎﺿﺮﻓ ِﺔَﻨﱠﺴﻟا ِهِﺬَﻫ ِنﺎَﻀَﻣَرِﺮْﻬَﺷضْﺮَﻓِ ِءاَدَأ ْﻦَﻋ ٍﺪَﻏَمْﻮَﺻ ُﺖْﻳ َﻮَﻧ NAWAITU SHAUMA GHADIN ‘AN ADAA-I FARDLI SYAHRI RAMADLAANI HADZIHIS-SANATI LILLAAHI TA’AALA.

Yang kalau diterjemahkan adalah : aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadlan tahun ini, karena Allah ta'ala.

Nah, dalam redaksi niat di atas, apabila lafadz Romadlon dibaca Fathah (RAMADLANA) bukan (Ni) dengan tidak mengidlafahkan kepada lafadz setelahnya yaitu lafadz (HADZIHIS SANATI) maka lafadz (HADZIHIS SANATI) secara ilmu nahwu (gramatika bahasa arab) seharusnya menjadi Dharaf, yang harus dibaca HADZIHIS SANATA (TA) bukan (TI), karena status i’rabnya adalah Nashab, sehingga redaksi niatnya menjadi sebagai berikut :

ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ﻪّﻠِﻟ َﺔَﻨﱠﺴﻟا ِهِﺬَﻫ َنﺎَﻀَﻣَرِﺮْﻬَﺷضْﺮَﻓِ ِءاَدَأ ْﻦَﻋ ٍﺪَﻏَمْﻮَﺻ ُﺖْﻳ َﻮَﻧ NAWAITU SHAUMA GHADIN ‘AN ADAA-I: FARDLI SYAHRI RAMADHAANA HADHIHIS-SANATA LILLAAHI TA’AALA.

Maka jika redaksinya sebagaimana di atas ini, secara bahasa arab terjadi perubahan makna, menjadi sebagai berikut :

(Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadlon, selama setahun ini).

Kenapa begitu ?

Karena lafadz HADZIHIS SANATA status sebagai Dharaf yang menunjukkan waktu dilaksanakannya suatu pekerjaan yang dalam hal ini pekerjaannya adalah niat atau puasa, padahal niat hanya membutuhkan waktu beberapa detik, demikian halnya puasa hanya butuh beberapa jam tidak sampai satu tahun.

Sehingga apa bila niat puasa memggunakan redaksi sebagaimana di atas RAMADLANA (NA) dan HADZIHIS SANATA (TA), maka redaksi yang salah.

Oleh karena itulah redaksi niat yang benar adalah sebagaimana yang pertama di atas yaitu :

ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ﻪّﻠِﻟ ِﺔَﻨﱠﺴﻟا ِهِﺬَﻫ ِنﺎَﻀَﻣَرِﺮْﻬَﺷضْﺮَﻓِ ِءاَدَأ ْﻦَﻋ ٍﺪَﻏَمْﻮَﺻ ُﺖْﻳ َﻮَﻧ NAWAITU SHAUMA GHADIN ‘AN ADAA-I FARDLI SYAHRI RAMADHAANI HADHIHIS-SANATI LILLAAHI TA’ALA.

Di dalam Kitab I’anatu at-Thalibin, juz 2/253, dijelaskan sebagai berikut :

ةَرﺎَﺷِﻹْا ُﻢْﺳِإ َﻮُﻫَو ُهَﺪْﻌَﺑﺎَﻣﻰَﻟِإﺎًﻓﺎَﻀُﻣ ِﻪِﻧْﻮَﻜِﻟ ِةَ ْ َﻜْﻟﺎِﺑِّﺮَﺠْﻟﺎِﺑ ِنﺎَﻀَﻣَرُأَﺮْﻘُﻳ Ramadlani (ni) dibaca jar dengan KASRAH karena statusnya menjadi Mudlaf kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyarah.

Kitab I'anah Thalibin

ىﻮﻧ ﻲـﺘﻟا ﺔﻠـﻴـﻠﻟا ﻲـﻠـﻳ يﺬﻟا مﻮﻴـﻟا ﻮﻫ ( ﺪﻏ مﻮﺻ : ﻪﻟﻮﻗ ) . ﻆﻔﻠﻟا اﺬﻫ ﺎﻬﻠﻤﻛأ يأ : ﺎﻬﻠﻤﻛأ ﻦﻋ ﺮﺒﺧ ( ﺦـﻟإ ﺖﻳﻮﻧ : ﻪﻟﻮﻗ ) : ﻪﻟﻮﻗ ) . ــــﻫا . نﺎﻀﻣﺮﻟا اﺬﻫ ﻦﻋ لﻮﻘﻳ نأ ءادﻷا ﺮﻛذ ﻦﻋ ﻲـﻨﻐﻳ : ﺔﻳﺎﻬﻨﻟا ﻲـﻓ لﺎﻗ ( نﺎﻀﻣر ضﺮﻓ ءادأ ﻦﻋ : ﻪﻟﻮﻗ ) . ﺎﻬﻴـﻓ ﻲـﻓ لﺎﻗ . ةرﺎﺷِﻹا ﻢﺳا ﻮﻫو ،هﺪﻌﺑ ﺎﻣ ﻰـﻟإ ًﺎﻓﺎﻀﻣ ﻪﻧﻮﻜﻟ ،ة ﻜﻟﺎـﺑ ّﺮﺠـﻟﺎـﺑ نﺎﻀﻣر أﺮﻘﻳ يأ ( هﺪﻌﺑ ﺎﻤـﻟ ﻪﺘﻓﺎﺿِﻹ ّﺮﺠـﻟﺎـﺑ ﻪﻟ ﻰـﻘﺒﻳ ﻼﻓ ،ﺖﻳﻮﻨﻟ ًﺎﻓﺮﻇ ﻪﻧﻮﻜﻟ ًﻼﻤـﺘﺤـﻣ ﺔﻨﺴﻟا هﺬﻫ ﺮﻴﺼﻳ ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻌﻄﻗ نﻷ هﺪﻌﺑ ﺎﻣ ﻰـﻟإ نﺎﻀﻣر ﺔﻓﺎﺿِﻹ ﺞﻴـﺘﺣاو : ﺔﻔﺤـﺘﻟا : ﻪﻟﻮﻗ ) . ﺎﻬﻟ ًﺎﻓﺮﻇ ﺔﻨﺴﻟا هﺬﻫ ﻞﻌﺠـﻟ ﻰﻨﻌﻣ ﻼﻓ ،ﺮﻴﺴﻳ ﺎﻬﻨﻣز ﺔﻴـﻨﻟا نأ : ﻪﻬﺟوو . ــــﻫا . ﻰـﻔﺨﻳ ﺎﻤـﻣ ﻪﻧﺈﻓ ،ﻪﻠﻣﺄﺘﻓ ،ﻰﻨﻌﻣ قﺪﺼﻴـﻓ ،ﻞﻌﻔﻟا ﻖﻠﻄﻣ ﻰـﻠﻋ ﻖﻠﻄﻳ ءادﻷا نﻷ ،ﻲـﻨﻐﻳ ﻻ ( ﺖﻠﻗ ) . ﻪﻨﻋ ﻲـﻨﻐﻳ ءادﻷا ﺮﻛذ نإ : ( ﺖﻠﻗ نإ ) . ( ﺔﻨﺴﻟا هﺬﻫ ﺮﻴﻏ ضﺮﻓ ذإ ،ﺎﻤﻫزﺮﺘﺤـﻣ ﺪﺤـﺗا نإو ،ﺔﻨﺴﻟا هﺬﻫ ﻊﻣ ــــ ءادﻷا يأ ــــ هﺮﻛﺬﻟ ﺞﻴـﺘﺣاو : ﺔﻳﺎﻬﻨﻟا ةرﺎـﺒﻋو . ﺔﻨﺴﻟا هﺬﻫ ﺮﻴﻏ مﻮﺼﺑ ًﺎﻧﺎﻤـﻳإ : ﺪﻳﺰﻳ نأ ﻦﺴﻳو : يوﺎﻣﺮﺒﻟا ﻲـﻓو . ــــﻫا . ﻞﻌﻔﻟا ﻪﺑ داﺮﻳو ﻖﻠﻄﻳ ءادﻷا ﻆﻔﻟ نﻷ ،ءﺎﻀﻗ ﻻإ نﻮﻜﻳ ﻻ ﺔﻨﺴﻟا هﺬﻫ . ــــﻫا . ّﻞﺟوّﺰﻋ ﻢـﻳﺮﻜﻟا ﷲ ﻪﺟﻮﻟ ًﺎﺑﺎﺴﺘﺣاو RAMADLANI dibaca jar dengan tanda kasrah, karena dimudlafkan pada lafadz setelahnya yaitu isim isyaroh (HADZIHI).

(2)

3/23/24, 10:07 PM (20+) Facebook

https://web.facebook.com/p/Majlis-Talim-Bustanul-Falah-Rembul-Bojong-Tegal-100064905902113/?locale=sw_KE&_rdc=1&_rdr 2/2

Keterangan :

Isim ghairu munsharif itu tidak ditanwin dan tidak dikasrah karena punya illat yang menyebabkan sifat keisimannya lemah, lebih cenderung mirip fi'il. Namun ketika dimudlafkan maka sifat keisimannya menjadi kuat, sehingga tanda jer nya kembali memakai kasrah.-

Dalam Kitab Kasyifatussaja hlm 7, dijelaskan bahwa secara redaksi ada juga pendapat sebagian kecil ulama' yang mengatakan bahwa kalau lafadz Ramadlan dibaca kasrah (RAMADLANI) maka lafadz hadzihis sanah juga dibaca kasrah (HADZIHIS SANATI), jika di baca fathah (RAMADLaaNA) maka lafad setelah juga dibaca fathah (HADZIHIS SANATA), setatusnya tidak sebagai Dharaf tapi dibaca Nashab karena terjadi Qat'u atau pemutusan dari lafadz sebelumnya, dan menurut pendapat ini jika lafadz RAMADLAN di idlafahkan kepada lafadz setelahnya itu sangat menjanggalkan karena ‘ALAM tidak bisa diidlafahkan.

ﱠنَ ِ ؛ ُهَﺪْﻌَﺑﺎَﻣ ﻰَﻟإ ِﻪِﺘَﻓﺎَﺿِ ِ َﺞﻴِﺘْﺣُاﺎَﻤﱠﻧِإَو ٌضﻮُﻔْﺨَﻣ ُﻪﱠﻧَ ِ ؛ ٌةَرﻮُﺴْﻜَﻣ ُﻪُﻧﻮُﻨَﻓ ُهَﺪْﻌَﺑﺎَﻤِﻟ ْيَأ ( َنﺎَﻀَﻣَر ِﺔَﻓﺎَﺿِﺈِﺑ : ُﻪُﻟْﻮَﻗ ) ( ﻪﻴـﺒﻨﺗ )

ْنإ : ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ َلﺎَﻗَو ، ٌﺮﻴ ِﺴَﻳﺎَﻬُﻨَﻣَز َﺔﱠﻴِّﻨﻟا ﱠنَ ِ ؛ ُﻪَﻟﻰَﻨْﻌَﻣ َ َو َيِﻮْﻨَﻳ ْنَأ : ِﻪِﻟْﻮَﻘِﻟﺎًﻓْﺮ َﻇ ِﻪِﻧْﻮَﻜِﻟ ً َﻤَﺘْﺤُﻣ َﺔَﻨﱠﺴﻟا ِهِﺬَﻫ ُﺮِّﻴَﺼُﻳﺎَﻬْﻨَﻋ ُﻪَﻌ ْﻄَﻗ

ِﺔَﻓﺎَﺿإﻲِﻔَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋَو ، ِﻊ ْﻄَﻘْﻟاﻰَﻠَﻋﺎَﻬُﺒْﺼَﻨَﻓ ٍﺬِﺌَﻨﻴ ِﺣَو َﺔَﻨﱠﺴﻟاﺖْﺒَﺼَﻧ ِﺢْﺘَﻔْﻟﺎِﺑﻪﺗْرَﺮَﺟ ْنِإَو َﺔَﻨﱠﺴﻟاتْرَﺮَﺟِ ْ َﻜْﻟﺎِﺑ َنﺎَﻀَﻣَرتْرَﺮَﺟ ـﻫ ا ْﻞﱠﻣَﺄَﺘُﻴْﻠَﻓ ُفﺎَﻀُﻳ َ َﻢَﻠَﻌْﻟا ﱠنَ ِ ؛ ٌﺮ َﻈَﻧ ُهَﺪْﻌَﺑﺎَﻣ ﻰَﻟإ َنﺎَﻀَﻣَر Yang lebih salah lagi adalah redaksi niat yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat yaitu :

ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ﻪّﻠِﻟ ِﺔَﻨﱠﺴﻟا ِهِﺬَﻫ َنﺎَﻀَﻣَرِﺮْﻬَﺷضْﺮَﻓِ ِءاَدَأ ْﻦَﻋ ٍﺪَﻏَمْﻮَﺻ ُﺖْﻳ َﻮَﻧ Pada lafadz Ramadlan dibaca RAMADLANA (NA) sementara pada lafadz Hadzihis sanah dibaca HADZIHIS SANATI (TI), ini secara ilmu gramatika bahasa arab tidak ada jalurnya.

Lalu bagaimana dengan hukum puasanya jika redaksi niatnya salah ?

Puasanya tetap sah SAH walaupun terjadi kesalahan dalam membaca harakat di dalamnya, selama yang dikehendaki dengan HADZIHIS SANATI adalah bulan Ramadlan tahun ini, karena letak niat itu di dalam hati, sebagaimana shalat dhuhur dengan mengucapkan redaksi niat shalat ashar akan tetapi niatnya dalam hati adalah shalat dhuhur maka juga SAH sebagai shalat dhuhur.

Namun apabila niat diucapkan, maka hendaknya tidak salah dalam i’rab agar tidak ditertawain oleh anak santri ibtidaiyah dirumah

Referensi

Dokumen terkait